Anda di halaman 1dari 13

POLITIK ISLAM LOKAL DI INDONESIA

Penyusun,
Muhammad Ivan Yulyanto
NPM : 157002036

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2015

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada hambanya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul :
POLITIK ISLAM LOKAL DI INDONESIA
Ada dua hal yang memotivasi dan menjadi alasan saya untuk menyelsaikan makalah ini.
Pertama, karena pembahasan tentang politik islam lokal di Indonesia adalah suatu topik
yang menarik dan perlu kita pelajari. Dengan berbagai fenomena penggunaan politik islam di
suatu daerah yang memiliki basic sebagai daerah islam.
Kedua, karena politik islam yang terbentuk dan berasal dari kearifan lokal ini
telah menjadi solusi dalam menghadapi permasalahan politik di abad ke-20. Jaman
yang semakin berkembang membuat kita harus semakin inovatif di dalam mencari
setiap solusi atas berbagai permasalahan.
Saya menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun penulisannya. Namun demikian, saya telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat
selesai dengan baik dan oleh karenanya, saya dengan rendah hati dan dengan tangan
terbuka menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.

Tasikmalaya, 15 November 2015


Penyusun,

Muhammad Ivan Yulyanto

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................

KATA PENGANTAR................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN......................................................................

1.1. Latar Belakang..........................................................................................


1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................
1.3. Tujuan Penulisan Makalah........................................................................

4
4
4

BAB II ISI.................................................................................................

2.1. Pembahasan Faktor Terbentuknya Politik Islam....................

2.2. Pembahasan prisip-prinsip dasar dan cita-cita politik islam...

2.3. Pembahasan Perkembangan Politik Islam................................

2.4. Pembahasan tentang Peran Kyai..............................................

11

BAB III PENUTUP..................................................................................

12

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................

13

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ilmu politik adalah ilmu yang mengkaji hubungan- hubungan manusia dengan negara dan
manusia dengan manusia. Dalam Islam hal ini juga merupakan bidang agama karena ia
mencakup semua segi kehidupan. Islam tidak menyetujui penyekatan antara agama dan politik.
Islam ingin melaksanakan politik selaras dengan tuntunan yang diberikan agama dan
menggunakan negara sebagai pelayan Tuhan. Islam menggunakan kekuatan politik untuk
mereformasi masyarakat agar tidak terjatuh ke dalam tempat yang paling buruk.
Umat muslim, dalam hidupnya berpegang teguh pada Al Quran dan Al Hadist sebagai
pedoman hidupnya. Dari kedua pedoman tersebut, umat muslim tidak perlu khawatir dalam
menjalani persoalan hidup. Segala apa yang menjadi persoalan, solusi, peringatan, kebaikan dan
ancaman termuat di dalam pedoman tersebut. Bahkan dalam Al Quran dan Al Hadist
permasalahan politik juga tertuang didalamnya.
Prinsip-prinsip politik yang tertuang dalam Al Quran dan Al Hadist merupakan dasar
politik islam yang harus diaplikasikan kedalam system yang ada. Diantaranya prinsip-prinsip
politik islam tersebut:
1. Keharusam mewujudkan persatuan dan kesatuan umat (Al Mumin:52).
2. Keharusan menyelesaikan masalah ijtihadnya dengan damai (Al Syura:38 dan Ali Imran:159)
3. Ketetapan menunaikan amanat dan melaksanakan hukum secara adil (Al Nisa:58)
4. Kewajiban menaati Allah dan Rosulullah serta ulil amr (Al Nisa:59)
5. Kewajiban mendamaikan konflik dalam masyarakat islam (Al Hujarat:9)
6. Kewajiban mempertahankan kedaulatan negara dan larangan agresi (Al Baqarah:190)
7. Kewajiban mementingkan perdamain dari pada permusuhan (Al Anfal:61)
8. Keharusan meningkatkan kewaspadaan dalam pertahanan dan keamanan (Al Anfal:60)
9. Keharusan menepati janji (An Nahl:91)
10. Keharusan mengutamakan perdamaian diantara bangsa-bangsa (Al Hujarat:13)
11. Keharusan peredaran harta keseluruh masyarakat (Al Hasyr:7)
12. Keharusan mengikuti pelaksanaan hukum
Menurut Abdul Halim Mahmud (1998) bahwa islam juga memiliki politik luar negeri. Tujuan
dari politik luar negeri tersebut adalah penyebaran dakwah kepada manusia di penjuru dunia,

