Anda di halaman 1dari 8

BAB VI

Sosialisme Marx (Marxisme)

Di antara sekian banyak pakar sosialis,pandangan Karl Heindrich Marx (1818-


1883) dianggap paling berpengaruh.Dari segi teoritis,banyak pakar dan pemikir
ekonomi yang mengakui bahwa argumentasi Marx sangat dalam dan luas.Teori-
teorinya tidak hanya didasarkan atas pandangan ekonomi saja,tetapi juga melibatkan
moral,etika,social,politik,sejarah,falsafah,dan sebagainya.
Suatu hal yang agak istimewa dari teori Marx,sebagaimana yang akan kita
lihat nanti,hamper seluruh pandangan Marx diliputi oleh konflik.Ajaran Marx yang
penuh dengan konflik ini boleh jadi sangat dipengaruhi oleh kehidupan pribadi Marx
sendiri yang dapat dikatakan penuh dengan pertentangan.
Marx mempunyai seorang teman yang sangat dekat,yang sekaligus sering
bertindak sebagai pendukung finansialnya,yaitu Friedrich Engels.Mereka bertemu
pertama kali tahun 1840 di Paris.Waktu itu Marx dalam pembuangan karena banyak
mengkritik pemerintahan Jerman.Pertemuan antara dua sahabat karib yang sehaluan
dalam pandangan,baik dalam bidang falsafat,sejarah,politik maupun ekonomi. Ini
mempunyai arti sangat penting di kemudian hari.
Salah satu buku yang ditulis oleh Marx dan Engels yang sangat berpengaruh
adalah Manifesto Komunis (The Communist Manifesto) yang terbit tahin 1848,dan
Das Kapital.Volume pertama dari Das Kapital terbit tahun 1867,sedangkan volume II
tidak berhasil diselesaikan oleh Mars karena ia meninggal dunia tahun 1883.Akan
tetapi,Marx sungguh beruntung mempunyai seorang teman akrab bernama Friedrich
Engels.Oleh Engels,naskah tulisan-tulisan Marx yang berserakan diedit kembali
sehingga akhirnya volume II dari Das Kapital bisa diterbitkan tahun 1885,dua tahun
sesudah kematian Marx.

A. Kecaman Marx terhadap Sistem Kapitalis


Dari segi moral Marx melihat bahwa sistem kapitalis mewarisi ketidakadilan
dari dalam.Ketidakadilan ini akhirnya akan membawa masyarakat kapitalis ke
arah kondisi ekonomi dan social yang tidak bisa dipertahankan.Hal ini karena
sistem liberal tersebut tidak perduli tentang masalah kepincangan dan kesenjangan
social.Dengan menerapkan sistem “upah besi” kaum buruh dalam sistem
perekonomian liberal tidak akan pernah mampu mengangkat derajatnya lebih
tinggi karena sebagaimana di ucapkan Marx “pasar bebas memang telah
mentakdirkannya demikian”.
Dari segi sosiologi,Marx melihat adanya sumber konflik antar kelas.Dalam
sistem liberal-kapitalis yang diamati Marx ada sekelompok orang (yaitu para
pemilik modal) yang menguasai capital.Di lain pihak,ada sekelompok orang
lainnya (yaitu kaum buruh) sebagai kelas proletar yang seperti sudah ditakdirkan
untuk selalu menduduki posisi kelas bawah.
Dari segi ekonomi,Marx melihat bahwa akumulasi capital di tangan kaum
kapitalis memungkinkan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi.Akan
tetapi,pembangunan dalam sistem kapitalis sangat bias bagi pemilik modal.Untuk
bisa membangun secara nyata bagi seluruh lapisan masyarakat,perlu dilakukan
perombakan structural melalui revolusi social.
Atas pandangan sangat skeptic diatas,tidak mengherankan jika Marx meramal
bahwa suatu masa sistem kapitalis akan hancur.Sistem kapitalis dinilai Marx
mewarisi daya self destruction,suatu daya dari dalam yang akan membawa
kehancuran bagi sistem perekonomian liberal itu sendiri.

