Anda di halaman 1dari 13

PEMANFAATAN TEKNOLOGI KLONING HEWAN UNTUK

KONSERVASI SUMBER GENETIK TERNAK LOKAL MELALUI


REALISASI BANK SEL SOMATIS
Oleh:
Gatot Ciptadi
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya,

ABSTRAK
Embrio rekonstruksi hasil transfer nukleus donor sel somatik mempunyai
manfaat yang sangat besar untuk riset dan implementasinya di bidang kedokteran,
produksi ternak dan konservasi hewan langka. Adanya kecenderungan tingkat
keberhasilan produksi hewan kloning yang lahir dan hidup normal pada berbagai
spesies, membuka peluang dan harapan yang sangat besar bahwa teknologi ini
berpotensi bagi konservasi plasma nutfah dari berbagai spesies. Semenjak kelahiran
domba kloning pertama hasil transfer nukleus dengan sel somatik, maka kemudian
disusul berbagai keberhasilan lahirnya hewan kloning berbagai spesies seperti,
kambing, sapi, babi, tikus dll. Berbagai sel somatik yang telah menghasilkan individu
kloning, diantaranya adalah sel kumulus, fetal/adult fibroblast, mammary gland,
epithel dll. Sukses pertama kloning hewan langka adalah lahirnya Gaurs hasil transfer
sel somatik gaur (B. gaurus) yang ditransfer interspesies pada oosit enukleasi sapi (B.
taurus). Viabilitas sel somatic hasil kultur konfluen sangat tinggi berkisar antara 85 –
95 %. Konsep genome resources bank perlu mulai dicobakan pada populasi hewan
liar, spesies langka dan juga ternak lokal. Dengan demikian, jika selama ini hanya
dikenal dua macam sel yaitu spermatozoa dan oosit yang bisa dikriopreservasi, maka
kedepan ada potensi yang sangat besar dengan realisasi banks sel somatik berbagai
spesies hewan sebagai sumber sel donor untuk memproduksi individu kloning.

Kata kunci: Somatic cells, genetic diversity, nuclear transfer, cloning,.

ABSTRACT
Embryo cloning production using somatic cells donor has great potential
application in medicine, animal production as well as preserving endangered and rare
animal. Recent increased success of reproductive technologies has caused dramatic
surge hope for preservation of endangered species. Since the birth of Dolly, the first
sheep cloned from adult somatic cells, cloning adult animals has succeeded in several
species including cattle, mice, pigs and goat. There are many somatic cells donor
resources using fetal fibroblast, adult mammary gland cells, cumulus cells that
indicate successful donor cell production for nuclear transfer. The first succesful
cloning of an endangered animal cross-species nuclear transfer that give birth a baby

J. Ternak Tropika Vol. 6, No. 2; 60-65, 2007 45


gaur bull. The concepts of genome resource banks and reproductive technology is
important to re-introduced into wild animal population, rare and endangered animal
and also local domestic animals. In the near future somatic bank cells has a great
potential for genetic resources cryopreservation .

Key Words: Genetic diversity, nuclear transfer, cloning, somatic cells.

PENDAHULUAN embrio transfer dan in vitro fertilization


Perkembangan ilmu genetika telah mulai dicobakan pada populasi
modern dan biologi molekuler telah hewan liar pada sekitar tahun 1990.
memungkinkan isolasi dan manipulasi Perkembangan terakhir dengan tingkat
gen-gen terseleksi yang tidak diragukan keberhasilan teknologi reproduksi yang
lagi akan dapat mempercepat makin baik menyebabkan suatu harapan
modifikasi-modifikasi genetik pada yang sangat besar bagi preservasi
berbagai spesies hewan dan ternak. spesies-spesies hewan langka.
Pada masa yang akan datang potensi Keberhasilan yang pertama dari
produksi embrio ternak hasil kloning penggunaan teknologi kloning pada
melalui rekayasa transfer nukleus (TN) hewan langka adalah laporan
sangat besar, terutama jika dikaitkan keberhasilan lahirnya gaur jantan
dengan manipulasi genetik untuk (B.gaurus) yang merupakan hasil
menghasilkan individu hewan yang transfer nukleus interspesies sel
spesifik misalnya untuk tujuan produksi somatik gaur pada oosit sapi (B. taurus)
biofarmasi, perbaikan karakter produksi yang kemudian ditransfer kedalam
ternak, resistensi terhadap penyakit dll, induk resipien sapi domestik pada akhir
dengan hanya memerlukan waktu satu Nopember 2000.
generasi. Produksi embrio rekonstruksi
Perkembangbiakan ternak-ternak hasil secara in vitro menggunakan
superior banyak bergeser dari transfer nukleus mempunyai potensi
perkawinan alam kearah rekayasa yang sangat baik di masa datang dari
reproduksi mulai dari inseminasi buatan aspek genetik dan ekonomi. Kloning
(IB), transfer embrio (TE), in vitro dengan transfer nukleus pertama kali
fertilisasi (IVF) dan yang terakhir dilaporkan pada ternak domba dan
kloning hewan dan ternak. Pada kemudian juga berhasil dilakukan pada
rekayasa kloning dengan TN, sel donor berbagai jenis ternak lainnya seperti
nukleus baik berupa sel embrionik sapi, babi, kelinci, kambing dll. (Prather
maupun sel somatik telah digunakan et al., 1987, Heyman and Renard,
baik dalam bentuk segar dan beku. 1996).
Konsep genome resources bank dan Namun demikian, walaupun
teknologi reproduksi dimana termasuk rekayasa reproduksi ini mengalami
di dalamnya aplikasi inseminasi buatan, kemajuan yang sangat pesat, pada saat