mengamankan batas territorial umat islam dari fitnah agama, dan system jihad fisabilillah untuk
menegakkan kalimat Allah SWT. Jadi politik bermakna instansi dari negara untuk keamanan
kedaulatan negara dan ekonomi.
Politik Islam lokal adalah politik yang muncul dan berasal dari kearifan lokal daerah.
Indonesia yang merupakan negara dengan penduduk Islam terbesar di dunia sehigga politik
Islam lokal lahir secara alami. Disisi lain, sejarah menjadi alasan kenapa politik Islam lokal ini
berkembang di Indonesia. Kita tahu, Islam memberi kado termanis untuk kemerdekaan Indonesia
dengan menjadikan indonesia sebagai negara kesatuan bukan menjadi negara Islam. Kenapa
demikian? Karena Islam sadar indonesia adalah negara yang beraneka ragam budaya dan agama.
Sehingga, Islam memutuskan untuk menghapus sebagian sila pertama pada pancasila yang
sebelumnya ada 7 kata yang mengundang konflik dengan daerah indonesia timur yang mayoritas
beragama kristen.
Perkembangan politik islam sendiri kini telah berkembang pesat. Daerah-daerah yang kental
dengan agamapun mulai menggunakan sistem politik ini untuk mengatasi tantangan jaman. Yang
menarik disini adalah pendukung politik ini belum tentu pemeluk islam, namun berasal dari luar
komunitas Muslim. Politik islam, secara substansial, merupakan penghadapan islam dengan
kekuasaan dan negara yang melahirkan sikap dan perilaku politik (political behavior) serta
budaya politik (political culture) yang berorientasi pada nilai-nilai Islam.

1.2. Rumusan Masalah


1) Apa yang mendorong terbentuknya politik islam lokal di Indonesia?
2) Apa saja prinsip-prinsip dasar dan cita-cita politik islam lokal?
3) Bagaimana perkembangan politik islam lokal di Indonesia?
4) Bagaimnakah peran kyai atau pemuka agama di politik islam ini?
1.3. Tujuan Penulisan Makalah
1) Untuk mengetahui pendorong terbentuknya politik islam di Indonesia.

2) Untuk mengetahui prisip-prinsip dasar dan cita-cita politik islam.


3) Untuk mengetahui perkembangan dari politik islam yang ada di Indonesia.
4) Untuk mengetahui peran kyai atau pemuka agama dalam politik islam di Indonesia.

BAB II
ISI
2.1. PEMBAHASAN FAKTOR PENDORONG TERBENTUKNYA POLITIK ISLAM
Politik Islam lokal di Indonesia merupakan suatu yang ada dan terbentuk dari kearifan lokal.
Perlu kita ketahui, ada dua faktor yang menjadi dasar terbentuknya politik Islam lokal di
Indonesia ini.
Pertama,karena mayoritas penduduk indonesia adalah beragama islam. Kita tahu, Indonesia
adalah negara dengan penduduk Muslim terbanyak di seluruh dunia. Kearifan lokal menjadi
sumber terciptanya politik islam lokal disamping berorientasi pada nilai-nilai islam. Berbeda
dengan politik lainnya, politik ini dapat diterima dengan terbuka oleh masyarakat. Jadi, tidak
mengherankan jika di Indonesia terbentuk suatu sistem yaitu politik Islam lokal yang menjadi
solusi terutama di daerah-daerah yang memiliki basic Islam yang cukup kental.
Kedua,karena sejarahlah politik Islam lokal ini ada dan berkembang di Indonesia.
Kemerdekaan indonesia tanggal 17 Agustus 1945 terdapat sebuah peristiwa unik. Dimana Islam
memberikan kado termanis kepada indonesia untuk menjadikan indonesia negara kesatuan bukan
negara islam.