B. Teori Pertentangan Kelas


Dalam buku Manifesto Komunis dapat diikutii bagaimana teori Marx tentang
pertentangan kelas.Di zaman kuno ada kaum bangsawan yang bebas dan budak
yang terikat.Di zaman pertengahan ada tuan tanah sebagai pemilik dan hamba
sahaya yang menggarap tanah bukan kepunyaannya.Bahkan,di zaman modern ini
juga ada majikan yang memiliki alat-alat produksi dan buruh yang hanya punya
tenaga kerja untuk dijual kepada majikan.

Menurut pengamatan Marx, di seluruh dunian ini, sepanjamh sejarah, kelas


yang dibawah selalu berusaha untuk membebaskan dan meningkatkan status
kesejahteraan mereka. Di masa Marx tidak terkecuali, tetap ada perjuangan kelas.
Dengan anggapan seperti ini, Marx meramal bahwa kaum proletar yang terdiri
dari buruh akan bangkit melawan kesewenang-wenangan kaum pemilik modal
dan akan menghancurkan kelas yang berkuasa. Teori yang digunakan untuk
menjelaskan penindasan tersebut adalah teori nilai lebih, yang sebetulnya berasal
dari kaum klasik sendiri.
C. Teori “Surpus Value” dan Penindasan Buruh

Menurut pandang kaum klasik (Ricardo), nilai suatu barang harus sama
dengan biaya-biaya untuk menghasilkan barang tersebutm yang didalamnya
termasuk ongkos tenaga kerja berupa buruh alami.
Upah alami yang diterima oleh para buruh hanya cukup sekedar penyambung
hidup secara substenm yaitu memenuhi kebutuhan yang sangat pokok-pokok saja.
Padahal, nilai dari hasil kerja para buruh jauh lebih besar dari jumlah yang
diterima mereka sebagai upah alami. Kelebihan nilai produktivitas kerja buruh
atas upah alami inilah yang disebit Marx sebaga nilai lebih, dinikmati oleh para
pemilik modal. semakin kecil upah alami yang dibayarkan pada kaum buruh,
semakin besar nilai surplus yang dinikmati pemilik modal. Bagi Marx ini berarti
semakin besar pengisapan atau eksploitasi dari pemilik modal atas kaum buruh.
Hal ini seperti yang ditulis oleh Marx dalam Das Kapital (yang sudah di bahasa-
Inggriskan oleh Samuel Moore dan Edward Aveling menjadi: Capital: A Critique
of Political Economy (1984): The rate of surplus-value is therefore an expression
for the degree of exploitation of labour-power by capital, or of the labourer by
capitalist. Lebih jelas lagi, menurut Marx, nilai (harga sesungguhnya) dari suatu
komoditas ditentukan oleh nilai labor yang diejawantahkan (embodied) secara
langsung maupun tidak langsung dalam komoditas, plus laba. Marx tidak
membantah bahwa dalam jangka pendek harga-harga komoditas ditentukan oleh
kekuatan-kekuatan permintaan dan
penawaran, sehingga harga yang terbentuk di pasar bisa berbeda dengan nilai
labor yang terikut dalam komoditas yang bersangkutan. Bahkan, dalam jangka
panjang Marx juga tahu bahwa harga-harga secara sistematis menjauh dari nilai
labor. Bagaimanapun juga, secara umum Marx percaya bahwa nilai suatu barang
atau komoditas umumnya sepadan dengan input-input labor,dan hanya labor
langsung yang dapat menghasilkan laba (yang disebutnya nilai surplus). Lebih
jelas, menurut Marx nilai suatu komoditas (C) adalah penjumlahan biaya labor
langsung (v), biaya labor tidak langsung (C) dan laba atau nilai surplus (s), atau:

C = c+ v + S (6-1)
Harap dicatat bahwa dari persamaan (6-1) istilah Marx tentang modal tetap
atau biaya-biaya labor tak langsung (c) dan modal variabel atau biaya-biaya labor
langsung (v) berbeda dengan istilah-istilah
yang digunakan dalam buku-buku ekonomi modern. Oleh Marx, modal tetap
(c) merujuk pada pengeluaran-pengeluaran untuk pabrik, mesin-mesin dan
peralatan, inventory, pengeluaran untuk materials. Sementara itu, pada masa
modern ini, modal tetap merujuk pada biaya-biaya produksi non-labor
(depresiasi, biaya-biaya material, asuransi, dan sebagainya). Begitu juga yang
dimaksudkan biaya labor langsung (v) adalah biaya-biaya upah.

