https://journal.uny.ac.id/index.php/geomedia/index
e-mail: geomedia@uny.ac.id
Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Gempa Bumi di Kecamatan Gumbasa Kabupaten Sigi
setempat dalam menghadapi bencana gempa geografis Desa Omu berada pada posisi 1190 56’
bumi yang terjadi di Kecamatan Gumbasa 00” – 1200 4’ 00” BT dan 10 14’ 30” – 10 25’ 00” LS.
Kabupaten Sigi. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan
pertimbangan sebagai berikut:
Metode 1. Wilayah Kecamatan Gumbasa merupakan
Jenis Penelitian kecamatan yang lebih sering terjadi gempa
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif bumi dibandingkan dengan kecamatan lainnya,
dengan metode survei. Dalam metode ini yaitu sebanyak 58 kali selama tahun 2000 -
informasi dikumpulkan dari responden dengan 2016;
menggunakan kuesioner. Pada umumnya 2. Pada saat terjadi gempa Sigi tahun 2012,
pengertian survei dibatasi pada penelitian yang Kecamatan Gumbasa merupakan satu dari tiga
datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi kecamatan yang terkena dampak dari gempa
untuk mewakili seluruh populasi. Dengan tersebut;
demikian penelitian survei adalah “penelitian yang 3. Pada saat terjadi gempa PADAGIMO tahun
mengambil sampel dari satu populasi dan 2018, wilayah Kecamatan Gumbasa merupakan
menggunakan kuisioner sebagai alat satu dari beberapa daerah yang juga
pengumpulan data yang pokok” (Singarimbun terdampak dari gempa tersebut khusunya di
dan Effendi, 1989) Desa Omu banyak rumah yang mengalami
kerusakan.
Lokasi penelitian Berikut sajian peta wilayah administrasi Desa
Lokasi penelitian adalah Desa Omu Omu Kecamatan Gumbasa (Gambar 2).
Kecamatan Gumbasa Kabupaten Sigi. Secara
Dimana:
P = persentase
f = frekuensi
n = jumlah sampel
tanggap darurat berupa kewaspadaan keluarga saat terjadi bencana dari hari pertama sampai hari
terhadap kemungkinan bencana, tindakan yang ketiga sebelum bantuan datang.
dilakukan untuk menyelamatkan diri dan tempat Berdasarkan hasil wawancara pada 46 KK
menyelamatkan diri. Hasil penelitian diuraikan yang dilakukan di Desa Omu Kecamatan Gumbasa
berdasarkan tiap item pertanyaan sebagai berikut mengenai rencana tanggap darurat masyarakat
sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 4. terhadap bencana diperoleh hasil kesimpulan
bahwa sebelum bencana kewaspadaan keluarga
terhadap kemungkinan terjadinya bencana berada
pada persentase 70% dan sesudah bencana
meningkat menjadi 85% berada pada indeks 71-
100% kategori siap. Kemudian tindakan yang
dilakukan oleh keluarga untuk menyelamatkan diri
dari bencana gempa sebelum bencana mencapai
57% dan sesudah bencana mencapai 61%
persentasi tersebut berada pada indeks 31-70%
kategori kurang siap. Dan tempat menyelamatkan
diri keluarga apabila terjadi bencana gempa bumi
Gambar 4. Rencana tanggap darurat sebelum bencana mencapai 87% dan sesudah
bencana mengalami peningkatan menjadi 98%,
Berdasarkan Gambar 4 rencana tanggap yang berada pada indeks 71-100% kategori siap.
darurat bahwa sebelum bencana kewaspadaan
keluarga terhadap kemungkinan terjadinya Peringatan Dini
bencana berada pada nilai persentase 70% Parameter peringatan bencana yang meliputi
dengan indeks 31-70% kategori kurang siap dan tanda peringatan dan distribusi informasi akan
sesudah bencana berada pada persentase 80% terjadinya bencana. Peringatan dini bertujuan
dengan indeks 71-100% kategori siap. Kemudian untuk mengurangi korban jiwa, karena itu
tindakan yang dilakukan oleh keluaga untuk pengetahuan tentang tanda/bunyi peringatan,
menyelamatkan diri dari bencana, sebelum pembatalan dan kondisi aman dari bencana
bencana persentase 57% dan sesudah bencana sangat diperlukan. Penyiapan peralatan dan
persentase 61% berada pada indeks 31-70% perlengkapan untuk mengetahui peringatan
kategori kurang siap, dan tempat menyelamatkan sangat diperlukan, demikian juga dengan latihan
diri keluarga apabila terjadi bencana gempa bumi dan simulasi apa yang harus dilakukan apabila
sebelum bencana berada pada persentase 87% mendengar peringatan, ke mana dan bagaimana
dan sesudah bencana persentase 98% berada harus menyelamatkan diri dalam waktu tertentu
pada indeks 71-100 kategori sangat siap. Dengan sesuai dengan lokasi di mana masyarakat sedang
demikian dapat disimpulkan bahwa kesiapsiagaan berada saat terjadi bencana. Hasil yang diperoleh
masyarakat Desa Omu dilihat dari aspek rencana ditunjukkan pada Gambar 5.
tanggap darurat masyarakat lebih siap dalam
menghadapi bencana gempa bumi dibandingkan
dengan sebelum bencana.