Pada perumusan pancasila yang pada saat itu ada sila yang mengundang konflik dikarenakan
ada 7 kata yang mengindikasi untuk menjalankan syariah agama islam. Sehingga terjadilah
penghapusan 7 kata pada sila pertama pada pancasila dan diganti yang sampai sekarang berbunyi
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Disisi lain, perlu kita ketahui bahwa organisasi pertama yang ada di Indonesia adalah
SDI(serikat dagang islam) yang kemudian berubah nama menjadi SI. Organisasi yang didirikan
oleh Tjokro Aminoto adalah organisasi Islam. Sehingga memang perlu kita ketahui bersamasama kalau politik islam perkembangannya bahkan sebelum kemerdekaan indonesia. Dan tidak
mengherankan lagi jika politik lokal islam telah berkembang di Indonesia sampai sekarang.
Dari dua faktor utama tersebut memang kemunculan politik islam lokal tidak mucul secara
tiba-tiba tetapi ada sebuah proses alami yang memunculkan lahirnya politik ini. Mayoritas
penduduk dan sejarah jelas tidak dapat dipisahkan lagi dengan keberadaan politik islam lokal ini.
Tantangan jaman juga merupakan salah satu alasan kenapa politik islam ini ada untuk menjawab
sistem politik apa yang tepat kedepan untuk indonesia.
2.2. PRINSIP-PRINSIP DASAR DAN CITA-CITA POLITIK ISLAM
Untuk menyelenggarakan pemerintahan negara, menurut Salim (1994 : 306), terdapat empat
prinsip dasar dalam politik islam. Keempat prinsip itu adalah :
Prinsip amanat
Prinsip pertama mengandung makna bahwa kekuasaan politik yang dimiliki oleh pemerintah
merupakan amanat Allah dan juga amanat rakyat yang telah mengangkatnya melalui baiat.
Sebagaimana amanat Allah SWT , kekuasaan politik itu dianugrahkan oleh Allah SWT kepada
manusia. Penganugrahan itu dilakukan melalui satu ikatan perjanjian. Perjanjian itu terjalin
antara sang penguasa Allah di satu pihak, dan dengan masyarakat di pihak lain. Karena itu,
prinsip ini menghendaki agar pemerintah melaksanakan tugas-tugasnya dengan memenuhi hakhak yang diatur dan dilindungi oleh hukum Allah, termasuk di dalamnya amanat yang
dibebankan oleh agama dan yang dibebankan oleh individu dan masyarakat sehingga tercapai
masyarakat yang sejahtera dan sentosa. Amanat yang dimaksud dengan banyak hal, salah satu
diantaranya adil.
Prinsip keadilan
Adil menjadi prinsip kedua dalam pengelolahan kekuasaan politik. Keadilan yang dituntut tidak
hanya terhadap kelompok, golongan, atau kaum muslim saja, tetapi mencakup seluruh manusia

bahkan seluruh makhluk. Ayat-ayat al-Quran yang mencakup hal ini cukup banyak, salah
satunya berupa tegura kepada Nabi Muhamad SAW yang hampir menvonis salah seorang
yahudi, karena terpengaruh oleh pembelaan keluarga pencuri. Dalam kontak inilah turun firman
Allah dalam Q.S an-Nisa: 105.
Janganlah kamu menjadi penentang orang-orang yang tidak bersalah, karena (membela) orangorang yang khianat.
Keadilan juga mengandung arti bahwa pemerintah berkewajiban mengatur masyarakat dengan
membuat aturan-aturan hukum yang adil berkenaan dengan masalah-masalah yang tidak
beraturan secara rinci atau didiamkan oleh hukum Allah. Dengan demikian, penyelenggaraan
pemerintah berjalan di atas hukum dan bukan atas dasar kehendak pemerintah atau pejabat.
Prinsip ketaatan
Prinsip ketaatan mengandung makna wajibnya hukum-hukum yang terkandung dalam al-Quran
dan sunnah ditaati. Demikian pula hukum perundang-undangan dan kewajiban pemerintahan
wajib ditaati. Kewjibaaan ini tidak hanya dibebankan kepada rakyat, tetapi juga dibebankan
kepada pemerintahan. Oleh karena itu, hukum perundang-undangan dan kebijakan politik yang
diambil pemerintah harus sejalan dan tidak boleh bertentangan dengan hukum agama. Jika tidak
demikian, maka kewajiban rakyat kepada hukum dan kebijakan dinyatakan telah gugur, karena
agama melarang ketaatan pada kemaksiatan. Rakyat harus menaati pemerintah selama
pemerintahan itu menaati Allah SWT dan rasul-Nya, sebagaimana difirmankan Allah dalam Q.S
an-Nisa:59 berikut,
Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah, taatlah kepada rasul, dan para
pemimpinmu!
Menurut Quraish Shihab (1999, 427), Tidak disebutkan kata perintah taat pada ulil amri untuk
memberi isyarat bahwa ketaatan kepada mereka tidak berdiri sendiri, tetapi berkaitan atau
bersyarat dengan ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya.
Prinsip musyawarah
Prinsip musyawarah menghendaki agar hukum perundang-undangan dan kebijakan politik
diterapkan melalui musyawarah i antara mereka yang berhak. Masalah yang diperselisihkan para
peserta musyawarah harus diselesaikan dengan mengggunakan ajaran-ajaran dan cara-cara yang