Suatu hal yang membedakan labor dengan faktor-faktor produksi lain (tanah,
modal, material) ialah bahwa majikan dapat memaksa pekerja menghasilkan nilai
yang melebini nilal labor yang masuk dalam proses produksi. Misalnya, nilai
labor yang sesunggunnya masuk dalam proses produksi adalah Rp10.000,00.
Akan tetapi, majikan cukup membayar Rp3.000,00 saja, sekadar membuat buruh
dapat bertahan hidup. Kelebihannya, yang disebut Marx dengan nilai surplus,
dinikmati olehmajikan.

Nilai surplus adalah kelebihan nilai produktivitas kerja atas upahalami yang
diberikan kepada buruh. Semakin rendah nilai upah yang diberikan kepada buruh,
semakin besar nilai surplus yang dinikmati
pemilik modal. Tingkat surplus ini oleh Marx dalam Das Kapital dijadikan
sebagai ukuran eksploitasi terhadap kaum buruh. Tingkat eksploitasi (s) tersebut
bisa diukur dengan membandingkan nilai surplus (S) dengan upah yang diberikan
(v),
Tingkat Eksploitasi s'=s/v (6-2)

Dari uraian di atas, jelaslah bagaimana kaum pemilik modal memperoleh


kekayaan dengan menindas kaum buruh. Sebagian dari laba yang merupakan
surplus value tersebut ditanamkan kembali sebagai
investasi, apakah untuk memperluas usaha yang ada atau membuka lapangan
usaha baru. Dari hasil investasi ini kekayaan mereka akan semakin menumpuk,
semakin lama semakin besar.
Akumulasi kapital akan semakin berhasil jika para kapitalis bisa menindas
kaum buruh sekeras-serasnya, yaitu dengan memberikan tingkat upah yang sangat
rendah. Di sini tampak perbedaan yang sangat nyata antara Marx dan Smith
dalam memandang persaingan. Smith memanggap persaingan bebas sebagai
prasyarat bagi terbentuknya masyarakat sejahtera. Sebaliknya, Marx
memandangnya sebagai penyebab terjadinya konsentrasi-konsentrasi ekonomi
atau monopoli. Kompetisi dinilai Marx mengandung suatu daya yang kalau tidak
diawasi akan menghancurkan sendi-sendi kehidupan masyarakat. Perusahaan-
perusahaan besar akan mencaplok yang kecil. Yang lemah akan tergusur dari
pasar. Akibatnya, jumlah golongan menengah menciut, sedangkan jumlah kaum
proletar akan semakin banyak.

Sebagai ekses dari persaingan yang tidak sehat tersebut, maka sebagian yang
kalah tercampak dari pasar. Mereka yang tergusur dari pekerjaan semula akan
mengumpul di pusat-pusat industri, membentuk perkampungan-perkampungan
kumuh. Akan tetapi, adanya pemusatan para penganggur ini justru
menguntungkan kaum kapitalis, sebab mereka bisa dijadikan sebagai cadangan
tenaga kerja murah. Dengan banyaknya orang yang antri mencari pekerjaan,
kaum buruh-yang "Cukup beruntung memperoleh pekerjaan" walaupun dengan
upah sangat rendah tersebut-tidak akan bisa macam-macam. Kalau mereka
membuat ulah, dengan segera mereka bisa dipecat (PHK) dan seribu orang siap
menggantikannya. Akibat yang lebih nyata dari keadaan ini: kehidupan buruh
kian lama kian terjepit.