J. Ternak Tropika Vol. 6, No. 2; 60-65, 2007 46


ini efisiensi produksi embrio hasil dilakukan pada fase subconfluent (
rekonstruksi dengan transfer nukleus pertengahan sampai dengan log-phase
masih rendah, kerena masih banyak growth) dan dipindahkan dalam
faktor yang belum sepenuhnya dikuasai medium kultur yang baru 24 – 28 jam
seperti kualitas oosit, metode kultur sebelum dilakukan pembekuan.
embrio kloning, tipe sel donor, atau Permasalahan utama yang ada
perluya sinkronisasi siklus sel donor- pada teknologi TN adalah masih
sitoplasma resipent (Kato and Tsunoda, rendahnya tingkat keberhasilan anak
1992). Metode produksi embrio yang lahir dari embrio hasil kloning,
kloning menggunakan donor sel dimana rata-rata masih dibawah 3 %
somatik pada berbagai spesies ternak (Yu, 2003), meskipun perkembangan
berawal dari sukses dan lahirnya domba embrio mencapai fase blastosit telah
Dolly, hasil kloning embrio yang mencapai lebih dari 50 % (Ongeri et.al.,
direkonstitusi menggunakan donor sel 2001). Dengan demikian sebenarnya
somatik mammary gland dan sel epithel teknologi produksi embrio kloning tidak
fetal fibroblast ada masalah lagi sehinggga
Aplikasi rekayasa produksi memungkinkan konservasi material
embrio klonning ini pada ternak lokal di genetik dalam jumlah besar dalam
Indonesia perlu dilakukan dengan bentuk embrio beku yang setiap saat
pertimbangan utama : (1). sebagai bisa ditransferkan pada resipient.
metode alternatif atau sarana untuk
konservasi genetic resources spesies METODE KLONING TRANSFER
hewan langka dan ternak lokal unggul NUKLEUS (TN)
sekaligus untuk mempercepat Pelaksanaan kegiatan penelitian
peningkatan kualitas genetik ternak transfer nukleus meliputi serangkaian
lokal yang ada, (2). sebagai antisipasi persiapan produksi sel donor dan sel
terhadap era pasar bebas dengan resipien, transfer nukleus dan kultur
kemungkinan ekspor dan impor embrio embrio hasil rekonstruksi. Kloning
ternak hasil kloning , dan (3). sebagai menggunakan donor sel somatis
data genetik dampak aplikasi kloning mempunyai potensi yang sangat bagus
pada ternak lokal di Indonesia di masa baik pada tingkat riset maupun aplikasi
datang. (Ciptadi, 2005). di bidang peternakan, kedokteran dan
Konservasi plasma nutfah dalam konservasi plasma nutfah hewan dan
bentuk sel donor dari sel somatis ternak. Semenjak keberhasilan kloning
umumnya dilakukan pada stock cells domba Dolly, maka ternak kloning yang
(cell banking) untuk preservasi karakter lahir dan hidup normal telah dilaporkan
tertentu yang diinginkan dalam bentuk pada berbagai spesies.
sel beku dalam nitrogen cair (- 196oC) . Metode umum produksi embrio
Menurut Martin (1994), preservasi sel kloning dengan berbagai kemungkinan
dengan daya survival terbaik, jika sumber sel donor dan metode transfer

J. Ternak Tropika Vol. 6, No. 2; 60-65, 2007 47


sel nukleus serta preparasi umum sel sumber utama yaitu nukleus sel
resipien untuk menghasilkan sel embrionik (morula dan blastosis) serta
rekonstruksi disajikan pada gamber sel somatik dari fetus dan hewan
dibawah ini.(Gambar 1). Berdasarkan dewasa.
pada sumber sel donor, maka ada dua

Gambar 1. Prosedur umum produksi embrio kloning menggunakan


berbagai sumber sel donor (Ciptadi, 2005)

Pada perkembangan terbaru ke sitoplasma bovine, berdasarkan


telah memungkinkan adanya transfer terjadinya pembelahan dan
nukleus interspesies, misalnya antara perkembangan hingga terbentuknya
Bos gaur dan Bos banteng dengan Bos blastosis sekitar 10 – 15 % hingga ada
taurus. Dari berbagai riset telah yang lahir hidup. Hasil ini memacu para
dilaporkan bahwa sitoplasma oosit peneliti untuk menggunakan model
bovine dapat melakukan reprograming alternatif ini sebagai cara konservasi
nukleus dari spesies lain (Shi, et al. spesies langka mamalia. Keberhasilan
2003). Lebih jauh dikatakan bahwa rekayasa TN tersebut dilakukan dengan
nukleus dari domba, babi, kera dan tikus menggunakan masing-masing jenis sel
menunjukkan adanya respon positif donor somatik fibroblast Bos gaur, fetal
reprograming awal setelah di transfer fibroblas kerbau, granulosa sel Ovis

J. Ternak Tropika Vol. 6, No. 2; 60-65, 2007 48


orientalis musimon. Namun, saat sel Epithel (MGE) sebagai sumber sel
donor nukleus sel somatik manusia donor (sel epithel) pertama kali
ditransferkan pada sel oosit enukleasi, dilaporkan oleh Kishi et.al. (2000)
hanya 6 dari 56 sel rekonstruksi yang karena cara memperolehnya yang relatih
mampu berkembang menjadi 4 – 16 sel. lebih mudah.
Diduga masih ada inkomptabilitas yang Beberapa penelitian melaporkan
tinggi antara komponen sel donor dan bahwa penggunaan sel somatik sebagai
sitoplasma dengan makin jauhnya jarak donor embrio rekonstitusi menghasilkan
antara spesies. tingkat kematian embrio dini
(pregnancy lost), perkembangan yang
PENGGUNAAN SEL SOMATIK abnormal termasuk didalamnya berat
Penggunaan sel somatik pada lahir yang tinggi dan abnormalitas
transfer nukleus pada sapi menghasilkan placenta (Garry et,.al, 1996, Hill et.al.,
tingkat fusi nukleus-sitoplasma sekitar 1999; Kishi et.al, 2000) dan hal ini
50 – 80% (Goto et.al, 1999). diduga terkait dengan masalah-masalah
Penggunaan MGE menghasilkan 56 + kekurang sempurnaan protokol transfer
7 % terjadi fusi, dimana 85 % nukleus itu sendiri. Lebih lanjut
mengalami cleavege dan 35 % dikatakan, ketidak sempurnaan
mencapai fase blastosit (Kishi et.al, reprogramming kultur donor sel, atau
2000). Hasil lain justru diperoleh kekurangan dalam IVM dan kultur
tingkatl fusi sekitar 69 % dengan sistem embrio yang digunakan. Semua
menggunakan mammary gland cells kekurangan ini selanjutnya diduga akan
yang diperoleh dari rumah potong menyebabkan pola yang kurang sesuai
hewan, bukan dari kolostrum (Goto dari ekspresi gen pada fase-fase
et.al. 1999). pembentukan embrio, perkembangan
Semenjak Wilmut pada tahun fetus dan placenta, sehingga akhirnya
1987 mempublikasikan keberhasilannya juga berpengaruh pada kematian mebrio
dengan lahirnya domba hasil transfer dini atau gagalnya kebuntingan ternak.
nukleus menggunakan sel mammary Protokol produksi sel donor,
glands (MG) dan sel fetal fibroblast, misalnya Sel MGE, diperoleh dari
beberapa penelitian akhirnya juga kolostrum kambing yang baru
berhasil memproduksi ternak klonning melahirkan dalam 48 jam, dilakukan
dengan menggunakan sel somatis yang koleksi dalam botol steril dan disimpan
lain seperti sel kumulus, sel oviduct, sel dalam 4 oC hingga 5 jam, diencerkan
granuloasa , jaringan otot longisimus dalam DPBS (GIBCO) dengan
thoracis atau sel fibroblast pada mencit, perbandingan 1:1, disentrifugasi 500 g
sapi dan kambing ( Shiga et.al, 1999, selama 5 menit pada temperatur 4 0C .
Baguisi et.al., 1999, Cibelli et al, 1998). Sel-sel yang mengendap kemudian
Sementara itu penggunaan susu diencerkan kembali dalam 50 ml DPBS
kolostrum-Mamarry Glands Cells- dan disentrifugasi ladi dan diulang

J. Ternak Tropika Vol. 6, No. 2; 60-65, 2007 49


hingga 3 kali . Sel-sel hasil prisipitasi Setelah 18 – 20 jam IVM dilakukan
siap dikultur sebagai donor sel dalam separasi dengan 0.1 % hyaluronidase
medium DMEM (Gibco) yang (Sigma) dan siap dikultur sebagai donor
disuplementasi dengan 15 % FCS, 2500 sel ( Nour et al., 2000).
IU/ml pennicilim (Meiji), 10 mg/ml Uji viabilitas sel donor setelah
streptomicin, 25 ug/ml fungizone dilakukan 2 - sub culture dalam kondisi
(Gibco) dalam konsentrasi tinggi konfluen beberapa jenis sel somatik,
antibiotik dalam DMEM (Kishi et al, disajikan pada Tabel 1. (Ciptadi dkk.,
2000). Sementara itu sel kumulus 2003). Uji viabilitas dilakukan dengan
diperoleh setelah melakukan kultur stainning sel dengan H33258-PI
kumulus oosit kompleks dalam medium menggunakan mikroskop
yang disuplementasi dengan 20 % FBS. epifluorescent.

Tabel 1. Viabilitas sel somatik hasil kultur konfluen dari ternak kambing
No. Jenis sel Estimasi viabilitas (%)
1. Sel kumulus dan sel granulosa (sub kultur 2) 95.0 + 2.10
2. Fibroblast ear (dewasa, sub kultur 2) 90.0 + 4.2
3. Fetal fibroblast (sub kultur 3) 85.3 + 5.6

Menurut Kishi et.al.,(2000) sel-


sel donor hasil kultur in vitro baru PREPARASI SEL RESIPIEN
dapat digunakan sebagai donor setelah 2 Sel resipien yang digunakan
– 7 kali passages. Sel diinduksi untuk adalah oosit matang (M-II ) baik yang
memasuki fase “quiescent” dengan diperoleh dari pemanenan in vivo
serum starvation. Metodenya ditempuh maupun hasil maturasi in vitro. Oosit ini
dengan pengurangan kadar FCS dalam sebelumnya dilakukan enukleasi atau
medium dari 10 % menjadi 0.5 % pengambilan inti sebelum bisa
sampao 1.0 % (v/v) dan sel dikultur digunakan sebagai oosit resipien.
selama 6 – 7 hari. Sebelum dilakukan Maturasi oosit secara in vitro
starvasi sel donor somatis (MGE dan dilakukan dalam medium kultur TCM
fibroblast) masing-masing dikultur 199 dengan suplemantasi hormon
selama 7 dan 10 hari. Suspensi singgle- gonadotrophin dan serum dalam
cells dipersiapkan dengan melakukan inkubator 5 % CO2, temperatur 39o C
tripsinasi sebelum dilakukan transfer dengan kelembaban maksimum
nukleus, dimana sell di larutkan kembali dalam drop 50 ul/10 COC yang dilapisi
dalam TALP-HEPES yang mineral oil. Sel-sel kumulus dilepaskan
disuplementasi dengan 1 % FCS. dengan melakukan pemaparan sel oosit

