RELATIONSHIP DI INDONESIA
Dalam memenuhi nilai individu mata kuliah metode penelitian bahasa Korea.
Oleh
Noorachmah Fadilla
NPM
183112200750052
Nama Dosen
UNIVERSITAS NASIONAL
2021/2022
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
......................................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang........................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah................................................................ 1
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................
1.4 Metode Penelitian
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 6
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Masa muda atau masa – masa memasuki waktu remaja adalah waktu yang
tepat untuk mencari teman, mencari informasi – informasi berkaitan
dengan kehidupan. Salah satunya pada proses pendewasaan sebagian
remaja pasti akan melawati yang namanya pacaran. Pacaran diartikan
sebagai kegiatan yang diawali dari berkenalan dan berteman (Tucker,
dalam Girsang & Ningsih, 2015). Pacaran atau berkencan merupakan
sebuah interaksi yang ’saling’, dalam pacaran biasanya pasangan akan
melakukan pertemuan, interaksi serta beraktivitas bersama dengan tujuan
untuk terus melanjutkan hubungan tersebut. (Straus, dalam Girsang dan
Ningsih 2004). Sebuah hubungan dengan relasi yang sangat personal
(intim) atau disebut juga dengan pacaran tidak selalu berjalan mulus dan
tidak selalu penuh kasih sayang seperti yang diharapkan. Beberapa kasus
justru terdapat fenomena dimana salah satu pihak merasa tidak nyaman
bahkan sampai mengelami kekerasan didalamnya disebut dengan Toxic
Relationship. Toxic Relationship bisa juga dikatakan sebagai sebuah
hubungan yang tidak saling menghubungkan dan malah merugikan salah
satu pihak, dikarenakan adanya dominasi dari salah satu pihak sehingga
pihak lain merasa tertekan dan tidak nyaman (Vedasari, 2020).
Fenemona Toxic Relationship juga berhubungan erat dengan Drama Korea
yang kini sedang melonjak tinggi popularitasnya. Dari berbagai macam
judul Drama Korea terdapat bentuk – bentuk hubungan yang toksik yang
”dinormalisasikan”. Pesona para aktor dan aktrisnya yang membuat
penonton meromantisasikan karakter di drama Korea yang sebenarnya
manipulatif dan toksik. Selain itu ada juga yang melanggengkan stigma
bahwa perempun itu pasti rela disakiti dan mau memberikan apa pun untuk
laki – lakinya yang meluluhkan hatinya. Fakta tersebut sesungguhnya
sangat mengerikan untuk didengar apalagi banyak penggemar drama
Korea yang berasal dari Indonesia. Bukan semata – mata tontonan drama
Korea tidak baik untuk ditonton tetapi ada bagian – bagian yang perlu
diperhatikan agar tidak menjadi kesalahpahaman terkait hubungan toksik
yang diromantisasi. Ada banyak ciri – ciri Toxic Relationship yang
ditayangkan di Drama Korea tetapi diromantisasi, padahal itu merupakan
bentuk kekerasan, diantaranya posesif secara berlebihan, cemburu yang
berlebihan, ataupun bentuk – bentuk pengekangan yang lain justru
dianggap sebagai bentuk cinta. Kekerasan dalam pacaran tentu adalah
masalah yang bisa terjadi pada setiap orang (siapa saja) tanpa batas usia,
tanpa memandang status sosial-ekonomi, orientasi seksual, serta tempat
tinggal. Kekerasan dalam pacaran dampak berdampak baik dari fisik dan
juga psikis; seperti dapat menyebabkan luka fisik, dan juga menyebabkan
rendahnya self esteem pada korban. Kekerasan dalam pacaran bisa terjadi
karena kurangnya pengetahuan diantara pasangan, dan menelan mentah –
mentah informasi yang sebenernya belum diketahui kebenerannya.
Pengetahuan yang baik diantara pasangan akan meminimalisir terjadinya
kekerasan dalam hubungan pacaran. Selain itu kecerdasan emosional juga
sangat penting untuk menghindari kekerasan dalam pacaran (Chansa,
2017).
Penelitian ini akan membahas bentuk – bentuk hubungan toksik yang
dibangun pada adegan – adegan di drama korea yang di romantisasi. Di era
serba modern seperti saat ini, orang banyak dengan mudahnya terbawa
arus untuk mengikuti tren dan perkembangan zaman, termasuk dalam
pacaran. Tidak sedikit cara berpacaran di drama Korea menjadi salah satu
pengaruh gaya berpacaran saat ini di Indonesia dan sudah banyak
terjadinya perubahan dan fenomena baru didalamnya, termasuk Toxic
Relationship.
1.2 Identidikasi Masalah
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, penulis merumuskan masalah pada
penelitian ini yaitu bagaimana gambaran fenomena Toxic Relationship
yang diromantisasi dalam drama Korea. Kemudian peneliti menurunkan
beberapa pertanyaan, berikut ini :
1. Bagaimana bentuk – bentuk Toxic Relationship yang ada di
dalam drama Korea yang berkaitan dengan pacaran di
Indonesia?
2. Berdasarkan drama Korea dan berdasarkan paparan Korban,
mengapa Korban Toxic Relationship tetap mempertahankan
hubungan mereka?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pacaran
Menurut DeGenova & Rice (2005) pengertian pacaran adalah menjalankan
suatu hubungan dimana dua orang bertemu dan melalukan serangkaian
aktivitas bersama agar dapat saling mengenal satu sama lain. Menurut
Bowman (1978) pacaran adalah kegiatan bersenang – sennag antara pria
dan wanita yang belum menikah, dimana hal ini akan menjadi dasar utama
yang dapat memberikan pengaruh timbal balik untuk hubungan selanjutnya
sebelum pernikahan di Amerika.
Kyns (1989) menambahkan bahwa pacaran adalah hubungan antara dua
orang yang berlawanan jenis dan mereka memiliki keterikatan emosi,
dimana hubungan ini didasarkan karena adanya perasaan – perasaan
tertentu dalam hati masing – masing. Pacaran yang sehat memiliki
beberapa komponen, menurut Karsner (2001) ada empat komponen
penting dalam menjalin hubungan pacaran. Kehadiran komponen –
komponen tersebut dalam hubungan akan mempengaruhi kualitas dan
kelanggengan hubungan pacaran yang dijalani. Adapun komponen –
komponen pacaran tersebut, antara lain, saling percaya, komunikasi,
keintiman, meningkatkan komitmen.
Masalah paling krusial yang berkaitan dengan pacaran yang dilakukan oleh
remaja di Indonesia adalah masig banyaknya kasus kekerasan dalam
hubungan pacaran karena kurangnya kesadaran dan informasi tentang
Toxic Relationship. Mereka umumnya melakukan pacaran yang tidak
sehat. Artinya, masa pacaran tidak digunakan sebagai masa untuk menjaga
sikap dan perilaku pacar, termasuk pola pikir dan kepribadiannya. Tetapi
justru digunakan untuk mendominasi bahwa ada yang merasa superior di
dalam hubungan itu.
KERANGKA TEORI
PACARAN / DATING
TOXIC RELATIONSHIP
Lee, M. (2018). Toxic Relationship – 7 alarming sign that you are in toxic