Belajar Ekonomi Politik
Belajar Ekonomi Politik
Masalah yang sudah berabad-abad menyibukan fikiran manusia adalah tentang, Apa yang
menentukan sifat dari suatu system masyarakat?, Bagaimana manusia berkembang?, Apakah
rakyat yang sudah turun temurun hidup melarat dan sengsara dapat memperbaiki nasibnya?,
Apakah kebebasan dan kemakmuran dapat dicapai oleh semua manusia ataukah hanya untuk
segolongan kecil orang saja?, Apakah miskin dan kaya itu takdir?, atau Apakah dapat kemiskinan
dilenyapkan?.
Abad demi abad berlalu, sudah banyak pemikir-pemikir yang mencoba menjawab pertanyaan-
pertanyaan diatas, namun bersamaan dengan itu bermacam-macam teori dan konsepsi terbantah
sama sekali, bukan saja disebabkan oleh kritik dari pemikir yang lain tetapi juga oleh kritik waktu,
oleh seluruh perkembangan sejarah itu sendiri.
Uraian diatas menunjukan bahwa dalam masyarakat terdapat suatu kontradiksi yaitu
kontradiksi antara kegiatan subyektif yang dengan sadar dari seseorang disatu fihak dengan
perkembangan obyektif yang spontan dari masyarakat sebagai keseluruhan dilain fihak,
kontradiksi disini menjadi sangat penting dipahami karena kedangkalan kita dalam memahami
kontradiksi ini menyebabkan kita akan beranggapan bahwa sejarah hanya sebagai kumpulan
kejadian yang bersifat kebetulan belaka atau sebagian yang lain akan menganggap sejarah
sebagai suatu keharusan tetapi tidak memahami apa yang menentukan suatu keharusan itu,
menjadi penganut fatalisme, menyerah pada takdir yang telah digariskan pada manusia. Artinya ini
menujukan bahwa perkembangan masyarakat tidak timbul dari kekuatan dari luar masyarakat itu
sendiri melainkan dari dalam masyarakat, yaitu bahwa manusia adalah pembuat sejarah mereka
sendiri namun disisi lain manusia tidak dengan seenaknya saja membuat sejarah seenaknya tetapi
atas dasar syarat-syarat materiil obyektif yang yang mereka warisi dari abad-abad sebelumnya.
Dan syarat-syarat materiil yang paling menentukan adalah produksi kekayaan materiil yang
diperlukan bagi kehidupan manusia sudah tentu faktor geografi, kepadatan penduduk, iklim dll juga
menentukan, namun dapat saja perkembangan suatu masyarakat akan berbeda meskipun
keadaan geografi, iklim maupun kepadatan penduduknya sama. Jadi kegiatan bekerja manusia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya merupakan factor yang primer bagi kelangsungan hidup
setiap masyarakat. Orang tidak mungkin berpolitik, berkesenian, berilmu dll kalau belum makan,
berpakaian dan memiliki tempat berteduh.
Sasaran kerja (obyek kerja) adalah apa saja yang dikenakan kerja manusia baik yang diambil
langsung dari alam misalnya besi, kayu dll, maupun sasaran kerja yang sudah dikenakan kerja
misalnya bahan baku seperti kapas dalam pabrik pengolahan benang dll dinamakan bahan
mentah/bahan baku.
Alat-alat kerja adalah segala benda yang dipergunakan manusia sebagai perkakas untuk
mengenakan kerjanya pada sasaran kerja dan mengubahnya, dalam hal ini termasuk pertama
perkakas-perkakas produksi, selanjutnya juga tanah, bangunan, perusahaan, jalan dst. Perkakas
produksi memegang peranan menentukan diantara alat-alat kerja, ini meliputi bermacam-macam
perkakas yang digunakan manusia dalam kerja, mulai dari perkakas batu yang kasar dari manusia
primitif hingga mesin-mesin modern. Berbagai sejarah tingkat perkembangan manusia bukan
dilihat dari barang apa yang dihasilkan tetapai bagaimana, dengan perkakas produkasi apa
barang-barang tersebut dihasilkan/diproduksi.
