Anda di halaman 1dari 8

SINOPSIS FILM DUA GARIS BIRU

UNIVERSITAS NASIONAL

JL. SAWO MANILA, PEJATEN BARAT, PASAR MINGGU, JAKARTA SELATAN 12520

Disusun oleh:

Nama : Galang Hafidz Paku Aji (183112351650517)

: Yinola Crissy Elenrose Hadrian ( 183112351650213 )


DUA GARIS BIRU
Dua Garis Biru menceritakan kisah cinta sepasang anak muda, yakni Dara yang
diperankan Zara JKT48 dan Bima yang diperankan Angga Yunanda.

Kisah percintaan yang dipenuhi dengan tawa, canda serta romansa anak sekolahan
ini didukung keluarga serta teman-teman terdekat mereka.

Namun, kegembiraan itu kemudian hilang seketika, digantikan oleh rasa takut serta
bingung ketika Dara hamil. Semua dukungan yang mereka dapatkan dari keluarga
dan teman turut menghilang.

Dara dan Bima kemudian diperhadapkan dengan hal-hal yang tak pernah
dibayangkan oleh anak berusia 17 tahun. Mereka pun harus
mempertanggungjawabkan hal tersebut.

Film ini mampu mempermainkan emosi penonton di sepanjang durasi 103 menit. 

Kemampuan akting Cut Mini, Dwi Sasono, Lulu Tobing, Arswendy Bening Swara,
Rachel Amanda, Maisha Kanna, Shakira Jasmine dan Ligwina Hananto menambah
keseruan Dua Garis Biru.

Dua Garis Biru sempat memicu kontroversi. Sejumlah pihak menilai film ini
'melegalkan kebebasan' dalam berpacaran.

Namun, Gina mengatakan film ini memiliki pesan pentingnya edukasi seks sedini
mungkin kepada anak-anak. Dua Garis Biru juga menjadi wadah untuk berdiskusi
tentang pernikahan dini yang masih dianggap tabu di Indonesia.

Ia berharap penonton bisa menikmati serta mengerti pesan yang hendak


disampaikan melalui Dua Garis Biru.

"Bisa relate dengan karakter-karakternya. Jadi kontroversi tersebut bisa hilang,"


kata Gina kepada Antara.
Teori Pengembangan Hubungan

Hubungan antarpribadi merupakan hal yang hidup dan dinamis. Hubungan ini
selalu berkembang (DeVito, 2011 : 250). Untuk mengetahui bagaimana suatu
hubungan antarpribadi berkembang atau sebaliknya, rusak, dapat dilakukan dengan
mempelajari sebuah teori komunikasi yang disebut Teori Penetrasi Sosial (Social
Penetration Theory seperti juga dalam teori aus dalam komunikasi interpersonal . 
SPT merupakan sebuah teori yang menggambarkan suatu pola pengembangan
hubungan, yaitu sebuah proses yang Altman & Taylor identifikasi sebagai
penetrasi sosial.

eori ini mengambarkan suatu pola pengembangan hubungan, sebuah proses yang
diidentifikasi sebagai penetrasi social. Penetrasi social merujuk pada sebuah proses
ikatan hubungan sebagimana psikologi komunikasi  dimana individu-individu
bergerak dari komuikasi superficial menuju ke komunikasi yang lebih intim.

1. Hubungan-hubungan memiliki kemajuan dari tidak intim menjadi intim

2. Secara umum, perkembangan hubungan sistematis dan dapat diprediksi

3.Perkembangan hubungan mencakup depenetrasi (penarikan diri) dan disolusi

4. Pembukaan diri adalah inti dari perkembangan hubungan

Dari Film Dua Garis Biru ini kita dapat melihat bahwa pengembangan hubungan di
dalamnya sangat erat. Awalnya kisah meereka berjalan sangat mulus dan mendapat
respon yang baik dari orang – orang terdekat mereka sepeti keluarga dan teman –
teman di sekolahnya. Sampai akhirnya hal yang tidak mereka inginkanpun terjadi.
Bima menghamili Dara yang masih duduk di bangku SMA, dukungan dari
keluarga dan teman – temannya terhadap hubungan mereka berdua seakan hilang
begitu saja , tetapi Bima dan Dara tidak putus asa dalam kejadian tersebut.

Bima siap bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan kepada Dara.

Hal tersebut pun mendapatkan respon yang baik dari keluarga mereka masing –
masing. Bima dan Dara berani membuka komunikasi antara keluarga demi
hubungan yang baik pula , kelancaran komunikasi tersebut membuat segala
persoalaan menjadi lebih terbuka dan lebih baik lagi.

Pengertian Konsep diri

Menurut Hurlock (dalam Nia, 2011 :  ) konsep diri adalah konsep seseorang dari
siapa dan apa dia itu. Konsep ini merupakan bayangan cermin, ditentukan sebagian
besar oleh peran dan hubungan dengan orang lain, dan apa yang kiranya reaksi
orang lain terhadapnya. Konsep diri mencakup citra diri fisik dan psikologis. Citra
diri fisik biasanya berkaitan dengan penampilan, sedangkan citra diri psikologis
berdasarkan atas pikiran, perasaan, dan emosi.

Song dan Hattie (dalam Nia, 2011 :  ) mengemukakan bahwa konsep diri terdiri
atas konsep diri akademis dan non akademis. Selanjutnya konsep diri non
akademis dapat dibedakan menjadi konsep diri sosial dan penampilan diri. Jadi
menurut Song dan Hattie, konsep diri secara umum dapat dibedakan menjadi
konsep diri akademis, konsep diri sosial, dan penampilan diri.

Menurut Burns (dalam Erawati, 2011 :  ) konsep diri adalah suatu gambaran
campuran dari apa yang kita pikirkan, orang-orang lain berpendapat mengenai diri
kita, dan seperti apa diri yang kita inginkan.

Menurut William D. brooks yang dikutip oleh Jalaludin Rakhmad (1985: 125)
yang menyatakan konsep diri merupakan persepsi individu terhadap dirinya sendiri
yang bersifat psikis dan sosial sebagai hasil interaksi dengan orang lain.

Berdasarkan kajian-kajian teori di atas, maka dasar teori yang digunakan untuk
menyusun kisi-kisi konsep diri adalah gabungan dari teori Hurlock dan teori Song
& Hattie yang menyatakan konsep diri adalah gabungan dari keyakinan yang
dimiliki individu tentang mereka sendiri yang meliputi karakteristik fisik,
psikologis, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi. Dimensi konsep diri mencakup
citra diri fisik, citra diri psikologis dan konsep diri sosial. Indikator citra diri fisik
biasanya berkaitan dengan penampilan, indikator citra diri psikologis berdasarkan
atas pikiran, perasaan, dan emosi. Sedangkan indikator konsep diri sosial adalah
pandangan, penilaian siswa terhadap kemampuan bergaul dan kerjasama dengan
orang lain.
Konsep Diri adalah semua persepsi kita terhadap aspek diri kita yang meliputi
aspek fisik, aspek sosial, dan aspek psikologis, yang terbentuk karena pengalaman
masa lalu kita dan interaksi kita dengan orang lain.

Konsep Diri berarti segala yang Anda ketahui tentang diri Anda, semua apa yang
Anda percayai, dan apa yang telah terjadi dalam hidup Anda terekam
dalam mental hard-drive kepribadian Anda, yaitu di dalam self-
concept Anda. Self-concept Anda mendahului dan memprediksi tingkat performa
dan efektivitas setiap tindakan Anda. Tingkah laku nyata Anda akan selalu
konsisten dengan self-concept yang terdapat di dalam diri Anda. Oleh karena itu,
perbaikan di segala bidang kehidupan Anda harus dimulai dari perbaikan di
dalam self-concept Anda.

Dalam Film Dua Garis Biru ini terdapat teori konsep diri yaitu Bima dan Dara
adalah sepasang kekasih yang masih duduk di bangku SMA , Dara meupakan
siswa yang berprestasi dan pintar di sekolahnya dimana hal itu membuat banyak
orang ingin mencontoh hal baik dari dirinya . sementara Bima hanyalah siswa
biasa dan sederhana .

