Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS TERHADAP PROSPEK POLITIK ISLAM

INDONESIA

Hendra Gunawan
Universitas Siliwangi Tasikmalaya, Jl. Siliwangi No. 24 Tasikmalaya 46155
rhoma_hendra@gmail.com

Abstrak
Keberadaan Islam jauh lebih dulu ada di wilayah Nusantara dari apa yang kita sebut
sekarang ini dengan sebutan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Begitu
juga peran politik umat Islam sudah ada sebelum Indonesia terbentuk. Kerajaan Aceh
Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon, serta Ternate adalah bentuk peran politik umat
Islam di wilayah-wilayah pra Indonesia. Meskipun Islam sudah setua dengan apa
yang digambarkan diatas, politik umat Islam di masa-masa Indonesia merdeka tidak
begitu menggembirakan. Sebut saja misalnya ketika terjadi perdebatan sengit yang
membahas tentang bentuk Negara, Islam atau nasionalisme. Islam secara langsung
berkonfrontasi dengan faham yang belakangan ada, yaitu nasionalisme. Dan disini
Islam mengalami kekalahan telak. Hal itu ditandai dengan dihapuskannya tujuh kata
dalam piagam Jakarta yang menurut Kartosuwiryo merupakan bentuk kekalahan
pertama politik Islam di Indonesia.

Kata Kunci: politik Islam, negara, agama

Abstract
The presence of Islam is much earlier there in archipelago of indonesia than what we
call today as the territory of the Republic of Indonesia. As well political role of Islam
existed before Indonesia was formed. Kingdom of Aceh Darussalam, Malacca, Demak,
Cirebon and Ternate is a form of political role of Muslims in the areas of pre Indonesia.
Although Islam is as old as to what is described above, Muslim politics in times of
Indonesia’s independence is not so encouraging. Call it like when there is intense
debate about the form that of State, Islam or nationalism. Islam is directly confronted
with the schools of the latter exist, that is nationalism. And here Islam suffered a major
defeat. It was marked by the elimination of seven words in the charter of Jakarta which
according to Kartosuwiryo is a form of the first defeat of political Islam in Indonesia.

Keywords: political Islam, state, religion

Perdebatan antara hubungan Islam dan politik dalam bentuk formal tidak terealisasi
politik tidak akan pernah berhenti, baik itu dalam konstitusi Indonesia, sehingga jalan
di dunia Islam maupun di Indonesia. Di alternatifnya adalah terbentuklah Pancasila
Indonesia, relasi antara Islam dan politik sebagai ideologi Negara Indonesia1.
sudah ada semenjak Islam masuk, akan Pancasila yang bernafaskan sekuler
tetapi perdebatan yang sistematis baru ini sudah menjadi postulat politik bagi
terjadi pasca kemerdekaan Indonesia. sistem politik di Indonesia, sehingga terasa
Dimana perdebatan itu begitu vulgar ketika
diadakannya rapat BPUPKI dan memuncak 1
Untuk lebih jauh mengetahui pergumulan Islam
di Indonesia dalam awal-awal terbentuknya NKRI
dengan keluarnya piagam Jakarta. Namun, baca buku Pergumulan Islam Di Indonesia Karangan
pada akhirnya hubungan antara Islam dan B.J Boland
26 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan, Vol. 1 Nomor 1, Juli 2012, hlm. 25-32

tidak ada ruang lagi bagi Islam politik di sebagai penerapan nilai nilai Islam dalam
Indonesia. Jika ada itu pun hanya sebatas sistem politik baik itu peraturan perundang-
pada tatanan subtansi bukan pada tatanan undangan, kebijakan publik, tata negara
formalitas. Jadi eksistensi Islam politik dalam bentuk formalitas, sehingga syariat
Indonesia masih tahap dialektika dalam Islam dianggap sebagai solusi bagi yang
kekangan ideologi Pancasila. Namun, cita- ideal untuk negara.
cita untuk mendirikan Negara Islam akan Disamping itu, teori Donald K
tetap selalu ada di masyarakat Indonesia. Emmerson mengemukakan tesis bahwa
Tetapi pilihan untuk sekulerisme bukan “Islam yang berada diluar kekuasaan
merupakan pilihan yang buruk untuk adalah Islam yang tidak lengkap” atau
Indonesia dalam menanggapi relasi antara “umat Islam yang tidak terus mengupayakan
Islam dan politik2. terwujudnya Negara Islam adalah umat
Disisi lain, peranan partai politik Islam yang tidak berbuat yang sesungguhnya
terutama partai-partai Islam akan tetap demi Islam”. Maksudnya, kelompok Islam
menghiasi perdebatan politik Islam di militan berpandangan bahwa Islam dan
Indonesia. Sehingga partai-partai Islam politik tidak dapat dipisahkan, karena
bisa jadi indikator bahwa politik Islam tetap mereka percaya bahwa Islam yang berada
eksis di Indonesia. diluar kekuasaan adalah Islam yang tidak
lengkap. Yang harus di pertanyakan pada
Kerelevanan Syariat Islam : Antara Ya kondisi sekarang ialah “apakah formalitas
dan Tidak Negara Islam itu bisa di terapkan pada
Politik menurut perspektif syari’at, zaman sekarang?4.
ialah yang menjadikan syari’at sebagai Untuk itu, sebagian muslimin
pangkal tolak, kembali dan bersandar menganggap syariat Islam bahwa syariat
kepadanya, mengaplikasikannya di muka Islam itu relevan untuk semua zaman,
bumi, menancapkan ajaran-ajaran dan kondisi dan tempat. Kerelevansian syariat
prinsip-prinsip-Nya di tengah manusia, Islam ini banyak ditunjukan dalil-dalil
sekaligus sebagai tujuan dan sasarannya, Qath’i, baik berupa wahyu, bukti sejarah
sistem dan jalannya3. Tujuannya berdasarkan maupun bukti realistis. Sedangkan
syari’at dan sistem yang dianut juga sebagian yang lainya mengangap bahwa
berdasarkan syari’at. Apabila ditinjau dari syariat Islam tidak sesuai dengan konteks
konsep sekarang syariat itu bisa dimaknai politik kontemporer. Diantaranya pemikir
kontemporer yang lebih moderat adalah
2
Effendy, Bahtiar. “Repolitisasi Islam.” Dalam Abduh yang mengemukakan bahwa
A. Suryana Sudarjat, ed., Fenomena Partai Islam “organisasi politik bukanlah persoalan
(Bandung: Mizan, 2000), hlm. 205.
3
Yusuf Al-Qardhawi Membumikan Syariat Islam.
Penerjemah Drs. Muhammad Zaki dan Drs. Yasir 4
Dalam Antony Black, Pemikiran Politik Islam,
Tajid (Surabaya: Dunia Ilmu, 1997). Penerjemah Abdullah Ali (Jakarta: Serambi, 2006).
Gunawan, Analisis Terhadap Prospek Politik Islam Indonesia 27