Sasaran kerja dan alat-alat kerja merupakan alat-alat produksi, alat-alat produksi itu sendiri bila
tidak disatukan dengan tenaga kerja menjadi setumpukan barang mati, dan sebaliknya untuk
memulai proses kerja tenaga kerja mesti menyatukan diri dengan perkakas produksi,
Tenaga kerja adalah kecakapan manusia bekerja yaitu keseluruhan kekuatan jasmani dan
rohani manusia dengan mana manuia itu dapat memproduksi barang-barang materiil.
Penggabungan antara alat-alat produksi dan manusia dengan kecakapan tertentu (Tenaga
kerja) menggerakan alat-alat ini untuk memprouksi barang-barang materiil dan rakyat pekerja
disebut tenaga produktif masyarakat.
Tenaga produktif mencerminkan hubungan manusia terhadap benda-benda dan kekuatan-
kekuatan alam yang digunakan untuk memproduksi kekayaan materiil. Namun dalam produksi
manusia tidak hanya mempengaruhi alam melainkan juga mempengaruhi sesama manusia,
mereka hanya berproduksi dengan berkerja sama dengan cara tertentu dan saling menukarkan
kegiatan mereka. Untuk berproduksi mereka memasuki pertalian timbal balik dan perhubungan
tertentu, dan hanya dalam pertalian dan perhubungan kemasyarakatan tersebut proses
mempengaruhi alam dilakukan. Pertalian dan perhubungan dan hanya dalam pertalian dan
perhubungan kemasyarakatan inilah proses mempengaruhi alam dilakukan (dilakukanlah proses
produksi). Pertalian dan perhubungan tertentu antara manusia dan proses produksi kekayaan
materiil dinamakan Hubungan produksi. Yang meliputi bentuk-bentuk hak milik atas alat-alat
produksi, kedudukan klas-klas, golongan-golongan masyarakat dalam produksi dan hubungan
timbal balik antara mereka, bentuk-bentuk distribusi dari hasil-hasil produksi.
Watak dari hubungan-hubungan produksi ditentukan pertama-tama oleh soal milik siapakah
alat-alat produksi (tanah, hutan, perairan dll), milik orang perorang, golongan-golongan
masyarakat atau kelas-kelas yang mempergunakan alat produksi tersebut untuk menghisap rakyat
pekerja ataukah milik masyarakat yang bertujuan memenuhi kebutuhan-kebutuhan materiil dan
kulturiil dari massa rakyat.
Tenaga-tenaga produktif dan hubungan-hubungan produksi menyatakan dua segi dalam
produksi, yaitu segi teknik dan segi kemasyarakatan dari produksi, ilmu ekonomi politik
mempelajari segi kemasyarakatan dari produksi yaitu mempelajari hubungan-hubungan produksi
dalam pengaruhnya yang timbal balik dengan tenaga produktif. Tenaga produktif dan hubungan-
hubungan produksi sebagai satu kesatuan merupakan cara produksi.
Tenaga-tenaga produktif adalah unsur yang paling mobil dan revolusioner dalam produksi,
perkembangan produksi mulai dengan perubahan-perubahan dalam tenaga produktif, pertama-
tama dengan perubahan dan perkembangan perkakas produksi dan kemudian perubahan-
perubahan yang berkesesuaian terjadi juga dalam lapangan hubungan produksi dan sebaliknya
hubungan produksi antar manusia mempengaruhi tenaga-tenaga produktif secara aktif.
Tenaga-tenaga produktif masyarakat hanya dapat berkembang dengan tiada rintangan,
apabila hubungan-hubungan produksi sesuai dengan tingkat perkembangan tenaga-tenaga
produktif, apabila hubungan produksi sudah tidak lagi mampu membingkai tingkat perkembangan
dari tenaga-tenaga produktif sehingga terjadi benturan antara hubungan produksi lama dengan
hubungan produksi yang baru maka akan terjadi pertentangan. Pertentangan inilah yang menjadi
dasar ekonomi bagi revolusi sosial dalam masyarakat berkelas yang mendasarkan penghisapan
manusia atas manusia, dalam masyarakat seperti ini bentrokan-bentrokan antara tenaga produktif
dengan hubungan produksi dinyatakan dalam perjuangan kelas. Tujuan revolusi adalah
menghapuskan pertentangan antara tenaga produktif yang baru dengan hubungan produksi yang
lama dan membentuk hubungan produksi yang baru yang sesuai dengan tingkat perkembangan
tenaga-tenaga produktif yang sudah dicapai. Dengan jalan revolusi sosial ini masyarakat maju
ketingkat perkembangan yang lebih tinggi maka orang sering menyebut revolusi sosial merupakan
lokomotif sejarah yang menggerakan ke masyarakat yang lebih maju.
Terbaginya masyarakat dalam kelas-kelas menjadi awal mula timbulnya negara, dalam
masyarakat komune primitif ini masih belum tampak adanya negara namun kita menemukan
betapa besarnya kekuasaan adat istiadat, otoritas, penghargaan, kekuasaan yang berada di
tangan ketua klan. Tetapi bagaimanapun juga kita dapat menemukan suatu golongan orang-orang
yang khusus, yang dipisahkan untuk memerintahkan orang lain dan untuk kepentingan dan tujuan
memerintah, secara sistematis dan terus-menerus menggunakan suatu alat pemaksa tertentu
sehingga susunan politik masyarakat primitif seperti ini tidak mungkin bertahan dalam masyarakat
yang terbagi oleh perjuangan kelas dan kepentingan-kepentingannya tidak dapat didamaikan.
Timbulnya negara merupakan kebutuhan obyektif, negara bukanlah merupakan kekuasaan yang
dipaksakan kepada masyarakat dari luar, ia adalah hasil dari masyarakat pada suatu tingkat
perkembangan tertentu yang telah terlibat dalam suatu kontradiksi yang tidak terpecahkan dengan
dirinya sendiri. Alat negara terpenting adalah tentara, polisi, pengadilan dan alat-alat pemaksa
lainnya yang digunakan kelas yang berkuasa untuk mempertahankan susunan masyarakat dan
memperkokoh kedudukan mereka.
Produksi dalam masyarakat pemilikan budak didasarkan atas kerja kaum budak; tuan budak
dapat hidup mewah dan mempunyai waktu yang cukup untuk urusan-urusan negara, kebudayaan
dan kesenian, dengan demikian terjadi pemisahan dan pertentangan antara kerja badan dan kerja
otak yang terus terdapat dalam semua masyarakat berkelas. Kerja badan dipandang hina dan
hanya patut untuk rakyat pekerja, sedangkan kerja otak menjadi hak eksklusif bagi kelas yang
berpunya. Sepanjang sejarah masyarakt kepemilikan budak timbul pemberontakan –
pemberontakan budak yang besar yang menggoncangkan kekuasaan tuan budak dan akhirnya
sistem ini berganti menjadi sistem masyarakat yang lain.
Sistem Feodal
Masyarakat ini adalah masyarakat yang menggantikan sistem masyarakat kepemilikan budak,
masyarakat ini terbagi dalam dua kelas pokok; yaitu tuan tanah dan kaum tani. Tuan tanah
memiliki alat produksi terpokok pada waktu itu yaitu tanah, maka untuk dapat hidup kaum tani
harus menyewa tanah dari tuan tanah, kaum tani tidak sepenuhnya milik tuan tanah, ia
mempunyai usaha tanahnya sendiri maka ia lebih mempunyai kemajuan bekerja daripada budak,
tetapi tani harus membayar sewa tanah yang berat kepada tuan tanah, Karena itu sebagian besar
waktunya tidak digunakan buat bekerja untuk dirinya melainkan untuk tuan tanah jadi masih
berlaku penindasan klas dan kedudukan tani sering tidak banyak berbeda dari kedudukan budak.
Sepanjang jaman feudal kaum tani berjuang melawan tuan tanah dan semakin hari bertambah
meruncing. Dalam sejarah tiap negri terjadi pemberontakkan tani yang berlangsung hingga
puluhan tahun, pemerintahan tani inilah yang memperlemah dasar-dasar feodalisme dan akhirnya
mengakibatkan keruntuhan feodalisme itu. Tetapi kaum tani belum bisa mencapai kebebasan dari
penghisapan. Hasil perjuangan revolusioner kaum tani dimiliki oleh klas borjuis yang timbul pada
akhir masyarakat feudal. Revolusi borjuis menyingkirkan sistem feudal dan menegakkan
kekuasaan kapitalisme.
Sistem kapitalis.
Di bawah kapitalisme masyarakt terbagi didalam klas kapitalis atau borjuasi dan klas buruh
atau ploretariat. Buruh bukan milik si kapitalis, buruh tidak dibeli atau dijual, ia nampaknya bebas
tetapi tidak memiliki alat produksi sama sekali sehingga terpaksa menjual tenaga kerjanya kepada
pemilik alat-alat produksi yaitu si kapitalis (Pemilik pabrik dan perusahaan-perusahaan lain) dan
buruh harus kerja membanting tulang supaya tidak mati kelaparan, satu grup kecil kaum
penghisap mendapat laba besar dan sedangkan masa pekerja semakin lama semakin banyak
menderita kesengsaraan dan penderitaan. Jadi penghisapan atas rakyat pekerja masih tetap
berlangsung, walaupun bentuknya telah berubah.
Dalam kapitalis produktifitas kerja sangat dipertinggi dan produksi mencapai perluasan yang
belum pernah terjadi sebelumnya. Pabrik dan perusahaan besar dilengkapi dengan mesin-mesin
dan memperkerjakan ribuan buruh. Pekerjaan tiap-tiap perusahaan, tiap-tiap cabang industri dan
pertanian tidak dapat dipisahkan dari pekerjaan perusahaan dan cabang-cabang lain. Jika
perusahaan lain tidak bekerja lagi, maka ratusan lain tidak bekerja lagi. Dan terpaksa berhenti
bekerja. Dalam kapitalisme barang-barang hasil industri adalah hasil kerja masyarakat bukan hasil
kerja orang-seorang.
Untuk dapat mempersamakan, jumlah kerja yang terkandung dalam bermacam-macam kerja
kongkret, maka bentuk kongkret dari kerja harus ditinggalkan dan kerja hanya dipandang sebagai
pemakaian tenaga kerja pada umumnya, Oleh sebab itu dalam syarat-syarat produksi
perseorangan, kerja kemasyarakatan bersifat kerja abstrak, artinya kerja abstrak adalah kerja
kemasyarakatan yang dilakukan oleh produsen-produsen barang dagangan perseorangan, dalam
kerja abstrak terkandung hubungan-hubungan kemasyarakatan diantara produsen-produsen
barang dagangan perseorangan, maka nilai dari sebuah barang dagangan terkandung hubungan
kemasyarakatan yaitu hubungan antara produsen-produsen (orang-orang), yang tersembunyi
dibelakang hubungan antar barang dagangan. Kedua Besar kecilnya nilai suatu barang dagangan
juga ditentukan oleh watak kemasyarakatan dari sebuah barang dagangan yang ditentukan oleh
waktu kerja, semakin banyak waktu kerja yang diperlukan untuk memproduksi sebuah barang
dagangan maka semakin tinggi nilainya, namun ini tidak berarti semakin malas pekerja semakin
tinggi nilai barang dagangan yang diproduksi, hal ini tidaklah demikian karena waktu kerja disini
bukanlah waktu kerja individual yang dicurahkan untuk memproduksi barang dagangan, namun
ditentukan oleh waktu kerja perlu sosialnya yaitu waktu yang diperlukan untuk pembuatan suatu
barang dagangan dalam syarat-syarat produksi kemasyarakatan yang rata-rata, dengan tingkat
teknik rata-rata, kecakapan rata-rata dan intensitas kerja rata-rata. Oleh sebab itu nilai bukan sifat
materiil melainkan sifat kemasyarakatan dari barang dagangan, tetapi nilai barang dagangan itu
tidak dapat dilihat pada barang dagangan itu sediri, nilai itu tampak dalam pertukaran dengan
barang dagangan laindalam proses pertukaran, yaitu nilai tukar atau bentuk nilai.
Bersamaan dengan perkembangan produksi barang dagangan, bentuk nilai atau nilai tukar
juga mengalami perkembangan dan hasil dari perkembangan tersebut timbulah bentuk uang
sebagai pernyataan nilai, dengan menganalisa perkembangan bentuk nilai maka dapat dijelaskan
pula hakekat dan fungsi dari uang.
Bentuk nilai yang paling sederhana (primitif) ialah dinyatakannya nilai sesuatu barang
dagangan dengan barang dagangan lain, yang terjadi ketika pertukaran masih bersifat spontan
dan kebetulan, misalnya 1 kampak=20 kg padi. Disini kampak dinyatakan dengan padi, padi
berlaku sebagai cermin nilai (bentuk tara), sebagai alat untuk menyatakan nilai dari kampak
(bentuk nilai nisbi), namun seiring dengan perkembangan produksi barang dagangan dan
masyarakat mulai terbagi dalam pembagian kerja, manusia mulai menemukan lebih banyak lagi
barang dagangan yang dapat dipertukarkan misalnya:
_ 40 kg padi
1 ekor domba 20 m kain
2 kampak
3 kg emas dst
Per
arena bisa saja seseorang penjual kampak tidak membutuhkan padi tapi kain, disini tampak
pertentangan dari produksi barang dagangan, dimana pertentangan ini terjadi karena produsen
barang dagangan ketika membuat hasil produksinya yang malakukan kerja perseorangan
sekaligus kerja kemasyarakatan, yaitu kerja untuk masyarakat, maka terjadilah tara umum,
misalnya :
_40 kg padi
20 meter kain
2 kampak 1 ekor domba
3 kg emas
dst.
Dalam bentuk umum ini domba sebagai tara umum, namun barang yang menjadi tara umum
belum tetap dan berbeda-beda diberbagai tempat dan pada waktu yang berlainan. Akhirnya
terbentuk tara umum yang tidak lagi berubah menurut waktu dan tempat, terjadilah bentuk uang
sebagai hasil tertinggi dari perkembangan bentuk nilai. Dengan pengetahuan kita tentang asal usul
histories dari uang maka kita akan terhindar dari pengertian yang salah tentang uang, uang bukan
semata-mata hasil penemuan jenius seorang ilmuan dalam menghadapi kesulitan dalam proses
pertukaran barng-barang dagangan pada masyarakat modern tetapi uang itu sendiripun
merupakan barang dagangan misalnya jika seseorang yang terdampar dipulau terpencil yang tidak
ada aktivitas perekonomian, maka sepeti uang bagi orang tersebut tidak akn berguna, mungkin
sebilah kail akan lebih bermanfaat, lain halnya ketika orang tersebut berada ditengah-tengah kota
Surabaya yang ramai dengan aktivitas ekonomi, maka tentulah sepeti uang bagi orang tersebut
lebih berguna daripada sebilah kail.
Fungsi terpenting dari uang adalah sebagai ukuran nilai namun karena saat ini setiap barang
dagangan dapat dinyatakan dengan uang maka uang itu menjadi ukuran harga, maka harga itu
sendiri tak lain adalah adalah nilai barang dagangan yang dinyatakan dalam bentuk uang.
Pada tingkat perkembangan tertentu dari barang dagangan uang dapat menjadi kapital, namun
uang itu sendiri bukan kapital misalnya pada produsen kecil barang dagangan yang hidup dari
penjualan barang-barang mereka, uang disinihanya berperan sebagai alat peredar dan bukan
kapital (barang-uang-barang), yaitu menjual barang yang satu dan membeli barang yang lain/nilai
pakai yang satu ditukar dengan nilai pakai yang lain, jadi tujuan peredaran disini adalah nilai pakai.
Uang menjadi kapital apabila digunakan untuk menghisap kerja orang lain, berarti yang tadinya
rumus umum kapital adalah uang – barang – uang, yaitu membeli untuk menjual, namun karena
disini jika proses akhirnya sama dengan jumlah awalnya (uang = nilai) maka gerak kapital tak ada
gunanya, padahal tujuan dari aktivitas kapitalis adalah membuat jumlah akhir manjadi lebih besar
dari jumlah awal, maka kapital harus memperbesar hasil akhir manjadi (uang – barang - uang
+keuntungan).
Apakah sumber pertambahan nilai tersebut, jelas bukan peredaran karena sepert contoh
pertama bahwa peredaran akan membawa nilai akhir yang sama dengan nilai awal, sebab
peredaran merupakan pertukaran barang-barang yang senile. Pertambahan ini juga bukan karena
kenaikan harga sebab keuntungan yang didapat sebagai penjual akan hilang karena kerugian
yang diterima sebagai pembeli, sedang yang kita persoalkan adalah bukan gejala individual tetapi
gejala social, rata-rata dan masal, dalam kasus bertambahnya nilai ternyata semua dari kaum
kapitalis memperoleh pertambahan nilai tersebut.
Jelaslah disini bahwa untuk menjadi kapitalis, seseorang harus mendapatkan dipasaran suatu
barang dagangan apabila dipakai untuk proses produksi akan menciptakan nilai yang lebih tinggi
pada hasil akhirnya atau dengan kata lain kapitalis harus mendapatkan suatu barang dagangan
yang nilai pakainya memiliki sifat sebagai sumber nilai. Dan yang bisa memberi jawab atas
pertanyaan ini adalah tenaga kerja manusia, dengan menunjukan bahwa buruh menjual kepada si
kapitalis bukan kerjanya tetapi tenga kerjanya. Kerja dan tenaga kerja adalah dua hal yang
berbeda, pemakaian tenaga kerja berati juga kerja, dan kerja akan menciptakan nilai, pemilik uang
membeli tenaga kerja (lewat upah) menurut nilainya yaitu nilai tenaga kerja, nilai tenaga kerja
sebagaimana barang dagangan lainnya besar kecilnya tergantung dari kerja perlu social yang
diperlukan untuk berproduksi, yaitu ongkos untuk memelihara diri dan keluargannya, jadi upah
yang diberikan kaum kapitalis kepada buruhnya sama sekali tidak ada hubungannya dengan kerja
yang dilakukan oleh buruh, maka nilai yang diciptakan dalam proses penggunaan tenaga kerja dan
nilai tenaga kerja adalah dua jumlah yang berbeda, selisih perbedaan ini disebut nilai lebih,
misalnya pemilik pabrik membeli tenaga kerja, lalu mempekerjakan buruhnya selama 8 jam,
namun jika buruh dalam 3 jam ia sudah menciptakan nilai baru yang sesuai dengan sebesar nilai
kerjanya atau dengan kata lain telah cukup untuk ongkos kehidupannya, maka 5 jam berikutnya
(waktu kerja lebih) ia telah menciptakan nilai lebih yang tidak dibayarkan oleh tuan kapitalis.