terkandung dalam al-Quran dan sunnah Rasul Allah SWT. Prinsip musyawarah ini diperlukan
agar para penyelenggara negara dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan bertukar pikiran
dengan siapa saja yang di anggap tepat guna mencapai yang terbaik untuk semua (Shihab,
1999:429).
Wahai orang-orang yang beriman , janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaan orangorang di luar golongan (non Muslim), karena mereka selalu menimbulkan kesulitan bagi kamu.
Mereka ingin menyusahkanmu. Telah tampak dari ucapanmu mereka kebencian, sedang apa
yang disembunyikan oleh dada mereka lebih besar. Sungguh kami telah jelaskan kepada kamu
tanda-tanda (teman atau lawan), jika kamu memahaminya.
Ayat diatas, ditulis Rasyid Ridha (dalam Shihab, 1999), mengandung larangan dan penyebabnya.
Adapun cita-cita politik islam seperti dikemukakan secara implisit oleh al-Quran adalah: (1)
terwujudnya suatu sistem politik, (2) berlakunya hukum Islam dalam masyarakat secara mantap,
dan (3) terwujudnya ketentraman dalam kehidupan masyarakat. Cita-cita politik tersebut
tersimpul dalam ungkapan baldatun thayabbatun wa rabbun ghafur, yang mengandung konsep
negeri sejahtera dan sentosa. Dari sisi tampak kedudukan kekuasaan politik sebagai sarana dan
wahana, sedangkan pemerintahan merupakan pelaksana bagi tegaknya ajaran agama
(Salim.1994: 298).
2.3. PEMBAHASAN PERKEMBANGAN POLITIK ISLAM LOKAL DI INDONESIA
Perkembangan politik islam di indonesia telah ada dan telah digunakan oleh daerah- daerah
yang notabennya adalah daerah yang memiliki basic islam. Menurut dosen FISIP UNSOED
,yaitu: Bapak Luthfi Makhasin. Ada empat daerah yang menarik di Indonesia dimana daerah
tersebut menggunakan politik islam lokal yang muncul dari kearifan lokal ini.
Kita akan membahas pengunaan politik Islam lokal ini dimulai dari daerah paling barat
Indonesia yaitu Aceh. Aceh merupakan daerah yang mendapat julukan sebagai serambi mekah.
Kita tahu, Aceh disisi keagmaan memang memiliki kekentalan tersendiri dibanding dengan
daerah lain di Indoneia. Sehingga Aceh mendapat hak tersendiri untuk menjadi provinsi yang
istimewa. Pola hidup masyarakatnya telah menjadikan Aceh provinsi yang islami. Hukumhukum yang diterapkan disana telah menggunakan hukum islam. Ini merupakan gambaran
bahwa politik Islam lokal disana telah menjadi sisten yang mereka terapkan.
Daerah selanjutnya adalah Tanggerang Selatan, politik islam lokal disana telah ada dan
berkembang cukup baik. Yang menarik dari Tangsel daerah yang menggunakan politik Islam