ditetapkan oleh ajaran Islam , melainkan dipaksakan dalam konsititusi politik di


oleh situasi dan waktu. Indonesia.
Dengan demikian, sistem politik Namun sekarang, wacana dan
seperti apa yang seharusnya diterapkan format politik Islam yang bersifat formalitas
dalam situasi di Indonesia yang mayoritas tetap ada di Indonesia, tetapi hanya terjadi
muslim. Apakah harus memaksakan pada daerah-daerah tertentu yang bagian
berdirinya Negara Islam atau tetap dari kesatuan Republik Indonesia. Tetapi
mempertahankan sistem politik yang sudah tidak akan berlanjut pada pembentukan
ada yang cendrung bersifat sekuler. Negara Islam secara keseluruhan. Walau
Jika berpedoman pada pendapat sebagian daerah menerapkan syariat Islam
qardhawi, maka syariat Islam atau Negara sebagai landasan politiknya, bukan berarti
Islam harus jadi azas ideolgis Negara di diikuti pula oleh Negara.
Indonesia5. Tetapi apakah Negara Islam
tersebut akan relevan untuk kultural Partai Islam sebagai Indikator Politik
masyarakat Indonesia yang bersifat Islam di Indonesia
majemuk. Padahal dalam sejarah politik Partisipasi Muslim dalam bidang
di Indonesia, wacana Negara Islam telah politik telah menghiasi percaturan politik
ada di saat pembentukan ideologi Negara, tanah air, bahkan sejak negara ini belum
walaupun pada akhirnya kekalahan berpihak merdeka dan mulai diperkenalkannya
kepada politik Islam. sistem politik demokratis modern. Tercatat
Yang muncul kemudian ialah sejak tahun 1929 Partai Sarikat Islam
Pancasila sebagai ideologi Negara, dimana Indonesia (PSII) berdiri sebagai suatu wadah
Pancasila ini lebih cendrung bersifat sekuler. perjuangan untuk merebut kemerdekaan
Walaupun ada yang beraanggapan bahwa dari penjajah. Kemudian pada tahun 1945
dijadikanya Pancasila sebagai ideologi berdiri partai politik Islam Masyumi
Negara tidak dianggap sebagai perwujudan sebagai satu-satunya wadah perjuangan
dari keinginan untuk memisahkan agama ummat Islam dalam bidang politik, meski
(Islam) dari Negara. Dengan dimasukannya kemudian partai ini terpecah dengan
sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” dalam keluarnya NU dan PSII6.
dasar Negara itu, maka Indonesia sudah Dalam perjalanan berikutnya partai-
dipandang sebagai “Negara Islam”. partai Islam mengalami pasang surut.
Tetapi pada kenyataanya Pancasila Diantaranya dapat dilihat pada masa orde
itu lebih bercorak sekuler, walaupun masih lama, dimana Soekarno memberangus
ada sila yang bersifat teolgis. Perkembangan keberadaan Masyumi dalam peta politik
selanjutnya akan terasa sulit jika formalitas Indonesia. Demikian pula pada masa
politik Islam dalam Negara Islam itu

5
Al-Qardhawi, Ibid.,
6
Effendy, Ibid., hlm. 205.
28 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan, Vol. 1 Nomor 1, Juli 2012, hlm. 25-32

orde baru, dimana orde baru melakukan Islam dan asas Islam atau yang mempunyai
restrukturisasi sistem kepartaian pada tahun pendukung utama komunitas Islam, maka
1973. Restrukturisasi ini memaksa setiap tidak terlalu salah untuk mengatakan bahwa
partai untuk berfusi menjadi satu, baik yang dimaksud adalah munculnya kembali
itu partai Islam maupun partai nasionalis. kekuatan politik Islam. Sudah sewajarnya
Sehingga, setelah peraturan itu partai-partai kemunculan partai Islam itu dianggap
di Indonesia termasuk partai Islam harus sebagai repolitisasi Islam, karena sudah 32
berazaskan Pancasila, maka mulai saat tahun partai Islam mengalami kekangan
itu tidak ada lagi partai Islam yang resmi orde baru, kembalinya kekuatan politik
membawakan suara Islam. Aspirasi umat Islam ini mewarani percaturan politik
Islam sekarang berada dalam berbagai Indonesia pasca orde baru dan prospek
kelompok politik dan sosial. Sebelumnya politik Islam kembali.
partai Islam sering dianggap mawakili Dengan Kemunculan kembali partai
umat Islam sehingga aspirasi umat sering Islam dapat dijadikan sebagai indikator
diidentikan dengan aspirasi partai tersebut, munculnya kembalinya politik Islam.
meskipun sebenarnya tidak demikian, Romantika politik Islam pada majelis
karena hanya sebagian orang Islam yang konstituante di masa lalu mengingatkan
masuk partai yang berasaskan Islam kembali para aktivis politik Islam untuk
tersebut. mengakat isu Islam politik. Sekarang,
Setelah jatuhnya orde baru dari pertarungan tidak hanya pada tatanan
kekuasaan, banyak partai- partai Islam konsititusi, tetapi sudah masuk pada tatanan
mulai bermunculan. Fenomena munculnya ideologi partai-partai Islam. Walaupun
partai Islam ini mengandung spekulasi. Ada Pancasila tetap menjadi landasan Negara,
yang melihat sebagai “masuknya kembali bukan berarti partai juga berazaskan
Islam dalam dunia politik.” Ada pula yang Pancasila tapi berazaskan Islam.
secara serta merta menyuarakan alarmism Kemudian yang menjadi pertanyaan
– bagian dari, meminjam istilah Oliver Roy, pada konteks sekarang adalah benarkah
“imajinasi politik” akan ketidakterpisahan partai-partai Islam itu dapat menampung
antara wilayah agama, hukum, ekonomi dan aspirasi umat Islam dan apakah aspirasi
politik. umat itu identik dengan aspirasi partai.
Yang jelas maraknya kehidupan Jika pada masa lalu partai Islam
politik Islam dewasa ini sebagai suatu dianggap sebagai aspirasi umat Islam,
fenomena yang dapat diberikan lebel (re) karena para pemimpin dan aktivis politik
politisasi Islam. Meskipun demikian, kalau Islam awal bergantung pada dua ciri utama.
menilik indikator utama yang digunakan Pertama, politik non integratif atau partisan,
sebagai dasar penilaian itu adalah munculnya dimana politik partisipan berkaitan secara
sejumlah partai yang menggunakan simbol langsung dengan pengelompokan politik
Gunawan, Analisis Terhadap Prospek Politik Islam Indonesia 29

Islam sebagai kekuatan politik seperti partai Pada konteks sekarang sangat sulit
yang dimonopoli oleh partai-partai Islam. mengatakan bahwa partai Islam itu sebagai
Kedua, parlemen sebagai lapangan bermain wadah aspirasi umat Islam, karena partai
dan arena perjuangan. Para kelompok Islam sudah terfragmentasi. Kecendurungan
Islam mencanangkan tujuan-tujuan sosial sekarang lebih kepada kepentingan individu
politisnya yang pada hakikatnya bercorakan dari para politisi Islam, bukan kepentingan
non integratif atau paritisan. Diantaranya umat. Sehingga dapat dikatakan pola
adalah penegasan Islam sebagai ideologi gerakan partai Islam bergerak kearah
Negara dan mendesak dilegalisasikanya pragmatis.
piagam Jakarta7. Para tokoh politik (tak terkecuali
Sedangkan Islam pada masa orde politikus Islam), sama-sama berusaha
baru lebih bersifat kultural dari pada politis. menggunakan lambang keagamaan sebagai
Pada kenyataanya Islam di Indonesia tetap salah satu alat perjuangan memperoleh
ada watak politisnya. Format atau rumusan kekuasaan, kadang kala dengan cara sinis
Islam politik tersebut mencakup. Pertama, tetapi pada umumnya melalui proses
landasan teologis dan filosofis Islam politik. rasional. Ketika seseorang mulai menyadari
Kedua, tujuan-tujuan politik Islam. Ketiga, bahwa mereka merupakan anggota dari
pendekatan politik Islam yang sedang kelompok-kelompok politik yang diwarnai
berubah dari politik formalitas-legalisme identitas keagamaan. Maka individu itu
kepada subtansialisme, atau dari politik akan beranggapan bahwa kepentingan-
eksklusivisme kepada inklusivisme. kepentingan pribadi mereka berkaitan erat
Perubahan pola politik Islam dengan kesejahteraan (umat) beragama
dari politik formalitas kepada politik mereka. Kondisi seperti itulah yang terjadi
subtansialisme tersebut berimplikasi pada pada elite-elite politik Islam pada masa
perkembangan politik Islam pada masa sekarang di Indonesia.
berikutnya. Sehingga politik subtansialisme
mulai mengakar dalam kultur politik Prospek Politik Islam di Indonesia
Indonesia, walaupun bermunculan partai Ditinjau dari Hubungan Antara Islam
Islam yang memperjuangkan politik dan Negara
formalitas. Tatap saja perjuangan Islam Islam adalah agama monoteistik
sebagai ideologi Negara akan semakin sulit yang disebarkan oleh nabi Muhammad
terealisasi. Karena ideologi Pancasila yang
bersifat sekuler sudah mengakar dalam dengan mentransformasikan nilai-nilai islam
sistem politik di Indonesia8. lewat jalur budaya, misalnya lewat dakwah dan
pendidikan, “sedikit” menjauh dari kehidupan
politik praktis Meskipun berbeda dalam metodenya
7
Sudirman Tebba,“Islam di Indonesia: Dari namun, meminjam istilah Mahfud Al Anshari, para
Minoritas Politik Menuju Mayoritas Budaya”, “marketing syariah“ tersebut bekerja dengan satu
Jurnal Ilmu Politik, No. 4, 1989, hlm. 53-56. tujuan, mentransformasikan nilai-nilai keislaman
8
Mereka percaya bahwa perubahan bisa terjadi di ruang publik
30 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan, Vol. 1 Nomor 1, Juli 2012, hlm. 25-32

SAW, Al Quran dan Sunah merupakan Islam dalam bentuk kerajaan dan kesultanan
sumber atau pedoman bagi umat untuk yang sudah menerapkan syariat Islam
melakukan hubungan-hubungan sosial sebagai hukum negara dalam beberapa hal,
dan politik. Sehingga, umat Islam (juga misalnya masalah perkawinan, warisan dan
non-Islam) pada umumnya mempercayai sebagainya9.
watak holistik Islam sebagai instrumen Tetapi setelah kemerdekaan,
ilahiah untuk memahami dunia. Islam terutama pada masa-masa pembentukan
seringkali dipandang lebih dari sekedar dasar-dasar Negara, Islam malah bukan
agama, untuk itu pandangan tersebut menjadi faktor dominan dalam politik.
menyatakan bahwa Islam tidak mengakui Buktinya Piagam Jakarta yang merupakan
tembok pemisah antara yang spiritual dan solusi politik Islam mengalami kekalahan
yang temporal, melainkan mengatur semua dari kaum nasionalis yang mengusung
aspek kehidupan.   Pancasila. Sehingga pada akhirnya
Sedangkan Negara memiliki perjuangan untuk mendirikan Negara Islam
kekuatan untuk memaksa dan Negara di Indonesia tidak terealisasi.
merupakan entitas yang otonom seperti Periode berikutnya, upaya untuk
lembaga-lembaga dan institusi. Bisa menemukan hubungan politik yang sesuai
dikatakan bahwa Negara adalah sesuatu antara Islam dan Negara terus berlanjut,
yang jauh, bahkan asing, kumpulan manusia walaupun dalam intensitas yang sedang.
paling jauh yang dapat dengan mudah Disisi lain kedigdayaan Pancasila sebagai
berubah menjadi hubungan permusuhan. ideologi Negara terus berlanjut, dan kadang
Maksudnya Negara dapat menggunakan kadang Pancasila ditafsirkan sebagai
kekuatan memaksa untuk kepentingan- “Negara Islam” karena mengandung sila
kepentingan pihak tertentu, dan tidak ketuhanan yang maha esa. Pada kenyatanya
tertutup kemungkinan Negara dimanfaatkan tidak demikian, karena Pancasila lebih
oleh elit politik untuk kepentingan pribadi. cendrung bersifat sekuler (sekuler abu-abu).
Permasalahan sekarang ialah bagaimana Karena Pancasila tidak memaksakan ajaran
kita bisa memberikan titik temu hubungan tertentu atau pemahaman tertentu tentang
yang sesuai antara Islam dan Negara di syariah atau sistem agama lain. Maka
Indonesia. Pancasila layak disebut sekuler
Pertama memang diakui bahwa Pada dasarnya Islam dan politik
jauh sebelum negara ini terbentuk dan tidak bisa dipisahkan. Karena, tingkah
merdeka, Islam sudah hadir sebagai faktor laku politik sesorang dipengaruhi oleh
yang sangat dominan dalam kehidupan agama. Tetapi Islam bisa dipisahkan dalam
politik, dengan adanya kerajaan-kerajaan arti Negara harus bersikap netral terhadap
Islam, seperti kesultanan Islam. Jadi, jauh
9
Bahtiar Effendy. Islam dan Negara, Jakarta:
sebelum Indonesia ada, sudah ada kekuatan
Paramadina, 1998).
Gunawan, Analisis Terhadap Prospek Politik Islam Indonesia 31

agama. Dimana Negara tidak memusuhi menganggap bahwa Islam dan politik tidak
atau mendukung suatu agama tertentu. bisa dipisahkan, disamping itu adapula
Konsep seperti itulah yang seharusnya legitimasi kultural yang membuat mereka
diterapkan di Indonesia, jika memang tetap semangat untuk memperjuangkan
Indonesia memilih pilihan sekuler. Negara Islam, dimana mereka menganggap
sebelum berdirinya Negara ini masyarakat
Simpulan Indonesia telah menerpakan syariat Islam.
Pemikiran politik Islam juga pada Kedua, apabila pemisahan agama (Islam)
dasarnya terpenjara pada tiga mazhab besar. dan politik di Indonesia dipahami dalam
Hampir-hampir seluruh artikulasi pemikiran konteks sekulerismenya Kristen dan
politik Islam tidak lepas dari bayang-bayang barat maka konsep tersebut tidak sesuai
pemikiran bahwa Pertama, Islam dan politik untuk budaya Indonesia. Untuk itu perlu
itu tidak bisa dipisahkan. Kedua, Islam dan konsep sekuler yang cocok dengan kultur
politik itu bisa dipisahkan; dan (3) Islam di Indonesia, salah satunya adalah konsep
dan politik mempunyai keterkaitan yang sekulerisme yang ditawarkan oleh An Naim.
erat, akan tetapi bentuk hubungannya Ketiga, golongan inilah yang banyak
tidak bersifat legal-formalistik, tetapi bermain dalam percaturan politik Islam di
substansialistik. Indonesia pada saat sekarang ini, terutama
Berikut gambaran dari ketiga mazhab dalam partai-partai Islam. Keberadan partai
tersebut dalam sistem politik di Indonesia. Islam ini kembali menghidupkan kembali
Pertama, Untuk konteks Indonesia sangat atmosfir politik Islam di Indonesia. Tetapi
sulit untuk menghilangakan harapan- tidak sedikit pula para aktivis politik Islam
harapan dari aktivis politik Islam untuk yang memanfaatkan kesempatan ini untuk
mendirikan Negara Islam. Kerena mereka kepentingan pribadi mereka.

Daftar Pustaka

Al-Qardhawi, Yusuf. 1997. Membumikan Black, Antony. 2006. Pemikiran Politik


Syariat Islam. Penerjemah Drs. Islam. Penerjemah Abdullah Ali.
Muhammad Zaki dan Drs. Yasir Serambi. Jakarta
Tajid. Dunia Ilmu. Surabaya
Effendy, Bahtiar. 2000. “Repolitisasi
Abdullah Anaim, Dalam Nasakah Yang Islam.” Dalam A. Suryana Sudarjat,
Belum Dipublikasikan. ed., Fenomena Partai Islam . Mizan.
Bandung, hlm. 205.
Brown, L. Carl. 2003. Wajah Islam Politik.
Penerjemah Abdullah Ali. PT. _______. 1998. Islam dan Negara.
Serambi Ilmu Semesta. Jakarta Paramadina. Jakarta
  
32 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan, Vol. 1 Nomor 1, Juli 2012, hlm. 25-32

Harun, Lukman. “Mulai Ditinggalkan, Tebba, Sudirman. “Islam di Indonesia: Dari


Aspirasi Umat Islam Lewat Minoritas Politik Menuju Mayoritas
Kelembagaan Formal,” Kompas, Budaya”, Jurnal Ilmu Politik, No. 4,
22 Oktober 1986. 1989, hlm. 53-56.

Smith, Donald Eugene. 1985. Agama dan


Moderenisasi Politik: Suatu Kajian
Analistis. Penerjemah. Machnun
Husein. CV. Rajawali Press. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai