Anda di halaman 1dari 7

Nama : Renaldy Sitepu Mbelin Gunanta

NPM : 183112351650278

Mata Kuliah : Filsafat dan Dasar - Dasar Logika (R.12)

Dosen : Kamaruddin Salim, S.Sos., M.Si .

Pemikiran Politik Di Negeri Barat

Socrates merupakan seorang filsuf dari Yunani dan dianggap sebagai bapak filsafat Barat.
Socrates lahir pada tahun 469/470 SM, ayahnya adalah seorang pematung bernama Sophronicus,
dan ibunya bernama Phaenarete, seorang bidan. Socrates belajar musik, senam, dan tata bahasa
ketika masih muda (pelajaran yang pada umumnya dipelajari  anak-anak muda Yunani) dan
kemudian mengikuti profesi ayahnya sebagai pematung. Dikisahkan bahwa ia adalah seorang
seniman yang luar biasa, dan patungnya Graces, yang dibangun di jalan menuju Acropolis telah
dikagumi hingga abad kedua masehi. Socrates menunjukkan prestasi yang luar biasa ketika
menjadi tentara  dan ketika bertempur di Potidaea  untuk menyelamatkan nyawa Jendral
Alcibiades. Karena ia tidak suka terhadap urusan politik, maka ia mengundurkan diri dari dunia
politik dan lebih senang memikirkan filsafat, sehingga ia dalam keadaan miskin.

Selama zaman keemasan kebebasan dan pendidikan di Athena, banyak guru berkeliling
Yunani untuk mendidik kaum muda. Socrates adalah salah satu guru yang paling terkenal di
antara guru-guru ini. Banyak guru pada zamannya mengajarkan bahwa seseorang harus
memikirkan  konsekuensi dari tindakan sebelum membuat keputusan. Socrates mengajarkan
bahwa konsekuensi tidak penting. Apa yang paling penting adalah bahwa kita selalu melakukan
apa yang benar. Dia percaya bahwa jika sesuatu benar, tidak masalah apa yang akan terjadi pada
diri kita, maka kita harus melakukannya. Socrates juga mengajar murid-muridnya untuk berpikir
sendiri. Dia menciptakan metode pengajaran yang sekarang dikenal sebagai Metode Socrates,
yang membantu siswa berpikir jernih, dan mempertanyakan cara mereka berpikir saat ini.

Socrates tidak pernah mengemukakan pemikirannya dalam bentuk tulisan. Tetapi


pemikirannya dalam bentuk perbuatan dan ucapan. Socrates berpendapat bahwa filsafat adalah
cara menjalani kehidupan. Ajarannya adalah mencari kebenaran, dan dia membantu orang lain
untuk mengeluarkan sesuatu yang tersimpan dalam jiwa orang tersebut. Itulah sebabnya, dia
menggunakan metode maieutik, yakni menggunakan cara sebagaimana yang digunakan oleh
ibunya dalam menolong orang yang melahirkan bayinya. Untuk memperoleh kebenaran yang
hakiki, Socrates menggunakan cara bertanya, dan dengan pertanyaan itu selanjutnya akan
diperoleh pengertian. Cara yang digunakannya disebut metode induksi. Dari hasil induksinya itu,
Socrates berkesimpulan bahwa orang yang memiliki pengetahuan akan memiliki perilaku yang
baik. Etika Socrates, selain bersifat intelektual juga bersifat rasional. Jika perilaku yang baik itu
datang dari orang yang memiliki pengetahuan, maka kejahatan disebabkan karena orang yang
melakukan kejahatan tidak memiliki pengetahuan.

            Kaum Sofis adalah kaum yang setiap mengajarkan pengetahuannya selalu meminta
bayaran, tetapi Socrates tidak memungut bayaran kepada murid-muridnya. Akibatnya, kaum
Sofis menuduh Socrates memberikan ajaran yang baru, merusak moral para pemuda, dan
menentang ideology negara. Itulah yang menyebabkan dia ditangkap dan kemudian dihukum
mati dengan minum racun pada tahun 399 SM, ketika dia berumur 70 tahun. Cicero
mengungkapkan bahwa Socrates telah menurunkan filsafat dari langit, mengajarkannya ke kota-
kota, dan memsaukkannya ke dalam rumah –rumah. “Itulah sebabnya ia
dituduh  memperkenalkan dewa-dewa  baru dan merusak  moral para pemuda.

Ajaran relativisme yang meyakini bahwa semua kebenaran itu relatif telah
menggoyahkan teori-teori sains yang telah mapan serta mengguncangkan keyakinan agama. Hal
ini menyebabkan kebingungan dan kekacauan kehidupan. Berangkat dari kondisi inilah, Socrates
kemudian bangkit dan meyakinkan orang-orang Athena bahwa tidak semua kebenaran itu relatif,
tetapi ada kebenaran umum yang dapat dipegang oleh semua orang. 

Socrates adalah seorang bijak semenjak mudanya. Dia adalah seorang yang cerdas dan
selalu menggunakan hati nuraninya.  Secara fisik, Socrates bukanlah seorang laki-laki tampan,
tidak seperti orang-orang Yunani pada umumnya yang berwajah tampan. Socrates adalah laki-
laki yang bertubuh pendek, mulutnya lebar, agak gemuk, hidungnya pesek, dan matanya
menjorok ke luar. Meskipun kondisi fisiknya seperti itu, dia memiliki kepribadian yang mulia.
Socrates memiliki tubuh yang kuat dan memiliki mental tahan uji. Bahkan ia pernah berjalan di
atas salju pada musim dingin tanpa mengeluh sama sekali dengan kaki telanjang. 
Socrates selalu bertanya kepada berbagai kalangan, termasuk kepada prajurit, pelukis,
tukang, bahkan politisi. Pada mulanya, pertanyaan yang diajukan Socrates sangat mudah, namun
setiap jawaban diikuti dengan pertanyaan baru yang lebih sulit jawabannya, sehingga orang yang
ditanya menjadi sadar terhadap tujuan Socrates menanyakan sesuatu, yakni untuk memperoleh
kebenaran.  Sesungguhnya apa yang dilakukan oleh Socrates tersebut merupakan kritik terhadap
ajaran sofisme yang berkembang pada saat itu. Sofisme adalah paham yang mengajarkan
bahwa  kebenaran dapat dicapai dengan retorika. Socrates merasa prihatin dengan situasi
tersebut, karena orang yang fasih berpidato dianggap orang yang memiliki dan menguasai
kebenaran. Socrates berhasil menghentikan ajaran kaum Sofis dengan banyak bertanya. Namun
akibatnya, Socrates diseret ke pengadilan dengan tuduhan tidak mengakui para dewa yang diakui
oleh Negara dan tuduhan bahwa dia telah menyesatkan dan merusak moral para  pemuda.
Akhirnya dia dihukum mati dengan cara meminum racun. Dengan sikapnya yang tenang,
Socrates berkata bahwa dia bersedia menjalani hukumannya demi kebenaran yang dipegangnya.
Sesungguhnya Socrates dapat menyelamatkan dirinya dari hukuman mati dengan meninggalkan
kota Athena, namun ia memilih meminum racun di depan orang banyak. Setelah dihukum mati,
Socrates kemudian menjadi teladan bagi pemikir yang membela cita-cita tinggi.

Socrates mengajarkan bahwa kebajikan adalah hal yang paling berharga di antara semua
hal yang dimiliki seseorang, dan bahwa kebenaran berada di luar bayang-bayang pengalaman
sehari-hari. Menurut Socrates, tugas para filsuf adalah menunjukkan betapa sedikitnya kebenaran
yang diketahui oleh manusia. Para filsuf sesudahnya banyak yang mengatakan bahwa dia mati
untuk memberikan contoh bagi kebajikan-kebajikan tersebut.

