ELIMINASI URIN
A. PENGERTIAN
Eleminasi atau pembuangan urine normal adalah proses pengosongan
kandung kemih bila kandung kemih terisi. Eliminasi urin normalnya adalah
pengeluaran cairan sebagai hasil filtrasi dari plasma darah di glomerulus. Dari
180 liter darah yang masuk ke ginjal untuk difiltrasi, hanya 1-2 liter saja yang
dapat berupa urin. Sebagian besar hasil filtrasi akan diserap kembali di
tubulus ginjal untuk dimanfaatkan oleh tubuh (Tarwoto & Wartonah, 2010).
B. FISIOLOGI
Terdapat tiga tahapan proses pembentukan urin, yaitu filtrasi, reabsorbsi,
sekresi. Tahap pertama yaitu proses filtrasi yang terjadi di glomerulus. Cairan
yang disaring sebagian besar terdiri dari air tetapi juga mengandung bahan-
bahan yang berguna seperti glukosa, asam amino, mineral, seperti sodium dan
potassium. Faktor-faktor yang menentukan filtrasi di glomerulus adalah
tekanan koloid osmotik plasma dan tekanan kapsula bowman (Syaifudin,
2006).
Tahap kedua yaitu proses reabsorbsi, dimana pada proses ini terjadi
penyerapan kembali sebagian besar glukosa, sodium, klorida, fosfat dan
beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif (obligator reabsorbsi)
di tubulus proximal, sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali
penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh. Penyerapan
terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla
renalis (Syaifudin, 2006).
Tahap ketiga adalah proses sekresi (augmentasi), yaitu sisa dari
penyerapan kembali yang terjadi pada tubulus akan diteruskan keluar
(Syaifudin, 2006).
C. NILAI NILAI NORMAL
Karakteristik Normal Abnormal
Jumlah dalam 24 jam 1200 1500 ml Kurang dari 1200 ml
(dewasa) Asupan cairan dalam
jumlah besar
Warna kejernihan Kurang pucat, kuning Kuning tua
transparan Keruh
Berwarna jingga tua
Merah atau coklat tua
Berlendir, kental, dan
lengket
Bau Sedikit beraroma Menyengat
Sterilitas Tidak ada mikroorganisme Ada mikroorganisme
Ph 4,5 8 Lebih dari 8
Kurang dari 4,5
Berat jenis 1,010 1,025 Lebih dari 1,025
Kurang dari 1,010
Glukosa Tidak ada Ada
Badan keton Tidak ada Ada
Darah Tidak ada Samar (mikroskopik)
Merah terang
E. JENIS GANGGUAN
1. Retensi urine
Retensi urine adalah kondisi seseorang terjadi karena penumpukan urine
dalam bladder dan ketidakmampuan bladder untuk mengosongkan
kandung kemih. Penyebab distensi bladder adalah urine yang terdapat
dalam bladder melebihi 400 ml. Normalnya adalah 250 - 400 ml. Kondisi
ini bisa disebabkan oleh hipertropi prostat, pembedahan, otot destrusor
lemah dan lain-lain.
2. Inkontinensia Urine
Bila seseorang mengalami ketidakmampuan otot spinter eksternal
sementara atau menetap untuk mengontrol pengeluaran urine. Ada dua
jenis inkontinensia: Pertama, stres inkontinensia yaitu stres yang terjadi
pada saat tekanan intra abdomen meningkat dan menyebabkan kompresi
kandung kemih. Contoh sebagian orang saat batuk atau tertawa akan
mengalami terkencing-kencing, hal tersebut bisa dikatakan normal atau
bisa terjadi pada lansia. Kedua, urge inkontinensia yaitu inkontinensia
yang terjadi saat klien terdesakningin berkemih atau tiba-tiba berkemih,
hal ini terjadi akibat infeksi saluran kemih bagian bawah atau spasme
bladder, overdistensi, peningkatan konsumsi kafein atau alkohol
(Taylor,1989).
3. Enurisis
Enuresis adalah ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang
tidak disadari yang diakibatkan ketidakmampuan untuk mengendalikan
spinter eksterna. Biasanya terjadi pada anak-anak atau orang jompo.
Faktor penyebab takut keluar malam, kapasitas kandung kemih kurang
normal, infeksi dan lain-lain.
4. Perubahan Pola Berkemih
a. Frekuensi
Meningkatnya frekuensi berkemih tanpa intake ciran yang
meningkat, biasanya terjadi pada cystitis, stress, dan wanita hamil.
b. Urgency
Perasaan ingin segera berkemih dan biasanya terjadi pada anak-anak
karena kemampuan spinter untuk mengontrol berkurang.
c. Dysuria
Rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih misalnya pada infeksi
saluran kemih, trauma, dan striktur uretra.
d. Polyuria (Diuresis)
Produksi urine melebihi normal, tanpa peningkatan intake cairan
misalnya pada pasien DM.
e. Urinary Suppression
Keadaan di mana ginjal tidak memproduksi urine secara tiba-tiba.
Anuria (urine kurang dari 100 ml/24 jam), olyguria (urine berkisar
100-500 ml/24 jam).
F. PENGKAJIAN
Pengkajian pada kebutuhan eliminasi urine meliputi :
1. Kebiasaan berkemih
Pengkajian ini meliputi bagaimana kebisaan berkemih serta hambatannya.
Frekuensi berkemih tergatung pada kebiasaan dan kesempatan. Banyak
orang berkemih setiap hari pada waktu bangun tidur dan tidak memerlukan
waktu untuk berkemih pada waktu malam hari.
2. Pola berkemih
a. Frekuensi Berkemih
Frekuesi berkemih menentukan berapa kali individu berkemih dalam
waktu24 jam
b. Urgensi
Perasaan seseorang untuk berkemih seperti seseorang ke toilet karena
takut megalami inkotinensia jika tidak berkemih
c. Disuria
Keadaan rasa sakit atau kesulitan saat berkemih. Keadaan ini ditemukan
pada struktur uretra, infeksi saluran kemih, trauma pada vesika urinaria.
d. Poliuria
Keadaan produksi urine yang abnormal yang jumlahnya lebih besar
tanpa adanya peningkatan asupan cairan. Keadaan ini dapat terjadi pada
penyakit diabetes, defisiensi ADH, dan penyakit kronis ginjal.
e. Urinaria supresi
Keadaan produksi urine yang berhenti secara medadak. Bila produksi
urine kurang dari 100 ml/hari dapat dikatakan anuria, tetapi bila
produksinya antara100 – 500 ml/hari dapat dikatakan sebagai oliguria.
3. Volume urine
Volume urine menentukan berapa jumlah urine yang dikeluarkan dalam
waktu 24 jam.
4. Faktor yang mempengaruhi kebiasaan berkemih
a. Diet dan asupan (diet tinggi protein dan natirum) dapat mempengaruhi
jumlah urine yang dibentuk, sedangkan kopi dapat meningkatkan
jumlah urine
b. Gaya hidup
c. Stress psikologi dapat meingkatka frekuensi keinginan berkemih.
d. Tingkat aktivitas
5. Keadaan urine
Keadaan urie meliputi : warna, bau, berat jenis, kejerihan, pH, protein,
darah,glukosa.
6. Tanda klinis gangguan elimiasi urine seperti retensi urine, inkontinensia
urine.
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN (NANDA)
a. Gangguan eliminasi urin
b. Inkontinensia urinarius fungsional
c. Retensi urin
H. RENCANA KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
1. Gangguan eliminasi urine Eliminasi Urin Manajemen Cairan
Definisi : a. Pola eliminasi tidak terganggu a. Monitor tanda tanda vital pasien
Disfungsi eliminasi urine b. Bau urin normal b. Monitor makan / cairan yang dikonsumsi
c. Jumlah urin tidak terganggu dan hitung asupan kalori harian
Batasan Karakteristik : d. Warna urin normal c. Monitir status gizi
a. Anyang anyangan e. Kejernihan urin normal d. Berikan cairan dengan tepat
b. Disuria f. Intake cairan tidak terganggu e. Berikan diuretik yang diresepkan
c. Dorongan berkemih g. Mengosongkan kantong kemih f. Distribusikan asupan cairan selama 24
d. Inkontinensia seutuhnya jam
e. Inkontinensia urine h. Mengenali keinginan untuk berkemih g. Dukung pasien dan keluarga untuk
f. Nokturia membantu dalam pemberian makanan
g. Retensi urine dengan baik
h. Sering berkemih h. Berikan terapi IV seperti yang ditentukan
i. Berikan cairan IV sesuai suhu kamar
Faktor Yang Berhubungan : j. Arahkan pasien mengenai status NPO
a. Gangguan sensori motorik
b. Infeksi saluran kemih Bantuan Berkemih
c. Obstruksi anatomik a. Pertimbangkan kemampuan dalam rangka
d. Penyebab multipel mengenal keinginan untuk BAK
b. Lakukan pencatatan mengenai spesifikasi
kontinensia selama 3 hari untuk
mendapatkan pola pengeluaran (urin)
c. Tetapkan interval untuk jadwal membantu
berkemih, berdasarkan pada pola
pengeluaran (urin)
d. Berikan waktu 15 menit interval yang
disarankan untuk bantuan berkemih
e. Berikan waktu 5 detik untuk meminta
bantuan terkait dengan aktivitas toileting
f. Pertimbangkan kesadaran pasien
mengenai status kontinensia dengan
menanyakan apakah basah atau kering
g. Tentukan respon yang tepat dengan
mengecek pakaian atau linen pasien
dengan cara yang tepat
h. Berikan privasi untuk adanya aktivitas
eliminasi
i. Informasikan pada pasien mengenai
waktu untuk sesi eliminasi selanjutnya
j. Dokumentasikan outcomes dari sesi
toileting