Anda di halaman 1dari 8

Tugas individu

Mata kuliah
Sejarah Teori-Teori Ekonomi
“Rangkuman Buku Das Capital Karl Max”

DEDE KURNIAWAN
A1A120036
PEKON B

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
Infrastruktur Ekonomi dan Superstruktur Sosio Budaya
Marx berulang-ulang menekankan ketergantungan politik pada struktur ekonomi, tipe
analisa yang sama berlaku untuk pendidikan, agama, keluarga, dan semua institusi sosial
lainnya. Sama halnya dengan kebudayaan suatu masyarakat, termasuk standar-standar
moralitasnya, kepercayaan- kepercayaan agama, sistem-sistem filsafat, ideologi politik,
dan pola-pola seni serta kreativitas sastra juga mencerminkan pengalaman hidup yang
riil dari orang-orang dalam hubungan-hubungan ekonomi mereka. Hubungan antara
infrastruktur ekonomi dan superstruktur budaya dan struktur sosial yang dibangun atas
dasar itu merupakan akibat langsung yang wajar dari kedudukan materialisme historis.
Adaptasi manusia terhadap lingkungan materilnya selalu melalui hubungan- hubungan
ekonomi tertentu, dan hubungan-hubungan ini sedemikian meresapnya hingga semua
hubungan-hubungan sosial lainnya dan juga bentuk-bentuk kesadaran, dibentuk oleh
hubungan ekonomi itu.

Mengenai determinisme ekonomi Marx tidak menjelaskan secara konsisten, sekalipun


ekonomi merupakan dasar seluruh sistem sosio budaya, institusi-institusi lain dapat
memperoleh otonomi dalam batas tertentu, dan malah memperlihatkan pengaruh
tertentu pada struktur ekonomi. Pada akhirnya struktur ekonomi itu tergantung
terhadapnya

Materialisme Historis
Materialisme Historis merupakan istilah yang sangat berguna untuk memberi nama pada
asumsi- asumsi dasar menganai teorinya. Dari The Communist Manifesto dan Das
Kapital, dimana penekanan Marx adalah pada kebutuhan materil dan perjuangan kelas
sebagai akibat dari usaha- usaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan. Menurut pandangan
ini, ide-ide dan kesadaran manusia tidak lain daripada refleksi yang salah tentang
kondisi-kondisi materil. Perhatian ini dipusatkan Marx sebagai uasaha Marx untuk
meningkatkan revolusi sosialis sehingga kaum proletariat dapat menikmati sebagian
besar kelimpahan materil yang dihasilkan oleh industrialisme.

Menurut Marx, suatu pemahaman ilmiah yang dapat diterima tentang gejala sosial
menuntut si ilmuwan untuk mengambil sikap yang benar terhadap hakikat
permasalahan itu. hal ini mencakupi pengakuan bahwa manusia tidak hanya sekedar
organisme materil, sebaliknya manusia memiliki kesadaran diri. Dimana, mereka
memiliki suatu kesadaran subyektif tentang dirinya sendiri dan situasi-situasi
materialnya.

Penjelasan Marx pada Materialistis tentang perubahan sejarah, diterapkan pada pola-
pola perubahan sejarah yang luas, penekanan materialistis ini berpusat pada perubahan-
perubahan cara atau teknik- teknik produksi materil sebagai sumber utama perubahan
sosial budaya. Dalam The German Ideology Marx menunjukkan bahwa manusia
menciptakan sejarahnya sendiri selama mereka berjuang menghadapi lingkungan
materilnya dan terlibat dalam hubungan-hubungan sosial yang terbatas dalam proses-
proses ini. Tetapi kemampuan manusia untuk membuat sejarahnya sendiri, dibatasi oleh
keadaan lingkungan materil dan sosial yang sudah ada. Ketegangan-ketegangan yang
khas dan kontradiksi-kontradiksi yang menonjol akan berbeda-beda menurut tahap
sejarahnya serta perkembangan materil sosialnya. Tetapi dalam semua tahap,
perjuangan individu dalam kelas-kelas yang berbeda untuk menghadapi lingkungan
materil dan sosialnya yang khusus agar bisa tetap hidup dan memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya, merupakan sumber utama perubahan untuk tahap berikutnya. Marx
mengandaikan bahwa pemilikan daya-daya produksi masyarakat secara komunal dan
suatu distribusi yang lebih merata yang didasarkan pada kebutuhan manusia, bukan
kerakusan borjuis.

Kelas Sosial, Kesadaran Kelas, dan Perubahan Sosial

Seperti dikatakan oleh Paul Doyle Johnson dalam bukunya Teori Sosiologi Klasik Dan
Modern yang diterjemahkan oleh Robert M. Z. Lawang (1986) bahwa Karl Marx bukanlah
orang pertamayang menemukan kelas sosial dalam masyarakat. Meskipun dia sendiri
sering menggunakan konsep itu, namun dia tidak memberikan analisa yang sistematis
dan komprehensif tentang itu. Walaupun konsep kelas begitu meluasnya ke hampir
seluruh tulisan-tulisan pokoknya, perlu dikatakan bahwa dia melihatnya sebagai kategori
yang paling mendasar dalam struktur sosial. 1 Jadi sebenarnya Marx tidak secara jelas
mendefinisikan konsep kelas tetapi dia lebih kepada memaparkan situasi dan kondisi
yang terjadi pada masa tersebut yang diamatinya.

Kelas-kelas sosial muncul menurut Doyle (1986: 146) sangat erat kaitannya dengan
konsep Marx mengenai materialisme historis. Di mana kemampuan manusia untuk
memenuhi berbagai kebutuhannya tergantung pada terlibatnya mereka dalam
hubungan sosial dengan orang lain untuk mengubah lingkungan materil melalui kegiatan
produktifnya.

Menurut Marx, kelas-kelas akan timbul apabila hubungan-hubungan produksi


melibatkan suatu pembagian tenaga kerja yang beraneka ragam, yang memungkinkan
terjadinya surplus produksi sehingga merupakan pola hubungan memeras terhadap
masa para memproduksi. Dengan demikian dapat disimpulkan dari pemikiran Marx
bahwa kelas-kelas sosial akan muncul karena faktor ekonomi terutama kepemilikan dan
ketiadapemilikan alat produksi dan hubungan-hubungan sosial dalam produksi.

Kutipan dari The Communist Manifesto di pendahuluan dengan jelas menegaskan model
dua kelas dalam masyarakat, meskipun Marx tidak selalu konsisten dalam hal ini. Dalam
satu bagian dari Das Kapital jilid ketiga, Marx mulai dengan suatu penjelasan yang
sistematis mengenai konsep kelas itu, di mana dia mengidentifikasikan tiga kelas utama
dalam msasyarakat kapitalis: buruh upahan, kapitalis, dan pemilik tanah. Kelas-kelas ini
dibedakan terutama karena perbedaan-perbedaan dalam sumber-sumber pendapatan
pokok, yakni upah, keuntungan dan sewa tanah.... Tetapi ide bahwa masyarakat-
masyarakat kapitalis di masa Marx hidup ada pada proses gerak menuju sistem dua kelas
saja, juga dikemukakannya dalam The Communist Manifesto: “Masyarakat sebagai satu
keseluruhan menjadi semakin terbagi dalam dua kelompok besar yang saling
bermusuhan ke dalam dua kelas yang saling berhadapan secara langsung: Borjuis dan
Proletariat”. Untuk lebih jelasnya mengenai dua istilah kelas tersebut akan dijelaskan di
bawah ini:
1. Kelas Borjuis (Bourgeoisie)
“The Bourgeoisie is the particular name for the capitalist in the modern economy.
They own the means of production and employ wage labor...” (Ritzer & Goodman)
Istilah Borjuis (Bourgeoisie) lebih sering dan lebih praktisnya diartikan sebagai kelas
yang memiliki alat produksi. Dalam masyarakat kapitalis, kelas yang paling dominan
adalah kelas borjuis. Kelas borjuis dikutip dalam Doyle (1986: 148) dapat dibagi lagi
ke dalam borjuis yang dominan dan borjuis kecil.

a. Borjuis yang dominan terdiri dari kapitalis-kapitalis besar dengan perusahaan


raksasa yang mempekerjakan banyak buruh. Di antara kapitalis-kapitalis yang
dominan, juga dapat dibedakan antara kapitalis uang dan kapitalis industri
(David McCellan, “karl Marx”, 1975: 44);
b. Borjuis kecil dapat terdiri dari pengusaha-pengusaha toko, pengrajin-pengrajin
kecil, dan semacamnya, yang kegiatan operasinya jauh lebih kecil.

2. Kelas Proletar (Proletariat)


“Proletariat are workers who sell their labor and who do not own their oen means
of production. They do not own their own tools or their factories, but Marx
(1867/1967: 714-15) further believed that the proletariat would even lose their own
skills as they increasingly just serviced the machines which had the workers‟ skillsn
built into them. Because the proletariat produce only for exchange, they are also
consumers...” (Ritzer & Goodman).

Proletariat merupakan „suatu kelas yang memiliki mata rantai yang radikal‟; proletariat
merupakan suatu lingkungan masyarakat yang mempunyai suatu sifat universal, karena
penderitaan

universalnya, yang tidak menuntut satu hak khusus pun karena ketidak tidak ada
kesalahan khusus namun malah kesalahan tanpa syarat yang dibebeankan kepadanya.
Proletariat melokalisasi diri di dalam dirinya sendiri semua keburukan yang paling
dahsyat dalam masyarakat. Proletariat hidup dalam kondisi kemiskinan alamiah yang
diakibatkan oleh kekurangan sumber-sumber daya, akan tetapi merupakan hasil
„buatan‟ organisasi kontemporer dari produksi industri. Sebab proletariat merupakan
penerima dari ketidakrasionalan dalam masyarakat yang terkonsentrasi, akibatnya ialah
emansipasi proletariat pada saat yang sama juga merupakan emansipasi masyarakat
dalam keseluruhannya.

Dari kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa proletariat itu merupakan kelas yang
masyarakatnya tidak memiliki alat produksi yang tertindas sehingga Ia hanya bisa
menjadi buruh bagi kaum pemilik modal atau alat produksi. Seperti dikutip Doyle dalam
Tucker bahwa dalam masyarakat kapitalis masih terdapat kategori proletar selain buruh
proletar yang tingkat upahnya di bawah buruh proletar yaitu kategori dropout dan
ne‟er-do-well‟s yang Marx istilahkan sebagai Lumpen proletariat (proletariat yang tidak
laku); kategori ini mencakup “pencuri, penjahat dari segala jenis, yang hidup dari remah-
remah masyarakat, pedagang tak menentu, gelandangan, tunawisma. 6 Sebenarnya Marx
tidak hanya terpaku kepada model dua kelas ataupun tiga kelas saja, tetapi Marx
berpandangan tentang struktur sosial yang terus menerus mengalami perubahan dan
variasi dalam periode sejarah yang berbeda-beda mengakibatkan munculnya model-
model kelas baru terutama di kelas sekunder atau menengah. Seperti analisis Marx
dalam karyanya Class Struggle In France yang dikutip oleh Lefebvre (121) di situ Marx
mengelompokkan masyarakat ke dalam tujuh kelas yang berbeda-beda yaitu: “Borjuis
pemodal, Borjuis Industri, Pedagang, Borjuis Kecil, Petani, Kaum Proletar, Proletar yang
tidak laku.

Kesadaran Sosial
Setelah terbentuknya kelas-kelas pada masyarakat kapitalis, maka akan muncul
kesadaran kelas mengenai kepentingan kelas-kelas mereka. Yang dimaksud kesadaran
kelas itu sendiri menurut Marx seperti dikutip dalam Doyle (1986) ialah satu kesadaran
subyektif akan kepentingan kelas obyektif yang mereka miliki bersama orang-orang lain
dalam posisi yang serupa dalam sistem produksi. Konsep kepentingan mengacu pada
sumber-sumber materil yang aktual yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan atau
keinginan individu. Jadi Doyle memberikan contoh, kepentingan kelas kapitalis terletak
pada keuntungan yang semakin meningkat, sedangkan kepentingan kelas proletar secara
sempit meliputi kenaikan upah, sedangkan secara luas meliputi penguasaan terhadap
proses produksi yang lebih luas.7
Menurut Marx seperti yang dilansir oleh Giddens (1986) bahwa kesadaran itu berakar
pada praxis manusia, yang pada gilirannya bersifat sosial. Inilah pengertian dari yang
dikatakan, bahwa „bukan kesadaran yang menentukan eksistensi orang, tetapi
sebaliknya, kehidupan sosial merekalah yang menentukan kesadaran mereka. 8
Pengaruh ideologi sangat berhubungan dengan kesadaran kelas, karena pengaruh
ideologi dapat mengakibatkan kurangnya kesadaran penuh akan kepentingan-
kepentingan kelasnya sendiri. Selain mengakibatkan kurangnya kesadaran penuh
terhadap kepentingan-kepentingan kelasnya, penerimaan ideologi yang dikembangkan
untuk mendukung kelas yang dominan dan struktur yang telah ada menurut Doyle juga
akan menimbulkan kesadaran palsu.9
Munculnya kesadaran palsu akibat pengaruh ideologi yang dikembangkan untuk
mendukung kelas yang dominan dan struktur yang telah ada menurut Marx seperti
dikutip oleh Doyle dapat digantikan dengan kesadaran kelas yang benar dengan cara
kesengsaraan yang diderita bersama- sama. Marx memusatkan munculnya kesadaran
kelas yang benar dengan analisisnya pada perkembangan yang terjadi di dalam kelas
proletar di daerah-daerah industri di kota. Alasannya adalah karena mereka bekerja
bersama-sama di suatu pabrik dalam kondisi yang kurang manusiawi dan hidup
berdampingan satu sama lain (antar buruh satu pabrik) sebagai tetangga di satu kota
juga, kaum proletar menjadi sadar akan penderitaan bersama dan kemelaratan
ekonominya. Singkatnya, terpusatnya mereka pada satu tempat memungkinkan
terbentuknya jaringan komunikasi dan menghasilkan kesadaran bersama.
Perubahan Sosial
Kesadaran kelas yang diperoleh oleh kaum proletar pada akhirnya akan membentuk
jaringan komunikasi untuk menjelaskan kepentingan bersama kaum proletar. Jaringan
komunikasi ini pada akhirnya menurut Doyle dapat membentuk suatu organisasi yang
bisa berbentuk serikat-serikat buruh atau serikat-serikat kerja lainnya yang tujuan
kepentingannya untuk mendesak upah yang lebih tinggi, perbaikan kondisi kerja dan
sebagainya. Namun akhirnya tambah Doyle, organisasi kelas buruh itu akan menjadi
cukup kuat untuk menghancurkan seluruh struktur sosial kapitalis dan menggantikan
dengan struktur sosial yang akan menghargai kebutuhan dan kepentingan umat manusia
seluruhnya. Bersamaan dengan proses organisasi politik ini dikembangkan juga satu
ideologi yang mengungkapkan kepentingan kelas buruh yang sesungguhnya dan
memberikan suatu penjelasan mengenai peranan sejarahnya dalam mengubah struktur
sosial... Tetapi ingatlah, bahwa perjuangan ideologis antara titik pandang revolusioner
dan konservatif hanya merupakan suatu cerminan dari perjuangan riil yang sedang
berlangsung.

Sebenarnya cara Marx menganalisis suatu perubahan sosial pada masyarakat adalah
dengan menggunakan analisa dialektika cara analisa dialektika seperti dikutip dari Doyle,
merupakan inti model bagaimana konflik kelas mengakibatkan perubahan sosial.
Umumnya analisa dialektika meliputi suatu pandangan tentang masyarakat yang terdiri
dari kekuatan-kekuatan yang berlawanan yang sewaktu-waktu menjadi seimbang.
Analisa dialektik peka terhadap kontradiksi internal dalam masyarakat, memecahkan
kontradiksi dengan analisa dialektik itu mempercepat tahap baru dalam sejarah
masyarakat... Namun gerak sejarah yang bersifat dialektik itu tidak terlepas dari
kemauan atau usaha manusia (praxis). Marx tidak pernah mengemukakan suatu
pandangan sejarah di mana individu manusia hanya bersikap pasif belaka. Menurut
Marx manusialah yang menciptakan sejarahnya sendiri, meskipun kegiatan kreatifnya
ditentukan dan terikat materil dan sosial yang ada. Meskipun manusia bisa membuat
sejarahnya sendiri, Ia tidak dapat membuat semaunya sendiri. 11 Jadi dapat disimpulkan
perubahan sosial dapat dilakukan dengan perjuangan kelas dalam konteks ini adalah
proletar, yang perjuangan kelas tersebut dilakukan dengan cara revolusi baik dengan
menggunakan kekerasan maupun dengan damai. Sehingga revolusi tersebut dapat
menghasilkan sesuai apa yang diramalkan marx yaitu masyarakat ideal yang tanpa kelas
yang istilah populernya komunisme.
Teori Ekonomi Marxian
Revolusi 1870 menghasilkan dua perubahan yang amat berkaitan satu sama lain.
Pertama, ia mengubah focus dalam teori ekonomi dari masalah-masalah ekonomi makro
tentang pertumbuhan dan distribusi ke masalah-masalah ekonomi mikro tentang
pengambilan keputusan ekonomi. Kedua, ia memperkenalkan teknik-teknik “marginalis”,
sebuah cabang dari matematika terapan yang secara khusus ditambahkan untuk
menganalisis pilihan rasional.

Ajaran tentang nilai lebih terdiri atas empat subteori: teori tentang nilai pekerjaan, teori
tentang nilai tenaga kerja, teori tentang nilai-lebih, dan teori tentang laba (provit). Nilai
pakai adalah nilai barang yang diukur dari kegunaanya untuk memenuhi kebutuhan
tertentu. Sedangkan nilai tukar adalah nilai barang kalau dijual belikan dipasar (nilainya
dalam bentuk uang). Marx berpendapat bahwa “waktu kerja social yang perlu”.
Maksudnya waktu rata-rata yang diperlukan dalam sebuah masyarakat dengan
kepandaian kerja tertentu untuk membuat barang itu. Sedangkan yang dimaksudkan
dengan teori nilai pekerjaan adalah nilai tukar segenap barang ditentukan oleh jumlah
pekerjaan yang masuk kedalam produksinya. Menurut Marx dalam system ekonomi
kapitalis tinggi upah buruh yang tepat ditentukan oleh cara yang sama. Nilai tenaga kerja
sama seperti nilai setiap komoditi ditentukan oleh jumlah pekerjaan yang perlu untuk
menciptakanya. Maka nilai tenaga kerja adalah jumlah nilai semua komoditi yang perlu
dibeli oleh buruh agar ia dapat hidup. Marx mengandaikan bahwa dalam keadaan
ekonomi normal majikan yang membeli tenaga kerja buruh itu akan membayar upah
yang sesuai. Jadi nilai lebih adalah diferensi antara nilai yang diproduksikan selama satu
hari oleh seorang pekerja dan biaya pemulihan tenaga kerjanya. Menurut Marx nilai
lebih itulah satu-satunya sumber laba sang kapitalis.

Kritik Terhadap Masyarakat Kapitalis


Menurut Marx dalam Das kapital, ia menekankan bahwa untuk mengungkapkan
dinamika-dinamika yang mendasar dalam sistem kapitalis sebagai sistem yang bekerja
secara aktual, yang berlawanan dengan versi yang diberikan oleh para ahli ekonomi
politik sangat bersifat naif. Marx menerima teori nilai tenaga kerja dari nilai pasar suatu
komoditi ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang menghasilkan produksi itu. nilai
merupakan faktor utama menetukan harga komoditi.

Gagasan Marx dalam hal ini selanjutnya dikenal dengan istilah “surplus Value” atau teori
nilai lebih yaitu pertukaran yang tidak proporsional antara nilai pakai dan nilai tukar.
Dalam hal ini keuntungan yanng lebih besar dimiliki oleh para kapitalis, dan buruh tidak
berkuasa atas nilai lebih yng telah dihasilkannya sebagai tenaga kerja.

Ketika Marx hidup waktu Di Eropa sedang terjadi revolusi industri, lalu dalam hal ini
Marx melakukan kritik atas ekspansi kapitaslis dan korelasinya dengan krisis ekonomi.
Menurut marx penggunaan mesin baru yang hemat buruh merusakkan keseimbangan
antara kemampuan produktif dan permintaan, dan karena itu mempercepat krisis
ekonomi. Selain itu juga menurut marx eskpansi Kapitalis akan membuat individu-
individu semakin teralienasi dan paradoks atas kapitalisme akan muncul.

Teori Kelas
Seluruh pemikiran Karl Marx berdasarkan tanggapan bahwa pelaku utama dalam
masyarakat adalah kelas-kelas social. Teori kelas bukanlah sebuah teori eksplisit,
melainkan melatarbelakangi uraian Marx tentang hukum perkembangan sejarah,
tentang kapitalisme dan tentang sosialisme. Kelas social adalah golongan dalam
masyarakat yang di tentukan oleh posisi tertentu dalam proses produksi.

Bagi Marx sebuah kelas baru dianggap kelas dalam arti sebenarnya, apabila dia bukan
hanya “secara objektif” merupakan golongan social dengan kepentingan tersendiri,
melainkan juga “secara subyektif” menyadari diri sebagai kelas, sebagai golongan khusus
dalam masyarakat yang mempunyai kepentingan-kepentingan spesifik serta mau
memperjuangkanya. Menurut Marx masyarkat kapitalis terdiri dari tiga kelas yaitu kaum
buruh (mereka hidup dari upah), kaum pemilik modal (hidup dari laba), dan para tuan
tanah (hidup dari rente tanah). Tetapi, karena dalam analisis keterasingan tuan tanah
tidak dibicarakan dan pada akhir kapitalisme para tuan tanah akan menjadi sama dengan
para pemilik modal, sehingga saat ini hanya terdapat dua kelas saja. Dalam system
produksi kapitalis, dua kelas saling berhadapan antara kelas buruh dan kelas pemilik,
keduanya saling membutuhkan.

Ciri khas masyarakat kapitalis adalah keterbagian dalam kelas atas dan kelas bawah.
Kelas atas adalah para pemilik alat-alat produksi dan kelas bawah adalah kaum buruh.
Hubungan antara kelas atas dan kelas bawah pada hakikatnya merupakan hubungan
penghisapan atau eksploitasi12.

Anda mungkin juga menyukai