Edi Sumanto*
Abstrak
86
Edi Sumanto
Relevansi Pemikiran Demokrasi Abu’ala Al-Maududi Dengan Muhammad Natsir
87
El-Afkar Vol. 5 Nomor 1, Januari- Juni 2016
secara umum dibagi menjadi dua, yakni resam suatu norma folkways (Kahin 1995).
demokrasi liberaldan demokrasi komunis Demikian pula yang dialami oleh Natsir,
Dari beberapa pandangan dan semenjak kecil beliausudah
pengertian di atas, maka demokrasi bisa terbiasamendengar perbahasan dan
diartikan dengan suatu keadaan negara di perbincanganilmiah mengenai Islam yang
mana dalam sistem pemerintahannya berlaku antara golongan tradisional(kaum
kedaulatan berada di tangan rakyat, tua) dan golongan pembaharua(kaum
kekuasaan tertinggi berada dalam muda).15
keputusan bersama rakyat, rakyat
berkuasa, pemerintahan rakyat dan C. Demokrasi dalam Pemikiran
kekuasaan oleh rakyat.12 Demokrasi Al-Maududi
B. Biografi Al-Maududi Al-Maududi terlhat jelas menolak
Sayid Abul A’lāMaududi, yang teori kedaulatan rakyat, dikarenakan
dikenal sebagai tokoh fundamentalis beberapa alasan. Pertama, menurutnya
Islam, lahir pada tanggal 25 September kedaulatan tertinggi adalah kedaulatan
1903 M. (3 Rajab 1321 H) di Aurangabad Tuhan. Hanyalah Tuhan saja yang berhak
India selatan.13 Ayah Abu al-A’la al menjadi pembuat hukum (law giver).
Maududi, Ahmad Hasan yang dilahirkan Kedua, “Praktek kedaulatan rakyat”
pada tahun 1855 di Delhi, berasal dari sering kali menjadi omong kosong, karena
keluarga terhormat yang silsilah partisipasi politik rakyat pada
keturunannya dapat ditelusuri sampai kenyataannya dilakukan dalam waktu
kepada Nabi Muhammad. Abual-A’la al- empat atau lima tahun sekali saat pemilu.
Maududi mulai menulis karyanya Sedang kendai pemerintahan sehari-hari
Tafhimal-Qur'an (KeArah Pemahaman al- sesungguhnya berada pada segelintir
Quran) pada bulan Februari 1942. Ini penguasa, yang sekalipun
merupakan karya paling revolusioner dan mengatasnamakan rakyat, seringkali
mengejutkan di zaman itu. Buku ini menindas rakyat demi kepentingn
diselesaikan enam jilid setelah memakan pribadi.16
waktu tiga puluh tahun empat bulan, Al-Maududi membedakan sistem
tepatnya selesai pada tanggal 7 Juni1972.14 khalifah dengan kerajaan. Dari hal
D. Biografi Muhammad Natsir tersebut Al-Maududi menyimpulkan, dan
Natsir dibesarkan di tengah ini pulalah yang mengarahkan khalifah
Masyarakat Minangkabau, yaitu di Kota Islamiyah ke Demokrasi meskipun
Alahan Panjang pada 17 Julai 1908, yang terdapat perbedaan asasi antara
persekitarannya memegang teguh adat demokrasi Islami dan demokrasi barat.17
istiadat.Ayahnya bernama Idris Sutan Al-Maududi dengan pemikirannya
Saripado dan ibunya bernama Khadijah. berusaha untuk melihat, merangkap,
Alahan Panjang dikenal sebagai kota yang meramu pola yang ada. Demokrasi
banyak melahirkan gagasan dianngap mampu menjawab beberapa
pembaharuan. Sejak awal, penduduk kota permasalahan sosial kemasyarakatan, dan
ini telah dilatih untuk mengenal nilai mengkomodir hak asasi manusia sebagai
dasar Islam melalui kebiasaan dan adat insan berpikir, namun tentu memiliki
88
Edi Sumanto
Relevansi Pemikiran Demokrasi Abu’ala Al-Maududi Dengan Muhammad Natsir
89
El-Afkar Vol. 5 Nomor 1, Januari- Juni 2016
bahwa yang dimaksud dengan demokrasi mereka sendiri menurut cara-cara yang
theistic adalah demokrasi yang sesuai dengan keadaan mereka. Mereka
berlandaskan kepada nilai-nilai ketuhanan pun berhak pula untuk mencontoh
(Harjono, 1996:67) Atau suatu negara berbagai sistem pemerintahan yang telah
demokrasi Islam.24 Ideologisasi asas-asas dikembangkan oleh bangsa-bangsa lain
doktrin keagamaan Islam yang berkenaan meskipun mereka bukan bangsa Muslim.
dengan kehidupan sosial dan politik, Karena menurut Mohammad Natsir,
membawa Mohammad Natsir untuk prestasi sebuah peradaban tidaklah
mempertemukan antara Islam dengan semata-mata menjadi hak milik mutlak
paham demokrasi liberal yang masyarakat yang melahirkannya. Bangsa-
berkembang luas di negara-negara Eropa bangsa lain berhak pula untuk menikmati
dan Amerika Serikat. Sejalan dengan penemuan-penemuan masyarakat lain
keyakinannya bahwa negara pada bagi kepentingan dan kemaslahatan umat
prinsipnya adalah "alat" untuk mencapai manusia secara keseluruhan.27 Dalam
tujuan-tujuan yang dikehendaki oleh membahas mengenai demokrasi,
agama, Mohammad Natsir berpendapat Mohammad Natsir yakin bahwa prinsip-
bahwa tidak ada suatu model tertentu Prinsip Islam tentang syura lebih dekat
yang bersifat "baku" mengenai sebuah kepada rumusan-rumusan demokrasi
negara sebagaimana dikehendaki oleh modern, dengan meletakkan prinsip-
Islam.25 prinsip hudud (batas-batas) dan etik
Dikehendaki Islam Natsir keagamaan sebagai panduan dalam
mengakui demokrasi itu baik, tetapi mengambil keputusan.
sistem kenegaraan Islam tidak Dengan demikian Mohammad
mengandalkan semua urusannya kepada Natsir berusaha untuk mempertemukan
instrumen demokrasi, sebab demokrasi teori kedaulatan rakyat dan teori
tidak kosong dari berbagai bahaya yang kedaulatan Tuhan. Karena itu,
terkandung didalamnya. Ia menyatakan Mohammad Natsir mengatakan bahwa
bahwa, perjalanan demokrsi dari abad ke Islam itu menganut faham "Theistic
abad telah memperlihatkan beberapa Democrasy", yaitu demokrasi yang
sifatnya yang baik. Akan tetapi demokrasi berlandaskan nilai-nilai ketuhanan.
juga melekat pada dirinya pelbagai sifat- Keputusan mayoritas rakyat berpedoman
sifat berbahaya. Dengan tegas pula Natsir kepada ketuhanan. Dan bahwa keputusan
kemukakan bahwa “Islam adalah suatu mayoritas yang berpedoman kepada nilai-
pengertian, suatu paham, sutu begrif nilai ketuhanan itu dapat dianggap
sendiri, yang mempunyai sifat-sifat sebagai ijma kaum muslimin yang
sendiri pula. Islam tak usah”demokrasi mengikat untuk tempat dan zaman
100% bukan pula otokrasi 100%, tertentu. Melihat Argumentasi
Islam...yah Islam.26 Mohammad Natsir yang dijabarkan dalam
Lebih lanjut dikatakan bahwa tulisannya tentang demokrasi, dapatlah
kaum muslimin yang hidup pada suatu dipahami bahwa menurutnya demokrasi
zaman dan tempat tertentu di dunia ini mempunyai dimensi dan interpretasi yang
adalah bebas untuk menyusun negara luas seperti musyawarah. Salah satu kata
90
Edi Sumanto
Relevansi Pemikiran Demokrasi Abu’ala Al-Maududi Dengan Muhammad Natsir
berbeda dan menyimpang jauh dari sejati, kata Mohammad Natsir suatu
konsep demokrasi yang asli yang lahir ketika, harus menghormati pendirian dan
dan ditemukan di Yunani Kuno.29 pendapat orang lain, sekalipun ia tidak
Mohammad Natsir berpandangan setuju atau bahkan menentangnya.
bahwa dasar-dasar sosial politik Islam F. Pandangan Nurcholis Madjid tentang
sebenarnya menghendaki sebuah sistem Demokrasi
yang demokratis yang hampir serupa Nurcholis Madjid (Cak Nur) berhasil
dengan sistem demokrasi liberal. merumuskan daftar penting nama-nama
Perbedaannya hanya terletak pada garis dan pandangan hidup demokrasi
panduan untuk dijadikan dasar dalam berdasarkan pada bahan-bahan yang telah
menetapkan kebijaksanaan politik, hukum berkembang, baik secara teorits maupun
dan berbagai keputusan politik lainnya. pengalaman praktis di negara-negara
Dalam demokrasi Islam, perumusan yang demokrasinya cukup mapan paling
kebijaksanaan politik, hukum dan lain- tidak mencakup tujuh norma.33 Ketujuh
lainya haruslah mengacu kepada asas-asas norma tersebut adalah sebagai berikut:
yang telah ditetapkan oleh Alquran dan 1. Pentingnya kesadaran akan
sunnah Nabi. Atau sekurangkurangnya pluralisme
kebijaksanaan-kebijaksanaan itu tidak Kemajemukkan adalah
bertentangan dengan prinsip-prionsip sunatullah. Kesadarn masyarakat
doktrin (Mahendra, 1994:70).30 harus dibangun secara positif
Islam mewajibkan kepatuhan dalam memandang segala
mutlak kaum muslimin kepada hukum- perbedaan. Seseorang akan dapat
hukum Allah yang berdasarkan Alquran menyesuaikan dirinya pada cara
dan Sunnah Rasulullah saw. Kewajiban ini hidup demokrasitis jika ia
memberikan batasan kepada rakyat untuk mampu mendisiplikan dirinya
membuat hukum-hukum Allah atau kearah jenis persatuan dan
peraturan-peraturan berdasarkan kesatuan yang diperoleh melalui
kehendak rakyat yang bersifat murtlak prilaku kreatif dan dinamis serta
yang merupakan bagian tak terpisahkan memahami segi-segi positif
dari konsep demokrasi Barat Modern. kemajemukkan masyarakat.
Garis pemikiran seperti inilah yang oleh Masyarakat yang teguh
Mohammad Natsir menganggap Islam berpegang pada pandangan
tidak sepenuhnya cocok dengan gagasan- hidup demokratis harus dengan
91
El-Afkar Vol. 5 Nomor 1, Januari- Juni 2016
92
Edi Sumanto
Relevansi Pemikiran Demokrasi Abu’ala Al-Maududi Dengan Muhammad Natsir
melalui “engineering”, manipulasi atau demokrasi. Oleh sebab itu, harus ada
taktik-taktik yang sesungguhnya hasil keyakinan yang luas di masyarakat bahwa
sebuah konspirasi, bukan saja merupakan demokrasi adalah sistem pemerintahan
permufakatan yang curang, cacat yang terbaik dibanding dengan sistem
atau sakit, malah dapat disebut lainnya. Untuk menumbuhkan keyakinan
sebagai pengkhianatan pada nilai dan akan baiknya sistem demokrasi, maka
semangat demokrasi. Karena itu, faktor harus ada pola perilaku yang menjadi
ketulusan dalam usaha bersama tuntutan atau norma-norma / nilai-nilai
mewujudkan tatanan sosial yang baik demokrasi yang diyakini masyarakat.
untuk semua meruakapakan hal yang Nilai-nilai dari demorkasi Budiarto
sangat pokok. Faktor ketulusan tersebut Danujaya34 Pengamat Sosial
mengandung makna pembebasan diri membutuhkan hal-hal sebagai berikut :
dari vested intersed yang sempit. Prinsip 1. Kesadaran akan pluralisme.
inipun terkait engan paham Masyarakat yang hidup demokrasi
musyawarah. harus menjaga keberagaman yang
Musyawarah yang benar dan hak ada di masyarakat. Demokrasi
hanya akan berlangsung jika masing- menjamin keseimbangan hak dan
masing pribadi atau kelompok yng kewajiban setiap warga negara,
bersangkutan mempunyai kesediaan maka kesadaran akan pluralitas
psikologis utuk melihat kemungkinan sangat penting dimiliki bagi rakyat
orang lain benar dan diri seniri salah, Indonesia sebagai bangsa yang
dan bahwa setiap orang pada dasarnya sangat beragam dari sisi etnis,
baik, berkencenderngan baik dan bahasa, budaya, agama dan potensi
beritikad baik. alamnya.
5. Dari Sekian banyak unsur kehidupan 2. Sikap yang jujur dan pikiran yang
bersama ialah terpenuhinya sehat. Pengambilan keputusan
keperluan pokok, yaitu pangan, didasarkan pada prinsip
sandang dan papan. musyawarah mufakat dan
6. Saling bekerja sama antar warga memerhatikan kepentingan
masyarakat dengan paradigma saling masyarakat pada umumnya.
memiliki pikiran-pikiran yang Pengambilan keputusan dalam
posittif (positif thinking). demokrasi membutuhkan
7. Pentingknya pendidikan demokrasi kejujuran, logis atau berdasar akal
sejak dini, pelaksanaan demokrasi sehat dan tercapai dengan sumber
belum sepenuhnya sesuai dengan daya yang ada. demokrasi
kaidah-kaidah yang sesungguhnya. membutuhkan sikap tulus setiap
orang untuk beritikad baik
G.Nilai-Nilai demokrasi 3. Demokrasi membutuhkan kerja
Sebuah pemerintahan yang baik sama antarwarga masyarakat dan
dapat tumbuh dan stabil bila masyarakat sikap serta itikad baik. Demokrasi
pada umumnya punya sikap positif dan membutuhkan kerja sama antara
proaktif terhadap norma- norma dasar anggota.
93
El-Afkar Vol. 5 Nomor 1, Januari- Juni 2016
94
Edi Sumanto
Relevansi Pemikiran Demokrasi Abu’ala Al-Maududi Dengan Muhammad Natsir
Referensi 14
Muhammad Iqbal
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/1
1
http://mklh11 demokrasi.blogspot.co.id 23456789/7970/1/.pdf diakses, 11 Juni 2016
diakses, Rabu 1 Juni 2016
15
Abdullah Firdus, dkk,
2
Syukron Kamil, Pemikiran Politik Islam http://www.ukm.my/ijit/IJIT%20Vol%207%20
Tematik: Agama dan Demokrasi, Civil Society, 2015, diakses 17 Juni 2016
Syariah dan HAM, Pundatalisme dan Anti Korupsi,
(Jakarta: Kencana, 2013) 16
Amin Rais, Khalifah Dalam Kerajaan
3
(Al-Khalifah Al-Mulk Alh Bahasa Muhammad Al-
Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta:
Bagir,Cetakan ke II, Bandung, Mian), h. ii
Gramedia Pustaka Utama, 2002), cet. III, h 154
17
4 Abu Al-Maududi Khalifah Dalam
Lorens Bagus, Kamus ...., h. 154.
Kerajaan (Al-Khalifah Al-Mulk Alh Bahasa
5 Muhammad Al-Bagir,Cetakan ke II, Bandung,
http://mklh11demokrasi.blogspot.co.id
Mian), h. 5
/diakses , Rabu, 1 Juni 2016
18
6 http://www.academia.edu/12815748/
A. Ubaedillah dan Abdul Rozak,
Konsep_Teo-Demokrasi_Abul_Ala_al-Maudu
Pendidikan Kewarganegaraan: Demokrasi, Hak
Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, (Jakarta: 19
Ahmad Wahyudin, Sistem Demkrasi Studi
ICCE UIN Syarif Hidayatullah, 2006), hlm. 130-
Perbandingan Pemikiran Imam Khoemeni dan Ir.
131.
7 Sukarno (Tesis), 2013), h.
Mirriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu
Politik. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 20
Wahyudin, Sistem Demkrasi..., h. 5
2008: 116-117).
21
8 Marbun, B.N, Kamus Politrik. Cet. I.
Ubaedillah dan Abdul Rozak, Pendidikan
(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996), h. 134
Kewarganegaraan: Demokrasi, Hak Asasi
Manusia, dan Masyarakat Madani, h. 131. 22
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.,
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet. IV. (Jakarta:
Balai Pustaka. 1990), h. 914
95
El-Afkar Vol. 5 Nomor 1, Januari- Juni 2016
23
Shadily, Hasan, Ensiklopedi Indonesia. 1993, (Yogyakarta: Tara,Wacana, 1999), h. 111-
Jilid VI. Edisi Khusus( Jakarta: PT. Ichtiar Baru 142.
Van Hoeve. 1992), h. 353
24
Anwar, M. Syafi'i, Pemikiran dan Aksi
Islam Indonesia Sebuah Kajian Politik Tentang
Cendekiawan Muslim Orde Baru. Cet. I. (Jakarta:
Paramadina, 1995), h. 143
25
Ihza Mahendra, Yusril, Modernisme Islam
dan Demokrasi. Jurnal Islamika No. 3 Januari
Maret. 1994), h. 70
26
Thohir Luth, M. Natsir Dakwah dan
Pemikirannya, (Jakarta: Gema Insani, 2005), h. 21
27
Ihza Mahendra, Yusril, Modernisme Islam
dan Demokrasi. Jurnal Islamika No. 3 Januari
Maret. 1994), h. 71
28
Ibid
29
Suhelmy, Ahmad, Soekarno Versus
Natsir. Cet. I. (Jakarta: Darul Falah, 1999), h. 90
30
Ihza Mahendra, Yusril, Modernisme
Islam dan Demokrasi. Jurnal Islamika No. 3
Januari Maret. 1994), h. 70
31
Suhelmy, Ahmad. 1999. Soekarno
Versus Natsir. Cet. I. (Jakarta: Darul
Falah, 1999), h. 90
32
Saefuddin, AM, Ijtihad Politik
Cendekiawan Muslim. Cet. I. (Jakarta: Gema Insani
Press, 1996), h. 196
33
Rowland B.F Pasaribu, Demokrasi dan Sistem
Pemerintahan Negara, h. 143-145
34
Budiarto Danujaya Kompas, 18 April 2005
35
Sukarna,
http://www.academia.edu/7014074/DEMOKRASI_
INDONESIAdari_pdf, , diakses 16 Juni 2016
36
Masykuri Abdillah, Demokrasi di
Persimpangan Makna Respon Intelektual Muslim
Indonesia Terhadap konsep Demokrasi 1966—
96