Assalamu’alaikum...
Hai, panggil saja aku Mawar. Umurku 23 tahun dan aku lahir di suatu
tempat berinisial L. Ada apa dengan negeriku? Aku lahir pada tahun dimana
negeriku sedang mengalami krisis moneter. Inflasi besar-besaran yang
menyebabkan nilai tukar mata uang negeriku terhadap dolar Amerika terjerembab
ke dalam titik terendahnya. Semua kebutuhan di semua sektor melambung tinggi.
Tidak hanya sampai di situ saja, tahun berikutnya kepemimpan nasional yang
kokoh berdiri lebih dari tiga dekade lamanya akhirnya mengalami suksesi.
Alasannya sederhana, yaitu menurunnya tingkat kepercayaan masyarkat terhadap
kepemimpinan disamping ketidaktegasannya dalam mengambil kebijakan. Alasan
sederhana yang bertumpuk hingga menjadi kompleks.
Sejak kecil aku sudah diajarkan untuk tidak berbuat jahat terhadap semua
makhluk hidup, terutama terhadap sesama manusia. Karena hal tersebut adalah
perbuatan zalim. Aku rasa itu juga berlaku kepada setiap anak, bukankah begitu?
Ada apa dengan negeriku? Apa arti keadilan bagi negeriku? Bukankah setiap
warga negeri memiliki hak yang sama untuk memperoleh keadilan? Lucunya
negeriku. Ah! Apakah harus ada harga yang dibayar untuk memperoleh keadilan
tersebut?
Tiga tahun lalu, cairan asam sulfat atau H2SO4 disiramkan ke wajah
seseorang. Berbagai tim gabungan dibentuk untuk menemukan fakta dan dalang
dari perbuatan tersebut. Tidak membutuhkan waktu lama, dalam jangka waktu
sebelas hari dua orang pelaku ditetapkan. Kejadian tersebut tidak hanya membuat
sebagian wajahnya rusak, namun hampir kehilangan penglihatannya.
Alhamdulillah kerusakan pada wajah dapat diperbaiki, namun bagaimana dengan
penglihatannya?
Yap! Tentu tetap lekat dalam ingatan siapa seseorang yang mengalami
musibah tersebut. Seseorang yang berjasa dalam menangkap para penjarah uang
negeri. Prestasinya yang gemilang, keberhasilannya dalam menangkap para
penjarah uang negeri kian menanjak. Sehingga membuat dada para penjarah uang
negeri semakin sesak. Menunggu gilirannya menuju ruang pesakitan tentunnya
memacu adrenalin menjadi lebih kencang. Bayangan hukuman, hilangnya harta
berlimpah dan kemewahan hidup semakin kuat. Prestasi tersebut harus segera
dihentikan, supaya tidak perlu takut dan gelisah menuggu gilirannya tiba.
Aku adalah pengguna kacamata dengan lensa yang tidak terlalu besar,
yaitu hanya minus satu. Minus satu pada mataku membuat penglihatanku menjadi
buram apabila tidak dibantu dengan kacamata. Lantas bagaimana dengan nasib
beliau yang bahkan penglihatan sebelah kirinya sempat tidak dapat berfungsi.
Apakah itu tidak dapat dijadikan pertimbangan wahai para penegak keadilan
negeriku? Bagaimana jika musibah itu terjadi padamu? Bukankah kaupun akan
merasa terkhianati oleh keadilan yang ‘katanya’ ditegakkan itu? Apakah benar
keadilan tegak hanya untuk sebagian golongan dan tumbang bagi golongan lain?
Ah! lagi-lagi imajinasiku menjadi liar, bahkan semakin menjadi-jadi. Sebaiknya
aku hentikan saja sampai di sini.
Aku masih terus mencari dimana keadilan tersebut. Sebanyak aku mencari,
sebanyak itulah aku gagal. Aku merasa lucu, namun hatiku merasa sesak dan
sangat hancur melihat keadilan di negeriku. Begitukah cara keadilan negeri yang
ingin kau tunjukkan kepadaku dan rakyat negerimu? Jangan lupa wahai
pemimpinku, hukuman sang pencipta adalah mutlak adanya. Biarlah kau
mempermainkan hukum di negeriku, tapi jangan lupakan hukuman mutlak sang
pencipta. Lekas membaiklah wahai negeriku, lekas membaiklah para
pemimpinku. Jangan biarkan kepercayaanku juga rakyatmu menjadi semakin
hancur dan luntur.
Wassalamu’alaikum.
Nama : Jayanti Nurpanca Fitria
IG : itsmejayanti_
Twitter : itsmejayanti_
Tiktok : itsmejayanti
FB : Jayanti EN EF Scout
Terimakasih.. wassalamualaikum