Anda di halaman 1dari 2

Pandangan saya sebgai pemilih pemula digunakannya agama dalam kampanye partai politik

Indonesia merupakan salah satu Negara yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Dengan
ini, banyak dari penduduk Indonesia menginginkan pemimpin yang muslim pula. Masing masing
orang memiliki argument tentang pandangannya terhadap Politik Islam. Menurut Tibi, Islam
sebagai keyakinan dan Islamisme sebagai kategori politik keagamaan adalah dua entitas yang
berbeda. Islamisme, kata Tibi, bukanlah bagian dari Islam. Islamisme merupakan tafsir politis
atas Islam. Dasar dari Islamisme bukan pada Islam sebagai keyakinan, tetapi pada penerapan
ideologis atas agama di ranah politik.

Sangat penting bagi kita harus bisa membedakan Islam dan Islamisme, seperti yang dijelaskan
sebelumnya, bahwa Islam itu adalah Keyakinan dan Islamisme adalah sebagai Penerapan
Ideologis atas agama di ranah politik. Banyak dari pemimpin pemimpin kita menyamakan kedua
hal ini, sehingga menyebabkan opini yang salah terhadap masyarakat. Islamisme, tidak hanya
sekadar masalah politik. Lebih jauh, Islamisme berkaitan dengan politik yang diagamaisasikan
(religionized politics) dan oleh Tibbi, model itu disebut sebagai contoh yang paling kuat
dari global phenomenon of religious fundamentalism.

Penduduk Indonesia yang beragam mencapai lebih dari 200 juta jiwa secara politis dan secara
sosiologis Islam Indonesia menjadi Penting diperhatikan kerena merupakan hal yang sangat
relevan. Dari tahun 1971 sampai 2009 umat islam menjadi salah satu factor penentu perolehan
suara sekalipun dalam kebijakan politik tidak begitu adanya. Dengan banyaknya timbul partai-
partai politik Islam dan mengusung calon Presiden dan Wakil Presiden yang berlatar belakang
muslim bahkan Indonesia tidak pernah dipimpin oleh Pemimpin yang latar belakangnya bukan
muslim, ini menjadi salah satu contoh bahwa factor jumlah penduduk muslim memnentukan
keberhasilan di dalam pemilu di Indonesia.

Banyaknya Islamisme yang digunakan oleh calon calon legislative ataupun eksekutif harus kita
bisa kita saring, banyak dari masyarakat Indonesia memilih partai yang latar belakangnya adalah
islam. Tetapi kader kadernya hanya menjadikan Islam sebagai alat untuk memenangkan Pemilu.

Saya sebagai mahasiswa juga turut mengikuti perkembangan politik di Indonesia, dengan
banyaknya permasalah permasalahan yang ada di dalamnya. Tentu saya lebih memilih calon
calon anggota legislative ataupun eksekutif bukan hanya dari apa partainya, tetapi melihat latar
belakang orangnya. Masih banyak pejabat yang berlatar partai Islam tetapi tingkah lakunya tidak
mengindahkan Islam. Islam harus menjadi pedoman, tetapi menggunakan Islam sebagai alat
untuk menang pemilu itu sangat tidak baik.

Seperti Ridwan Kamil, saya sangat mengagumi beliau dengan militannya terhadap pembangunan
dan tetap berimbang kepada pendidikan Agama di kota Bandung, sehingga masyarakat tetap bias
maju dengan kebijakan pembangunan beliau. Pembangunan itu sangat penting, tapi tanpa adanya
Agama yang mendapingi semua yang dilakukan akan sia sia. Pemimpin yang terbaik itu adalah
pemimpin yang memikirkan nasib rakyatnya dan selalu menjalankan syariat sebagaimana
mestinya.

Dengan ini, kita harus benar benar bias memperhatikan mana islam dan mana islamisme.
Sehingga ketika kita memilih kita bisa memilih pemimpin yang sebenar benarnya pemimpin.
Indonesia bukan diciptakan untuk Islam saja, tetapi seluruh isi di dalamnya. Tetap jadikan
Indonesia yang berpegang teguh Pancasila, dan berpegang teguh pada pendirian kepercayaan
masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai