Anda di halaman 1dari 12

INFILTRASI GERAKAN HIZBUT TAHRIR:

Studi Terhadap Gerakan Hizbut Tahrir di Yogyakarta

Zulfadli
(Dosen Ilmu Politik Universitas Andalas, E-mail: zulfadli.pdl@yahoo.com)

Abstract
The paper examines the infiltration of Hizbut Tahrir Indonesia’s movement. In the fact, HTI is one of movements
which is regularly to establish the shariah as legal system of Indonesia. In addition, HTI has also been known as
radical organization to establish it. In this context, the research concerns in understanding that pattern. With
qualitative method—descriptive analysis—the research can be expected to gather the data comprehensively. On
other hands, the study is located in D.I. Yogyakarta with some argumentations. Yogyakarta is a famous city
which have number of huge students and HTI establish there massively. Essentially, the research shown that
HTI can be analyzed through some social theories like social movement, arena and symbolic power theories. It
can be understood that HTI uses the politics opportunity—reformation moment—to finish the underground
of movement; Next, mobilizing structure—internatal and external mobilization. Finally, managing the
movement process—against the westernization.
Key Words: infiltration, social movement and politics opportunity.

PENDAHULUAN yang dapat mengusik sosial politik negara. Secara


historis anggapan ini dapat dimengerti betapa
Dinamika gerakan politik organisasi Islam
tajamnya perbedaan yang pernah muncul antara
di Indonesia sangat menarik untuk dikaji.
kubu pendukung “Islam Politik” dengan kubu
Dikatakan menarik, lantaran salah satu agenda
“nasionalis sekuler” (Karim, 1999).
yang mereka perjuangkan menjadikan Islam
Wacana tentang makna, penafsiran dan
sebagai basis idiologi utama dalam menyebarkan
fungsi pancasila telah menjadi perdebatan dalam
gagasannya. Sehingga dalam menyebarkan
sejarah perpolitikan Indonesia. Beberapa bulan
gagasannya menimbulkan pertentangan antara
menjelang kemerdekaan terjadi perdebatan yang
agama di satu sisi dengan negara pada sisi lain. Di
sangat serius dalam BPUPKI (Badan Penyelidik
Indonesia muncul persoalan bagaimana menata
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia)
hubungan antara agama dan politik, terutama
mengenai dasar dan falsafah negara. Di satu
yang berkaitan dengan ideologi Pancasila. Masalah
pihak, kelompok nasionalis Islam menginginkan
ini muncul karena sempat menguat anggapan
Islam menjadi dasar negara, dengan implikasi
sebagian anggota masyarakat bahwa, kelompok
pemberlakuan syariat Islam. Sedangkan di pihak
Islam tetap menyimpan niat terselubung untuk
lain, kelompok nasionalis sekuler mengusulkan
menggantikan Pancasila dengan ideologi Islam.
agar negara berdasarkan faham kebangsaan tanpa
Dalam pada itu, hubungan antara negara
dikaitkan dengan ideologi keagamaan, dengan
dan agama dalam sejarah Indonesia ditandai
kata lain bukan negara Islam (Ramage, 2002).
dengan sikap bersaing dan saling curiga antara dua
Pancasila sebagai asas dan ideologi negara
institusi tersebut. Bahkan gerakan Islam politik
merupakan puncak dari pertentangan dan
dicurigai dan dianggap sebagai pesaing kekuasaan
sekaligus menunjukkan kekalahan kelompok Islam hanya memperbolehkan tiga partai politik yaitu
yang harus berkompromi dengan kepentingan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Golongan
lain. Ini merupakan kekecewaan Islam politik Karya (Golkar) dan Partai Demokrasi Indonesia
yang pertama dalam perjuangan politiknya. Umat (PDI). Ketiga partai tersebut masing-masing
Islam yang sebelumnya memperjuangkan ideologi mewakili kubu Islam, pemerintah dan nasionalis.
Islam sebagai dasar negara dalam mukadimah Pada tahun 1980 Soeharto memaksakan asas
UUD 1945 harus mengalah dengan pancasila tunggal Pancasila kepada semua partai politik
(Assyaukanie, 2011). dan organisasi kemasyarakatan yang berarti
Dalam perkembangan selanjutnya isu bahwa segala bentuk kegiatan partai politik dan
tentang negara Islam dan penerapan syariat organisasi massa termasuk Islam harus menjadikan
Islam hampir tidak pernah muncul dalam Pancasila sebagai ideologi. Hal ini, dilakukan
konstelasi politik tanah air, kecuali sesaat di awal pemerintahan Orde Baru, agar Pancasila tidak
pemerintahan Soeharto pada akhir tahun 1960- disalahgunakan dan dirongrong oleh berbagai
an. Melalui tampilnya pemerintaha Orde Baru kekuatan, baik ekstrim kiri maupun ekstrim
menggantikan Orde Lama, sejumlah pemuka kanan. Berbagai kebijakan Orba yang sangat
organisasi Islam menaruh harapan besar untuk otoriter tersebut mengakibatkan kelompok-
mengakomodasi, memfasilitasi aspirasi dan kelompok Islam menyurutkan langkahnya dan
kepentingan umat Islam (Ma’arif, 1996). bahkan menyimpan rapat-rapat niat dan semangat
Pada tahun itu juga muncul beberapa menegakkan syariat Islam. Kebijakan ini sekali
organisasi Islam di era 1960-an bermula dari lagi mengkebiri hak-hak politik parpol dan
kelompok dakwah masjid di kampus-kampus organisasi Islam ideologis yang membuat gerak
sekuler muncul untuk merespon fenomena perjuangannya kian terpasung (Anwar, 1995).
”Islamic turn” yang ditandai dengan besarnya Seiring pemberlakuan asas tunggal, pada
permintaan akan dosen agama di kampus-kampus dekade 1980-an juga mulai tumbuh dan berkembang
sekuler. Muara dari kemunculan organisasi Islam beberapa organisasi radikal internasional seperti
ini kemudian melahirkan Latihan Mujahid Hizbut Tahrir (HT) yang menyebarkan gagasan
Dakwah (LMD) yang menekankan pada materi khilafahnya ke berbagai perguruan tinggi di
dasar tentang ketauhidan dan ancaman perang Indonesia melalui jaringan Lembaga Dakwah
pemikiran atau ghazwul fikr (Latif, 2005). Kampus (LDK) termasuk di Yogyakarta. Pada 1992
Namun, saat konsolidasi organisasi Islam HT mulai memperluas jaringannya di Yogyakarta
dimulai, penguasa Orde Baru melakukan melalui organisasi mahasiswa bernama Santer (santri
politik represif yang melemahkan kekuatan terbang). Santer adalah suatu wadah bagi mahasiswa
organisasi Islam ideologis. Politik represif untuk belajar dan memperdalam Islam di kampus-
terus berlanjut tidak hanya memasung gerak kampus sekuler seperti Universitas Gadjah Mada
organisasi Islam tapi juga parpol-parpol Islam (UGM), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)
yang telah lebih dulu dilumpuhkan. Untuk yang sebelumnya bernama IKIP, Universitas
mengokohkan kekuasaannya, pemerintah Orde Pembangunan Nasional ”Veteran” (UPN)
Baru mengendalikan partai-partai politik dengan Yogyakarta, dan sebagainya (Amal & Panggabean,
melakukan restrukturisasi sistem kepartaian yang 2004).

14 Turãst: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 1, No. 1, Januari - Juni 2013
Ketika struktur represif Orde Baru mulai juga mendirikan khilafah Islam. Menurut HTI
berubah pada akhir tahun 1990-an, organisasi penegakkan syariat Islam secara kaffah mustahil
Islam ideologis menemukan peluang politik akan terwujud jika tidak ada dalam bingkai
untuk merapatkan kembali barisannya. Melalui Khilafah Islam.
LDK mereka menterjemahkan gerakan kesuatu Euphoria reformasi semakin dimanfaatkan
kelompok aksi politik. Pasca kejatuhan penguasa HTI menyelenggarakan konferensi internasional
Orde Baru 21 Mei 1998, ragam organisasi Islam khilafah Islam di Istora senayan yang dihadiri oleh
ideologis kian menunjukkan eksistensinya. Di era tokoh-tokoh HT internasional maupun nasional
reformasi, yang ditandai dengan euphoria politik serta tokoh-tokoh Islam dari organisasi lain,
dan terbukanya kran-kran kebebasan berekspresi HT resmi melakukan aktivitasnya di Indonesia
dimanfaatkan benar-benar oleh berbagai secara terbuka seperti bisa dilihat dari munculnya
gerakan Islam yang menuntut diberlakukannya organisasi ini dalam konteks Indonesia yang
syariat Islam. Meskipun perjuangan sebagian kemudian dikenal dengan nama Hizbut Tahrir
partai politik Islam yang ada di legislatif untuk Indonesia (HTI). Sejak kemunculannya secara
menegakkan syariat Islam tidak terdengar lagi, resmi ke publik, HTI telah menjadi kekuatan baru
namun berbagai gerakan sosial keagamaan yang kelompok Islam yang menyuarakan ketidakadilan,
ada di luar sistem pemerintahan masih tetap eksis menolak dominasi negara Barat atas negara
menuntut ditegakkannya syariat Islam di tanah muuslim, pemberlakuan syariat Islam dan
air. Namun aktor gerakan yang muncul pada penegakan khilafah Islamiyah (Afadlal, 2005).
masa ini berbeda dengan aktor gerakan Islam Dalam melakasanan ide-ide dan gagasannya,
yang lama, seperti NU, Muhammadiyah, Persis, HTI menggunakan strategi dalam melakukan
dan sebagainya. gerakan dalam perebutan kekuasaan. Secara
Gerakan mereka berada di luar kerangka perlahan HTI berusaha menguasai arena-arena
mainstream proses politik, maupun wacana dalam strategis dan yang terdapat di tengah-tengah
gerakan Islam dominan. Kelompok-kelompok masyarakat. HTI mereka berusaha melakukan
HTI, MMI, FPI, Lasykar Jihad dan Salafi infiltrasi ke tengah-tengah masyarakat dengan
merupakan representasi generasi baru gerakan cara menguasai arena-arena strategis dengan
Islam di Indonesia. Organisasi-organisasi baru ini cara menguasai sumber daya strategis. Di antara
memiliki basis ideologi, pemikiran dan strategi sumber daya tersebut adalah: Penguasaan terhadap
gerakan yang berbeda dengan ormas-ormas mesjid, majelis taklim, penyedian khatib siap
Islam yang ada sebelumnya. Mereka ditengarai pakai, guru ngaji, penguasaan lembaga-lembaga
berhaluan puritan, memiliki karakter yang lebih pendidikan terpadu, penguasaan kampus, instansi
militan, skripturalis, konservatif dan eksklusif pemerintah dan swasta dan lain-lain. HTI secara
(Arafah, 2004). HTI adalah yang paling solid dan perlahan berusaha untuk menguasai arena-arena
memiliki jaringan paling luas (internasional) di tersebut karena dianggap mumpuni dalam
antara gerakan-gerakan baru yang getol berjuang mewujudkan cita-cita khilafah Islamiyah yang
menegakkan syariat Islam tersebut. Bahkan mereka perjuangkan (Nashir, 2007).
HTI juga yang paling radikal karena HTI tidak
hanya bercita-cita menegakkan syariat Islam tapi

Infiltrasi Gerakan Hizbut Tahrir: Studi Terhadap Gerakan Hizbut Tahrir di Yogyakarta 15
ARENA PERJUANGAN HIZBUT TAHRIR setelah para kader membentuk jamaah yang
INDONESIA (HTI) INDONESIA solid nan militan dan berlangsung secara terbuka
(jahriyyah). Artinya, dakwah dilakukan secara
Berbicara tentang kekuasaan, HTI telah
terbuka dari sisi ide dan pergerakannya (tasqif).
menegaskan bahwa segala aktivitas dakwah yang
Era reformasi saat ini dianggap telah memasuki
dilakukannya selalu berorientasi politik dan
tahap interaksi dengan umat.
kekuaasaan. Oleh karena itu berbicara tentang
Ketiga, tahap penyerahterimaan kekuasaan
strategi perjuangan HTI ak terlepas dari strategi
(istilamu al-hukmi). Tahap ini ditandai dengan
konsep dakwah yang mereka kembangkan, yaitu
tathbiqu as-syariah, pelaksanaan syariah, di setiap
fiqrah, thariqah, dan uslub.
lini kehidupan termasuk lembaga negara dan
Fiqrah adalah konsep atau pemikiran, ide-
pemerintahan. HT sekarang sedang bergerak
ide, gagasan yang mendasari politik HT, sementara
menuju tahap penyerahan kekuasaan dari umat
thariqah merupakan metode implementasi untuk
Islam ke Khalifah yang dibaiat umat khususnya
fiqrah (Nabhani, 2007).
HT. Keempat, amal dakwah. Amal dakwah terdiri
Kedua, tujuan dakwah. Dakwah inqilabi dari pembinaan kualitas ibadah para kader melalui
bertujuan untuk mengubah individu dan sistem, halaqah, membongkar rencana negara-negara kafir
dari sistem jahiliyah ke sistem Islam. Perubahan (kasyfu al-futath al-kuffar), membela kepentingan
sistem diawali dari individu Muslim dan non- kaum tertindas (tabanni mashalihi al-ummah),
Muslim—telah mengalami taghyir tentunya— berhadapan langsung dengan penguasa yang kafir
yang mulai mengubah pola relasinya dengan (al-muhasabah ma’ al-kuffar), dan menyampaikan
pola-pola relasi Islam. Jadi pola relasi yang ide-ide Islam yang bertolak belakang dengan ide-
dibangun adalah relasi yang menjadikan syariat ide yang telah ada sebelumnya (as-syira’ al-fiqri)
Islam sebagai fondasi filosofisnya. Pada akhirnya, semisal sekularisme dan demokrasi. Selain metode
seruan penegakan syariat Islam itu sebenarnya dakwah, HT juga mempunyai sarana dakwah lain
mengarah kepada taghyir untuk sistem. dalam menyokong perjuangan mendirikan Khilafah
Ketiga, marhalah dakwah atau tahapan Islamiyah yang disebut uslub. Uslub adalah teknis
melakukan dakwah. Ada tiga tahapan untuk dan sarana yang dipakai dalam melakukan thariqah.
melakukan dakwah menurut kajian HT dalam Berbeda dengan thariqah yang baku (wajib), uslub
buku Mengenal Hizbut Tahrir dan Strategi Dakwah lebih bersifat elastis (mubah). Maksudnya, ia boleh
Hizbut Tahrir: pertama, tahap pembinaan dan berbeda dan berubah-ubah, menyesuaikan dengan
pengkaderan (at-tatsqif wa at-taqwim). Kaderisasi situasi dan kondisi arena dakwah. Uslub bisa berupa
HTI berawal dari jaringan yang terbentuk lewat sarana tulisan lewat mediumnya buletin Al-Islam,
halaqah atau kelompok kajian kecil di beberapa buku dan majalah, seminar, diskusi, media cetak
kampus semacam IPB, ITB, UI, dan UGM yang dan elektronik seperti TV dan radio, situs internet,
akhirnya membentuk LDK. Masa kaderisasi ini dan beragam sarana lainnya.
berlangsung secara sembunyi-sembunyi (sirriyah) Uslub dalam pembahasan ini dimaknai
lantaran represifitas politik rezim Orde Baru. sebagai taktik dari strategi yang diterapkan
Kedua, tahap interaksi dengan masyarakat untuk mempermudah, memfokuskan, dan
(tafaulu ma’ al-ummah). Tahap ini berjalan mentargetkan tercapainya tujuan dan cita-cita

16 Turãst: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 1, No. 1, Januari - Juni 2013
dakwah politik HTI di masyarakat baik di level ideologis yang diperuntukkan bagi kalangan kaum
atas maupun grassroot. Sebagai taktik, uslub intelektual (educated). Sebaliknya masjid non-
tentunya tidak berdiri sendiri, ia harus berelasi kampus adalah masjid yang letaknya tidak atau jauh
dengan arena-arena. Sebab, penguasaan taktik dari kampus ditujukan kepada masyarakat umum
tanpa target arena yang jelas, atau sebaliknya arena yang notabenenya masyarakat non-educated.
yang telah tersegmentasi tanpa digerakkan oleh Pertama, masjid berbasis kampus. Masjid
taktik yang jitu, semua pasti berjalan sporadis. kampus sebagai arena perjuangan HTI mayoritas
Jadi, antara uslub dan arena perjuangan bagaikan tersebar di kampus-kampus umum dan Islam.
dua sisi koin yang tak dapat terpisahkan.
Sekolah Sekolah dan Kampus
Secara sosiologis terdapat beberapa arena
perjuangan HTI dalam praksisme organisasinya, Dari beragam arena perjuangan HTI tak ada
yakni arena berbasis institusi, komunitas, dan yang sestrategis kampus atau perguruan tinggi.
lembaga. Ketiga basis arena tersebut tersebar dalam Kampus itu paling strategis, karena ia menjadi
level-level atau kelas sosial masing-masing. Spesifikasi tempat berkumpulnya anak muda yang terdidik;
arena-arena tersebut adalah sebagai berikut: terbuka pikirannya (open mainded), egaliter, dan
mudah menyerap hal-hal yang baru. Dalam artian
Arena Berbasis Institusi dia tidak paternalistik. Berbeda dengan pesantren
yang di beberapa tempat sangat paternalistik.
Masjid
Selain itu, kampus berada di perkotaan, pesantren
Masjid dalam pandangan HTI sebagaimana
rata-rata di pedesaan. Maka dia (pesantren)
diungkapkan oleh Ismail Yusanto, Juru Bicara
lebih lamban menerima transformasi sosial dan
DPP HTI, adalah sebagai tempat ibadah umat
menangkap perubahan-perubahan sosial.”
Islam di mana pun berada baik di kota, kabupaten,
kecamatan, desa bahkan pelosok pinggiran sekali Arena Berbasis Komunitas
pun. Sebagai tempat ibadah masjid merupakan
Komunitas Takmir
arena yang sangat strategis lantaran menjadi
tempat berkumpul kaum Muslim dari ragam kelas Komunitas ini terdiri dari pengurus-pengurus
sosial, jenis kelamin, dan strata sosial lainnya. yang aktif mengelola masjid sesuai dengan bidang
Makna strategis masjid dengan alasan mesjid itu masing-masing. Ada yang fokus di bidang ibadah,
sebagai tempat ibadah, tempat orang berkumpul, dakwah, hubungan masyarakat dan lainnya sesuai
dan di situ dengan mudah kita menyelenggarakan struktur di kepengurusan takmir yang ada. Upaya
acara-acara dan pembinaan umat. HTI dapat terealisasi dengan terbentuknya sebuah
komunitas khusus takmir. Upaya tersebut dapat
Secara faktual, guna mendukung taktik
terealisasi dengan terbentuknya sebuah komunitas
mempermudah dan mempercepat jalannya dakwah
takmir bernama Forum Takmir Masjid (FTM).
politik di masjid, HTI mengklasifikasi masjid
menjadi dua, yakni masjid kampus dan non-kampus. Komunitas Dosen dan Komunitas Mahasiswa
Masjid kampus adalah masjid yang menjadi Selain komunitas dosen, komunitas
tempat atau arena perjuangan HT melalui ide-ide, mahasiswa juga mendapat tempat serupa di
pemikiran, gagasan, dan nilai-nilai atau padangan mata HTI. Mahasiswa adalah kaum muda

Infiltrasi Gerakan Hizbut Tahrir: Studi Terhadap Gerakan Hizbut Tahrir di Yogyakarta 17
terdidik yang berpikiran terbuka sehingga akrab seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan para
dengan perubahan-perubahan baru. Alasan inilah tokoh lainnya untuk beraudiensi langsung dengan
yang membuat HTI menempatkan komunitas Gubernur dan Wali Kota terkait Rancangan
mahasiswa sebagai komunitas paling strategis Undang-ndang (RUU) Pornografi. HTI dan
sejajar dengan komunitas dosen. Proses perjuangan beberapa elemen lainnya membentuk sebuah
HTI di komunitas mahasiswa diawali kontak forum bernama “Forum Tokoh Peduli Syariah”.
personal yang lebih berorientasi pada hubungan Forum ini sengaja dibentuk sebagai wadah khusus
pertemenan agar dakwah lebih efektif. Biasanya untuk berdiskusi dengan para tokoh dan birokrat.
kontak sering terjadi lewat makan bersama, diskusi
informal, menunggu kuliah dimulai dan seterusnya ST R AT EG I I N F I LT R A S I G E R A K A N
berbuka puasa senen dan kamis bersama. Setelah HIZBUT TAHRIR INDONESIA
kontak berlangsung, interaksi intensif pun terjadi.
Pada dasarnya, HTI adalah sebuah gerakan
Selain itiu, gerakan mahasiswa pembebasan
yang memang sudah memenuhi syarat untuk
(Gema Pembebasan) merupakan organisasi bagi
menjadi sebuah gerakan sosial, sebab segala
anggota HTI yang masih berstatus sebagai manusia.
pranata yang mengarah pada gerakan sosial
Gema pembebasan secara informal adalah bagian dari
sudah dipunyai oleh HTI. Dalam konteks ini,
HTI. Hal tersebut dapat dilihat dari keanggotaan,
HTI adalah sebuah gerakan yang berani dengan
kaderisasi serta sikap politiknya. Bahkan hingga
terang-terangan untuk menegakkan sebuah
saat ini gema pembebasan tidak memiliki AD/ART
tatanan kehidupan baru, yakni ingin menegakkan
sendiri. Walaupun demikian kepengurusannya tetap
syariat Islam dan membentuk khilafah Islam.
bersifat mandiri serta dipisahkan dari HTI.
Padahal, gerakan menegakkan syariat Islam dan
Majelis Taklim membentuk khilafah Islam di mana pun selalu
bertentangan dengan ideologi yang ada di setiap
Arena Berbasis Lembaga Pemerintahan negara di mana Hizbut Tahrir berkembang.
(Birokrasi)
Karena itu, tidak mengherankan jika kiranya
Tidak diragukan lagi birokrasi menjadi HT (kecuali HTI pasca reformasi) selalu menjadi
arena yang sangat strategis bagi HTI dalam partai yang bergerak di bawah tanah dan selalu
perjuangannya. Birokrasi merupakan sarana mendapatkan represi dari penguasa.
memperoleh dukungan masif dari titik-titik
Setelah memaparkan hal ihwal Hizbut Tahrir
kekuasaan karena kekuatan inilah yang memegang
termasuk tujuan utamanya dalam menegakkan
kendali atas pemerintahan. Lantaran bernilai
syariat Islam dalam kerangka Khilafah diantara
strategis, HTI mengadakan pendekatan kepada
strategi gerakan Hizbut Tahrir Indonesia untuk
birokrasi di dua level, yakni eksekutif dan
mencapai tujuannya tersebut.
legislatif. Di level eksekutif, HTI menggunakan
pendekatan formal melalui dengan pemerintah. Memanfaatkan Peluang Politik (Political
Pendekatan lain dengan mengundang para tokoh Opportunities)
birokrasi untuk menghadiri forum yang digagas Dalam memanfaatkan peluang politik ini, tentu
HTI guna berdiskusi tentang topik yang dianggap tidak bisa dilepaskan dari kondisi politik yang ada di
penting. Misalnya, mengorganisir elemen-elemen Indonesia. Proses terjadinya peluang atau kesempatan

18 Turãst: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 1, No. 1, Januari - Juni 2013
politik ini diawali dengan: pertama, adanya legitimasi Namun yang pasti, tahap peluang politik ini
terhadap negara yang berkurang sehingga rakyat merupakan tahap penjajagan untuk membentuk
mampu menyusun gerakan dan juga identitas kolektif. organisasi yang mampu menancapkan
Kedua, terdapat erosi dalam tubuh kekuasaan negara eksistensinya secara lebih kokoh dan terorganisasi.
itu sendiri sehingga membuat rakyat semakin tidak Dan biasanya, tahap peluang politik ini selalu
percaya dan kemudian menggerakkan gerakan disertai dengan berbagai protes dan demonstrasi
moral menentang kekuasaan lewat aksi protes dan menentang segala hal yang menurut anggapan
demonstrasi. Dan ketiga, dari kondisi pertama dan HTI bertentangan dengan ajaran Islam.
kedua di atas, akan muncul berbagai mobilisasi gerakan Peluang politik Hizbut Tahrir seperti ini, hanya
sosial yang ikut mendorong dan memperkuat proses ke ada di Indonesia karena semua gerakan Hizbut Tahrir
arah transisi atau perubahan yang diinginkan. di selain Indonesia masih merupakan gerakan bawah
Kondisi inilah yang bisa disebut sebagai tanah, bahkan di negara-negara lain, terutama di
peluang politik yang sangat vital dan urgen Timur Tengah, banyak para akitivis HTI yang disiksa,
untuk dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang ditangkap, dan dijebloskan ke dalam penjara.1
berkepentingan, tidak terkecuali kelompok
Memobilisasi Struktur (Mobilizing
fundamentalis Islam. Kelompok fundamentalisme
Structures)
Islam ini pun bergerak dan membangun organisasi
Dalam membahas tentang mobilisasi
yang sanggup memobilisasi massa untuk
struktur dalam konteks HTI ini, kita tidak bisa
melakukan perubahan secara sistemik. Dalam hal
melepaskan diri dari tiga langkah strategis yang
ini, tidak ketinggalan Hizbut Tahrir Indonesia,
dilakukan oleh HTI dalam rangka memobilisasi
meskipun pada dasarnya HTI sendiri tidak mau
gerakannya. Pertama, langkah pembinaan dan
dicap sebagai gerakan fundamentalis.
pengkaderan (marhalah tastqif); kedua, langkah
Setelah sekian lama terkungkung dan berkutat
interaksi dengan umat (marhalah tafa’ul ma’a
dalam gerakan bawah tanah, HTI pun muncul
al-ummah); dan ketiga, langkah pengambilalihan
mengemuka menjadi sebuah organisasi gerakan
kekuasaan (istilam al-hukmi). Yang masuk dalam
yang mempunyai platform atau ideologi yang
konteks mobilisasi struktur ini adalah dua langkah
sangat jelas dan gamblang serta diekspos secara luas,
pertama, yakni pembinaan dan pengkaderan
yakni menegakkan syariat Islam dan membangun
(marhalah tastqif) dan interaksi dengan umat
khilafah islamiyah. Gerakan bawah tanah sendiri
(marhalah tafa’ul ma’a al-ummah).
berlangsung mulai dari masuknya HTI ke Indonesia
pada tahun 1982 sampai diselenggarakannya Penyusunan Proses Gerakan (Framing
Konferensi Internasional Khilafah Islamiyah di Process)
senayan Jakarta pada tahun 2000, yakni dua Dalam menyusun proses gerakan ini, HTI
tahun setelah tumbangnya rezim Orde Baru. melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan
Mengenai berlangsungnya tahap underground dan segala cita-cita dan perjuangan organisasi, yakni
pengkaderan serta penguatan massa gerakan HTI tegaknya syariat Islam dan tegaknya khilafah
ini akan dijelaskan pada langkah memobilisasi islamiyah. Dalam konteks ini, ada dua hal yang
struktur atau sumber daya organisasi.
1. Hasil bacaan terhadap beberapa majalah HTI “al-Wa’i”, tentang
perjuangan-perjuangan aktivis Hizbut Tahrir di negara-negara lain.

Infiltrasi Gerakan Hizbut Tahrir: Studi Terhadap Gerakan Hizbut Tahrir di Yogyakarta 19
sangat penting untuk dikedepankan, yakni HTI di beberapa wilayah tampak dari adanya
melakukan pergolakan pemikiran (al-shira’ al-fikri) persinggungan antara HTI dan komunitas
dan juga perjuangan politik (al-kifah as-siyasi). Muhammadiyah. Benturan kepentingan dengan
Di dalam buku, Mengenal Hizbut Tahrir: Partai komunitas Muhammadiyah terkait persoalan
Politik Islam Ideologis, dijelaskan bahwa pergolakan pemuda, kader masjid, dan penggunaan masjid
pemikiran dilakukan dengan cara menentang untuk aktivitas HTI. Kalangan Muhammadiyah
berbagai keyakinan, ideologi, aturan, dan pemikiran tertentu menganggap setiap agenda yang
yang rusak; menolak segala akidah yang batil serta diselenggarakan oleh HTI di masjid yang dikelola
pemikiran yang salah dan sesat dengan mengungkap pengurus Muhammadiyah seperti diskusi, tabligh
kesesatan dan pertentangannya dengan Islam; akbar, dan orasi ilmiah sebagai upaya merebut atau
dan membersihkan umat dari segala pengaruh menguasai masjid dari tangan Muhammadiyah.
pemikiran dan sistem kufur. Perbedaan pandangan dengan HTI juga
Pergolakan pemikiran dilakukan oleh HTI menimbulkan masalah sosial bagi di tengah
melalui berbagai sarana seperti media cetak dan masyarakat. Penerapan syariat Islam menjadi
elektronik. Media cetak yang dijadikan sarana oleh tujuan utama karena ketika syariat Islam telah
HTI meliputi penerbitan berbagai buku HTI, tegak Khilafah akan mudah berdiri.
majalah bulanan al-Wa’i, majalah Khilafah, buletin Adapun implikasi politik dari perjuangan
al-Islam yang terbit mingguan, dan berbagai leaflet arena kekuasaan kedua organisasi mengarah pada
yang disebarkan kepada masyarakat. HTI juga satu komunitas, yakni PKS. Secara politis keduanya
memanfaatkan media elektronik, yaitu internet menyatakan bahwa perbedaan konsep dan metode
dengan membuat berbagai website. HTI termasuk yang dianut PKS menjadikan komitmen dan
kelompok Islam yang telah memanfaatkan jasa konsistensi PKS atas perjuangan syariat Islam
internet secara maksimal dan hal ini bisa terlihat kerap dipertanyakan. Selain itu implikasi social
dengan munculnya berbagai situs HTI yang dapat politik gerakan HTI adalah terkait efektivitas
diakses secara terbuka oleh siapa pun. strategi kedua dapat dikatakan bahwa perjuangan
arena-arena kekuasaan simbolik HTI pada ranah
IMPLIKASI SOSIAL - POLITIK institusi, komunitas, dan lembaga pemerintahan
INFILTRASI GERAKAN HTI INDONESIA (birokrasi) cukup berjalan efektif meskipun
kerap mengalami kendala. Arena kekuasaan
Sebuah organisasi Islam ideologis yang
(politik) dianggap sebagai arena dominasi atau
mempunyai karakteristik legalistik-formalistik
paling strategis dalam setiap masyarakat karena
(formalisasi syariat Islam), bersifat doktriner dan
bersinggungan langsung dengan hirarki kekuasaan.
militan dalam interaksinya dengan komunitas-
Terdapat beberapa arena kekuasaan yang efektif
komunitas Islam tak mustahil menimbulkan
dari kedua organisasi. Arena kekuasaan simbolik
benturan kepentingan bernuansa ideologis
HTI yang paling dominan terdapat di arena
maupun politis. Benturan kepentingan HTI, dan
masjid, kampus, lembaga eksekutif dan legislatif.
ragam komunitas Islam meski tidak dikehendaki
Masjid dianggap strategis lantaran menjadi
kerap berimplikasi pada ranah sosial dan politik.
tempat bertemu dan berkumpul kaum Muslim
Implikasi sosial atas perjuangan arena kekuasaan
dari beragam kelas sosial, jenis kelamin, dan

20 Turãst: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 1, No. 1, Januari - Juni 2013
strata sosial lainnya sehingga menjadi arena terkait berbagai persoalan bersama elemen-
transformasi ide-ide dan pemikiran HTI, serta elemen lain seperti MUI. Upaya HTI melakukan
menjadi pusat pembinaan dan pengkaderan umat. interaksi dan komunikasi dengan kedua lembaga
Dari sini dapat diketahui bahwa faktor kesamaan pemerintahan daerah tersebut menunjukkan
dan keseragaman habitus berupa keyakinan dan kepemilikannya atas modal sosial yang bertujuan
ideologi mempercepat transformasi fiqrah dan melanggengkan hubungan-hubungan sosial yang
thariqah HT. Dengan begitu, pendekatan dakwah dekat dengan hirarki kekuasaan.
politik yang didasarkan keseragaman habitus
terhadap takmir dan remaja masjid menjadikan PENUTUP
perjuangan HTI kian efektif.
Kemunculan organisasi Islam ideologis
Arena kampus sebagai tempat persemaian
seperti HTI dalam kancah perpolitikan Indonesia
kaum muda terdidik, open mainded, dan
khususnya politik Islam di awal reformasi sampai
egaliter menjadi sarana efektif bagi HTI untuk
saat ini merupakan bentuk kekecawaan mereka
menyebarkan gagasan dan pemikiran tentang
terhadap rezim-rezim sebelumnya. Dalam konteks
Khilafah dan syariat Islam melalui mahasiswa,
ini HTI merasa terpanggil dan berkewajiban
dosen, dan kaum intelektual berpengaruh lainnya.
untuk melanjutkan perjuangan kekuasaan
Tak heran, hampir di setiap kampus menjadi arena
Islam politik dengan memformulasikan arah
perjuangan HTI. Pendekatan terhadap dosen-
perjuangannya lewat jalur organisasi politik Islam
dosen dan kaum cerdik cendekia lainnya tampak
ideologis dengan menggusung penerapan syari’at
dari kontribusi kaum intelektual. dalam kegiatan-
Islam mewujudkan ide khilafah Islamiyah.
kegiatan yang diselenggarakan oleh HTI baik
Strategi yang digunakan HTI dalam
di kampus maupun di luar kampus. Dukungan
melakukan mewjudukan gagasan penerapan
intelektual yang berpengaruh menandai bahwa
syari’at Islam dan khilafah dengan cara
mobilisasi kader HTI mampu mengkonstruksi
menguasai arena-arena strategis yang terdapat
kekuatan-kekuatan yang menjelma menjadi
di tengah-tengah masyarakat. Dalam hal ini
modal budaya yang efektif dan strategis guna
HTI melakukan strategi infiltrasi gerakan HTI
menentukan jenjang hirarki dalam masyarakat. Di
dengan memanfaatkan peluang politik (political
lembaga eksekutif dan legislatif HTI mengkritisi
opportunities), memobilisasi struktur (mobilizing
kebijakan-kebijakan yang dianggap tidak sesuai
structures), dan melakukan penyusunan proses
dengan sistem pemerintahan Islam. Kritik
gerakan (framing process). Ketiga kerangka strategis
dilontarkan melalui surat resmi, audiensi, dan
itulah yang menjadi bagian dari metode atau
terkadang mengundang perwakilan keduanya
strategi HTI dalam menegakkan syariat Islam
untuk berdiskusi khususnya tentang RUU Anti
dalam bingkai khilafah islamiyah.
Pornografi dan Pornoaksi (RUU APP) yang pada
Oktober 2008 telah disahkan menjadi Undang- Selain itu, HTI juga berusaha memperebutkan
undang (UU) Pornografi. Hal efektif lainnya, pada kekuasaan simbolik melalui penguasaan arena-
awal 2008 HTI membentuk Forum Tokoh Peduli arena yang tersebar di berbagai tempat: institusi,
Syariah yang dijadikan sebagai wadah khusus komunitas, dan lembaga pemerintahan (birokrasi)
untuk berdiskusi dengan para tokoh dan birokrat dengan pola-pola pendekatan yang khas. Arena-

Infiltrasi Gerakan Hizbut Tahrir: Studi Terhadap Gerakan Hizbut Tahrir di Yogyakarta 21
arena perjuangan tersebut dapat diklasifikasi sebagai Anwar, M. Syafi’i, Pemikiran dan Aksi Islam
berikut. Pertama, arena perjuangan HTI meliputi: Indonesia. Jakarta: Paramadina, 1995
satu, arena berbasis institusi berupa masjid kampus Al-Na’im, Abdullah Ahmed, Dekonstruksi Syari’ah,
dan non-kampus, sekolah-sekolah umum dan Islam terj,. Ahmad Suaedy, Yogyakarta : LkiS,
dari TK sampai SMA, kampus-kampus umum dan 2001.
Islam yang tersebar. Dua, arena berbasis komunitas
Arifin, Syamsul, Islam Indonesia, Surakarta :
terdiri dari komunitas takmir masjid, dosen, Umpress, 2003.
mahasiswa, majelis taklim, posyandu, buruh, dan
Assyaukanie,Luthfi, Ideologi Islam dan
tahlilan. Tiga, arena berbasis lembaga pemerintahan
Utopia,Jakarta:Freedom Institute,2011
daerah seperti eksekutif dan legislatif.
Arena-arena di atas jika menggunakan Abdallah, Ulil Absar, Islam Liberal dan
perspektif Pierre Bourdieu sebagai tool of analysis, Fundamental, Yogyakarta : Elsaq Press, 2003.
maka dapat dipetakan berdasarkan konsep habitus, -Ra’is, Muhammad Diya’uddin, Islam dan
arena perjuangan (champ) dan capital yang pada Khilafah di Zaman Modern, terj, Alwi Jakarta
akhirnya akan membentuk kekuasaan simbolik.[] : PT Lentera, 2002.
__________, Islam dan Khilafah Kritik Terhadap
DAFTAR PUSTAKA Buku Khilafah dan Pemerintahan Dalam
Islam Ali Abdur Raziq, Bandung : Pustaka,
Ahnaf, Muhammad Iqbal, MMI dan HTI; the image
1985.
of the others. Dalam A.Maftuh Abegebriel
“Negara Tuhan The Thematic Encyclopedia”. __________, Islam & Politik Bernegara, disadur
Yogyakarta: SR-Ins Publishing. 2004 Hasbi Ash-shiddiqiey, Semarang : Pustaka
Rizki Putra, 2002.
An-Nabhabi, Taqiyuddin, Konsepsi Politik Hizbut
Tahrir. Jakarta: HTI Press. 2007 Ahmad, Zainal Abidin, Membangun Negara Islam,
Yogyakarta: Pustaka Iqra’, 2001.
_________, Pembentukan Partai Politik Islam.
Jakarta: HTI Press, 2007 Azra, Azyumardi, Pergolakan Politik Islam, dari
Fundamentalisme, Modernisme Hingga Post-
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ , ­­­­Ma f a h i m Hi z b u t Ta h r i r,
­­­­ modernisme, Jakarta : Paramadina, 1996.
diterjemahkan oleh Abdullah, cet. ke. 6,
Jakarta: Hizbut Tahrir Indonesia, 2001. Azzam, Salim, Beberapa Pandangan tentang
Pemerintahan Islam. terj, Malikul Huda.
__________, Taqiyuddin Peraturan Hidup dalam
Bandung : Mizan 1983.
Islam, diterjemahkan oleh Abu Amin dkk.,
cet. ke-3, Bogor: Hizbut Tahrir, 2003. Al-Maududi, Abul A’la, terj,. Asep Hikmat, Sistem
Politik Islam. Bandung : Mizan, 1990.
__________, Taqiyuddin Sistem Pemerintahan
Islam, diterjemahkan oleh Moh. Magfur __________, Khilafah dan Kerajaan. Bandung :
wachid, cet. ke-1, Bangil, al-Izzah, 1996. Mizan, 1984.

__________, Taqiyuddin, Pembentukan Partai Burrel. RM, Fundamentalisme Islam, terj, Yudian
Politik Islam, diterjemahkan oleh Labib, Zakaria Wahyudi, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1995.
dkk., cet. ke-2, Tt.: Hizbut Tahrir, 2002.

22 Turãst: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 1, No. 1, Januari - Juni 2013
Budiardjo, Miriam, Dasar-dasar Ilmu Politik, ___________, Saatnya Khilafah Memimpin
Jakarta : PT. Gramedia, 2000 Dunia, Hapus Penjajahan dari Indonesia.
Burahanuddin (ed) Syari’ah Islam Pandangan Yogyakarta : Kagama UGM 26 Maret 2006.‫‏‬
Muslim Liberal, Jakarta : JIL, 2003. ­­­­­­___________, Struktur Negara Khilafah
Brown, l. Carl. Wajah Islam Politik Pergulatan (Pemerintahan&Administrasi) Jakarta : HTI
Agama & Negara Sepanjang Sejarah Umat. Press, 2006.
terj, Abdullah Ali. Jakarta : Serambi, 2003. ‫ ‏‬Jainuri, Ahmad, OrientasiIdiologi Gerakan Islam,
Dengel, Holk H, Darul Islam Dan Kartosuwiryo Surabaya : LPAM, 2004.
Angan-angan yang Gagal Jakarta : Sinar Harker, Richard dkk (ed), Pengantar Paling
Harapan, 1995. Komprehensif kepada Pemikiran Pierre
Dhakidae, Daniel, Cendekiawan dan Kekuasaan Bourdie. Yogyakarta: Jalasutra, 2007
dalam Negara Orde Baru. Jakarta: Gramedia Haryatmoko, Menyingkap Kepalsuan Budaya
Pustaka Utama, 2003 Penguasa. Majalah Basis nomor 11-12. tahun
Effendy, Bahtiar, Islam dan Negara Transformasi ke-52, November-Desember 2003.
Pemikiran dan Praktik Politik Islam di ----------------, (2008). Sekolah, Alat Reproduksi
Indonesia. Jakarta: Paramadina, 1998 Kesenjangan Sosial Analisis Kritis pierre
Fashri, Fauzi, Penyingkapan Kuasa Simbol Bourdieu. Yogyakarta: Majalah Basis Nomor
Apropriasi Reflektif Pemikiran Pierre Bourdieu. 07 – 08, Tahun ke-57, Juli – Agustus 2008.
Yogyakarta: Juxtapose, 2007 Jenkins, Richard, Membaca Pikiran Pierre
Hasjmy, A. Dimana Letaknya Negara Islam. Bourdieu. Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2004
Surabaya : Bina Ilmu, 1984. Fashri, Fauzi, Penyingkapan Kuasa Simbol
Hizbut Tahrir Indonesia Menjaga Kesatuan Negeri- Apropriasi Reflektif Pemikiran Pierre Bourdieu.
negeri Islam Yogyakarta: Juxtapose, 2007

___________, Al-islam blutin mingguan Latif, Yudi, Inteligensia Muslim dan Kuasa
Geneologi Inteligensia Muslim Indonesia Abad
___________, Mengenal Hizbut Tahrir Indonesia ke-20. Bandung: Mizan, 2005
___________, Bagaimana membangun kembali Majelis Mujahidin Indonesia, Kekafiran Berfikir
negara khilafah Bogor : Toriqul Izzah, 2004. Sekte Paramadina Yogyakarta: Wihdah Press,
___________, Strategi dakwah Hizbut Tahrir 2004
Bogor : Pustaka Toriqul Izzah, 2001. Ma’arif, Ahmad Syafi’i, Islam Dan Pancasila
___________, Al-wa’ie No. 45 tahun IV 1-3 Mei Sebagai Dasar Negara. Jakarta : LP3ES, 2006.
2004. Nashir, Haedar, (2007). Gerakan Islam Syariat
___________, Al-wa’ie. Edisi khusus Maret 2006. Reproduksi Salafiyah Ideologis di Indonesia.
Jakarta: PSAP.
___________, Mengkritisi Kapitalisme
Pendidikan, Balai Utari Gedung Mandala __________, Manifesto Gerakan Terbiyah:
Bhakti Wanitatama Yogyakarta 2005. Bagaimana Sikap Muhammadiyah?,
Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2007

Infiltrasi Gerakan Hizbut Tahrir: Studi Terhadap Gerakan Hizbut Tahrir di Yogyakarta 23
Panggabean, Samsu Rizal dan Amal, Taufik KH. Wahid Abdurrahman (ed), Ilusi Negara Islam:
Adnan, Politik Syariat Islam Dari Paradigma Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di
Islam Interpretasi untuk Aksi. Bandung: Indonesia, Jakarta: The Wahid Institute, 2009
Mizan, 2004 Zada, Khamami Islam Radikal Pergulatan Ormas-
Raziq, Ali Abdur, Islam Dasar-dasar Pemerintahan, ormas Islam Garis Keras di Indonesia Jakarta
terjm. M. Zaid Su’di, Yogyakarta : Jendela, : Teraju, 2002.
2002. __________, Diskursus Politik Islam, LSIP
Sjadzali, Munawir, Islam dan Tata Negara, Jakarta (Lembaga Studi Islam Progresif ), 2004
: UIP, 1993. www.Hizubt Tahriri. Or.id
Jaiz, Hartono Ahmad, Mengkritisi Debat Fikih Lintas www.Khilafah1924.com
Agama, Jakarta : Pustaka al-Kausar, 2004.
www.my khilafah.com
Wamy, edisi Indonesia berjudul Gerakan
Keagamaan dan Pemikiran Akar Ideologis
dan Penyebarannya terj, Abu Ridha Jakarta
: al-I’tisam, 2003.
Yusanto, Muhammad Ismail, Keragaman Kelompok
Islam: Studi Komparatif Hizbut Tahrir Indonesia
dengan Kelompok Lain, http://hizbut-tahrir.
or.id/main/php?page=jubir&id=29.

24 Turãst: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 1, No. 1, Januari - Juni 2013

Anda mungkin juga menyukai