lokal ini pemimpinnya adalah wanita. Ibu Airin adalah pemimpin di Tanggerang Selatan saat ini.
Pandangan Islam tentang pemimpin harus laki-laki, kini telah selesai dan tidak menjadi masalah
lagi. Saat demokrasi masih menjadi sitem yang digunakan oleh Indonesia.
Daerah yang ketiga adalah Tasikmalaya. Daerah yang terletak di Jawa Barat ini merupakan
daerah yang kental atau identik dengan agama Islam. Tasikmalaya mendapat julukan sebagai
kota santri karena terdapat banyak pondok pesantren yang tersebar di kota ini. Yang menarik
adalah politik islam lokal di Tasikmalaya ini terletak pada peran kyai atau pemuka agama. Peran
kyai atau pemuka agama di Tasikmalaya itu cenderung kepada ranah politik dan duduk di
pemerintahan. Partai penguasa di Tasikmalaya juga merupakan partai-partai islam sepeti PPP dan
PKS.
Daerah yang terakhir adalah Bulukumba. Daerah yang terletak di Sulawesi Selatan ini
menjadi sesuatu yang menarik. Ternyata politik Islam lokal tidak hanya dipakai di daerah seperti
Aceh, Tanggerang Selatan, dan Tasikmalaya saja. Daerah sulawesipun telah menggunakan sistem
politik Islam lokal ini. Pola kehidupan masyarakat disana tidak jauh berbeda dengan daerah lain
yang menggunakan politik Islam. Sehingga keberadaan politik Islam lokal telah menjadi solusi
dari setiap permasalahan di masyarakat Bulukumba.
Daerah-daerah di indonesia khususnya yang memiliki basic yang kental dengan islam tidak
perlu meragukan politik islam lokal ini untuk diterapkan dan menjadi solusi untuk menghadapi
persoalan indonesia kedepan. Yang menarik disini adalah pendukung politik ini belum tentu
pemeluk islam, namun berasal dari luar komunitas Muslim. Ilnilah alasan kenapa kita harus
optimis jika politik islam ini menjadi solusi paling tepat untuk indonesia. Daerah-daerah berbasis
Islam telah membuktikan bahwa tidak menjadi masalah ketika politik islam yang berasal dari
kearifan lokal ini mereka terapkan.
2.4. PEMBAHASAN PERAN KYAI ATAU PEMUKA AGAMA DALAM POLITIK ISLAM
DI INDONESIA
Kyai atau pemuka agama memiliki peran penting di dalam kehidupan masyarakat. Selain sebagai
penceramah terkadang kyai dijadikan sebagai tokoh masyarakat karena dipandang memiliki ilmu
yang lebih tinggi dan dapat menyelesaikan ketika terjadi sebuah permasalahan. Kyai atau
pemuka agama kini telah memasuki dunia politik, ini merupakan hal yang aneh dan harus kita
ketahui apa penyebab terjadinya fenomena seperti ini.

Sejak pemilu pertama 1955 memang partai islam seperti masyumi telah ada. Disitu dapat kita
lihat bahwa peran ulama dalam politik di awal kemerdekaan memang sudah terlihat. Namun
fenomena dulu dan sekarang telah berbeda sehingga peran kyai atau pemuka agama
dipertanyakan.
Sejatinya kyai atau pemuka agama yang bertugas memberikan ceramah dan ide-ide untuk
membangun bangsa. Namun kini kyai atau pemuka agama banyak yang terjun menjadi caleg dan
calon kepala daerah. Fenomena ini dalam politik islam lokal menjadi pertanyaan. Seharusnya
mereka kembali sesuai dengan tugasnya yaitu sebagai penceramah. Coba kita bayangkan jika
seluruh kyai menduduki pemerintahan. Lalu siapakah yang akan menjadi pelurus dalam
menjalankan kehidupan beragama? Menurut undang-undang memang boleh siapa saja menjadi
caleg termasuk kyai sekalipun boleh.
Inilah sesuai dengan pendapat saya tentang politik. Politik adalah keleluasaan untuk memasuki
seluruh cabang ilmu dan merupakan alat untuk memperbaiki suatu sistem. Dengan pernyataan
diatas kita dapat memahami kalau kyai dan pemuka agama memiliki niat untuk memperbaiki
suatu sistem. Kerusakan sistem ini telah memotivasi para kyai untuk hadir dan menjadi barisan
terdepan dalam memperbaiki bangsa.
Pembahasan selanjutnya adalah kyai memiliki peran berbeda selain sebagai penceramah atau
turun sebagai caleg. Ketika seseorang calon legislatif bahkan calon presiden untuk sekarang
mereka membutuhkan peran kyai terutama kyai di pondok pesantren. Kenapa demikian? Saya
akan menjawab pertanyaat tersebut. Podok pesantren memang untuk sekarang menjadi sasaran
calon legislatif dan calon kepala daerah, itu dikarenakan kyai selalu di ikuti kata-katanya oleh
para santri. Istilah di jawa namanya sesepuh atau kepanjangan dari sabdane ampuh. Sabdane
ampuh itu setiap ucapan selalu diikuti dan ditaati. Kita ambil contoh satu pondok pesantren
memiliki seribu santri, ketika ada caleg yang memasuki pondok pesanten dan mendekati kyai.
Lalu kyai mendukung caleg tersebut maka otomatis ketika kyai mengisyaratkan para santri untuk
mendukung maka caleg tidak usah lama-lama dan mengahibiskan uang untuk membeli suara.
Politik islam lokal jika diterapkan mungkin contoh diatas tidak akan terjadi. Para ulama akan
menjadi penyumbang dan ide-ide besar untuk kemajuan bangsa indonesia. Kita tidak dapat
menyalahkan ketika kyai, anaknya, cucunya, bahkan istrinya menjadi caleg. Karena ketika
seorang ulama yang kritis dan menginginkan perbaikan opsi terakhir adalah turun langsung.
Karena kita ketika berada di luar pemerintahan kita bukan siapa-siapa.