Banyak orang di sekitar mereka yang menyayangkan perbuatan mereka tersebut.


Di satu sisi Dara merupakan orang yang cerdas , ia berencana melanjutkan
studinya keluar negeri dan orang di sekelilingnya berfikir kenapa ia seperti
menyia- nyiakan kesempatannya tersebut karena dia harus dikeluarkan dari
sekolah.

Disisi lain Bima yang terus dipandang buruk oleh orang di sekelilingnya karena
dianggap melakukan hal yang menghancurkan masa depan Dara, Bima sedikit
beruntung karena tidak dikeluarkan dari sekolah dan masih bisa melanjutkan
pendidikannya.

Orang – orang disekelilingnya pun berpendapat bahwa mereka salah bergaul ,


kurang kasih saying , dan terlalu dibiarkan bebas oleh orang tuanya.

Akibat dari kelakuan mereka ini pun , mereka jadi tidak dapat menjalankan hari –
harinya sebagai seorang remaja dengan baik
Teori Produksi Pesan

Dalam proses komunikasi, pesan merupakan sekumpulan lambang komunikasi


yang memiliki makna dan kegunaan dalam menyampaikan suatu ide gagasan
kepada manusia lain. Pesan dirancang oleh komunikator untuk disampaikan
kepada komunikan melalui saluran komunikasi tertentu. Penyandian pesan
(encoding) akan disesuaikan dengan karakteristik saluran pesan yang dipilih untuk
menyampaikan pesan kepada komunikan. Karena saluran komunikasi menentukan
bagaimana suatu pesan dikemas. Pesan yang sampai kepada komunikan akan
diterima melalui proses pemaknaan pesan (decoding).
Menurut Ritonga, (2005:20) pesan yang disampaikan kepada komunikan pada
dasarnya merupakan refleksi dari persepsi atau perilaku komunikan sendiri.
Komunikator dalam merancang pesan berorientasi (berpedoman) pada komunikan
agar ditafsirkan sama dan diharapkan dapat mempengaruhi komunikan untuk
bersikap dan berperilaku sesuai yang diharapkan komunikator.

Pesan menurut Vardiansyah, (2004:60) adalah segala sesuatu yang disampaikan


komunikator pada komunikan untuk mewujudkan motif komunikasinya. Pesan
pada dasarnya bersifat abstrak. untuk membuatnya konkret manusia dengan akal
budinya menciptakan lambang komunikasi: mimik, gerak gerik, suara, bahasa lisan
dan bahasa tulisan. Karena itu, lambang komunikasi adalah bentuk atau wujud
konkret dari pesan.
Lambang komunikasi diartikan sebagai kode atau simbol, atau tanda yang
digunakan komunikator untuk mengubah pesan yang abstrak menjadi konkret.
Komunikan tidak akan tahu apa yang kita pikirkan dan rasakan sampai kita
mewujudkan pesan dalam salah satu bentuk lambang komunikasi; mimik, gerak-
gerik, suara, bahasa lisan, dan atau bahasa tulisan. (Vardiansyah, 2004:61) Sebuah
pesan tidak lahir begitu saja, tapi melewati suatu proses tertentu yang -disadari atau
tidak disadari oleh pembuatnya—memengaruhi corak pesan tersebut.
Pada pembahasan kali ini kami membahas mengenai teori-teori produksi pesan
yang dibahas oleh Stephen W Littlejohn dalam bukunya Theories of Human
Communication dan Kathrine Miller dalam bukunya ”Communication Theories :
Perspectives, Processes, and Contexts” edisi kedua pada bab 7, serta referensi-
referensi terkait lainnya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai teori-teori
produksi pesan dengan menggunakan tiga tipe penjelasan psikologis: penjelasan
sifat, penjelasan keadaan,

Sebuah pesan tidak lahir begitu saja, tapi melewati suatu proses tertentu yang –
disadari atau tidak disadari oleh pembuatnya—memengaruhi corak pesan tersebut.
John Greene dalam teorinya Action Assembly Theory menjelaskan tentang cara
seseorang mengorganisasikan pengetahuan dengan pikiran dan menggunakannya
untuk membentuk pesan.

Greene menyebut dua komponen pengetahuan yakni pengetahuan isi (content


knowledge) dan pengetahuan prosedural (procedural knowledge). You
know about things, and you know how to do things (Terjemahan: Anda
tahu tentang sesuatu, dan Anda tahu bagaimana melakukan sesuatu itu)
(Littlejohn, 2005: 115). Dalam Action Assembly Theory, procedural
knowledge menjadi pusat perhatian utama. Greene menggambarkan cara
kerja procedural knowledge seperti titik-titik (node) yang saling terhubung satu
sama lain bagaikan website di internet. Node pengetahuan tersebut terutama yang
berkaitan dengan perilaku, konsekuensi dan situasi.

Greene memberi contoh ketika kita berjumpa seseorang, biasanya kita akan
tersenyum dan mengucapkan, “Hai, apa kabar?” dan kemudian orang tersebut akan
membalasnya dengan berkata, “Baik, bagaimana kabar Anda juga?”. Kita
menyimpan ini dalam memori sebagai suatu pengetahuan yang saling berhubungan
antara situasi menyapa seseorang, tindakan tersenyum, menggunakan kata-kata
tertentu, dan mendapatkan hasil berupa balasan sapaan dari orang lain.

Pada kasus yang lebih kompleks, hal-hal yang saling berkaitan semacam itu, di
mana pada prosedur tertentu terdapat hubungan yang paling sering digunakan atau
yang terakhir digunakan –sehingga menjadi semakin kuat, maka node pengetahuan
itu akan membentuk modul-modul atau pola. Greene menyebut modul-modu
tersebut sebagai procedural record, yaitu sekumpulan hubungan yang terbentuk
oleh node dalam kegiatan jaringan yang cenderung menguat.

Lebih lanjut, Greene juga menjelaskan bahwa jika hubungan pengetahuan tersebut
menjelma menjadi beberapa himpunan kegiatan dalam urutan tindakan tertentu
yang secara kuat saling berkelompok dan sering digunakan, maka akan menjadi
tindakan yang terprogram. Greene mengistilahkan tindakan terprogram ini sebagai
“unitilized assemblies”. Ritual memberikan salam seperti yang dipaparkan di atas
merupakan contoh yang bagus mengenai “unitilized assemblies”.

Menurut Greene, tidak ada tindakan tunggal yang dapat berdiri sendiri. Setiap
tindakan memengaruhi tindakan yang lain dengan suatu cara tertentu. Untuk
memperkenalkan diri misalnya, kita harus menggunakan berbagai tindakan mulai
dari tekanan suara dengan kata-kata dan gerakan. Untuk menuliskan paragraf, kita
harus menggabungkan berbagai aksi dari pengetahuan yang terkordinasi dalam
bahasa untuk menulis atau mengetik.

Tindakan tersebut kemudian diintegrasikan ke dalam jaringan pengetahuan. Setiap


bagian pengetahuan merepresentasikan sesuatu untuk melakukannya. Tujuan yang
lebih tinggi (seperti melakukan perkenalan) dan yang lebih rendah (seperti
tersenyum) digabungkan dalam sebuah hasil representasi yang mengantarkan kita
ke suatu tindakan komunikasi.

PESAN :

Dari film tersebut kita mendapat pesan , berkomunikasilah yang baik dengan orang
disekeliling kita. Jangan salah mengambil tindakan dalam kehidupan kita.
Berkomunikasi dengan orang terdekat adalah salah satu cara agar kita dapat
menjaga hubungan dengan orang lain menjadi lebih baik, dan jadikan diri kita
sendiri sebagai contoh yang baik pula bagi setiap orang.bangunlah komunikasi
yang luas agar orang dapat memahami sisi dari kita.

Anda mungkin juga menyukai