MAKALAH
Oleh :
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan adalah
sebagai berikut :
1. Apa pengertian Islam politik?
2. Bagaimana pendekatan Islam politik dengan negara Indonesia?
3. Bagaimana hubungan politik muslim dengan dinamika sistem demokrasi
di Indonesia?
4. Bagaimana implikasi Islam politik terhadap sikap dan perilaku politik di
Indonesia?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian Islam politik dan hubungannya dengan
politik negara Indonesia
2. Untuk memahami Islam politik dalam hubungannya dengan dinamika
kontemporer demokrasi di Indonesia
3. Untuk mempelajari implikasi Islam politik terhadap sikap dan perilaku
serta aliran-aliran politik di Indonesia
2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Hubungan Islam dengan Politik dan Negara di Indonesia
2.1.1 Islam Politik (Tinjauan Teoritis)
Masalah hubungan politik antara Islam dan negara, seringkali muncul dari
pandangan bahwa di antara keduanya tidak mungkin untuk membangun hubungan
yang saling menguntungkan. Jika memang teori ini benar, maka tinjauan umum
tentang teori politik Islam dapat berguna sebagai landasan untuk pemahaman yang
lebih baik tentang masalah tersebut.
Politik Islam tidak lepas dari sejarah Islam yang multi interpretatif.
Hampir setiap Muslim percaya akan pentingnya prinsip-prinsip kehidupan
kontemporer, Islam multi-interpretatif, tidak pernah ada satu pandangan pun
tentang bagaimana Islam dan politik harus sesuai dengan tepat dikaitkan. Bahkan
ada banyak pendapat yang berbeda, beberapa bahkan kontradiktif mengenai
hubungan yang tepat antara Islam dan politik.
3
langsung sebagai konstitusi negara. Dalam konteks negara bangsa yang ada saat
ini, bisa disebut sebagai Turki, Mesir, Sudan, Maroko, Pakistan, Malaysia,
Aljazair, Arab Saudi, dan Indonesia. Model formal ini praktis memiliki potensi
untuk bertabrakan dengan sistem politik modern.
4
lebih sama dengan yang berlaku di Belanda. Akomodasi adalah konsep yang
digunakan untuk memperluas penerimaan umum, termasuk semua kelompok
kepentingan konsep Muslim berdasarkan pertimbangan kemanusiaan bersama.
Dari uraian di atas, jelas telah menunjukkan salah satu elemen penting
dalam pendekatan adalah bahwa hal itu merupakan pengembangan dari perebutan
kekuasaan politik antara elemen-elemen Islam dan non-Islam di masyarakat
Indonesia sejak lama, hampir bersamaan dengan kehadiran Islam di Indonesia
sendiri. Non-Muslim diidentifikasi sebagai elemen untuk Jawa. Seperti di masa
5
lalunya, Indonesia pada masa pascakolonial memiliki duplikat sengketa wilayah,
yang menyebabkan perebutan kekuasaan antara Islam dan kelas-kelas Jawa yang
sinkretis, di mana tampaknya dimenangkan oleh kelompok-kelompok terakhir.
Mengapa itu terjadi? Salah satu elemen penting yang menjadi faktor penentu
dalam memenangkan pertarungan politik, adalah kemampuan kelompok untuk
membuat blunder sinkretis Jawa untuk mencapai tujuan dengan cara yang benar-
benar mengikis cengkeraman politik Islam. Dari upaya ini, dapat dikatakan bahwa
Islam kontemporer di Indonesia telah kehilangan akarnya dalam arti politik.
6
berbagai keberagaman lainnya sehingga dapat dirumuskan tiga faktor pendeketan
dalam masyarakat islam yaitu politik fundamentalis, reformis, dan akomodasi.
7
Demokrasi bukan satu dimensi. ini benar bahwa tujuannya yang diterima
secara umum adalah kontrol populer atas urusan publik atas dasar kesetaraan
politik. Tapi ini pada gilirannya, membutuhkan sejumlah sarana atau lembaga
promosi yg besar dengan kinerja yang wajar, substansi dan cakupan geografis;
institusi yang mana adalah semua orang pada akhirnya juga harus mampu
mempromosikan dan menggunakan secara wajar. Bentuk khusus dari lembaga-
lembaga tentu saja bisa kontekstual.
8
Gerakan anti-kolonial terkemuka di awal hingga pertengahan Abad 20
mengkombinasikan iman dan etika Muslim dengan cita - cita Revolusi Perancis,
deklarasi kebebasan Amerika, dan kritik terhadap kapitalisme dan imperialisme.
Tentu saja, ada yang secara politis, Muslim yang lebih taat daripada yang lain.
Tapi poin mendasarnya adalah itu semua merupakan aliran politik yang
mengkompromikan program sipil dan aspirasi mereka dengan mediasi
komunitarian serta hubungan langsung karismatik-populis antara politik dan
masyarakat.
9
pihak, partai sekuler seperti Partai Nasionalis Indonesia (PNI), Partai Komunis
Indonesia (PKI), dan Partai Sosialis Indonesia (PSI) yang sebagian dari mereka
didukung dari orang Indonesia abangan. Di sisi lain, santri Indonesia terpecah
antara dua bentuk Islam politik, yaitu Islam "tradisionalis" yang disebarkan
khususnya di pedesaan Jawa oleh Nahdlatul Ulama (NU) dan Islam "modernis"
lebih umum di kota-kota dan daerah di luar Jawa, yang diwakili oleh
Muhammadiyah dan partai Masyumi.
Dalam hal ini orang Indonesia sekuler juga dapat digambarkan sebagai
"pluralis." Di ujung berlawanan dari penggambaran ideologis, orang Islam
Indonesia percaya bahwa Islam harus memiliki hak istimewa posisi dalam
kehidupan publik vis-a`-vis semua agama lain. Sebuah prinsip yang mungkin
memiliki luas dan konsekuensi konsekuensial dalam berbagai domain
kebijakan. Di antara perbedaan besar ini adalah posisi tingkat individu berbeda-
beda, apakah islam harus memainkan peran yang lebih menonjol dalam urusan
public Indonesia.
10
Kepentingan politik harus berkorelasi dengan pengetahuan politik. Sebagai
pemilih dengan minat yang lebih tinggi dalam politik lebih cenderung
menghabiskan waktu dan upaya untuk memperoleh informasi tentang masalah
politik, mereka cenderung lebih canggih dalam masalah mereka pengetahuan dan
pemahaman tentang politik.
11
dan memilih, difokuskan pada dua hasil, yaitu persetujuan atas kinerja Joko
“Jokowi” Widodo sebagai Presiden Republik dan pilihan partai. Seperti yang
disoroti oleh beberapa pengamat politik Indonesia, Islam radikal telah
menghadapi tantangan besar terhadap jabatan Jokowi sejak demonstrasi massal
akhir 2016 di Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
12