Rencana tanggap darurat terkait dengan
evakuasi, pertolongan dan penyelamatan agar
korban bencana dapat diminimalkan. Berbagai
tindakan tanggap darurat sangat penting untuk
meminimalkan jatuhnya korban, terutama pada
Keterkaitan Tema Penelitian dengan Bidang gempa bumi untuk kemudian dijadikan sebagai
Pendidikan Geografi bekal dalam menghadapi kemungkinan terjadi
Pendidikan merupakan hal yang sangat bencana gempa bumi di Indonesia khususnya di
penting untuk kemajuan suata bangsa. Dengan wilayah Provinsi Sulawesi Tengah.
adanya lembaga pendidikan generasi muda dapat
bersekolah dan melaksanakan proses Simpulan
pembelajaran, juga dengan adanya pendidikan Berdasarkan hasil dari keempat parameter
kesiapsiagaan dapat diketahui bahwa terdapat
para generasi muda dapat mempelajari hal hal
variasi tingkat kesiapsiagaan masyarakat. Dari
yang belum diketahui menjadi diketahui, selain itu
aspek pengetahuan masyarakat berada pada
generasi muda dapat mempunyai bekal untuk kategori siap baik sebelum maupun sesudah
menghadapi tantangan dan perkembangan bencana. Dari aspek rencana tanggap darurat
zaman di masa yang akan datang. berada pada kategori kurang siap namun pada
Indonesia merupakan negara yang rentan saat sesudah bencana masyarakat telah siap. Dari
terhadapa bencana alam salah satunya yaitu aspek peringatan dini baik sebelum bencana
maupun sesudah bencana gempa bumi
gempa bumi. Sulawesi tengah merupakan salah
masyarakat termasuk dalam kategori tidak siap
satu daerah yang masuk dalam daerah rawan
dikarenakan kurangnya pemberitahuan yang
bencana gempa bumi karena dilalui oleh jalur diterima masyarakat tentang waktu terjadinya
sesar aktif (Palu Koro), untuk itu diperlukan adanya bencana gempa bumi dari pemerintah setempat,
rancangan kurikulum pendidikan yang di namun jika ada peringatan tentang kemungkinan
dalamnya termuat materi pembelajaran geografi terjadinya bencana gempa bumi masyarakat
tentang kesiapsiagaan dalam menghadapi sudah siap untuk melakukan tindakan-tindakan
yang dilakukan untuk menghadapi bencana
bencana gempa bumi. Hal ini perlu dilakukan agar
gempa bumi. Dari aspek mobilisasi sumber daya
siswa-siswi dapat mempelajari apa saja yang perlu masyarakat masih kurang mengikuti
dilakukan dan dipersiapkan untuk menghadapi sosialisasi/pertemuan mengenai kewaspadaan
bencana gempa bumi agar dampak yang terhadap bencana gempa bumi, sedangkan dari
ditimbulkan dapat terminimalisir, penerapan segi penyiapan cadangan makanan dan pakaian
materi tersebut diharapkan dapat diterapkan masyarakat Desa Omu sebelum bencana tidak siap
namun setelah bencana siap menyediakan
sedini mungkin mulai dari tingkat sekolah dasar
cadangan makanan dan pakaian untuk
(SD) yang termuat dalam materi IPS terpadu,
menghadapi kemungkinan terjadinya bencana
sampai di tingkat sekolah menengah atas (SMA) gempa bumi. Untuk penyimpanan
yang termuat dalam materi geografi. Dalam investasi/tabungan masyarakat Desa Omu
perkembanganya saat ini dalam dunia Pendidikan Kecamatan Gumbasa baik sebelum maupun
telah diterapkan satuan kurikulum K13 di jenjang sesudah bencana telah menyiapkan untuk
SMP dan SMA sederajat dan ada juga masih kemungkinan terjadinya bencana gempa bumi.
Gempa yang terjadi di Sulawesi tengah
menggunakan kurikulum satuan pendidikan
tanggal 28 september 2018 yang disebut dengan
(KTSP).
nama gempa PADAGIMO karena mencakup
Muatan materi tentang kesiapsiagaan wilayah Palu, Sigi, Donggala dan Parigi Moutong
dalam menghadapi bencana gempa bumi ini yang juga berdampak di wilayah penelitian yaitu
diterapkan dalam kurikulum agar kedepan siswa- Desa Omu Kecamatan Gumbasa Kabupaten Sigi
siswi dapat mengetahui tindakan apa yang perlu ,menimbulkan korban jiwa dan juga kerugian
dilakukan apabila terjadi gempa bumi, sehingga seperti rusaknya rumah, fasilitas sosial, dan jalan.
Luka-luka sebanyak 113 jiwa, meninggal 8 orang,
untuk kedepannya generasi muda mempunyai
dan hilang 2 orang, rumah rusak sebanyak 443
pengetahuan tentang bencana alam khususnya rumah (rusak sedang, ringan, berat), dan fasilitas
gempa bumi dan mengetahui bagaimana sosial yang mengalami kerusakan sebanyak 11
kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana yaitu tempat ibadah, sekolah, dan kantor desa.