Ungkapan Socrates yang sering dikutip adalah, “kenalilah dirimu sendiri “. Socrates
berkata dalam Apologia bahwa orang yang hidup tanpa mengenali dirinya, sesungguhnya orang
itu tidak layak untuk menjalani kehidupan. Menurut Socrates, manusia adalah sebuah eksistensi
yang jika diajukan pertanyaan yang rasional, dia dapat menjawab pertanyaan itu secara rasional.
Socrates juga berpendapat bahwa hakikat manusia tidak tergantung pada atribut dari luar dirinya,
tetapi tergantung pada apa yang terdapat dalam dirinya. Semua atribut yang diberikan dari luar
tidak ada maknanya. Oleh karena itu, harta, jabatan, popularitas, bahkan kepandaian,  semuanya
tidak penting.
Hal yang paling penting dalam kehidupan ini menurut Socrates, adalah keadaan yang ada
dalam hati nurani manusia. Socrates berpendapat bahwa jiwa manusia adalah inti sari manusia,
sehingga manusia harus mendahulukan kebahagiaan jiwanya dan memperbaiki jiwanya. Keadaan
batiniah hendaknya lebih didahulukan daripada keadaan lahiriah. Dengan demikian, hidup yang
bermakna adalah hidup yang memiliki jiwa yang baik. Tujuan hidup telah tercapai jika orang
dapat merasakan kebahagiaan.

Plato juga dikenal sebagai salah satu tokoh filsafat, dimana ia menjadi sumber bagi
berbagai ajaran mengenai filsafat yang digunakan oleh masyarakat hingga saat ini. Plato
dilahirkan sekitar tahun 428/427 SM di Athena. Dan meninggal di sana pada tahun 347 SM.
Dalam usia 80 tahun. dia berasal dari keluarga bangsawan. Salon (abad ke-6 SM), sang pemberi
hukum bagi Athena, adalah salah satu kakek dari sisi ibunya. Sementara dari pihak ayahnya, ia
masih keturunan raja terkakhir Athena. Plato memiliki dua saudara ( Adimantes dan Glaukon )
serta satu saudari (Potone).

Semasa kecilnya, Plato mendapatkan banyak ilmu pengetahuan diantaranya tentang


pelajaran menggambar, musik serta puisi. Sementara di masa remaja, Plato dikenal sebagai
pemuda yang ahir membuat sajak. Sebelum ia menjadi seorang filsuf terkenal, Plato sempat
menerima pendidikan dari para filsuf sebelumnya. Pelajaran filsuf pertamanya didapat dari
seseorang yang bernama Kratylos yang merupakan murid Herakleitos.

Ajaran filsuf Herakleitos yang diberikan pada Kratylos menjelaskan tentang segala
sesuatu akan berlalu ibarat seperti air. Sayangnya, ilmu tersebut sepertinya kurang begitu
diminati oleh Plato yang belakangan justru semakin penasaran tentang Sokrates. Plato pun
berusaha untuk terus mempelajari dan memahami filosofi Sokrates lebih jauh.

Kemampuan Plato dalam menyatukan unsur seni, filosofi, puisi dan ilmu, menjadikannya
sebagai sosok yang begitu istimewa karena sanggup mengikuti jejak Socrates yang sanggup
menggabungkan berbagai unsur ini menjadi sebuah kesatuan. Dalam pemikirannya, Plato
menolak adanya hukuman. Baginya, hukuman adalah suatu bentuk kezaliman serta perilaku yang
tak bertanggungjawab yang ditunjukan kepada orang lain.

Filosofi Socrates sendiri sepertinya banyak mendominasi diri dan pandangan yang dibuat
Plato. Inilah yang kemudian membuat Plato berpikir lebih baik menjadi korban kezaliman
ketimbang melakukan perbuatan zalim. Pasca meninggalnya Socrates, Plato kemudian
melakukan perjalanan menuju ke Atena. Selama perjalanan 12 tahun itu, Plato tak sekedar
menjalani langkah dengan apa adanya. Ia menyempatkan diri untuk menulis dialog, buku dan
terus memperdalam ilmu matematikanya.

Salah satu pemikiran Plato yang terkenal dan terus berkembang adalah tentang ide. Ide
diawali dari logika rasional, atau bisa diterima oleh akal sehat lalu berkembang menjadi suatu
pandangan hidup. Tak hanya menjadi sebuah pandangan hidup saja, bisa saja ide tersebut
semakin berkembang menjadi dasar ilmu yang lain, seperti ilmu politik, ilmu sosial ataupun ilmu
agama.

Menurut Plato, ide bisa muncul dalam diri setiap manusia, dan tak selalu bergantung
kepada pendapat maupun pandangan orang lain. Tiap orang memiliki ide, walaupun perlu dicari
ataupun digali lebih jauh. Hal ini sepertinya sedikit banyak dipengaruhi oleh ajaran Sokrates
yang menjelaskan bahwa budi adalah pengetahuan.

Dengan kata lain, ajaran tentang pengetahuan adalah hal penting untuk membangun budi
yang berdasar pada pengetahuan. Baik Plato maupun Socrates, keduanya sama-sama mencari
makna dibalik pengetahuan dan budi. Keduanya menjelaskan bahwa pengetahuan dan budi tidak
didapatkan dari pengalaman maupun dari pandangan.

Plato menganggap bahwa ide adalah suatu kondisi yang nyata, dan bukan hasil dari
sebuah pemikiran. Selain itu, ide juga tak hanya berhubungan dengan jenis, melainkan bentuk
dari ide itu sendiri secara nyata maupun dalam kondisi yang sebenarnya. Ajaran tentang ide-ide
ini merupakan inti dasar seluruh filsafat Plato. Namun, arti ide yang dimaksud oleh Plato berbeda
dengan pengertian orang-orang moderen sekarang, yang hanya mengartikan bahwa kata ide
adalah suatu gagasan atau tanggapan yang hanya terdapat dalam pemikiran saja. Sehingga orang-
orang akan menganggap bahwa ide merupakan suaatu yang bersifat subjektif belaka. Plato
mengartikan kata ide itu merupakan suatu yang objektif. Menurut Plato ada ide-ide yang terlepas
dari subjek yang berpikir. Beliau mengatakan bahwa semua yang ada di entitas ini semuanya ada
di alam ide tersebut,  yakni alam tersebut di analogikan seperti cetakan kue dan kue-kuenya itu
adalah entitas-entitas ini.
Menurut Plato ide-ide tidak bergantung pada pemikiran, sebaliknya pemikiran
bergantung pada ide-ide. Justru karena ada ide-ide yang berdiri sendiri. Pemikiran kita
dimungkinkan. Pemikiran itu tidak lain dari pada menaruh perhatian kepada ide-ide itu.

Adanya ide-ide

Munculnya pemikiran Plato tentang ide-ide adalah terinspirasi dari gurunya yakni
socrates. Dimana socrates dikisahkan bahwa beliau berusaha mencari defenisi-defenisi, ia tidak
puas dengan menyebut satu persatu perbuatan-perbuatan yang adil atau tindakan-tindakan yang
berani. Ia ingin menyatakan apa keadilan atau keberanian itu sendiri, atau bisa dikatakan bahwa
socrates mencoba mencari hakikat atau esensi keadilan dan keutamaan-keutamaan lain tersebut.
Karena pemikiran gurunya ini lah Plato kemudian meneruskan usaha gurunya tersebut lebih jauh
lagi. Menurut dia esensi itu mempunyai realitas, terlepas dari segala perbuatan kongkret. Ide
keadilan, ide keberanian dan ide-ide lain itu ada

Ada pun  asal usul yang lain tentang ajaran Plato tentang ide-ide ialah berkaitan dengan
ilmu pasti.  Sebagaimana kita ketahui bahwa ilmu pasti sangat di utamakan dalam akademi Plato
dan di bidang ini Plato terpengaruh oleh kaum Pythagorean. Menurut Plato ilmu pasti yang
berbicara tentang segitiga, namun segitiga yang dimaksud itu bukan segitiga yang kongkret,
melainkan segitiga yang ideal, maka Plato menarik kesimpulan bahwa segitiga itu memiliki
realitas juga, biar pun tidak dapat ditangkap oleh indra. Tidak mungkin bahwa ilmu pasti
membahas sesuatu yang tidak ada! Jadi, mesti terdapat suatu ide ”segitiga”. Segitiga yang
digambarkan pada papan tulis hanya merupakan tiruan tak sempurna saja dari ide “segitiga”.

Namun contoh lain yang sama dengan konsep pada segitiga tersebut, seperti ” kata
bagus”, begitu banyak yang boleh dikatakan bagus : kain bagus, patung bagus, rumah bagus, dan
lain sebagainya. Sehelai kain tidak disebut bagus karena itu kain, sebab terdapat juga kain yang
jelek. Yang menyebabkan kain itu disebut bagus ialah ide tentang bagus itu. Selain kain tersebut
masih banyak yang bisa dikatakan bagus, karena ide tentang bagus merupakan bagus itu sendiri
secara sempurna, tidak tercampur dengan yang lain. Plato menyebut ini dengan kata-kata yunani
yaitu idea serta eidos dan juga kata morphe yang berarti bentuk.

Plato mempunyai kedudukan yang istimewa sebagai seorang filosof. Ia pandai


menyatukan puisi dan ilmu, seni dan filosofi. Pandangan yang dalam dan abstrak sekali pun
dapat dilukiskannya dengan gaya bahasa yang indah. Tidak ada seorang filosof  sebelumnya
yang dapat menandinginya dalam hal ini. Ketika socrates meninggal, ia sangat sedih dan
menamakan dirinya seorang anak yang kehilangan bapak.  Tak lama sesudah socrates meninggal,
Plato pergi dari Athena. Itulah permulaan ia mengembara dua belas tahun lamanya, dari tahun
399 SM-387 SM. Mula-mula ia pergi ke Megara, tempat Euklides mengajarkan filosofinya. Di
ceritakan bahwa di Megara ia mengarang beberapa dialog, yang mengenai berbagai macam
pengertian dalam masalah hidup, berdasarkan ajaran socrates.

Di Megara ia pergi ke Kyrena, di mana ia memperdalam pengetahuannya tentang


matematik pada seorang guru yang bernama Theodoros. Di sana juga ia mengajarkan filosofi dan
mengarang buku-buku. Plato juga sempat di penjara dan dijual sebagai budak. Tetapi nasib yang
baik bagi Plato, di pasar budak ia dikenal oleh seorang bekas muridnya, Annikeris dan
ditebusnya. Kemudian peristiwa itu diketahui oleh sahabat-sahabat dan pengikut-pengikut Plato
di Athena. Mereka bersama-sama mengumpulkan uang untuk mengganti harga penebus yang
dibayar oleh Annikeris. Tetapi dia menolak penggantian itu dengan berkata “Bukan tuan-tuan
saja yang mempunyai hak untuk memelihara Plato.” Akhirnya uang yang terkumpul itu
dipergunakan untuk membeli sebidang tanah yang kemudian diserahkan kepada Plato untuk
dijadikan lingkungan sekolah tempat ia mengajarkan filosofinya. Tempat itu diberi nama
“Akademia”. Di situlah Plato, sejak berumur 40 tahun, pada tahun 387 SM. Sampai
meninggalnya dalam usia 80 tahun, mengajarkan filosofinya dan mengarang tulisan-tulisan yang
tersohor sepanjang masa.

Anda mungkin juga menyukai