J. Ternak Tropika Vol. 6, No. 2; 60-65, 2007 50


dalam 1 mg/ml hyaluronidase (Sigma)
dalam DPBS (Gibco) selama 10 menit PRODUKSI SEL REKONSTRUKSI
dan dibantu dengan vortex atau HASIL TRANSFER NUKLEUS (TN)
melakukan pemipetan secara manual Secara umum ada dua metode
(Tanaka, 2001; Ciptadi, dkk. 2000). transfer nukleus yaitu: (1) nukleus di
Oosit tanpa kumulus yang transfer dalam ruang periviteli dan
nampak polar bodinya kemudian selanjutnya dilakukan fusi dan aktivasi
ditempatkan dalam 5 ug/ml cytochalasin sel rekonstruksi , (2). Transfer nukleus
B (Sigma) dalam PBS yang langsung ke sitolasma dan kemudian
disuplemantasi dengan 10 % FCS (PBS- dilakukan aktivasi sel rekonstruksi.
FCS) selama 5 – 10 menit sampai Aktinasi sel rekonstruksi bisa dilakukan
dilakukan enukleasi. Enukleasi oosit dengan beberapa cara yaitu secara
mature dilakukan dengan melakukan elektris, fisik dan dan penggunaan
aspirasi sebagian kecil dari volume beberapa bahan aktivator kimia atau
sitoplasma di dekat polar bodi dengan kombinasi dari keduanya (Ciptadi,
menggunakan micropipet. Untuk 2005).
konfirmasi keberhasilan enukleasi oosit Setelah nukleus ditransfer ke
distainning dengan Hoechst 33342 (5 dalam sitoplasma oosit enukleasi maka
ug/ml dalam PBS-FCS) dan diperiksa protein dalam nukleus akan mengalami
sesingkat mungkin dalam beberapa migrasi ke dalam sitoplasma, demikian
detik dibawah mikroskop epifluorescent juga sebaliknya protein dalam
(Tanaka, 2001). sitoplasma masuk ke dalam nukleus.
Menurut Keefer et al. (2001), Pertukaran protein ini akan
enukleasi dapat dilakukan sebagai menghasilkan rekonfigurasi struktur
berikut : (1).Pada oosit yang di dari nukleus dimana sintesa RNA
stainning dengan Hoechst 33342 yang berubah. Jika nukleus mengalami
diikuti dengan pemaparan yang singkat reprograming secara benar, maka hal
dari sitoplasma pada sinar UV (Zeiss itu akan merupakan langkah awal
Filter Set 01) untuk melakukan perkembangan dan pengulangan
determinasi lokasi dari kromosom. kembali kejadian-kejadian awal
(2).Kemudian oosit dapat dimanipulasi perkembangan embrio (Prather et.al.,
pada temperatur kamar (24 – 26 oC) di 2000). Embrio yang diproduksi secara
medium penanganan oosit (MEM yang in vitro akan cenderung memproduksi
disuplementasi dengan 1 % FBS, tanpa RNA pada fase yang lebih awal,
penambahan cyitochalasin B (3). Fase kemunculan sintesa RNA utama adalah
maturasi inti diamati dan dicatat selama tergantung masing-masing spesies,
proses enukleasi (4). Sitoplasma yang misalnya pada mencit mulai terjadi
diambil dilakukan pengecekan adanya selama fase 2 sel; babi, manusia dan
kromosom dan polar bodi dengan tikus pada 4 sel dan sapi dan domba
pemaparan dengan sinar UV. terjadi pada 8 – 16 sel.

J. Ternak Tropika Vol. 6, No. 2; 60-65, 2007 51


Jika nukleus mengalami babi dan Sapi serta kelinci (Reggio,
reprogramming, 24 jam setelah nukleus 2002). Protokol yang dikembangkan
ditransfer nukleus seharusnya untuk aktivasi buatan pada mamalia
memproduksi sangat sedikit RNA dan pada proses pengembangan
berperan dalam cleavage embryo parthenogenesis dimaksudkan untuk
menjadi 2 sel. Jika tidak terjadi meniru kejadian-kejadian rangsangan
reprogramming sel donor, nukleus akan biokimia dan fisik yang secara alamiah
mencoba mengembangkan ruang terjadi secara normal dalam interaksi
blastokol sementara embrio tetap hanya spermatozoa-oosit.
pada tahap 2 sel. Pada kondisi seperti Ongeri et.al. (2001) dan Fulka
ini maka embrio yang berkembang et. al (2001) menyatakan bahwa untuk
hanya merupakan merupakan bentuk keberhasilan kloning mamalia masih
tropectoderm dan bukan inner cell mass perlu mencari protokol aktivasi oosit
(ICM) (Prather et al., 1987). resipient yang lebih baik dan tergantung
Pada awal fase cleavage embryo pada reprogramming transfer nukleus
terjadi perubahan-perubahan struktur pada oosit enukleasi. Renard et al.
kromatin. Perubahan-perubahan ini (2002), mengatakan bahwa remodeling
pada masing-masing spesies dapat dari kromatin donor oleh sitoplasma
dilihat secara umum dengan pengukuran resipent terjadi setelah dilakukan
perubahan di aspek-aspek tertentu pada transfer nukleus. Pada transfer nukleus
struktur nukleus, diantaranya adalah menggunakan sel somatik diperlukan
perubahan pada ukuran, komposisi dan activasi buatan untuk bisa melanjutkan
struktur itu sendiri. Setelah transfer perkembangan selnya. Menurut Choi
nukleus, maka kejadian yang paling bisa et.al. (2001) oosit rekonstitusi dengan
diamati adalah perubahan dari ukuran nukleus yang mengalami pembesaran
nukleus (Prather et.al., 2000). Diameter atau terjadi cleavage sehingga nukleus
pronukleus pada fase awal mengalami multiplikasi bisa dianggap
perkembangan embrio akan berkurang. sebagai oosit teraktivasi.
Aktivasi oosit mamalia berhenti
pada metafase pada second meiotic MANFAAT TEKNOLOGI
division (MII) termasuk exit dari KLONING DENGAN TN
meiosis dan re-entry ke dalam mitotic Pada saat ini efisiensi produksi
cell cycle, dimana dihasilkan formasi embrio hasil rekonstruksi dengan
pronukleus dan kemudian cleavage transfer nukleus masih rendah, kerena
dan perkembangan embrio. Pada masih banyak faktor yang belum
fertilisasi normal, fusi spermatozoa dan sepenuhnya dikuasai seperti kualitas
oosit adalah cukup untuk aktivasi, oosit, metode kultur embrio klonning,
dengan adanya kenaikan ion calsium tipe sel donor , atau perluya
intrasellulair. Sperm-induced activation sinkronisasi siklus sel donor-sitoplasma
telah dilaporkan pada mencit, hamster, resipent ( Kato and Tsunoda, 1992).

