Anda di halaman 1dari 4

ADA APA DENGAN NEGERIKU

Karya: Jayanti Nurpanca Fitria

Assalamu’alaikum...

Hai, panggil saja aku Mawar. Umurku 23 tahun dan aku lahir di suatu
tempat berinisial L. Ada apa dengan negeriku? Aku lahir pada tahun dimana
negeriku sedang mengalami krisis moneter. Inflasi besar-besaran yang
menyebabkan nilai tukar mata uang negeriku terhadap dolar Amerika terjerembab
ke dalam titik terendahnya. Semua kebutuhan di semua sektor melambung tinggi.
Tidak hanya sampai di situ saja, tahun berikutnya kepemimpan nasional yang
kokoh berdiri lebih dari tiga dekade lamanya akhirnya mengalami suksesi.
Alasannya sederhana, yaitu menurunnya tingkat kepercayaan masyarkat terhadap
kepemimpinan disamping ketidaktegasannya dalam mengambil kebijakan. Alasan
sederhana yang bertumpuk hingga menjadi kompleks.

Sejak kecil aku sudah diajarkan untuk tidak berbuat jahat terhadap semua
makhluk hidup, terutama terhadap sesama manusia. Karena hal tersebut adalah
perbuatan zalim. Aku rasa itu juga berlaku kepada setiap anak, bukankah begitu?
Ada apa dengan negeriku? Apa arti keadilan bagi negeriku? Bukankah setiap
warga negeri memiliki hak yang sama untuk memperoleh keadilan? Lucunya
negeriku. Ah! Apakah harus ada harga yang dibayar untuk memperoleh keadilan
tersebut?

Kasus pencurian sandal oleh seorang remaja di kota P dihukum lebih


berat dibandingkan pencuri uang negeri. Lucunya lagi, meskipun dipenjara, para
penjarah uang negeri itu tinggal di tempat yang jauh lebih nyaman dibandingkan
kos-kosanku loh. Tempat mewah, fasilitas lengkap hingga makanan pun terjamin.
Pantaskah itu diberikan kepada seseorang yang sedang dihukum kerena menzalimi
masyarakat negeri? Haha... Ah, membuat menjadi imajinasiku menjadi liar saja.

Tiga tahun lalu, cairan asam sulfat atau H2SO4 disiramkan ke wajah
seseorang. Berbagai tim gabungan dibentuk untuk menemukan fakta dan dalang
dari perbuatan tersebut. Tidak membutuhkan waktu lama, dalam jangka waktu
sebelas hari dua orang pelaku ditetapkan. Kejadian tersebut tidak hanya membuat
sebagian wajahnya rusak, namun hampir kehilangan penglihatannya.
Alhamdulillah kerusakan pada wajah dapat diperbaiki, namun bagaimana dengan
penglihatannya?

Yap! Tentu tetap lekat dalam ingatan siapa seseorang yang mengalami
musibah tersebut. Seseorang yang berjasa dalam menangkap para penjarah uang
negeri. Prestasinya yang gemilang, keberhasilannya dalam menangkap para
penjarah uang negeri kian menanjak. Sehingga membuat dada para penjarah uang
negeri semakin sesak. Menunggu gilirannya menuju ruang pesakitan tentunnya
memacu adrenalin menjadi lebih kencang. Bayangan hukuman, hilangnya harta
berlimpah dan kemewahan hidup semakin kuat. Prestasi tersebut harus segera
dihentikan, supaya tidak perlu takut dan gelisah menuggu gilirannya tiba.

Sebelas hari waktu yang dibutuhkan, anehnya membutuhkan waktu tiga


tahun sampai siap menjatuhkan dakwaan. Tiga tahun berlalu, hari penentuan
dakwaan bagi pelaku akhirnya tiba. Mendengar kalimat ‘Satu tahun penjara’
membuat otakku berputar mencari pembenaran dari dakwaan tersebut. Namun
otakku tak mampu menemukannya, terlebih nuraniku yang memberontak keras
dengan keputusan tersebut. Lucunya mendengarkan dakwaan yang lebih sebentar
diandingkan proses penentuan dakwaan itu sendiri. Apakah adil hukuman itu
diberikan kepada pelaku yang telah membuat penglihatan seseorang tak lagi
normal? Ah! Apakah Bisa kata ‘tidak sengaja dan memberi pelajaran’ dijadikan
alasan dan pertimbangan? Lantas, bagaimana dengan dampak yang didapatkan
korban serta nasib para pemberantas penjarah uang negeri ke depannya? Tidak
bisakah hal tersebut dijadikan pertimbangan?

Aku adalah pengguna kacamata dengan lensa yang tidak terlalu besar,
yaitu hanya minus satu. Minus satu pada mataku membuat penglihatanku menjadi
buram apabila tidak dibantu dengan kacamata. Lantas bagaimana dengan nasib
beliau yang bahkan penglihatan sebelah kirinya sempat tidak dapat berfungsi.
Apakah itu tidak dapat dijadikan pertimbangan wahai para penegak keadilan
negeriku? Bagaimana jika musibah itu terjadi padamu? Bukankah kaupun akan
merasa terkhianati oleh keadilan yang ‘katanya’ ditegakkan itu? Apakah benar
keadilan tegak hanya untuk sebagian golongan dan tumbang bagi golongan lain?
Ah! lagi-lagi imajinasiku menjadi liar, bahkan semakin menjadi-jadi. Sebaiknya
aku hentikan saja sampai di sini.

Aku masih terus mencari dimana keadilan tersebut. Sebanyak aku mencari,
sebanyak itulah aku gagal. Aku merasa lucu, namun hatiku merasa sesak dan
sangat hancur melihat keadilan di negeriku. Begitukah cara keadilan negeri yang
ingin kau tunjukkan kepadaku dan rakyat negerimu? Jangan lupa wahai
pemimpinku, hukuman sang pencipta adalah mutlak adanya. Biarlah kau
mempermainkan hukum di negeriku, tapi jangan lupakan hukuman mutlak sang
pencipta. Lekas membaiklah wahai negeriku, lekas membaiklah para
pemimpinku. Jangan biarkan kepercayaanku juga rakyatmu menjadi semakin
hancur dan luntur.

Wassalamu’alaikum.
Nama : Jayanti Nurpanca Fitria

No. Rekening : 151101013517509 (BANK BRI)

Pemilik : Jayanti Nurpanca Fitria

IG : itsmejayanti_

Twitter : itsmejayanti_

Tiktok : itsmejayanti

FB : Jayanti EN EF Scout

Youtube : itsmejayanti (jangan lupa


disubscribe yaaa.. hehehe)

Terimakasih.. wassalamualaikum

Anda mungkin juga menyukai