Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul PRAKTEK
HUKUM TATA NEGARA ISLAM DI ARAB SAUDI ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Bapak Ustor sitorus, M.Ap pada mata kuliah Hukum Tata Negara Islam. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada tugas Bapak Ustor sitorus, M.Ap,
M.Hum, selaku dosen pengampu Hukum Tata Negara Islam, yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Pemakalah
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar belakang..................................................................................3
B. Rumusan masalah............................................................................4
BAB II : PEMBAHASAN
A. ..........................................................................................................5
B. ..........................................................................................................8
C. ..........................................................................................................9
D. ........................................................................................................10
A. Kesimpulan....................................................................................16
B. Daftar Bacaan.................................................................................17
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Arab Saudi merupakan negara yang menggunakan sistem kerajaan atau
monarki. Hukum yang digunakan adalah hukum syariat Islam dengan berdasarkan
pada pengamalan ajaran Islam yang juga didasari oleh pemahaman sahabat nabi
terhadap AlQuran dan Hadits. Di samping sistem hukum syariat, hukum yang
dilaksanakan pemerintah Saudi juga menerapkan regulasi-regulasi dan juga
membangun lembaga-lembaga untuk menangani kasuskasus yang tidak dicakup
oleh syariat. Arab saudi termasuk Negara Islam yang hukum keluarganya bersifat
uncodified law, itu berarti hukum keluarga Islam di Negara tersebut belum diatur
dalam bentuk tertulis. Tetapi sejak tahun 1950-an, negara Arab Saudi melalui
dekrit kerajaan telah mengesahkan sejumlah peraturan yang meliputi berbagai
masalah kehidupan sosial, misalnya perdagangan, kebangsaan, penyuapan,
pertambangan, perburuhan tenaga kerja jaminan sosial dan pertahanan sipil. Arab
Saudi dikenal sebagai salah satu Negara muslim terbesar dan dikenal pula sebagai
tempat awal mula Islam masuk. Kemudian Negara ini juga dikenal sebagai
Negara yang menjadikan Al-Quran dan Hadits sebagai dasar konstitusinya dengan
Madzhab Hanbali sebagai madzhab Negara, Tahir Mahmood mengkategorikan
Saudi Arabia pada negara-negara yang menerapkan hukum Islam secara
tradisional, di mana hukum Islam tidak beranjak menjadi sebuah peraturan
perundang-undangan. Dengan melihat latar belakang sejarah hukum Islam,
wilayah jazirah Arab awalnya menganut mazhab Maliki.
B. Rumusan Masalah
1. ?
2. ?
3. ?
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Sementara semenanjung Arab merekam sejarah kembali ke 5.000 tahun
kependudukan Dilmun, sejarah hukum Arab Saudi diawali pada abad ke-tujuh
dengan lahirnya Islam. Dengan turunnya wahyu Qur’an, yang dipercaya oleh para
Muslim merupakan kata-kata dari Tuhan, dan kata-kata dan perbuatan-perbuatan
Nabi (yang, sebagai pemimpin politik dan keagamaan bagi masyarakat, pertama
menerapkan pemikiran ini) membentuk inti hukum dan praktek Islam.
Sejarah modern Arab Saudi diawali pada abad ke-delapan belas dengan
persekutuan antara Muhammad ibn Saud dan Muhammad ibn. Abd al-Wahhab,
seorang pemimpin agama dan penemu gerakan Wahhabi, yang mencari inspirasi
moral dalam pembelajaran langsung mengenai pemikiran dan praktek-praktek
religius Nabi dan sahabat-sahabatnya. Hal itu memerlukan sikap intelektual dari
theologian abad ke-tigabelasan sampai empat belas, Ibn Taymiyya, yang pada
gilirannya dipengaruhi oleh ajaran Ahmad ibn Hanbal, theologian abad ke-
sembilan dan penemu aliran hukum Islam Hanbali. Koalisi Saudi/Wahhabi
membentuk tiga kerajaan berturut-turut, yang memuncak menjadi satu sekarang.
Arab Saudi mulai mengambil bentuk modernnya pada abad ke-dua puluh saat Ibn
Saud menyatukan berbagai daerah jazirah yang berbeda menjadi satu negara, yang
diawali dengan penangkapan Riyadh pada tahun 1920 (ibukota sekarang), diikuti
dengan penaklukan Hijaz tahun 1925, dan memuncak di tahun 1932 dengan
proklamasi Kerajaan Arab Saudi.1
Hukum Islam, atau sharia (“jalan kecil”), merupakan dasar dari hukum Saudi.
Hukum ini terikat secara intim dengan filosofi politik Islam, yang melihat peran
utama negara sebagai suatu yang membantu komunitas Muslim menjunjung tinggi
moral standar Tuhan, sharia menjadi sumber standar ini. Pada gambaran ini,
negara bukanlah arena netral; negara memiliki kewajiban aktif terhadap
masyarakat untuk mengejar kebaikan dan menentang kejahatan. Gagasan baik
mengenai keadilan dan legitimasi disebutkan secara serempak di istilah-istilah
hukum dan Islami.
Hukum Islam, bersifat ketuhanan dan sempurna, dijadikan akar, pertama, dalam
Qur’an – dalam kata-kata Muslim percaya bahwa Tuhan memberikan
1
http://wwwgats.blogspot.com/2008/12/sistem-hukum-arab-saudi.html (dimuat 25 Desember 2008)
6
penampakan langsung melalui Muhammad. Dengan menaruh dasar etika bagi
keadilan, Qur’an menyediakan baik pedoman umum mengenai perilaku dan jelas
dan terkadang pedoman mendetil mengenai praktek-praktek tertentu, dari
kewajiban keagamaan sampai keluarga sampai hukum penunjukan hakim, hukum
kriminal, dan hukum dagang. Meskipun demikian, Qur’an menyediakan hanya
sedikit dari sajak-sajaknya yang khusus mengenai hukum dan diam mengenai
sebagian besar masalah-masalah hukum. Seperti halnya semua teks keagamaan,
teks tersebut juga harus diterjemahkan, dan bisa diterjemahkan dengan berbagai
cara. Karena itu, diperlukan sumber-sumber lain. Sebagai konsekuensi, pada abad-
abad awal setelah Nabi wafat, aliran-aliran Islam, ulama, membuat persetujuan
mengenai sumber-sumber hukum tambahan. Sumber kedua (menyangkut
kepentingannya, bukan bidangnya) adalah Sunnah, tindakan-tindakan dan kata-
kata Nabi. Secara bersamaan, Qur’an dan Sunnah merupakan sumber-sumber
utama hukum Islam. Sumber ke tiga adalah konsensus (ijma’) komunitas, yang
pada prakteknya menjadi komunitas sarjana ilmu Islam, mengenai hal-hal dimana
kedua sumber utama tersebut tidak cukup. Sumber ke empat adalah analogi
(qiyas), yang menerapkan prinsip-prinsip dari Qur’an atau Sunnah terhadap
kasus-kasus baru. Sumber ke lima adalah ijtihad. Biasanya diterjemahkan sebagai
“pemberian alasan secara mandiri,” ijtihad lebih cocok dipandang sebagai metode
untuk menerapkan sumber-sumber lain terhadap masalah-masalah hukum tertentu.
Selama beberapa abad pertama berdirinya Islam, konsensus cendekiawan
menggunakan sumber-sumber ini sebagai dasar formal yurisprudensi Islam.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Salah satu dari unsur pokok status kenegaraan adalah penguasaan suatu
wilayah teritorial, di dalam wilayah mana berlaku hukum negara tersebut.
Terhadap wilayah ini otoritas tertinggi berada pada negara terkait. Oleh karena itu,
muncullah kosep “kedaulatan teritorial” yang menandakan bahwa didalam
wilayah kekuasaan ini yurisdiksi dilaksanakan oleh negara terhadap orang-orang
dan harta benda yang menyampingkan negara-negara lain.
Kedaulatan tertinggi dari suatu negara adalah kedaulatan hukum, karena
hukum tidak tunduk kepada negara, tetapi negaralah yang tunduk kepada hukum,
sehingga setiap perubahan yang terjadi atas suatu negara harus dilandasi oleh
pemberlakuan suatu hokum, tidak ada pembatasan untuk membuat hukum oleh
negara yang mempunyai kedaulatan, tidak ada prinsip hukum alam, yang ada
adalah kemampuan mengatur secara efektif pembatasan kekuasaan mutlak dari
penguasa (the ruler).
8
DAFTAR PUSTAKA