Solusi dari permasalahan tersebut adalah politik islam lokal akan mengembalikan tugas dan
peran kyai seperti semula. Lalu bagaimana caranya? Caranya adalah ketika para kyai sudah
jenuh dengan kerusakan sistem dan ingin memperbaikinya, maka wakilkan dan berikan mandat
kepada calon dari luar lingkungan kyai yang sekiranya dapat menjadi penyambung setiap ide dan
gagasan yang kyai miliki. Dengan cara seperti itu secara tidak langsung kyai telah masuk ke
dalam pemerintahan dan tanpa harus menjadi anggota DPR kyai dapat mewujudkan mimpi untuk
memperbaiki sistem sesuai yang mereka anggap itu kurang baik.

BAB III
PENUTUPAN
Politik Islam Lokal adalah poltik yang berasal dari kearifan lokal. Daerah-daerah di
Indonesia telah menggunakan sistem politik ini. Berbagai pertanyaanpun muncul tentang proses
awal keberadaan politik Islam lokal ini. Faktor sejarah dan mayoritas penduduk yang beragama
islam lah yang menjadikan alasan kenapa muncul politik Islam lokal ini di Indonesia.
Untuk menyelenggarakan pemerintahan negara, menurut Salim (1994 : 306), terdapat empat
prinsip dasar dalam politik islam. Keempat prinsip itu adalah : Prinsip amanat, Prinsip keadilan,
Prinsip ketaatan, dan Prinsip musyawarah. Adapun cita-cita politik islam seperti dikemukakan
secara implisit oleh al-Quran adalah: (1) terwujudnya suatu sistem politik, (2) berlakunya
hukum Islam dalam masyarakat secara mantap, dan (3) terwujudnya ketentraman dalam
kehidupan masyarakat. Cita-cita politik tersebut tersimpul dalam ungkapan baldatun
thayabbatun wa rabbun ghafur, yang mengandung konsep negeri sejahtera dan sentosa.
Politik Islam lokal ini akan menjadi solusi indonesia menghadapi tantangan bangsa kedepan.
Alasan yang dapat membuat kita optimis dengan politik lokal islam ini adalah pendukung politik
ini tidak hanya pemeluk islam bahkan ada yang dari non Muslim. Karena dapat diterima semua
kalanganan, tidak ada alasan lagi untuk kita menolak politik islam ini. Empat daerah di Indonesia
telah menggunakan politik Islam lokal ini, yaitu : Aceh, Tangsel, Tasikmalaya, Bulukumba.
Peran kyaipun seharusnya menjadi pemberi ide-ide dan gagasan besar untuk negeri ini. Jika
mereka menginginkan sebuah perbaikan maka solusinya adalah berikan mandat kepada salah
satu wakilnya nanti yang duduk di pemerintahan. Karena masyarakat butuh kyai yang bertugas
sebagai penceramah dan penyelsai setiap permasalahan menurut pandangan agama.

DAFTAR PUSTAKA
TIM DOSEN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) 2009. Aktualisasi Pendidikan
Islam: Respon Terhadap Problematika Kontemporer. Malang: Hilal Pustaka.
Hasby, Subky, dkk.2007. BUKU DARAS. Malang: PPA Universitas Bramijaya.
Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai