Anda di halaman 1dari 24

KONFIGURASI POLITIK

PADA ERA ORDE BARU


Dr. H. Yohny Anwar, MM., MH
Meletusnya G 30 S/PKI pada tahun 1965 telah
meruntuhkan konfigurasi politik era demokrasi terpimpin
yang bercorak otoritarian. Penghianatan tersebut
mengakhiri tolak-Tarik di antara tiga kekuatan politik :”
Soekarno, Ankatan Darat, PKI” dalam dinamika era
demokrasi terpimpin yang ditandai dengan tampilnya
militer sebagai pemenang.
Soekarno diberhentikan secara konstitusional oleh MPrs
karena dianggap tidak dapat memberi pertanggungjawaban
atas musibah nasional G30S/PKI, sedangkan PKI dibubarkan
dan dinyatakan sebagai partai terlarang karena telah
menghianati negara.
Pada awal perjalanannya, pemerintah Orde Baru
menunjukkan langgam libertarian yang sebenarnya
adalah langgam transisi sambal mencari format baru bagi
konfigurasi politik. Program pembangunan yang
menitikberatkan pada bidang ekonomi harus diamankan
dengan “stabilitas nasional” yang dianggap sebagai
prasyarat yang realisasinya ternyata menuntut langgam
otoritarian.
Sejak penemuan format baru politik Indonesia pada tahun
1969/1971, Indonesia mulai menampilkan konfigurasi
politik yang otoriter birokratis yang diperlukan untuk
mengamankan jalannya pembangunan. Dan
karenanyaproduk hukum pun menjadi
konservatif/ortodoks.
Konfigurasi Politik

1. Tragedi Nasional G30S/PKI

Tarik menarik antara Soekarno, Militer dan PKI pada era


demokrasi terpimpin mencapai titik puncaknya pada bulan
September 1965, menyusul kudeta PKI yang gagal
kemudian dikenal sebagai G30S/PKI. Setelah kudeta yang
gagal itu kekuasaan Soekarno dan PKI merosot tajam
sehingga Tarik menarik kekuasaan di antara kekuatan
politik era Orde Lama menjadi tidak imbang lagi dan
berakhir dengan tampilnya Angkatan Darat sebagai
pemenang.
Krisis politik dtandai oleh berbagai demonstrasi mahasiswa,
pelajar, ormas-ormas onderbouw parpol-parpol yang lemah
pada zaman demokrasi terpimpin yang semuanya didukung
oleh Angkatan Darat.akhirnya Soekarno mengeluarkan Surat
Perintah Sebelas Maret (Supersemar) 1966 yang ditujukan
kepada Soeharto. Sehari setelah surat perintah itu diterima,
Soeharto membubarkan PKI.
Pada tahun 1967, setelah menganggap Soekarno tidak dapat
mempertanggungjawabkan “tragedy nasional”, MPRS
mencabut mandate Soekarno sebagaipresiden. Soekarno
kehilangan jabatanya berdasarkan Tap.
No.XXXIII/MPRS/1967,yang sekaligus mendudukkan Soeharto
sebagai pejabat presiden. Setahun kemudian melalui Tap.
No. XLII/MPRS/1968 Soeharto diangkat menjadi presiden
definitive.
2.Orde Baru dan Program Utamanya

Orde baru secara resmi didefinisikan sebagai “tatanan


kehidupan negara dan bangsa yang diletakkan kembali
pada pelaksanaan kemurnian Pancasila dan UUD 1945”.
Masyarakat Orde Baru adalah masyarakat Indonesia yang
bertekad melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara
murni dan konsekuen.
Pengertian Orde baru sebagaimana dirumuskan dalam Seminar
II Angkatan Darat :
1. Musuh utama Orde Baru adalah PKI/Pengikut-pengikutnya
yaitu Orde Lama
2. Orde Baru adalah suatu sikap mental
3. Tujuan Orde Baru adalah menciptakan kehidupan politik,
ekonomi, dan kultural yang dijiwai oleh moral Pancasila,
khususnya sila Ketuhanan Yang Maha Esa.
4. Orde Barumenghendaki pemikiran yang lebihrealistis dan
pragmatis, walaupun tidak meninggalkan idealisme
perjuangan.
5. Order Baru menghendaki diutamakannya kepentingan nasional,
walaupun tidak meninggalkan commitment ideology perjuangan
antiimperialisme dan kolonialisme.
6. Orde Baru mengiginkan suatu tata susunan yang lebih stabil,
berdasarkan lembaga-lembaga (institusional) dan yang kurang
dipengaruhi olehoknum-oknum yang dapat menimbulkan kultus
individu; akan tetapi Orde baru tidak menolak pimpinan yang kuat dan
pemerintahan yang kuat, malahan menghendaki ciri-ciri yang
demikian dalam masa pembangunan.
7. Orde Baru menghendaki pengutamaan konsolidasi ekonomi dan social
dalam negeri
8. Orde Baru menghendaki pelaksanaan yang sungguh-sungguh dari cita-
cita demokrasi politik dan demokrasi ekonomi.
9. Orde Baru menghendaki suatu tata politik dan ekonomi yang
berlandaskan Pancasila, UUD 1945, dan yang mempunyai
prinsip idiil, operasional dalam ketetapan MPRS IV/1966
10.Orde Baru adalah suatu tata politik dan ekonomi yang
belum mempunyai kenyataan,yang ada baru suatu iklim
yang cukup menguntungkan bagi pertumbuhan Orde Baru
ini.
11.Orde Baru adalah suatu proses peralihan dari Orde Lama ke
suatu susunan baru
12.Orde Baru masih menunggu pelaksanaan dari segala
Ketetapan MPRS IV/1966
13.Orde Baru harus didukung oleh tokoh pimpinan yang
berjiwa Orde Baru yang menduduki tempat-tempat yang
strategis.
14.Orde Baru harus didukung oleh suatu imbangan kekuatan
yang dimenangkan oleh barisan Orde Baru
3. Militer Sebagai Pemeran Utama

Konsep dwifungsi semula dikemukakan oleh AH.Nasution


dalam sebuah rapat polisi di Porong. Ia menjelaskan bahwa
militer disamping fungsi tempurnya untuk mempertahankan
eksistensi negara, juga harus berusaha untuk menciptakan
atau menjaga agar kehidupan masyarakat dapat terbina
dengan baik.
ABRI termasuk salah satu golongan yang mendesak
konstituante melalui Dewan Nasional untuk kembali ke-
UUD 1945, ketika badan pembuat UUD tidak mencapai kata
mufakat. ABrI sangat mendukung pemberlakuan kembali
UUD 1945, karena UUD 1945 dapat memberikan legitimasi
bagi ABRI untuk berkiprah di bidang politik.
Dalam seminar I tahun 1965 mencetuskan, bahwa ABRI
merupakan kekuatan militer dan social sekaligus sehingga
kegiatan-kegiatannya meliputi bidang ideology, politik,
social, ekonomi, budaya dan keagamaan.
Sebagai aktor utama Orde Baru dalam mengelola negara,
militer melakukan aliansi dengan kaum teknokrat yang
disebut pendamping. Alasan aliansi tersebut karena ABRI
belum cukup pengalaman menangani masalah-masalah
ekonomi dan social. Kemampuan militer dalam batas
tertentu adalah menangani keamanan dan politik, padahal
lingkup pembangunan meliputi social, politik, budaya,dan
hankam. Karenanya wajar, jika militer kemudian berpaling
kepada kaum teknorat untuk diajak beraliansi.
4. Pembangunan Ekonomi dan Stabilitas Nasional

Ada tiga kata/istilah kunci yang kelak menjadi dasar dan


mengantar Orde Baru menjadi konfigurasi politik tertentu,
yaitu :konsolidasi ekonomi, pimpinan pemerintahan yang
kuat, dan susunan yang stabil.
Hubungan ketigakata/istilah kunci ini dapat dijelaskan
demikian : Orde Baru harus melakukan pembangunan atau
konsolidasi ekonomi yang porak poranda sebagai
peninggalan era sebelumnya. Untuk dapat melaksanakan
pembangunan ekonomi itu, maka stabilitas
nasional(susunan yang stabil) menjadi prasyarat utama,
dan untuk menjamin stabilitas itu dituntut hadirnya
pemerintah yang kuat.
Pada awal kehadirannya, Orde baru dihadapkan pada dua
masalah besar, yaitu : chaos politik dan lumpuhnya ekonomi
negara dengan laju inflasi yang hampir-hampir fantastik.
Pada masa Orde Lama masalah ekonomi tidak mendapat
perhatian serius. Pemerintah lebih suka menjaga
keseimbangan politik daripada terburu-buru membuat
keputusan dibidang ekonomi.
5. Stabilitas dan Integrasi Nasional

Pada awal kehadirannya, Orde Baru memulai langkah pemerintahannya


dengan langgam libertarian. Orde Barutelah menggeser system politik
Indonesia dari titik ekstrem otoriter pada zaman demokrasi terpimpin ke
system demokrasi liberal. Akan tetapi kenyataanya langgam libertarian
tidak berlangsung lama, sebab di samping merupakan reaksi terhadap
system otoriter yang hidup sebelumnya. Sistem ini hanyaditolerir selama
pemerintah mencari format baru politik Indonesia. Segera setelah format
baru terbentuk,system liberal bergeser lagi ke system otoriter.
Integrasi Nasional menurut Howard Wriggins adalah sebagai
penyatuan bagian-bagian yang berbeda dari suatu
masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh, atau
memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang banyak
jumlahnya menjadi bangsa.
6. Langkah Menuju Negara Kuat

Tekad untuk melaksanakan “pembangunan ekonomi” yang


kontinuitasnya hanya bias dijamin ileh “stabilitas”dan
kokohnya”integrase” telah menuntun Orde Baru
mengambillangkah politis yang akhirnya menampilkan Orde
Baru sebagai Negara Kuat.
Suasana liberal yang berlangsung hanya dalam waktu
pendek pada awal Orde Baru kiranya bias dijelaskan bahwa
obsesi tentang ”stabilitas danintegrasi nasional” pada orde
Baru sangat menonjol. Toleransi atas liberalism ada awal
Orde Baru hanyalah diberikan selama masa transisi
sementara pemerintah mencari format baru politik
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai