Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan

upaya kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh

Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan atau Masyarakat. Upaya kesehatan sendiri merupakan setiap

kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi

timbulnya masalah kesehatan (Menkes RI, 2014).

Provinsi Sumatera Barat mempunyai masalah gigi dan mulut sebesar 22,2 %. Diantaranya

sebesar 35,3 % yang menerima perawatan dan pengobatan dari tenaga medis gigi dan secara

keseluruhan kemampuan untuk mendapatkan pelayanan dari tenaga medis gigi sebesar 7,8 %

(EMD). Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan tubuh secara

keseluruhan, sehingga pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut penting dilakukan. Gigi dan mulut

dapat dikatakan sehat apabila jaringan keras dan jaringan lunak gigi serta unsur-unsur yang

berhubungan dalam rongga mulut, memungkinkan individu makan, berbicara dan berinteraksi sosial

tanpa disfungsi, gangguan estetik, penyimpangan oklusi dan kehilangan gigi sehingga mampu hidup

produktif secara sosial dan ekonomi. Kesehatan gigi dan mulut dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor seperti genetika, gaya hidup, lingkungan, dan status sosial ekonomi perubahan tingkat

ekonomi dan pola hidup menjadi beberapa penyebab kurangnya kesadaran masyarakat akan

kesehatan gigi dan mulut juga menjadi salah satu penyebab karies (Ali et al., 2015)

Karies gigi adalah penyakit multifaktorial pada jaringan keras sehingga dapat terjadi bila

ada faktor yang saling berhubungan satu dengan yang lain faktor-faktor penyebab karies meliputi

mikroorganisme, gigi (host), makanan dan waktu (Ramayanti, 2013). Karies gigi yang tidak dirawat
lambat laun akan mencapai bagian pulpa dan mengakibatkan peradangan pulpa atau pulpitis.

Berdasarkan data SP2TP di puskesmas menunjukkan data penyakit tertinggi adalah penyakit pulpa

dan jaringan periapikal (Kiswaluyo et al., 2015)

Pulpitis adalah suatu peradangan yang bisa sembuh kembali atau terus berlanjut. Ada dua

jenis pulpitis yaitu pulpitis reversibel dan pulpitis ireversibel. Pulpitis reversibel adalah kondisi

peradangan pulpa ringan sampai sedang yang disebabkan oleh rangsangan, jika rangsangan tersebut

dihilangkan maka rasa nyeri akan hilang. Pulpitis ireversibel adalah peradangan pulpa yang berat

dan merupakan perkembangan dari pulpitis reversibel yang tidak mendapat perawatan Pulpitis dapat

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam yaitu faktor yang

disebabkan oleh gigi itu sendiri meliputi karies, mekanis dan kimiawi. Faktor luar adalah faktor

yang disebabkan di luar dari gigi tersebut meliputi ras, usia, jenis kelamin sosial ekonomi, tingkat

pendidikan, jarak ke pelayanan kesehatan, kebiasaan, perilaku dan asupan nutrisi. Jika pulpitis tidak

mendapat penanganan pulpitis akan menjadi penyakit yang lebih parah seperti nekrosis pulpa dan

abses (Yoga et al., 2018)

Dental Public Health (DPH) merupakan suau program yang dikurikulum oleh bagian

akademik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah yang diwajibkan kepada mahasiswa

yang merupakan bagian kegiatan Kepaniteraan Klinik. Program ini dilaksanakan di Dinas

Kesehatan dan Puskesmas selama waktu yang ditentukan. Dengan adanya instalasi kesehatan seperti

puskesmas sangatlah membantu menjaga kesehatan masyarakat, tetapi sejalan ddengan puskesmas

harus mampu mengelola alat kesehatan, obat-obatan dengan baik.

Dalam UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyebutkan bahwa sehat adalah keadaan

sejahtera dari badan, jiwa yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

ekonomis yang memiliki arti sehat bukan hanya sehat jasmani tetapi juga rohani.

Puskesmas merupakan unit pelaksanaan teknis dinas kesebatan kabupaten/kota, sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Puskesmas dipimpin oleh seorang Kepala


Puskesmas. Kepala Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan seorang Tenaga

Kesehatan dengan kriteria sebagai berikut tingkat pendidikan paling rendah sarjana dan merniliki

kompetensi manajemen kesehatan masyarakat masa kerja di Puskesmas minimal 2 tahun dan telah

mengikuti pelatihan manajemen Puskesmas.

Kepala Puskesmas bertanggung jawab atas seluruh kegiatan di Puskesmas. Dalam

melaksanakan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Kepala Puskesmas

merencanakan dan mengusulkan kebutuhan surnber daya Puskesmas kepada dinas kesehatan

kabupaten/kota. Dalam hal di Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil tidak tersedia

seorang tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, maka Kepala Puskesmas

merupakan tenaga kesehatan dengan tingkat pendidikan paling rendah diploma tiga (PERMENKES

RI, 2014).

1.2. Tujuan DPH (Dental Public Health)

Tujuan dari program DPH (Dental Public Health) :

a. Agar mahasiswa mengetahui program-program yang dijalankan di Dinas Kesehatan.

b. Agar mahasiswa mengetahui manajemen Puskesmas.

c. Agar mahasiswa mengetahui masalah yang terjadi di Puskesmas khususnya masalah di

Balai Pengobatan Gigi dan memberikan saran untuk memecahkan masalah tersebut.

d. Agar mahasiswa lihai bersosialisasi nantinya ketika masuk ke dunia pekerjaan dan

sosialisasi ke lapangan.

1.3. Manfaat DPH (Dental Public Health)

a. Mahasiswa bisa lebih tangkas berbicara dan bekerja dengan adanya pasien langsung.

b. Memacu kelihaian mahasiswa dalam bersosialisas

c. Mengetahui tentang manajemen dan ikut serta dalam melakukan pengamatan pada

puskesmas

d. Mengamati proses pelaksanaan suatu kegiatan yang dilaksanakan di Puskesmas Ikur Koto.
e. Menambah wawasan dan pemahaman ilmu kedokteran gigi yang telah diperoleh dan

membandingkan dengan praktek di lapangan.

Anda mungkin juga menyukai