J. Ternak Tropika Vol. 6, No. 2; 60-65, 2007 52


Sementara disisi lain, teknologi transfer efisiensi karakter-karakter tententu
nukleus mempunyai peluang munculnya sepanjang secara komersial masih bisa
abnormalitas genetik dan fenotip diterima.
dengan ditandai dengan berat lahir anak Suksesnya aplikasi kloning pada
yang tinggi, panjangnya kebuntingan, nuklear transfer interspesies gaur-sapi
distocia dan mortalitas postnatal yang menjanjikan suatu potensi yang sangat
tinggi (Yazawa et.al., 1997). Penelitian besar bagi penyelamatan spesies-spesies
Yoshizawa et.al ( 1999) menunjukkan hewan langka dan hampir punah.
bahwa embrio sebanyak 43 % (81/185) Teknik kloning dengan demikian sangat
adalah normal berdasarkan dari sel memungkinkan menjadi suatu
blastomernya dan 60.6 % ( 20/33) instrument bagi penyelamatan spesies-
berdasarkan pada embrio hasil IVF. spesies hewan yang hampir punah dan
Menurut Westhusin et.al (2001) juga memungkinkan untuk
produksi ternak klonning sementara ini penyimpanan material genetik dari
masih sangat tidak efisien dengan rata- hewan-hewan tersebut dari yang ada
rata kurang dari 10 persen embrio hasil sekarang ini. Russo (2002) menyatakan
klonning yang lahir hidup. Namun bahwa rekayasa reproduksi dapat
demikian, dengan adanya keberhasilan digunakan untuk memaksimumkan
produksi ternak kloning pada berbagai potensi genome resource banks dimana
spesies dan laboratorium di berbagai memungkinkan hewan secara individual
negara adalah sangat menarik dalam bereproduksi dan memberikan jaminan
kaitannya dengan produksi ternak bagi terjaganya seks rasio diantara
dengan genotip spesifik seperti yang populasi yang ada. Inseminasi Buatan
diinginkan. misalnya, telah banyak digunakan untuk
Jika efisiensi transfer nukleus program konservasi beberapa spesies
telah dapat ditingkatkan maka kloning hewan seperti cheetah, rusa, panda dan
akan dapat dimanfaatkan untuk gajah asia.
meningkatkan kemajuan genetik yang Penyimpanan informasi atau
jauh lebih besar dibandingkan dengan materi genetik saja tidaklah cukup.
pemuliaan ternak konvensional. Selama Implemantasi dari rekayasa reproduksi
ini dengan metode pemuliaan (Inseminasi Buatan, Transfer embrio,
konvensional diketahui bahwa sebagian IVF dan kloning) adalah sangat penting
besar karakter produksi hewan dan untuk mulai dilakukan untuk
ternak dikontrol oleh sejumlah besar merealisasi pengembangan genome
gen. Dengan teknik kloning resource banks.
memungkinkan melakukan modifikasi
performans dengan menggunakan KESIMPULAN
singgle gen atau beberapa gen terbaik Perkembangan yang sangat pesat
saja seperti misalnya untuk teknologi reproduksi dan hasil riset
memperbaiki karakter pertumbuhan atau kloning hewan dan ternak saat ini akan

J. Ternak Tropika Vol. 6, No. 2; 60-65, 2007 53


mempunyai dampak nyata dan positif Transfer Soc. Nebraska USA, 13 –
pada pengembangan riset-riset ilmu 16 January. 2001.
dasar, kedokteran dan farmasi serta Cibelli JB, Stice SL., Golueke PJ, Kane
bidang produksi ternak. Salah satu JJ, Jerry J., Balackwell C, Ponce de
keuntungan nyata dari teknologi ini Leon FA, Rpbl JM, 1998. Cloned
adalah dapat digunakannya untuk transgenic calves produced from
mengimplementasikan genome resource nonquiescent fetal fibroblast. J. of
banks yang sangat bermanfaat bagi Science 1998; 280 : 1256 – 1258.
upaya pelestarian diversitas genetik Ciptadi, G. Sri Wahjuningsih, N. Isnaini
spesies hewan langka ataupun , M.S. Djati dan Suyadi. 2000.
mempercepat peningkatan kualitas Evaluasi in vitro maturasi dan
genetik ternak unggul. viabilitas oosit post thawing
menggunakan Hoescht 33258
PUSTAKA ACUAN setelah penghilangan krioprotektan.
Jurnal Agritek Vo. 8 Nomer.3 Juli
Anonimous, 2000. Cloning: bringing 2000.
Back Endangered Species. Ciptadi,G. 2005. Pengembangan metode
www.findarticle.com/cf_O/mODE aktivasi oosit rekonstruksi hasil
D/3_21. transfer nukleus intra sitoplasma
Baguisi A, Behboodi E, Melican DT, untuk produksi embrio kloning
Pollock JS, Destrempes MM, kambing. Ringkasan desertasi.
Cammuso C, Williams JL, Nims Program Pascasarjana, Universitas
SD, Porter CA, Midura P, Palacios Brawijaya Malang. 1 – 49.
MJ, Ayres SL, Denniston RS, Ciptadi, G. A. oediono, dan MS. Djati.
Hayes ML, Ziomek CA, Meade 2003. Strategi Kreasi dan
HM, Godke RA, Gavin WG, konservasi bibit kambing lpkal
Overstrom EW, Echelard Y. 1999. unggul melalui produksi embrio
Production of Goats by somatic kloning hasil rekonstitusi dengan
cell nuclear transfer. J. of Nature transfer inti. Laporan Penelitian
Biotechnology 1999; 17:456 – 461. RUT-Menristek, Jakarta. 1- 13.
Choi, Y.H., Shin T. Love, C.C., Varner, Fulka, J. Jr. , Loi P, Ledda S, Moor
D.D., Burghardt , R.C., and K. R.M. and Fulka J. 2001. Nuclear
Hinrichs, K. 2001. Effect of Initial transfer in mammals: how the
Cumulus Morphology and oocyte cytoplasm modifies the
Addition of Cytochalasin B on transferred nucleus. J.
Fusion, Activation and Cleavage of Theriogenology, Vol 55 (6) : 1373
Horse Oocytes Undergoing – 1380.
Nuclear Transfer. Theriogenology. Garry FB., Adams R, McCann JP, Odde
Abstract. Proc. The Animal KG. 1996. Postnatal characteristics
Conference International Embryo of calves produced by nuclear

J. Ternak Tropika Vol. 6, No. 2; 60-65, 2007 54


transfer cloning. J. Theriogenology M, Tanimoto M., Yasue M.,
1996; 45: 141 – 152. Kashima N. 2000. Nuclear
Goto Y, Kaneyama K, Kobayashi S, Transfer in Cattle using colostrum-
Imai K, Shin-Noh M, Tsujino T, derived mammary Gland
Nakano T, Matsuda S, Nakane S. Ephithelial cells and Erat-Derived
1999. Birth of cloned calves Fibroblast cells. J. Theriogenology
derived from cultured oviductal 54(5): 675 – 684.
epithelial cells on a dairy cow Lohuis, MM. 1995. Potentials benefits
(Rapid communication) J. Anim . of bovine embryo manipulation
Sci. 1999; 70: 243 – 245. technologies to genetic
Heyman, Y and Renard , J.P. 1996. improvement programs.
Cloning domestic species. Anim. Theriogenology 43, pp. 51 – 60.
Reprod. Sci. 42 , pp 427 – 436. Martin, B.M, 1994. Tissue Culture
Hill JR., Roussel AJ, Cibelli JB., Techniqies. An Introduction.
Edward JF, Hooper NL, Miller Birkhauser, Boston, Basel, Berlin
MW, Thompson JA, Looney CR, Nour, M.S.M., K. Ikeda and Y.
Westhusin ME, Robls JM Stice SL. Takahashi. 2000. Bovine Nuclear
1999. Clinical and pathologicac Transfer Using Cumulus Cells
featurees of cloned transgenic Derived from Serum-Starved and
calves and fetuse (13 case studies). Confluent Cultures. Journal of
J. Theriogenology 199; 51: 1451 – Reproduction and Developemnt,
1465. Vol. 46 , No. 2, 2000.
Kato Y and Y Tsunoda. 1992. Ongeri, EM., C.L. Bormann, R.E.
Sycchronous division of mouse Butler, D. Melican, W.G. Gavin, Y.
two-cell embryos with nocodazole Echelard, R.L. Krisher and E.
in vitro. J. Repeod, Fert. (1992) 95 Betboodi. 2001. Development of
: 39 – 43. goat embryos after in vitro
Keefer , C.L., H. Baldasarre, R. Kayston fertilization and parthenogenetic
., B. Wang, B. Bathia, AS. activation by different method. J.
Bilodeau, J.F. Zhou, M. Leduc , Theriogenology Vo. 55 (9): 1933 –
B.R., Downwy, A. Lazaris and 1945.
C.N. Karatzas. 2001. Generation of Prather, R.S. Barner, F.L. Sims, M.L.
Dwarf Goat (Capra hircus) Clones Robl, J.M., Eyestone, W.H., and
Following Nuclear Transfer with First, N.L. 1987. Nuclear
Transfected and NonTransfected Transplantation in the bovine
Fetal Fibroblast and In Vitro- embryo: assesment of donor nuclei
Matured Oocutes. J. of Biology of and recipient oocyte. Biology
Reproduction 64, 849 – 856. Reproduction, 37, 859 – 866.
Kishi M., Itagaki Y, Takakura R., Prather , R.S., Kuhholzer, B., Lai, L.,
Imamura M., Sudo, T. Yoshinari and Park, K.W. 2000. Changes in