Kaum buruh jelas rugi, sebab mereka hanya bisa memperoleh nafkah sekadar
penyambung hidup belaka. Bagaimana dengan pemilik modal? Pada mulanya
dengan menekan upah buruh mereka memang untung. Akan tetapi, dengan
jumlah buruh yang sangat banyak, sedangkan pendapatan mereka sangat rendah
menimbulkan masalah lain. Karena daya beli masyarakat rendah, barang-barang
yang dihasilkan menjadi tidak laku. Pabrik-pabrik terpaksa tutup. Semua ini
bukan kesalahan pihak tertentu, melainkan karena tingkah laku kaum kapitalis
sendiri. Lebih lanjut, Marx menganalisis jika pabrik-pabrik tutup, pengangguran
akan semakin merajalela, yang akan membawa kekalitan pada masyarakat. Marx
meramal akan datang suatu masa, terjadi krisis besar-besaran yang akan
mengakhiri riwayat sistem kapitalis.

D. Dialetika Materialisme Historis

Dari setiap argumen yang dilontarkan Marx di atas, jelas sekali bahwa ide
tentang konflik selalu ditekankan: konflik antara ideal dan realitas; antara kapital
dan labor; juga antara pertumbuhan dan stagnasi. Dari setiap konflik akan muncul
perubahan. Untuk alasan ini, Marx berpendapat bahwa sistem kapitalisme mesti
diganti dengan sistem lain. Konflik diganti dengan harmoni atau keselarasan etis,
sosial, dan ekonomi. Proses pembangunan melalui konflik merupakan proses
dialektik. Proses ini mempunyai basis dalam pembagian masyarakat atas kaum
pekerja dan kapitalis. Bagi Marx, pangkal dari semua perubahan adalah karena
dilakukannya pengisapan atau eksploitasi para kapitalis terhadap kaum buruh.
Eksploitasi terhadap buruh tersebut telah memungkinkan terjadinya akumulasi
kapital di pihak pemilik modal, tetapi menyebab kan kemiskinan di kalangan
buruh. Perbedaan yang sangat mencolok antara pemilik kapital dan kau proletariat
sebagaimana dijelaskan di atas akan membawa ke arah revolusi sosial.
Bagi Marx, dialektika sejarah merupakan suatu keniscayaan :suatu yang pasti
bakal terjadi. Yang jelas, jika kaum proletar sudah tidak tahan lagi, mereka akan
melancarkan revolusi. Para pekerja akan menghancurkan pabrik-pabrik dan
merusak segala milik kaum kapitalis.

Jika para pekerja menghancurkan pabrik-pabrik dan merusak semua milik


kaum kapitalis, semua pihak baik kaum kapitalis maupun mereka sendiri akan
rugi dan disinilah peran kaum komunis diharapkan. Menurut Marx, kaum
komunis yang memperjuangkan nasib kaum proletary menuntun revolusi yang
dilancarkan kaum proletary kearah yang benar dan untuk memperjuangkan nasib
mereka sendiri, kaum buruh di seluruh negeri harus Bersatu memperjuangkan
sistem baru yang lebih berpihak kepada kaum buruh, yaitu sistem
sosialis/komunis.
Teori Marx tentang kejatuhan kapitalisme, kemudian digantikan dengan
sosialisme/komunisme yang didasarkan pada dialektika materialisme sejarah.
Konsep ini dipelajari Marx dan filsuf Jerman Georg Willhelm Hegel dan Ludwig
Feuerbach. Dengan dialektika terdapat tesis, antithesis, dan sintesis yang saling
kait-mengait antara satu sama lain. Dengan materialisme historis, Marx percaya
sejarah manusia ditentukan oleh kebutuhan ekonominya yang paling dasar, yaitu
kebutuhan akan materi. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa seluruh tindak
tanduk manusia ditentukan oleh motif ekonomi. Sedangkan, ide atau gagasan
tentang agama, etika, sosial, seni dan politik hanya ikut mewarnai.
Berdasarkan dialektika materialisme sejarah diatas, Marx percaya bahwa
kekuatan-kekuatan ekonomi sangat menentukan hubungan produksi, pasar,
masyarakat, dan bahkan termasuk supra struktur. Kekuatan produksi yang
menurun akan memberi dampak langsung bagi pengaturan produksi barang-
barang. Sementara, kekuatan-kekuatan yang mantap akan membawa kita pada
pengaturan-pengaturan produksi yang lebih maju.

E. Fase-fase Perkembangan Masyarakat


Menurut Marx, semua kelompok masyarakat akan mengalami fase-fase
sebagai berikut :
1. Komunisme primitif (suku)
2. Perbudakan
3. Feodalisme
4. Kapitalisme
5. Sosialisme
6. Komunisme

Menurut Marx, perubahan dari suatu fase ke fase berikutnya yang lebih maju
terjadi karena kurang atau tidak seimbangnya kemajuan teknologi dengan
kemajuan dalam instunsi. Pada tahap awal kemajuan, teknologi yang menentukan
kekuatan produksi, yang bergerak selaras dengan kemajuan institusi yang
mengatur hubungan produksi. Namun, kemudian teknologi bergerak lebih cepat
dan meninggalkan institusi yang bergerak lebih lambat. Kemajuan teknologi
membawa berbagai pengubahan. Teknologi memiliki kekuatan dan kekuasaan
untuk merombak institusi yang bergerak lebih lamban. Meskipun telah diciptakan
institusi baru, perubahan itu hanya bersifat sementara.
Sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya, kapitalisme bagi Marx hanya jaya
pada tahap awal. Akan tetapi, sistem ini akan menemui kesulitan. Kesulitan-
kesulitan timbul karena adanya kontradiksi internal dalam sistem ini sendiri. Di
pihak lain, dalam usaha untuk menghadapi penurunan tingkat laba, perusahaan
dipaksa meningkatkan eksploitasi mereka terhadap kaum buruh. Di sinilah letak
kontradiksi internal yang ada dalam sistem kapitalis. Penemuan-penemuan teknik
baru, di satu pihak memperbesar kapasitas produksi. Sebaliknya, permintaan
agregat dalam masyarakat (yang sebagian besar adalah kaum buruh yang digaji
sangat rendah) secara kronis anjlok.
Sistem kapitalis dikecam Marx sebab bias terhadap kaum pemilik modal.
Untuk melaksanakan pembangunan yang sesungguhnya, yang bisa dinikmati
seluruh lapisan masyarakat. Beberapa program yang dianjurkan Marx untuk
dilakukan setelah revolusi berhasil antara lain:
1. Penghapusan hak mlik atas tanah dan menggunakan semua bentuk sewa
tanah untuk tujuan-tujuan umum
2. Program pajak pendapatan progresif atau gradual
3. Penghapusan semua bentuk hak pewarisan
4. Pemusatan kredit di tangan negara
5. Pemusatan alat-alat komunikasi dan ransportasi di tangan negara
6. Pengembangan pabrik-pabrik dan alat-alat produksi milik negara

F. Perbedaan Sosialisme dan Komunisme Menurut Marx


Marx membedakan fase soisalisme dengan komunisme penuh atau lengkap.
Perbedaan di antara kedua fase tersebut dapat dilihat dari:
1. Produktivitas
2. Hakikat manusia sebagai produsen dan
3. Pembagian pendapatan
Kesimpulannya, masalah-masalah seperti kelangkaan (scarcity) dan insentif
pribadi dengan sendirinya akan hilang jika masyarakat sudah sampai pada tahap
komunisme penuh. Bahkan, uangg tidak perlu lagi digunakan. Dalam tahap
komunisme penuh tidak ada lagi soal kelangkaan, juga tidak ada lagi kelas-kelas
masyarakat, pengiapan dari suatu kelompok masyarakat terhadap kelompok
masyarakat lainnya. Bahkan, negara dengan sendirinya juga hilang.

Anda mungkin juga menyukai