Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


1. Identifikasi masalah
Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia selama
masa pertumbuhan dan perkembangannya dimulai sejak lahir sampai meninggal dunia.
Pendidikan mempunyai tanggung jawab membentuk masyarakat yang berkualitas.
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlal mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Siswa menjadi subjek yang semakin berperan untuk menampilkan keunggulan dirinya
yang tangguh, kreatif, mandiri, dan profesional di bidangnya masing-masing. Hal itu
diperlukan untuk mengantisipasi dan turut serta dalam persaingan di era globalisasi.
Upaya untuk meningkatkan pendididikan harus dilakukan secara inovatif , untuk itu
peran serta guru dalam mencerdaskan anak bangsa sangatlah penting. Guru dituntut
untuk terus melakukan berbagai inovasi dan kreatifitas dalam pembelajaran seiring
dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih.
Pendidikan IPA sebagai salah satu aspek pendidikan memiliki peran penting dalam
peningkatan mutu pendidikan. Peran penting yang dimaksud khususnya untuk
menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki konsep IPA. Samatowa (2011:3)
menyatakan bahwa IPA atau Science dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Selain itu
menurut Darmojo dan Kaligis (1992:7) juga mengemukakan bahwa, “IPA adalah
pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya. IPA
juga dipandang sebagai suatu proses dan produk sebagai upaya manusia untuk
memahami berbagai gejala alam. Disamping itu IPA dapat pula dipandang sebagai faktor
yang dapat mengubah sikap dan pandangan manusia terhadap alam semesta, dari sudut
pandang mitologis menjadi ilmiah”.
Pembelajaran IPA yang ideal memuat beberapa unsur yaitu pendekatan, strategi,
metode dan teknik. Unsur-unsur ini memiliki keterkaitan bahwa pendidik perlu
menggunakan media sebagai tujuan dalam mencapai keberhasilan dalam proses
pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran yang kreatif dan menarik dapat
menimbulkan suasana belajar yang menyenangkan dan dapat meningkatkan motivasi
siswa dalam kegiatan belajar terkhusus mata pelajaran IPA yang banyak menuntut siswa
untuk dapat melihat secara langsung gejala alam atau peristiwa-peristiwa alam bukan
hanya sekedar menghafal secara teori. Salah satu materi pelajaran IPA yang meminta
siswa untuk mengamati/ melihat secara nyata proses-proses alam yaitu materi sistem
peredaran darah pada manusia.
Dalam penyampaian pembelajaran IPA khususnya materi sistem peredaran darah
banyak sekali yang dapat dipergunakan sebagai media guna untuk memanipulasi
keabstrakan materi. Schramm (dalam Cepi Riana, 2007: 5-7) mengelompokkan media
dengan membedakan antara media rumit mahal (big media) dan media sederhana murah
(little media). Kategori big media, antara lain: komputer, film, slide, program video.
Melihat beragamnya media yang dapat dipergunakan guru dalam pembelajaran
khususnya pelajaran IPA materi sistem peredaran darah, sudah seharusnya seorang guru
mampu dan mau menggunakan berbagai media dalam pembelajaran agar keabstarakan
materi dapat tersampaikan kepada siswa melalui beragam media tersebut.
Namun kenyataan dilapangan dari hasil refleksi yang peneliti lakukan di Sekolah
Dasar Negeri 22 Lawang Kidul khususnya untuk kelas V.B pada pembelajaran mata
pelajaran IPA materi sistem peredaran darah, proses belajar mengajar di kelas belum
menggunakan media yang beragam hanya sebatas buku siswa sehingga siswa merasa
bosan dan banyak yang kurang paham akan materi tersebut karena keabstrakan akan
materi tidak tersampaikan kepada siswa.
Berdasarkan hasil observasi awal dikelas V.B SDN 22 Lawang Kidul pada
pembelajaran IPA materi sistem peredaran darah , ditemui salah satu permasalahan
dalam proses pembelajaran yaitu siswa kesulitan untuk mengamati secara langsung
objek yang di jelaskan karena kurangnya penggunaan dan penerapan berbagai media
pembelajaran oleh guru yang menimbulkan rasa bosan pada siswa.
2. Analisis Masalah
Dari identifikasi masalah diatas, dapat dianalisis bahwa kurangnya motivasi siswa
dalam belajar disebabkan karena kurangnya kemampuan guru dalam menerapkan dan
menggunakan media pembelajaran yang kreatif dan menarik minat siswa dalam belajar
3. Alternatif dan prioritas pemecahan masalah
Dari analisis masalah diatas, salah satu alternatif media pembelajaran yang dapat
meningkatkan motivasi siswa dalam belajar yaitu dengan menggunakan media
pembelajaran berupa media video yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan
pembelajaran IPA materi sistem peredaran darah.
Dalam media video terdapat dua unsur yang saling bersatu, yaitu unsur audio dan
visual. Adanya unsur audio diharapkan peserta didik mampu menerima dan memahami
pesan pembelajaran melalui pendengaran. Prastowo (2011). Djauhar, dkk (2008)
mengemukakan bahwa penggunaan media video dalam pembelajaran memiliki beberapa
kelebihan, diantaranya: video menampilkan perpaduan gambar dan suara, dapat
dipergunakan secara berulang-ulang, dapat menyajikan obyek secara detail sesuai
kebutuhan, dapat menyajikan obyek yang secara fisik tidak bisa dibawa ke dalam
ruangan kelas sebagai media pembembelajaran, penggunaan media video dapat diatur
sesuai tingkat pemahaman siswa dalam menyerap materi pembelajaran. Jenis media
video pembelajaran yang digunakan berupa video animasi. Keuntungan yang bisa
didapat dari jenis video ini adalah perhatian siswa lebih fokus dalam menyimak materi
pembelajaran karena video ini menampilkan gambar dan suara.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti mencoba melakukan
penelitian tindakan kelas dengan menerapkan media pembelajaran video pada
pembelajaran IPA untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V.B SDN 22
Lawang Kidul tahun pelajaran 2021/2022.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V SDN 22 Lawang Kidul
pada mata pelajaran IPA materi sistem peredaran darah
2. Apa media pembelajaran yang menarik untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa
kelas V.B SDN 22 Lawang Kidul
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Mendeskripsikan proses penerapan penggunaan media video dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa kelas V.B SDN 22 Lawang Kidul pada mata pelajaran IPA
materi sistem peredaran darah
2. Menganalisis dampak penerapan media pembelajaran video dalam meningkatkan
partisipasi belajar siswa kelas V.B mata pelajaran IPA materi sIstem peredaran darah
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
a. Bagi Guru
1. Memperoleh pengalaman dan pengetahuan langsung dalam menerapkan
pembelajaran dengan media video.
2. Meningkatkan profesionalisme guru dalam proses belajar mengajar.
3. Menumbuhkan kreativitas dalam pembuatan media guna memperbaiki proses dan
prestasi belajar siswa.
4. Dapat membandingkan hasil pembelajaran sebelum dan sesudah menggunakan
media video.
5. Dapat menjadi bahan referensi kegiatan penelitian selanjutnya.
b. Bagi Siswa
1. Dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman terhadap mata pelajaran IPA
materi sistem peredaran darah
2. Membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari IPA khususnya
materi sistem peredaran darah.
c. Bagi Institut / Organisasi Sekolah
1. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan
minat dan hasil belajar IPA.
2. Sebagai bahan untuk meningkatkan mutu pendidikan di lembaga sekolah terkait
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. MOTIVASI BELAJAR
1. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi berasal Bahasa latin yaitu kata movere yang memiliki arti dorongan di
dalam diri seseorang untuk dapat bertindak sehingga mencapai tujuan tertentu.
Motivasi adalah hasrat, dorongan dan kebutuhan seseorang untuk dapat melakukan
aktivitas tertentu. Motivasi belajar dalam diri seseorang akan menimbulkan gairah
atau meningkatkan semangat dalam belajar. Motivasi belajar mengandung usaha
untuk mencapai tujuan belajar yaitu pemahaman materi dan pengembangan belajar.
Oemar Hamalik (2010) merumuskan, bahwa .... “Motivation is a energy change
within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction”,
yang diartikan, bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi)
seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai
tujuan.
2. Fungsi Motivasi Belajar
Motivasi mempunyai fungsi yang penting dalam belajar, karena motivasi akan
menentukan identitas usaha belajar yang dilakukan siswa. Motivasi belajar yang
tinggi akan meningkatkan hasil belajar siswa. (Sardiman 1996:84) mengemukakan
ada tiga fungsi motivasi yaitu :
a. Mendorong manusia untuk berbuat, motivasi dalam hal ini merupakan penggerak
dari setiap kegiatan yang dikerjakan
b. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus
dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan
c. Menuntun arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai dengan
demikian motivasi dapat member arah dan kegiatan harus sesuai dengan rumusan
tujuan
3. Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Tinggi rendahnya motivasi siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut
(Sardiman 1996) faktor yang mempengaruhi motivasi belajar anak adalah:
a. Faktor Guru
Guru berperan penting dalam meningkatkan motivasi belajar, guru harus bisa
menggunakan efektifitas dengan metode yang digunakan pada pembelajaran
tertentu
b. Orang tua dan keluarga di rumah
Tidak hanya guru disekolah, orang tua atau keluarga juga berperan penting dalam
mendorong, membimbing, dan mengarahkan anak untuk belajar.Oleh karena itu,
orang tua dan keluarga harus bisa membimbing, membantu dan mengarahkan
anak dalam mengatasi kesulitan belajar. Saat anak dapat memahami konsep-
konsep dalam pelajaran maka anak akan termotivasi untuk belajar.
c. Masyarakat dan lingkungan
Masyarakat dan lingkungan berpengaruh terhadap motivasi belajar pada masa
anak sekolah, masyarakat dan lingkungan berpengaruh terhadap motivasi belajar
adalah dari teman-teman sepermainan, seorang anak yang rajin mengikuti
kegiatan pembelajaran secara rutin akan mempengaruhi dan akan mendorong anak
lain untuk melakukan kegiatan yang sama
4. Dampak Motivasi Belajar
Motivasi belajar yang rendah dapat menyebabkan rendahnya keberhasilan
belajar siswa. Lemahnya motivasi belajar akan melemahkan prestasi belajar dan
melemahnya kegiatan belajar.Peserta didik yang kurang memiliki motivasi belajar
ditandai dengan:
a. Tidak antusias dalam belajar.
b. Lebih senang berada diluar kelas atau membolos
c. Cepat merasa bosan
d. Mengantuk
e. Pasif.
5. Indikator Tingkat Motivasi Belajar Siswa
Dalam mengetahui tingkat motivasi belajar pada siswa terdapat beberapa
indikator motivasi belajar siswa meliputi:
a. Ketekunan dalam belajar
b. Minat dan ketajaman perhatian dalam belajar
c. Ulet dalam menghadapi kesulitan
d. Mandiri dalam belajar
e. Keinginan berhasil dalam belajar
f. Reward/pujian/penghargaan
6. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar
Upaya meningkatkan motivasi belajar anak dalam kegiatan belajar di sekolah,
ada beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh guru diungkapkan Sardiman
(2005: 92) yaitu:
a. Memberi angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya.
Banyak siswa yang justru untuk mencapai anka/nilai yang baik. Angka-angka
yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat. Yang
perlu diingat oleh guru adalah mencapai angkaangka tersebut belum
merupakan hasil belajar yang sejati dan bermakna. Harapannya angka-angka
tersebut dikaitkan dengan nilai afeksiksinya bukan sekedar kognitif saja.
b. Hadiah dapat menjadi motivasi yag kuat, dimana siswa tertarik pada bidang
tertentu yang akan diberikan hadiah. Tidak demikian jika hadiah diberikan
untuk satu pekerjaan yang tidak menurut siswa
c. Kompetisi persaingan, baik yang individu maupun kelompok dapat menjadi
sarana untuk meningkatkan motivasi belajar. Karena terkadang jika ada
saingan siswa akan menjadi lebih bersemangat dalam mencapai hasil yang
terbaik
d. Ego-involvement menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan
pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras
adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Bentuk kerja
keras siswa dapat terlebihan sebara kognitif yaitu dengan mencari cara untuk
dapat meningkatkan motivasi.
e. Memberi ulangan, para siswa akan giat belajar kalau mengetahui akan
diadakan ulangan. Tetapi ulangan jangan terlalu sering dilakukan karena akan
membosankan dan akan jadi rutinitas belakang
f. Mengetahui hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Dengan
mengetahui hasil belajarnya, siswa akan terdorong untuk belajar lebih giat
apalagi jika hasil belajar itu mengalami kemajuan, siswa pasti akan berusah
mempertahankannya atau bahkan termotivasi untuk dapat menigkatkannya.
g. Pujian apalagi ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik,
maka perlu diberikan pujian. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif
dan memberikan motivasi yang baik bagi siswa. Pemberiannya juga harus
pada waktu yang tepat sehingga akan memupuk suasana yang menyenangkan
dan mempertinggi motivasi belajar serta sekaligus akan membankitkan harga
diri.
h. Hukuman, hukuman adalah bentuk reinforcement yang negatif, tetapi jika
diberikan secara tepat dan bijaksana, bisa menjadi motivasi. Oleh karena itu
guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman tersebut.
B. MEDIA PEMBELAJARAN
1. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti
tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahasa Arab adalah perantara atau
pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Azhar Arsyad, 2009:3).
Gerlach & Ely (Azhar Arsyad 2009:3) mengungkapkan bahwa media apabila
dipahami secara garis besar adalah mausia, materi, atau kejadian yang
membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan, atau sikap. Menurut Marshall Mcluhan (Harjanto,2006:247) media
merupakan suatu ekstensi manusia yang memungkinkannya mempengaruhi orang
lain yang tidak mengadakan kontak langsung dengan dia. Menurut Ruminiati
(2007:11) kata media berasal dari bahasa Latin medio, dalam bahasa Latin, media
dimaknai sebagai antara. Media merupakan bentuk jamak dari medium, yang
secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Secara khusus, kata tersebut dapat
diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk membawa informasi dari
satu sumber kepada penerima. Dikaitkan dengan pembelajaran, media diartikan
sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk
membawa informasi berupa materi ajar dari pengajar kepada siswa sehingga siswa
menjadi lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Dari pengertian di
atas dapat dikatakan bahwa media merupakan sarana penyampaian informasi
belajar oleh guru kepada siswa sehingga siswa menjadi lebih memahami dan
tertarik dengan pembelajaran yang dilakukan.
2. Ciri-Ciri Media Pembelajaran
Gerlach & Ely (Azhar Arsyad 2009:12) mengungkapkan tiga ciri media, yaitu:
1. Ciri Fiksatif
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan,
melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Media
memungkinkan suatu rekaman kejadian atau objek yang terjadi pada satu
waktu tertentu dihubungkan tanpa mengenal waktu.
2. Ciri Manipulatif
Kejadian yang memerlukan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa
dalam waktu dua ataua tiga menit. Selain apat dipercepat, suatu kejadian dapat
pula diperlambat. Kemampuan media dari ciri manipulatif memerlukan
perhatian sungguh-sungguh karena apabila terjadi kesalahan dalam pengaturan
kembali urutan kejadian atau pemotongan bagian-bagian yang salah, akan
terjadi pula kesalahan penafsiran.
3. Ciri Distributif
Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian
ditransportasikan melaui ruang dan secara bersamaan kejadian tersebut
disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang
relatif sama mengenai kejadian itu.
3. Jenis-Jenis Media
Djamarah (2002:140) mengelompokkan media ini berdasarkan jenisnya ke
dalam beberapa jenis :
a. Media auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja,
seperti tape recorder.
b. Media visual, yaitu media yang hanya mengggunakan indra penglihatan dalam
wujud visual.
c. Media audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur
gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, dan media
ini dibagi ke dalam dua jenis :
1. Audiovisual diam, yang menampilkan suara dan visual diam, seperti film
sound slide.
2. Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan
ambar yang bergerak, seperti film, video cassete dan VCD.
Harjanto (2006:237) mengemukakan beberapa jenis media pembelajaran yang
biasa digunakan dalam proses pembelajaran :
a. Media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun,
komik dan lain-lain. Media grafis sering juga disebut media dua dimensi,
yakni media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar.
b. Media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model padat (solid
model), model penampang, model susun, model kerja, diorama dan lainlain.
c. Media proyeksi seperti slide filmsrip, film, penggunaan OHP dan lain-lain.
d. Penggunaan lingkungan sebagai media pembelajaran
Penggunaaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar harus
didasarkan pada kriteria pemilihan yang objektif. Hal itu dikarenakan penggunaan
media pembelajaran tidak sekadar menampilkan program pembelajaran di dalam
kelas, tetapi harus dikaitkan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan
strategi kegiatan pembelajaran. Menurut Harjanto (2006:239) ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan guru dalam menggunakan media pembelajaran untuk
mempertinggi kualitas pembelajaran :
a. Guru perlu memiliki pemahaman media pembelajaran antara lain jenis dan
manfaat media pembelajaran, kriteria memilih dan menggunakan media
pembelajaran, menggunakan media pembelajaransebagai alat bantu mengajar
dan tindak lanjut penggunaan media dalam proses belajar siswa.
b. Guru terampil membuat media pembelajaran sederhana untuk keperluan
pembelajaran, terutama media dua dimensi atau media grafis dan beberapa
media tiga dimensi, dan media proyeksi.
c. Menilai keefektifan media pembelajaran penting bagi guru agar ia bisa
menentukan apakah penggunaan media mutlak diperlukan atau tidak selalu
diperlukan dalam pembelajaran sehubungan dengan prestasi belajar yang
dicapai siswa. Apabila penggunaan media pembelajaran tidak mempengaruhi
proses dan kualitas pembelajaran, sebaiknya guru tidak memaksakan
penggunaannya dan perlu mencari usaha lain di luar media pembelajaran.
4. Pengertian Media Video
Menurut Ronal Anderson (1994:99), media video adalah merupakan rangkaian
gambar elektronis yang disertai oleh unsur suara serta unsur gambar yang diputar
dengan suatu alat. Media video merupakan bagian dari media audiovisual. Dalam
media video terdapat dua unsur yaitu unsur audio dan gambar. Media video
digunakan dapat membantu siswa dalam menerima maksud pesan yang ingin
disampaikan. Video yang digunakan dalam penelitian ini merupakan video yang
diambil dari program youtube. Video ditampilkan melalui komputer yang
dihubungkan dengan LCD.
5. Karakteristik media video
Media video memiliki kelebihan dan kelemahan. Menurut Ronald Anderson
(1994:103-105) kelebihan dan kekurangan media video antara lain sebagai
berikut. Kelebihan media video:
a. Dapat digunakan untuk klasikal atau individual Media video dapat digunakan
dalam pembelajaran klasikal. Siswa secara bersama dapat menyaksikan
tayangan video yang diputarkan oleh guru. Selain secara klasikal, dapat
digunakan secara individu. Siswa dapat melihat tampilan video secara individu
di komputer masing-masing.
b. Digunakan secara berulang. Video dapat diputar berulang-ulang sehingga
praktis untuk digunakan dalam pembelajaran.
c. Dapat menyajikan objek yang bersifat bahaya. Materi-materi pembelajaran
yang bersifat dapat membahayakan siswa, ditampilkan melalui media video.
d. Dapat menyajikan obyek secara detail.
e. Tidak memerlukan ruang gelap.
f. Pemutaran media video dapat dilakukan di dalam kelas dalam kondisi terang.
g. Dapat di perlambat dan di percepat.
h. Menyajikan gambar dan suara.
Kelemahan media video :
a. Sukar untuk dapat direvisi
b. Membutuhkan biaya yang banyak
6. Tujuan media video dalam pembelajaraan
Ronald Anderson (1994:102) mengemukakan tentang tujuan dari
pembelajaran mengunakan media video. Tujuan penggunaan media video antara
lain sebagai berikut. Tujuan kognitif media video:
a. Dapat mengembangkan mitra kognitif yang menyangkut kemampuan
mengenal kembali dan kemampuan memberikan rangsangan gerak dan serasi.
b. Dapat menunjaukan serangkaian gambar diam tanpa suara sebagai media foto
dan film bingkai meskipun kurang ekominis.
c. Dapat diajarkan pengetahuan tentang hukum-hukum dan prinsip-prinsip
tertentu.
d. Dapat digunakan untuk menunjukan contoh dan cara bersikap atau berbuat
dalam suatu penampilan.
Tujuan afektif :
a. Video dapat menjadi media yang sangat baik dalam mempengaruhi sikap dan
emosi.
Tujuan psikomotorik :
a. Video merupakan media yang tepat untuk memperlihatkan contoh ketrampilan
yang menyangkut gerak.
b. Siswa dapat langsung mendapat umpan balik terhadap kemampuan mereka
sehingga mampu mencoba ketrampilan yang menyangkut gerakan tadi. Media
pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah video yang dari
youtube.
Langkah-langkah penggunaan media video dalam penelitain ini yaitu sebagai
berikut (Djamarah dan Azwan Zaian 2002:154) :
a. Merumuskan tujuan pembelajaran dengan memanfaatkan media audiovisual
sebagai media pembelajaran.
b. Persiapan guru. Pada fase ini guru memilih dan menetapkan media yang akan
dipakai guna mencapai tujuan. Dalam hal ini prinsip pemilihan dan dasar
pertimbangannya patut diperhatikan.
c. Persiapan kelas. Pada fase ini siswa atau kelas harus mempunyai persiapan
sebelum mereka menerima pelajaran dengan menggunakan media ini.
d. Langkah penyajian pelajaran dan pemanfaatan media. Penyajian bahan
pelajaran dengan memanfaatkan media audiovisual. Guru harus memiliki
keahlian dalam menyajikan materi dan penggunaan media.
e. Langkah kegiatan belajar siswa. Pada fase ini siswa belajar dengan
memanfaatkan media pembelajaran yang ada. Pemanfaatan media di sini siswa
sendiri mempraktikkannya ataupun guru langsung memanfaatkannya, baik di
kelas atau di luar kelas.
f. Langkah evaluasi pembelajaran. Pada langkah ini kegiatan belajar dievaluasi,
sampai sejauh mana tujuan pembelajaran yang dicapai, sekaligus dapat dinilai
sejauh mana pengaruh media sebagai alat bantu dapat menunjang keberhasilan
proses belajar siswa.
C. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Hakikat IPA menurut Bridgman (Lestari, 2001: 7) dapat dimaknai sebagai kualitas,
observasi dan eksperimen, ramalan, progresif dan komunikatif, proses, universal,
adalah sebagai berikut:
a. Kualitas
Pada dasarnya konsep-konsep IPA selalu dapat dinyatakan dalam bentuk angka-
angka.
b. Observasi dan eksperimen
Merupakan salah satu cara untuk dapat memahami konsep-konsep IPA secara
tepat dan dapat diuji kebenarannya.
c. Ramalan (prediksi)
Merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA bahwa misteri alam raya ini
dapat dipahami dan memiliki keteraturan. Dengan asumsi tersebut lewat
pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa alam yang akan terjadi dapat
diprediksikan secara tepat.
d. Progresif dan komunikatif
Artinya IPA itu selalu berkembang ke arah yang lebih sempurna dan penemuan -
penemuan yang ada merupakan kelanjutan dari penemuan sebelumnya.
e. Proses Tahapan - tahapan yang dilalui dan itu dilakukan dengan menggunakan
metode ilmiah dalam rangkan menemukan suatu kebernaran.
f. Universalitas Kebenaran yang ditemukan senantiasa berlaku secara umum.
Menurut Suyoso (1998: 23) IPA merupakan pengetahuan hasil kegiatan manusia
yang bersifat aktif secara dinamis tiada henti - hentinya serta diperoleh melalui
metode tertentu yang teratur sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara,
universal. Sementara Sri Sulistyorini (2007: 39) menuliskan bahwa IPA berhubungan
dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengertian yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA
diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dari sendiri dan
alam sekitar serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di
dalam kehidupan sehari-hari. IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang kejadian
bersifat kebendaan dan pada umumnya didasarkan atas hasil observasi, eksperimen
dan induksi (Iskandar, 2001: 17).
Menurut Cain dan Evans ( Padmono, 2010: 12) dalam melaksanakan proses
pembelajaran IPA yang benar mencakup empat komponen, yaitu:
a. IPA sebagai produk
b. IPA sebagai proses
c. IPA sebagai sikap
d. IPA sebagai teknologi.
Menurut Sri Sulistyorini (2007: 39) standar isi IPA SD/MI berhubungan dengan
cara mencari tahu tentang alam secara sistimatis, sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA
diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri
dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam peneraannya di
dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan
berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman
yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
2. Ruang Lingkup IPA
Menurut Sri Sulistyorini (2007: 40) ruang lingkup bahan kajian IPA untuk
SD/MI meliputi aspek-aspek berikut :
a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan
interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan
b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas
c. Energi dan perubahannya, meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya
dan pesawat sederhana
d. Bumi dan alam semesta, meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan bendabenda langit
lainnya.
Menurut Sri Sulistyorini (2007: 41) standar isi mata pelajaran IPA kelas V,
antara lain
a. Makhluk hidup dan proses kehidupan
b. Benda dan sifatnya
c. Energi dan perubahannya
d. Bumi dan alam semesta.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian serta Pihak yang Membantu


1. Tempat dan Waktu Penelitian
- Tempat : SDN 22 Lawang Kidul
- Waktu Penelitian
a. Pra Siklus : Rabu, 27 Oktober 2021
b. Siklus 1 : Kamis, 04 November 2021
c. Siklus 2 : Rabu, 10 November 2021
Penelitian dilaksanakan pada Semester Ganjil tahun ajaran 2021/2022
2. Subjek Penelitian
- Siswa Kelas V.B SDN 22 Lawang Kidul Tahun Ajaran 2021 / 2022
Laki –laki = 14
Perempuan = 13
Jumlah = 27 Orang
1. Pihak yang membantu
- Supervisor 1
- Teman Sejawat
- Kepala Sekolah
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Menurut Suharsimi Arikunto model atau desain penelitian tindakan kelas yang sekarang
banyak digunakan model Kemmis dan Mc Taggart, dimana dalam satu siklus terdiri dari
4 komponen planning (perencanaan), acting (tindakan), observing (observasi), dan
reflecting (refleksi). Setelah suatu siklus selesai diimplementasikan dan direfleksikan,
kemudian diikuti dengan perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus
tersendiri.
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 2 siklus dalam model visualisasi sebagai berikut :
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 4 tahap. Secara rinci prosedur penelitian
tindakan ini sebagai berikut :
Tahap-tahap sebagai berikut:
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam beberapa siklus, setiap siklus meliputi
tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan
a. Menetapkan pokok bahasan yang akan diajarkan yaitu Peredaran Darah Pada Manusia
dan Hewan
b. Membuat rencana program pembelajaran (RPP) yang akan diterapkan didalam kelas
c. Menyusun langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan media gambar dan
metode STAD
d. Mempersiapkan perangkat tes hasil evaluasi pembelajaran didalam kelas
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Tindakan dilakukan dalam setiap siklus meliputi 1 kali tatap muka. Oleh karena
penelitian ini dilakukan sebanyak 2 siklus ,maka jumlah tatap muka seluruhnya adalah 2 kali
tatap muka. Setiap tatap muka terdiri dari kegiatan pembukaan,kegiatan inti dan kegiatan
penutup. Dalam tahap tindakan ini peneliti menggunakan RPP sebagai panduan. Adapun
kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan sebagai berikut:
Siklus 1
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu
Pendahuluan  Guru memberikan salam dan mengajak 10 Menit
semua siswa berdo’a menurut agama dan
keyakinan masing-masing.
 Guru mengecek kesiapan diri dengan
mengisi lembar kehadiran dan memeriksa
kerapihan pakaian, posisi dan tempat
duduk disesuaikan dengan kegiatan
pembelajaran.
 Menginformasikan tema yang akan
dibelajarkan yaitu tentang ” Organ
peredaran darah manusia
 Guru menyampaikan tahapan kegiatan
yang meliputi kegiatan mengamati,
menanya, mengeksplorasi atau mencoba,
mengomunikasikan dan menyimpulkan.
Inti  Guru mensosialisasikan tujuan 50 Menit
pembelajaran yang akan dicapai pada
materi ini.
 Siswa diminta untuk mengamati gambar
tentang organ peredaran darah manusia
(Mengamati)
 Guru memancing rasa ingin tahu siswa
dengan mengajukan pertanyaan dari hasil
pengamatan gambar tersebut
 Siswa mengingat kembali pengetahuan
tentang organ peredaran darah manusia
 Siswa mencari informasi dari berbagai
sumber dan dibimbing untuk memahami
klasifikasiorgan peredaran darah
manusia.
 Siswa melakukan diskusi kelas tentang
organ peredaran darah pada manusia
serta menuliskan hasilnya pada LKPD
yang disediakan di buku siswa. (
Kegiatan Mengkomunikasikan)
 Bersama-sama siswa membuat
kesimpulan / rangkuman hasil belajar
selama sehari (Kegiatan
Menyimpulkan)

Penutup  Guru dan siswa bertanya jawab tentang 10 Menit


materi yang telah dipelajari (untuk
mengetahui hasil ketercapaian materi)
 Guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk menyampaikan pendapatnya
tentang pembelajaran yang telah diikuti.
 Melakukan penilaian hasil belajar
 Mengajak semua siswa berdo’a menurut
agama dan keyakinan masing-masing
(untuk mengakhiri kegiatan
pembelajaran)
3. Tahap Observasi
Dalam tahap ini pengamatan dilakukan terhadap jalan kegiatan pembelajaran yang
menggunakan media gambar. Tujuan dari pengamatan ini adalah untuk mengetahui hasil
belajar siswa
4. Tahap Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan menganalisis, merenungi dan membuat perbaikan berdasarkan
pengamatan dan catatan lapangan. Refleksi berguna untuk mengetahui tingkat keberhasilan
dan kegagalan. Apabila telah tercapai target yang diinginkan maka siklus tindakan dapat
berhenti tetapi jika belum maka siklus tindakan di lanjutkan ke siklus II dengan memperbaiki
tindakan.
Siklus II
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari siklus I yang belum mencapai hasil yang diharapkan,
maka dilanjutkan dengan siklus II. Pada tindakan siklus II ini kegiatan yang dilakukan adalah
memperbaiki kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada siklus I agar hasilnya sesuai
dengan apa yang diharapkan. Siklus II ini untuk mengetahui apakah terjadi perubahan setelah
memperoleh tindakan pada siklus I. Pada pembelajaran di siklus II akan diperbaiki
kekurangan yang ada pada siklus I,
Langkah-langkah siklus II sebagai berikut :
a. Perencanaan
1. Mengidentifikasi masalah-masalah khusus yang di alami pada siklus sebelumnya;
2. Mencarikan alternatif pemecahan;
3. Membuat suatu tindakan (pemberian bantuan).
b. Pelaksanaan tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan tahap ini yaitu pengembangan rencana tindakan II dengan
melaksanakan tindakan upaya lebih meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam
pelaksanaan pembelajaran IPA materi sistem peredaran darah dengan media video di kelas
V SDN 22 Lawang Kidul yang telah direncanakan. Di antaranya, dalam rincian kegiatan
sebagai berikut:

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu


Pendahuluan  Guru memberikan salam dan 10 Menit
mengajak semua siswa
melantunkan asmaul husna
dilanjutkan dengan berdo’a.
 Guru mengecek kesiapan diri
dengan mengabsen siswa dan
memeriksa kerapihan pakaian dan
kondisi kelas
 Guru Menginformasikan materi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu
yang akan diajarkan yaitu tentang ”
organ peredaran darah
Manusia”.

Inti  Guru menyampaikan tujuan 50 Menit


pembelajaran yang akan dicapai
pada materi ini.
 Guru menayangkan video tentang
system peredaran darah manusia
 Siswa diminta untuk menonton dan
mengamati video tersebut sampai
selesai (Mengamati)
 Setelah mengamati video guru
mengajukan pertanyaan yang
berkaitan dengan video tersebut
kepada siswa? (menanya)
 Siswa menjawab pertanyaan dari
guru berdasarkan pengetahuan yang
telah mereka peroleh sebelumnya
 Dari hasil jawaban siswa guru
menjelaskan kembali materi
tentang organ peredaran darah
manusia
 Guru membagi siswa menjadi 6
kelompok.
 Siswa melakukan diskusi kelas
tentang oragan peredaran darah dan
fungsinya
 Siswa mempresentasikan hasil
diskusi mereka ke depan kelas (
Kegiatan Mengkomunikasikan)
 Dari hasil presentasi siswa guru
mengapresiasi hasil diskusi siswa
dan menekankan kembali apa yang
sudah di presentasikan siswa terkait
materi tentang system organ
peredaran darah
Penutup  Siswa membuat kesimpulan dibantu 10 Menit
dan dibimbing guru.
 Guru melakukan refleksi dengan
Tanya jawab tentang materi yang
telah dipelajari
 Guru Melakukan penilaian hasil
belajar
 Mengajak semua siswa berdo’a
menurut agama dan keyakinan
masing-masing (untuk mengakhiri
kegiatan pembelajaran)
c. Observasi dan Evaluasi
Peneliti mencatat semua proses yang terjadi dalam tindakan media pembelajaran,
mendiskusikan tentang tindakan II yang telah dilakukan mencatat kelemahan baik
ketidaksesuaian antar skenario dan respon dari peserta didik yang mungkin tidak
diharapkan.
d. Refleksi
1. Meneliti hasil pengamatan sikap, hasil kinerja, hasil diskusi kelompok peserta didik
terhadap pertanyaan/kuis yang diberikan yang terdapat pada lembar observasi dan
lembar penilaian;
2. Menganalisis hasil pengamatan sikap, hasil kerja, dan hasil diskusi kelompok peserta
didik untuk membuat simpulan sementara terhadap pelaksanaan pembelajaran pada
siklus II;
3. Mendiskusikan hasil analisis untuk perbandingan dalam kegiatan pra-siklus/pra-
tindakan, siklus I, dan siklus II.
C. .Teknik Pengumpulan Data
Data diperoleh langsung dari lokasi penelitian, khususnya pada proses pelaksanaan
tindakan kelas, sedang untuk mendapatkan data peneliti menggunakan data peneliti
menggunakan beberapa metode untuk menggali informasi yang dibutuhkan. Metode
yang dipakai oleh peneliti untuk mendapatkan informasi tersebut menggunakan alat ukur
pengamatan (observasi).
Pengamatan (observasi) ini digunakan untuk mendapatkan data tentang motivasi
belajar peserta didik di kelas dalam pembelajaran IPA materi sistem peredaran darah
dengan media pembelajaran video di kelas V.B SDN 22 Lawang Kidul Kabupaten
Muara Enim tahun pelajaran 2021/2022 dengan menggunakan instrumen Lembar
Observasi Peserta Didik (LOP). Beberapa motivasi belajar peserta didik yang diamati
dalam penelitian ini antara lain :
a. Ketekunan
b. Peduli
c. Tanggung jawab
d. Disiplin
D. Teknik Analisis Data
Data-data yang diperoleh dari penelitian melalui pengamatan, tes kemudian diolah
dengan analisis deskriptif untuk menggambarkan keadaan peningkatan pencapaian
indikator keberhasilan tiap siklus dan untuk menggambarkan peningkatan motivasi
belajar peserta didik dalam pembelajaran IPA materi sistem peredaran darah dengan
media pembelajaran Video di kelas V SDN 22 Lawang Kidul Kabupaten Muara Enim
tahun pelajaran 2021/2022. Adapun pengumpulan teknik data yang berbentuk kuantitatif
berupa data-data yang disajikan berdasarkan angka-angka maka analisis yang digunakan
yaitu prosentase dengan rumus sebagai berikut :

Nilai Akhir = Skor yang diperoleh X 100


Skor Maksimal
E. Indikator Penelitian
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan penelitian tindakan ini apabila :
Meningkatnya motivasi belajar peserta didik yang ditandai dengan aspek afektif dari
penilaian hasil observasi dengan kategori baik sebanyak 80% dari jumlah peserta didik.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Berdasarkan hasil observasi awal peneliti yang dilakukan pada tanggal 27 Oktober
2021 dengan menggunakan media berupa teks bacaan diperoleh data mengenai kondisi
pembelajaran IPA materi sistem peredaran darah kelas V.B SDN 22 Lawang Kidul
Kabupaten Muara Enim. Dari observasi yang didapat ternyata media pembelajaran yang
dilakukan guru terhadap kegiatan belajar mengajar peserta didik dalam pembelajaran
IPA materi sistem peredaran darah masih kurang atau motivasi belajar siswa belum
memuaskan dan termasuk kategori rendah. Selain itu, peserta didik juga kurang
berantusias dalam mengikuti pelajaran yang ditunjukkan dengan masih sedikitnya
peserta didik kurang tekun dalam mengerjakan tugas, kurang disiplin dalam mengerjakan
tugas, kurang bertanggung jawab dalam diskusi kelompok dan kurang peduli saat proses
pembelajaran
Pembelajaran yang kurang efektif tersebut, disebabkan karena kurangnya
pengetahuan dan pengalaman guru terhadap media pembelajaran yang efektif dan
menarik..
Berdasarkan penjelasan diatas, hal ini ditunjukkan dalam hasil observasi motivasi
belajar peserta didik dalam pra siklus dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1
Hasil Observasi Motivasi Belajar Peserta Didik Pra Silkus
Aspek yang
Kode Peserta Jumlah Presentase
No dinilai
Didik Skor individual
1 2 3 4
1 PD 1 1 2 1 2 6 50
2 PD 2 2 3 2 3 10 83
3 PD 3 3 2 2 3 10 83
4 PD 4 1 2 1 2 6 50
5 PD 5 2 2 2 3 9 75
6 PD 6 2 2 2 3 9 75
7 PD 7 2 2 1 2 7 58
8 PD 8 2 3 3 3 11 93
9 PD 9 2 3 2 2 9 75
10 PD 10 2 3 2 2 9 75
11 PD 11 2 2 2 2 8 66
12 PD 12 1 2 2 2 7 58
13 PD 13 1 1 1 2 5 42
14 PD 14 2 1 1 2 6 50
15 PD 15 2 2 2 3 9 75
16 PD 16 1 2 2 2 7 58
17 PD 17 2 2 2 2 8 66
18 PD 18 1 1 1 2 5 42
19 PD 19 2 2 1 2 7 58
20 PD 20 1 1 1 1 4 33
21 PD 21 2 2 2 2 8 66
22 PD 22 1 2 1 2 6 50
23 PD 23 1 1 2 2 6 50
24 PD 24 1 1 2 2 6 50
25 PD 25 2 2 2 3 9 75
26 PD 26 2 3 2 3 10 83
27 PD 27 2 3 3 3 11 93
Jumlah Skor
45 54 47 62 52
Klasikal
Persentase skor
55 66 58 76 64
Klasikal
Jumlah Skor Klasikal Maksimal 81
Keterangan: 3= Baik; 2= Cukup; 1 = Kurang; 0= Kurang Sekali
Keterangan Penilaian tiap Aspek Sikap:
1. Ketekunan
2. Peduli
3. Tanggung jawab
4. Disiplin
Dalam menentukan hasil data diatas, dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Menentukan jumlah skor maksimal, dengan cara :
Jumlah skor maksimal = skor maksimal x jumlah seluruh aspek
b. Menentukan persentase individual, dengan cara :
Nilai Akhir = Skor yang diperoleh X 100
Skor Maksimal
c. Menentukan jumlah skor klasikal, dengan cara :

Jumlah skor klasikal = Jumlah skor seluruh aspek yang diperoleh


Jumlah skor maksimal
d. Menentukan persentase tiap aspek,
persentase tiap aspek = Jumlah skor klasikal tiap aspek x 100
jumlah skor klasikal maksimal
e. Menentukan persentase klasikal,
persentase klasikal = Jumlah persentase tiap aspek x 100
jumlah skor seluruh aspek
Dengan demikian dapat diperoleh kualifikasi dan interval nilai seperti pada tabel
dibawah ini :
Tabel 4.2
Interval Hasil Observasi
Motivasi Belajar Peserta Didik Pra Siklus
Peserta
No Interval Kategori %
Didik
1 Baik 10-12 5 18
2 Cukup 7-9 13 48
3 Kurang 4-6 9 33
3 Kurang sekali 0-4 1 4

Gambar Histogram
Berdasarkan data interval nilai pra siklus motivasi belajar IPA peserta didik
diatas, maka kecenderungan data kemudian divisualisasikan dalam bentuk
histogram seperti pada gambar berikut:
Gambar 4.1
Hasil Observasi Motivasi Belajar Peserta Didik Pra Siklus

Jumlah Peserta Dididk

14

12

10

6 jumlah

0
baik cukup kurang kurang sekali

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan motivasi belajar peserta didik jauh dari
harapan peneliti, yakni hanya 18% atau hanya 5 peserta didik saja kategori baik, 48% atau
13 peserta didik kategori cukup, 33% atau hanya 9 peserta didik dalam kategori kurang,
dan 4% atau 1 peserta didik kategori kurang sekali. Jadi kesimpulannya, peserta didik yang
termotivasi masih dibawah 50 % berarti belum sampai setengah dari jumlah siswa yang
termotivasi.
Oleh karena itu dibutuhkan beberapa siklus tindakan.
1. Hasil Penelitian Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan adalah mengacu pada identifikasi masalah pada saat
observasi. Awal dalam penelitian ini, adapun proses pembelajarannya telah
disusun antara peneliti dan supervisor 2 dalam pembuatan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan penerapan media
gambar pada pembelajaran IPA materi system peredaran darah kelas V.B SDN
22 Lawang kidul Kabupaten Muara Enim , Menyiapkan alat dan bahan,Seperti
: spidol, menyiapkan bahan ajar. Seperti : buku teks pelajaran, lembar soal,
Mengecek media pembelajaran yaitu gambar Menyusun LOP (Lembar
Observasi Peserta Didik, Menyiapkan kamera atau handphone untuk
dokumentasi, menyusun LKS, Tes, menyiapkan lembar observasi. Pada akhir
siklus dilaksanakan evaluasi gunanya untuk mengetahui peningkatan motivasi
belajar peserta didik.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan pada siklus I dilaksanakan pada tanggal 27 Oktober 2021 sampai
dengan Dalam tiap siklus, dilaksanakan satu kali pertemuan. Acuan yang
dipakai dalam pelaksanaan pembelajaran siklus I adalah Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang disiapkan peneliti.
Pada siklus I mengambil materi/pokok bahasan system peredaran darah
indikator menjelaskan organ peredaran darah dan fungsinya serta proses
peredaran darah besar dan kecil.
Guru memulai proses pembelajaran ini dengan mengucapkan salam dan
mengajak semua peserta didik untuk berdo’a bersama, mengabsensi peserta
didik, menghubungkan pelajaran yang lalu dengan yang sekarang.
Selanjutnya tahap peneliti menampilkan gambar system peredaran darah dan
meminta siswa untuk mengamati dan mencari tau terlebih dahulu. Setelah siswa
mengamati guru menanyakan dari hasil pengamatan informasi apa yang dapat
diambil peserta didik. Dari hasil informasi yang di dapat peserta didik barulah
guru mulai menjelaskan materi pelajaran tentang system peredaran darah.
Setelah itu guru membentuk kelompok secara heterogen. Kemudian setiap
kelompok berdiskusi sesuai LKS yang diberikan guru. Setiap kelompok
memaparkan hasil diskusinya, melalui diskusi tersebut guru membimbing dan
meluruskan hasil diskusi siswa.
Pada tahapan akhir yaitu penutup dimana guru meminta peserta didik untuk
menyimpulkan hasil pembelajaran dan dilengkapi dengan penjelasan dari guru.
Setelah itu guru memberikan soal evaluasi kepada siswa untuk diisi sebagai
bentuk evaluasi setelah tindakan berlangsung, kegiatan diakhiri dengan do’a
bersama dan salam
c. Observasi Tindakan
Ketika proses tindakan sedang berlangsung supervisor 2 mengamati motivasi
belajar peserta didik dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan
lembar observasi. Beberapa motivasi belajar peserta didik yang diamati dalam
penelitian ini antara lain: ketekunan, tanggung jawab, disiplin, dan peduli. Dari
hasil pengamatan kolaborator di dapatkan nilai motivasi belajar peserta didik
dalam siklus I ditunjukkan dalam tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3
Hasil Observasi Motivasi Belajar Peserta Didik Siklus I
Kode Aspek yang dinilai
Jumlah Presentase
No Peserta
1 2 3 4 Skor individual
Didik
1 PD 1 2 2 1 2 7 58
2 PD 2 2 3 3 3 11 92
3 PD 3 3 3 2 3 11 92
4 PD 4 1 2 2 3 8 66
5 PD 5 2 3 3 3 11 92
6 PD 6 2 2 2 3 9 75
7 PD 7 2 3 2 3 10 83
8 PD 8 2 3 3 3 11 92
9 PD 9 2 2 3 2 9 75
10 PD 10 2 2 3 2 9 75
11 PD 11 2 2 2 2 8 66
12 PD 12 1 2 2 2 7 58
13 PD 13 2 1 2 2 7 58
14 PD 14 2 2 1 2 7 58
15 PD 15 2 2 3 3 10 83
16 PD 16 2 2 2 3 9 75
17 PD 17 2 2 2 2 8 66
18 PD 18 2 1 1 2 6 50
19 PD 19 2 2 2 3 9 75
20 PD 20 1 1 1 2 5 42
21 PD 21 2 2 2 2 8 66
22 PD 22 1 2 2 2 7 58
23 PD 23 1 2 2 2 7 58
24 PD 24 2 1 2 3 8 66
25 PD 25 2 3 2 3 10 83
26 PD 26 2 3 3 3 11 92
27 PD 27 2 3 2 3 10 83
Jumlah Skor
50 58 57 68 58
Klasikal
Persentase skor
62 72 70 83 72
Klasikal

Adapun keterangan kode pada peserta didik terdapat pada tabel 4.4 sebagai berikut:
Tabel 4.4
Daftar Peserta Didik Kelas V.B SDN 22 Lawang Kidul
L/P
NOMOR
NAMA SISWA
URUT NISN / NIS
1 0104993408 / 1135 Abd. Rahman Riziq L
2 0116289738 / 1138 Ambara Frista Yustriani P
3 0107544681 / 1139 Amira Ajeng Ningrum P
4 0117461468 / 1142 Baim Sandi Pratama L
5 0109035672 / 1146 Cindi Cintia Bella P
6 0101076325 / 1147 Cyelen Novella Shaka P
7 0114288826 / 1150 Ezyzah Arkelia P
8 0118164623 / 1151 Fani Tri Arista P
9 0107389704 / 1154 Gendis Arum Tralena P
10 0118981412 / 1155 Githa Fairus Alghaniyyah P
11 0119348905 / 1158 Jesiska Junianti P
12 0114943186 / 1159 Kava Royansyah L
13 0115211597 / 1162 M. Delvin Pamungkas L
14 0117480884 / 1165 M. Rafael Abdul Ghofur L
15 0101593709 / 1169 Muhammad Ichsan L
16 0103406333 / 1170 Muhammad Tahma L
17 0113842577 / 1173 Nadzwa Eisyila Faragita P
18 0111389420 / 1177 Poppy Utami P
19 0111284670 / 1250 Radit Wahyu Frasnata L
20 0106670422 / 1178 Rafa Dwi Nadindra L
21 0119357993 / 1181 Regina Pebiyanti P
22 109109958/1445 Reno Rafly Tritivanav L
23 0115412624 / 1182 Rian Aurizal L
24 0102557237 / 1185 Rizky Shadu Wijaya L
25 0117706135 / 1188 Yesvika Detri Meylani P
26 0108895964 / 1189 Zaki Putra Bintang L
27 0113426516 / 1190 Zha Zha Meicilia AndriansyahP

Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi belajar peserta didik kelas
V.B SDN 22 Lawang Kidul Kabupaten Muara Enim tahun pelajaran 2021/2022
dalam pembelajaran di bawah standar ini ditunjukkan dengan peserta didik yang
berada pada kategori baik sebanyak 33 % atau 9 peserta didik dan cukup
sebanyak 59 % atau 16 peserta didik. Dalam hal ini terlihat adanya peningkatan
motivasi peserta didik. Sudah setengah sari jumlah peserta didik yang termotivasi
atau kategori cukup dalam pelajaran dengan menggunakan media gambar namun
untuk kategori baik masih belum mencapai 50 %. Maka dari itu peneliti masih
tertantang untuk memperbaiki pembelajaran agar mencapai lebih dari 50 % siswa
yang termotivasi dengan kategori baik.
Tabel 4.5
Interval Hasil Observasi Motivasi Belajar Siklus I
Peserta
No Interval Kategori %
Didik
1 Baik 10-12 9 33
2 Cukup 7-9 16 59
3 Kurang 5-6 2 7
3 Kurang sekali 0-4 0 0

Berdasarkan hasil observasi siklus I diatas, dapat diuraikan dalam gambar


histogram sebagai berikut berikut:
jumlah peserta didik
18
16
14
12
10
8 jumlah peserta didik
6
4
2
0
baik cukup kurang kurang
sekali

d. Refleksi Tindakan
Berdasarkan data-data yang telah terkumpul pada siklus I, proses
pembelajaran yang berlangsung mulai terlihat efektif, meskipun peserta didik
masih kebingungan dan kurang begitu aktif, begitu juga motivasi belajar peserta
didik kurang mencapai indikator yang ditentukan yaitu 80% meskipun sudah
ada kenaikan dari pra siklus.
Berdasarkan keterangan diatas maka yang perlu dilakukan oleh peneliti yaitu
dengan penerapan media video pada pembelajaran IPA materi sistem peredaran
darah pada kelas V.B SDN 22 Lawang kidul Kabupaten Muara Enim dengan
melakukan refleksi dengan mengevaluasi kegiatan yang ada di siklus I
2. Hasil Penelitian Siklus II
a. Perencanaan Lanjutan
Tahap perencanaan pada siklus II mengacu pada hasil yang didapat pada refleksi
siklus I, sehingga dalam tahap ini hal-hal yang dilakukan hampir sama dalam
tahap perencanaan siklus I sebelumnya, hanya saja dalam tahap ini bersifat
mengganti media pembelajaran dari media gambar menjadi media video agar
siswa lebih termotivasi dalam belajar serta memberikan penambahan-
penambahan dari hal-hal yang belum terlaksana dalam siklus I.
Hasil refleksi siklus I memperlihatkan, bahwa penerapan media gambar pada
pembelajaran IPA materi sistem peredaran darah pada kelas V.B SDN 22
Lawang kidul Kabupaten Muara Enim sudah baik namun belum mencapai
indikator, sehingga perlu diadakan perencanaan lanjutan untuk tindakan siklus
II. Rencana dalam siklus II ini ingin lebih meningkatkan motivasi belajar peserta
didik yang lebih matang, menyusun RPP, menyiapkan alat dan bahan,
menyiapkan bahan ajar, mengecek media pembelajaran, menyusun Lembar
Observasi Peserta Didik (LOP), menyiapkan kamera atau handphone.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan siklus II dilaksanakan pada tanggal 10 November 2021.
Sebagaimana pada siklus 1 Skenario pembelajaran sama halnya dengan
pelaksanaan pembelajaran pada siklus I,
Nilai motivasi belajar peserta didik dalam siklus II dapat dilihat dalam tabel
4.6 sebagai berikut:
Tabel 4.6
Hasil Observasi Motivasi Belajar Peserta Didik Siklus II
Aspek yang
Kode Peserta Jumlah Presentase
No dinilai
Didik Skor individual
1 2 3 4
1 PD 1 2 2 2 2 8 66
2 PD 2 3 3 3 3 12 100
3 PD 3 3 3 3 3 12 100
4 PD 4 2 3 3 3 11 92
5 PD 5 2 3 3 3 11 92
6 PD 6 2 3 2 3 10 83
7 PD 7 2 3 2 3 10 83
8 PD 8 2 2 3 3 10 83
9 PD 9 2 2 3 3 10 83
10 PD 10 2 3 3 2 10 83
11 PD 11 2 3 2 3 10 83
12 PD 12 2 2 2 2 8 66
13 PD 13 2 2 3 3 10 83
14 PD 14 2 2 3 3 10 83
15 PD 15 2 2 3 3 10 83
16 PD 16 2 2 3 3 10 83
17 PD 17 2 3 2 3 9 75
18 PD 18 2 2 3 3 10 83
19 PD 19 2 2 3 3 10 83
20 PD 20 1 1 2 2 6 50
21 PD 21 2 2 3 2 9 75
22 PD 22 2 3 2 3 10 83
23 PD 23 2 2 3 3 10 83
24 PD 24 2 2 3 3 10 83
25 PD 25 2 3 3 2 10 83
26 PD 26 2 3 3 3 11 92
27 PD 27 2 3 3 3 11 92
Jumlah Skor
53 66 74 75 67
Klasikal
Persentase skor
65 81 91 92 82
Klasikal

Tabel 4.7
Interval Hasil Observasi Motivasi Belajar Siklus II
Peserta
No Interval Kategori %
Didik
1 Baik 10-12 22 81
2 Cukup 7-9 4 15
3 Kurang 5-6 1 4
3 Kurang sekali 0-4 0 0
Gambar Histogram 4.3
Hasil Observasi Motivasi Belajar Siklus II

jumalh peserta didik


25

20

15

jumalh peserta didik


10

0
baik cukup kurang kurang sekali

Dari hasil tabel dan histogram diatas terlihat bahwa pada siklus II tingkat
motivasi belajar peserta didik yaitu pada taraf kategori:
1) Kategori baik ada 22 peserta didik atau 81%, hasil tersebut mengalami
kenaikan dari siklus I yaitu ada 9 peserta didik atau 33%;
2) Kategori cukup ada 4 peserta didik atau 15%, hasil tersebut mengalami
penurunan dari siklus I yaitu ada 16 peserta didik atau 59%
3) Kategori kurang ada 2 peserta didik atau 7%, hasil tersebut
mengalami penurunan dari siklus I yaitu ada 1 peserta didik atau
4%.;
4) Kategori kurang sekali ada 0 peserta didik atau 0%, hasil
tersebut tidak mengalami perubahan dari siklus 1
c. Observasi Tindakan
1) Observasi Motivasi Belajar Peserta Didik
Ketika proses tindakan sedang berlangsung supervisor 2 mengamati
motivasi belajar peserta didik dalam mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan lembar observasi. Beberapa motivasi belajar peserta
didik yang diamati dalam penelitian ini antara lain: ketekunan,
peduli, tanggung jawab, dan disiplin
Dengan interpretasi tersebut dapat dinyatakan bahwa penelitian
tindakan kelas yang dilakukan telah sesuai rencana yang ditetapkan
yaitu terlaksananya siklus I dan siklus II. Dengan berakhirnya siklus II
yang sudah mencapai indikator maka hasil penelitian ini peneliti
hentikan.
B. Analisis Data (Akhir)
Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan peningkatan motivasi
belajar peserta didik sangat signifikan yakni sudah mencapai 80% ke atas.
Maka semakin tinggi motivasi belajar peserta didik, semakin tinggi hasil
belajar yang dicapai oleh peserta didik.
Ketidakseimbangan antara ketuntasan belajar dan motivasi belajar dari
siklus ke siklus semakin berkurang. Keseimbangan ini dapat dipengaruhi oleh
perbedaan kemampuan masing-masing peserta didik dalam belajar. Ada
peserta didik yang termotivasi dalam proses pembelajaran namun dia sulit
untuk mengungkapkan kemampuannya dalam bentuk tertulis, sehingga nilai
yang didapat pada saat tes tertulis rendah. Begitu juga ada peserta didik yang
pandai namun dia kurang tekun dalam belajar sehingga kurang saat
berdiskusi, sehingga skor motivasi belajarnya rendah.
Rekapitulasi peningkatan motivasi belajar peserta didik tersebut dapat
dilihat dalam tabel 4.8 berikut:
Tabel 4.8

Hasil Obervasi Motivasi Belajar Pra Siklus, Siklus I dan II

Prasiklus Siklus 1 Siklus 2


Interval Kategori
PD % PD % PD %
Baik 10-12 5 18 9 33 22 8
Cukup 7-9 13 48 16 59 4 15
Kurang 4-6 9 33 2 7 1 4
Kurang
0-4 1 4 0 0 0 0
sekali
Jumlah 27 100 27 100 27 100

Gambar Histogram 4.4

Hasil Obervasi Motivasi Belajar Pra Siklus, Siklus I dan II

90

80

70

60

50 pra siklus
40 siklus 1

30 siklus 2

20

10

0
baik cukup kurang kurang sekali

Dari hasil diatas terlihat bahwa telah terjadi peningkatan motivasi belajar
tiap siklusnya . Hasil ini sudah mencapai indikator yang ditentukan
mencapai 80% dari seluruh jumlah peserta didik.
Berdasarkan uraian dan pembahasan diatas, maka siklus/tahap dalam
penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat reflektif, artinya melalui
tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktek
pembelajaran di kelas secara lebih profesional. Penelitian tindakan kelas
ini juga dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik
pendidikan. Hal ini terjadi karena kegiatan tersebut dilaksanakan sendiri,
di kelas sendiri, dengan melibatkan peserta didik sendiri melalui tindakan
yang direncanakan, dilaksanakan dan di evaluasi. Sehingga diperoleh
umpan balik yang sistematis mengenai apa yang selama ini dilakukan
dalam kegiatan belajar mengajar.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan pada bab sebelumnya dapat ditariK kesimpulan, bahwa
media pembelajaran Video dapat meningkatkan motivasi belajar IPA materi
sistem peredaran darah kelas V.B SDN 22 Lawang Kidul Kabupaten Muara Enim,
hal ini terlihat dari peningkatan motivasi belajar per siklusnya dimana pada pra
siklus yaitu 5 peserta didik atau 18%, siklus I yaitu 9 peserta didik atau 33%, pada
siklus II ada 22 peserta didik atau 81%. Hasil tersebut sudah sesuai indikator yang
ditentukan yaitu diatas 80%.
B. SARAN TINDAK LANJUT
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, disarankan hal-hal sebagai
berikut.
1. Bagi siswa
hasil baik yang sudah dicapai harus dipertahankan dan hendaknya siswa lebih
aktif dalam mengikuti pelajaran IPA.
2. Bagi peneliti
pembelajaran IPA dengan menggunakan media video bukan semata-mata
menghadirkan dunia nyata siswa ke dalam kelas. Disini peneliti dituntut untuk
lebih kreatif dalam memvariasikan media pembelajaran, membimbing siswa
untuk lebih aktif dalam memberikan umpan balik, membangkitkan minat
belajar dan rasa ingin tahu, serta mengarahkan siswa untuk lebih aktif dalam
pembelajaran dan berdiskusi kelompok
3. Bagi sekolah
pada umumnya banyak guru yang belum menerapkan media video Sebaiknya
sekolah mengadakan pelatihan terhadap guru-guru mengenai penerapan media
yang bervariasi khususnya media pembelajaran video dengan mengundang
pakar yang ahli dibidangnya.
4. Bagi peneliti lain
peneliti lain yang tertarik untuk melakukan penelitian dengan menggunakan
media pembelajaran video, diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut
tentang aspek-aspek lain dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan
media video dan dapat mengaplikasikannya pada pokok bahasan yang berbeda

Anda mungkin juga menyukai