J. Ternak Tropika Vol. 6, No. 2; 60-65, 2007 55


the Structure of Nuclei after Smith, C. 1989. Cloning and genetic
Transfer to Oocytes. Cloning improvement of beef cattle. Anim.
Volume 2 Number 3, 2000. Mary Prod. 49, pp. 163 – 169.
Ann Liebert , Inc. Tanaka, H. 2001. Reproductive Biology
Reggio, B. 2002. Production of and Biotechnology. JICA, Japan
Trangenic Goat by Somatic cell International Cooperation Agency,
nuclear transfer. Disertation. LSU Indonesia (2001).
Univ. USA. Westhusin , M.E., C.R. Long, T. Shin,
Renard, J.P., Qi Zhou, D. LeBourhis, P. J.R. Hill, C.R. Looney, J.H. Pryor
Chavate-Palmer, L. Hue, Y and J.A. Piedrahita. 2001. Cloning
Heyman and X. Vignon. 2002. to reproduce desired genotypes. J.
Nuclear transfer technologies: Theriogenology, Vo. 55 (1): 35 –
berween succcesses and doubts. J. 49.
Theriogenology Vol 57 (1): 203 – Willadsen , S.M. and Polge,C. 1981.
222. Attempts to produce monozygotic
Russo, R. 2002. Tecnological quadruplets in cattle by blastomere
Intervention: A Strategy for separation. Vet.Rec. 108. pp, 211-
Endangered Species, Texas A &M 213.
University Undergraduate Journal Yazawa,S., Y Aoyagi, M. Konishi, T.
Science, Vol 3, Issue No.1. Fall Takedomi. 1997. Characterization
2001/Spring 2002. and cytogenetic analysis of
Shiga, K., Fujita T, Hirose K, Sasae Y Japanese Black Calves produced by
and Nagai T. 1999. Production of nuclear transfer. J. Theriogenology
Calves by Transfer of Nuclei From 48: 641 – 650.
Cultured Somatic Cells Obtained Yoshizawa, M., Konno H, Zhu S,
From Japanese Black Bull. J. Kageyama S, Fukui E., Muramatsu
Theriogenology 52: 527 – 535, S, Kim S and Araki Y. 1999.
1999.Renard, J.P., Qi Zhou, D. Chromosomal Diagnosis in Each
LeBourhis, P. Chavate-Palmer, L. Individual Blastomere of 5 – 10
Hue, Y Heyman and X. Vignon. cell Bovine Embryo derived from
2002. Nuclear transfer In vitro Fertilization. J.
technologies: berween succcesses Theriogenology 51 : 1239 – 1250.
and doubts. J. Theriogenology Vol Yu, Y.S., X.S Sun. H. N. Jiang, Y. Han,
57 (1): 203 – 222. C.B. Zhao and J.H. Tan. 2003.
Shi. W., V. Zakhartchenko and E. Wolf. Studies of the cell cycles of in vitro
2003. Epigenetic reprogramming cultured skin fibrloblast in goat:
in mammalian nuclear transfer. Work in progress. J.
Differentiation (2003 71: 91 – 113. Theriogenology, Volume 59, Issues
5-6, March 2003 Pages 1277 –
1289.

J. Ternak Tropika Vol. 6, No. 2; 60-65, 2007 56


J. Ternak Tropika Vol. 6, No. 2; 60-65, 2007 57

Anda mungkin juga menyukai