yang inherent dalam diri seseorang dan yanglebih banyak dikenal sebagai suatu kemungkinan
bersifat potensial daripada suatu kapasitas atau kemampuan (ability) tertentu untuk belajar
ataupun berkinerja tertentu. Pandangan dalam keberbakatan ada 2, yaitupandangan yang
bersifat lama dan baru. Pandangan yang lama atau tradisional pada umumnya
mengkategorikan individu menjadi anak berbakat (gifted) atau tidak berbakat, berdasarkan pada
kecerdasan dan hasil belajar yang ditunjukkannya.
Pandangan yang baru tidak hanya mempersoalkan “statusnya sebagai anak berbakat,
melainkan lebih memfokuskan terhadap kemampuannya, yaitu kemampuan memberikan kontribusi
terhadap masyarakat dan orang lain berkenaan dengan tindakannya yang berdampak terhadap
peningkatan hidup tertentu. Paradigma seperti itu menunjuk pada perangkat ciri yang
bersikap dinamis. Jadi paradigma seperti ini adalah kreativitas keberbakatan yang bermakna
bukan saja bagi yang bersangkutan, melainkan juga bagi orang lain. Pandangan ini dinilai
lebih kaya, dinamis, dan juga lebih kompleks dalam memahaminya. Poin penting disini
adalah apabila potensi dapat teraktualisasikan secara optimal, kontribusi terhadap sesamanya,
bangsa, dan negaranya akan juga makin menjadikan manusia menanjak kehidupannya dan
meningkat pula tata cara kehidupan bangsa.
Ada perbedaan secara konseptual pada beberapa istilah antara keberbakatan, talenta, kreativitas,
dan kreativitas keberbakatan.
Keberbakatan adalah istilah yang paling sering digunakan, meliputi berbagai defenisi legal
sampai dengan upaya mendefnisikan suatu keluar biasaan.
Talenta merupakan suatu kemampuan pemberian Tuhan bagi seseorang sehingga individu
tersebut bisa bepartisipasi aktif dan berinteraksi dalam kehidupan bermasyarakat. Definisi talenta juga
merupakan kemampuan khusus individu yang menunjukan keluar biasaan dalam keterampilan
kinerjanya. Ahli pendidikan yang bernama Renzulli menggabungkan antara kedua istilah
keberbakatan dan talenta ini menjadi satu pengertian yaitu Gifted and Talented
Kreativitas merupakan potensi yang dimiliki setiap manusia dan bukan yang diterima
dari luar diri individu. Menurut Utami Munandar kreativitas merupakan hasil interaksi antara
individu dan lingkungannya, kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data,
informasi, atau unsur-unur yang sudah ada atau dikenal sebelumnya, yaitu semua pengalaman
dan pengetahuan yang telah diperoleh seseorang selama hidupnya baik itu di lingkungan
sekolah, keluarga, maupun dari lingkungan masyarakat.
Faktor kreativitas itu sendiri, selalu disebut sebagai faktor yang penting dalam
pengembangan potensi keberbakatan. Namun, Renzulli sendiri menjelaskan bahwa kreativitas
atau produksi kreatif juga secara definif tidak tergantung pada psikometrik (tes IQ). Tetapi
kreativitas adalah suatu kemampuan berpikir yang orisinal, yang sangat fleksibel penuh
dengan temuan baru dalam melakukan pemecahan masalah. Begitu pula dengan kemandirian
dan keingintahuan dalam rangka melihat dan memecahkan berbagai masalah, kesemuanya
akan berkaitan dengan kreativitas.
Karena itu kreativitas adalah suatu kemampuan yang sangat unik, suatu kemampuan
berpikir dalam memecahkan masalah secara serentak/ simultan atau divergen, bertentangan
dengan kemampuan berpikir konvensional, yaitu secara sekuensial atau konvergen. Dengan
kata lain, kreativitas adalah suatu kemampuan untuk mengesampingkan kemampuan dan
prosedur. Sehingga sering terjadi anak berbakat ini saat dilakukan pengukuran atau tes
intelegensia justru mendapatkan skor yang tidak terduga, yang bisa saja ia justru
mendapatkan nilai jelek.