Berdasarkan pengertian dari Kemenkes, Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah
peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%). Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%) Faktor risiko penyakit hipertensi yaitu: o Berusia di atas 65 tahun. o Konsumsi makanan tinggi garam berlebihan. o Kelebihan berat badan atau obesitas. o Adanya riwayat keluarga dengan kondisi medis yang sama. o Kurang asupan buah dan sayuran. o Jarang berolahraga. o Mengonsumsi terlalu banyak makanan atau minuman yang mengandung kafein. o Mengonsumsi minuman beralkohol. Penyebab hipertensi primer : Sering kali, penyebab terjadinya hipertensi pada kebanyakan orang dewasa tidak diketahui. Hipertensi primer cenderung berkembang secara bertahap selama bertahun-tahun. Penyebab hipertensi sekunder : o Obstruktif sleep apnea (OSA). o Masalah ginjal. o Tumor kelenjar adrenal. o Masalah tiroid. o Cacat bawaan di pembuluh darah. o Obat-obatan, seperti pil KB, obat flu, dekongestan, obat penghilang rasa sakit yang dijual bebas. o Obat-obatan terlarang. Dalam beberapa kasus tekanan darah tinggi, gejala-gejala tidak nampak bahkan ketika pembacaan tekanan darah telah mencapai tataran tinggi. Ini dapat berbahaya karena gejala biasanya muncul hanya ketika kondisi telah mengancam kehidupan. Namun, gejala-gejala yang umumnya berhubungan dengan kondisi tersebut adalah seperti sakit kepala, pusing, mimisan, dan permasalahan keseimbangan. Hasil pengukuran tekanan darah dibagi menjadi empat kategori umum, yaitu: o Normal : Tekanan darah normal adalah tekanan darah di bawah 120/80 mmHg. o Prahipertensi : Prahipertensi adalah tekanan sistolik yang berkisar dari 120– 139 mmHg, atau tekanan darah diastolik yang berkisar dari 80–89 mmHg. Prahipertensi cenderung dapat memburuk dari waktu ke waktu. o Hipertensi tahap 1 : tekanan sistolik berkisar 140–159 mmHg, atau tekanan diastolik berkisar 90–99 mm Hg. o Hipertensi tahap 2 : tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih tinggi, atau tekanan diastolik 100 mmHg atau lebih tinggi Patofisiologis penyakit hipertensi Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I converting enzyme ( ACE ). (ACE) memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiontensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormone, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiontensin I. oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiontensin I di ubah menjadi angiontensin II. Angiontensin II ini lah yang memiliki peran kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretic (ADH) dan rasa haus. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosterone dari korteks adrenal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCL (garam) dengan cara mereabsorbsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan Kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Pencegahan dapat dilakukan dengan : o Mengurangi konsumsi garam o Melakukan rutinitas olahraga ringan 3 kali dalam seminggu o Rajin mengkonsumsi makanan dan buah buahan yang kaya akan serat o Menghindari konsumsi alcohol o Mengendalikan kadar kolesterol jahat dalam tubuh dan juga menghindari kegemukan atau obesitas o Menghentikan merokok o Menghindari dan mengendalikan diabetes bila mempunyai riwayat penyakit DM
Pengobatan dapat dilakukan dengan cara:
o Langkah pertama pemberian obat pilihan pertama yang digunakan adalah diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor o Langkah kedua dengan alternatif pemberian obat dengan dosis obat pertama dinaikkan, diganti jenis lain dari obat pilihan pertama dan yang selanjutnya ditambah obat obat ke-2 jenis lain, data berupa diuretika, beta blocker, Ca antagonis, alpa blocker, clonidine, reserphin, vasodilator. o Langkah ketiga alternatif yang bisa ditempuh yaitu obat ke-2 diganti dan tambah obat ke-3 jenis lain. o Langkah keempat alternatif pemberian obatnya ditambah obat ke-3 dan ke-4, mengevaluasi Kembali dan konsultasi, follow up ang bertujuan untuk mempertahankan therapi.