Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK PROFESI NERS

HIPERTENSI PADA LANSIA

Oleh:
ZALFA ZHAFIRAH
210510007

Pembimbing Materi Pembimbing Lapangan

( ) ( )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANTEN


TANGERANG SELATAN
2021
Konsep Dasar Hipertensi
1. Pengertian

Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg
atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita
penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal dan
pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya (NANDA,2015).
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
a. Hipertensi primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang
mempengaruhinya yaitu :genetik, lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis sistem
renin. Angiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor yang
meningkatkan resiko : obesitas, merokok, alkohol dan polisitemia.
b. Hipertensi sekunder
Penyebabnya yaitu penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom chusing dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Menurut NANDA 2015, Hipertensi pada usia lanjut dibedakan menjadi :
a) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau
tekanan diastolik sama atau lebi besar dari 90 mmHg
b) Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg
dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Penyebab hipertensi ada pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahanperubahan
pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
f. Tanda dan gejala di atas dipengaruhi oleh perkalian antara Cardiac Output (CO) dengan
tahanan perifer yang menyebabkan tekanan darah meningkat. Klasifikasi Hipertensi
menurut WHO
Kategori Sistole mmHg) Diastole (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Tingkat 1 (hipertensi 140-159 90-99
ringan)
Sub Grup : perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (hipertensi 160-179 100-109
sedang)
Tingkat 3 (hipertensi ≥180 ≥110
tinggi)
Hipertensi systole terisolasi ≥140 <90
Sub Grup : perbatasan 140-149 <90

Klasifikasi Hipertensi Hasil Kosensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia


Kategori Sistole(mmHg) Dan/atau Diastole(mmHg)
Normal <120 Dan <80
Pre Hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi tahap 2 ≥160 Atau ≥100
Hipertensi sistol ≥140 Dan <90
terisolasi
Pathway Hipertensi
2. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :

a. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal
ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri
tidak terukur
b. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis Beberapa pasien
yang menderita hipertensi yaitu :

1) Mengeluh sakit kepala, pusing

2) Lemas, kelelahan

3) Sesak nafas

4) Gelisah

5) Mual

6) Muntah

7) Epistaksis

8) Kesadaran menurun

3. Pemeriksaan diagnostic

a. Pemeriksaan laboratorium
1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti
hipokoagulabilitas dan anemia

2) BUN/kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal

3) Glukosa : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan


oleh pengeluaran kadar ketokolamin
4) Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada
DM

5) CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati

6) EKG : dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian


gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
7) IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : batu ginjal,
perbaikan ginjal
8) Photo dada : menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran
jantung
4. Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan medis atau penanganan yang tepat bagi penderita hipertensi sebagai
berikut:

a. Terapi
Terapi Non Farmakologis
Pencegahan dan manajemen hipertensi lebih utama ditekankan pada
perubahan gaya hidup dan pengaturan diet.

1) Diet
Diet untuk hipertensi membatasi konsumsi garam, makanan asin, meningkatkan
konsumsi sayuran dan buah sebagai sumber utama kalium. Diet yang banyak
mengonsumsi buah-buahan, sayuran, dan rendah lemak serta rendah lemak jenuh
(diet DASH) dapat menurunkan tekanan darah. Selain itu, terapi tambahan yang
perlu dilakukan untuk mencegah atau mengurangi hipertensi, yaitu:
(a) Kurangi berat badan jika berlebih

b. Batasi asupan alkohol, etanol tidak lebih dari 1 oz (30 ml), bir (missal 24 oz (720
ml), anggur 10 oz (300 ml) atau wiski 2 oz (60 ml) tiap hari atau 0,5 oz
(15 ml) etanol tiap hari untuk wanita dan orang dengan berat badan yang lebih
ringan
(c) Tingkatkan aktivitas fisik aerobic (30-45 menit hampir tiap hari dalam satu
minggu)
(d) Kurangi asupan natrium tidak lebih dari 100 mmol/hari (2,4 gram natrium atau
6 gram natrium klorida)
(e) Pertahankan asupan kalium yang adekuat dalam diet (kira-kira 90 mmol/hari)
(f) Pertahankan intake kalsium dan magnesium yang adekuat dalam diet untuk
kesehatan secara umum
(g) Berhenti merokok dan kurangi asupan lemak jenuh dalam diet dan kolesterol
untuk kesehatan kardiovaskuler secara keseluruhan
Berikut merupakan beberapa contoh makanan yang diperbolehkan dan dihindarkan
untuk dikonsumsi diantaranya:
Sumber Bahan Makanan yang Makanan yang Harus

Makanan Diperbolehkan Dihindarkan

Protein nabati Tahu, tempe, kacang Keju, kacang tanah,


hijau, kacang kedelai, kacang asin, tauco,
kacang tolo, kacang tahu asin
tanah, kacang kapri, dan
kacang lain yang segar

Lemak Santan encer, minyak Salad dressing,


mentega tanpa garam mentega
margarine,
lemak
hewan
Sayuran Semua sayuran segar Sayuran yang
diawetkan: sawi asin,
acar, asinan, sayuran
dalam
kaleng

Buah-buahan Semua buah-buahan Buah yang


segar diawetkan
menggunakan zat
pengawet: buah
kering, buah kaleng

Bumbu Semua bumbu dapur Garam dapur, MSG,


kecap, saus tomat
botol, saus cabai,
pengempuk daging,
maggi, terasi, soda
kue, petis, saus tiram

Minuman Teh, kopi encer Cokelat, cafein,


alcohol

b. Olahraga

Selain mengatur pola makan atau diet, dianjurkan pula untuk olah raga secara
teratur dan mengontrol tekanan darah, dan juga berhenti merokok untuk
mencegah kemungkinan komplikasi.
c. Terapi Obat

Tujuan pengobatan adalah memperkecil kerusakan organ target akibat tekanan


darah dan menghindari pengaruh buruk akibat pengobatan. Untuk yang menjalani
terapi obat ini juga memiliki criteria tertentu, yakni: menunjukkan adanya
kerusakan organ target atau penyakit kardiovaskuler klinis.

Jenis anti hipertensi tersebut yaitu:


d. Diuretik
Menurunkan tekanan darah pada awalnya dengan cara menurunkan volume
plasma (dengan menekan reabsorpsi natrium oleh tubulus ginjal sehingga
meningkatkan ekskresi natrium dan air) dan curah jantung, tetapi selama terapi
kronis pengaruh hemodinamik yang utama adalah mengurangi resistensi
vaskuler perifer. Contoh obat pada golongan ini adalah hidroklortiazid,
klortalidon, metolazon, furosemid, dsb.

e. Agen Penghambat Beta Adrenergik

Obat ini efektif karena menurunkan denyut jantung dan curah jantung, kemudian
juga menurunkan pelepasan rennin dan lebih manjur pada populasi dengan
aktivitas rennin plasma yang meningkat seperti orang kulit putih yang berusia
lebih muda. Efek sampingnya antara lain: mencetuskan atau memperburuk gagal
ventrikel kiri, kongesti nasal, dapat terjadi kelemahan, letargi, impotensi, dsb.
Beberapa obat dalam golongan ini adalah: acebutolol, atenolol, betaksolol,
labetalol, dll.

f. Penghambat ACE (Angiotensin Converting Enzyme)

Banyak digunakan sebagai pengobatan awal hipertensi ringan hingga sedang.


Aksi kerja utamanya dengan menghambat system rennin-angiotensin-
aldosteron, tetapi juga menghambat degradasi bradikinin, menstimulasi sintesis
prostaglandin dan kadang mengurangi aktivitas sistem saraf simpatis.
Keuntungan ACE adalah relative bebas dari efek samping yang menggangu.
Contoh obat golongan ini yaitu:
benazepril, kaptopril, enalpril, fosinopril, lisinopril, dll.

g. Agen Penghambat Reseptor Angiotensin II

Jenis ini sebaiknya hanya digunakan terutama pada pasien yang mengalami batuk
jika menggunaan penghambat ACE. Contoh obat pada golongan ini adalah:
eprosartan, irbesartan, losartan, valsartan, dll.

h. Agen Penghambat saluran Kalsium


Obat ini beraksi dengan cara menyebabkan vasodilatasi perifer, yang berkaitan
dengan refleks takikardi yang kurang begitu nyata dan retensi cairan daripada
vasodilator yang lain. Efek samping yang paling biasa yakni nyeri kepala, edema
perifer, bradikardi dan konstipasi, dsb. obat yang tergolong dalam golongan ini
diantaranya: amlodipin, isradipin, nikardipin, nifedipin, dll.
i. Antagonis Adrenoseptor Alfa

Parazosin, terazosin dan doksazosin memblok reseptor alfa pasca sinaptik,


membuat rileks otot polos dan menurunkan tekanan darah dengan menurunkan
resistensi vaskuler perifer. Efek samping utama adalah hipertensi yang nyata dan
sinkop setelah dosis pertama, yang oleh sebab itu sebaiknya diberikan dosis kecil
dan diberikan pada saat akan tidur.

j. Obat-obat dengan Aksi Simpatolitik Sentral

Metildopa, klonidin, gunabenz, dan guanfacine menurunkan tekanan darah


dengan cara menstimulasi reseptor alfa adrenergic pada sistem saraf pusat,
sehingga mengurangi aliran keluar simpatetik perifer eferen. Hal yang perlu
diperhatikan yaitu hipertensi kembali terjadi setelah penghentian pemberian obat
dan beberapa efek samping lainnya.

k. Dilator Arteriolar

Hidralazin dan minoksidil menyebabkan rileks otot polos vaskuler dan


menyebabkan vasodilatasi perifer. Hidralazin menyebabkan gangguan
gastrointestinal dan dapat menginduksi sindroma menyerupai lupus. Minoksidil
menyebabkan hirsutisme dan retensi cairan yang nyata; agen ini diberikan pada
pasien yang refrakter.

l. Penghambat Simpatetik Perifer

Reserpin merupakan agen hipertensi yang hemat biaya. Oleh karena efek samping
obat ini yang dapat menginduksi depresi mental dan efek samping lainnya seperti
sedasi, hidung tersumbat, gangguan tidur, dan ulkus peptikum, menyebabkan obat
ini tidak popular digunakan, meskipun masalah ini tidak biasa terjadi pada dosis
yang rendah.

Konsep Asuhan Keperawatan Pada Penderita Hipertensi

1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam peruses keperawatan. Untuk
itu, di perlukan kecermatan dan ketelitian dalam menangani masalah klien sehingga
dapat memberi arah terhadap tindakan keperawatan.

a. Anamnesis.
Anamnesis di lakukan untuk mengetahui:
1) Identitas meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang di
gunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah,
nomor register, tanggal masuk rumah sakit, dan giagnosis medis. 2) Aktifitas/
istirahat

Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton


Tanda : Frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea 3)
Sirkulasi

Gejala : Riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner aterosklerosis. Tanda :


Kenaikan tekanan darah, tachycardi, disrythmia, denyutan nadi jelas, bunyi jantung
murmur, distensi vena jugularis 4) Integritas Ego

Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah,


faktor stress multiple (hubungan, keuangan, pekerjaan)
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian,
tangisan yang meledak, otot muka tegang (khususnya sekitar mata), peningkatan
pola bicara 5) Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat
penyakit ginjal ), obstruksi.
6) Makanan/ cairan
Gejala : Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol),
mual, muntah, perubahan berat badan (naik/ turun), riwayat penggunaan
diuretic.
Tanda : Berat badan normal atau obesitas, adanya oedem.
7) Neurosensori

Gejala : Keluhan pusing berdenyut, sakit kepala sub oksipital, gangguan


penglihatan.
Tanda : Status mental: orientasi, isi bicara, proses berpikir,memori, perubahan
retina optik. Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan. 8) Nyeri/
ketidaknyamanan

Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, nyeri abdomen/ masssa.

9) Pernafasan

Gejala : Dyspnea yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja, tacyhpnea, batuk


dengan/ tanpa sputum, riwayat merokok.
Tanda : Bunyi nafas tambahan, cyanosis, distress respirasi/ penggunaan alat
bantu pernafasan.

10) Keamanan

Gejala : Gangguan koordinasi, cara brejalan.

b. Pemeriksaan Diagnostik
1) Hb: untuk mengkaji anemia, jumlah sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas).

2) BUN: memberi informasi tentang fungsi ginjal.

3) Glukosa: mengkaji hiperglikemi yang dapat diakibatkan oleh peningkatan


kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
4) Kalsium serum

5) Kalium serum

6) Kolesterol dan trygliserid

7) Urin analisa

8) Foto dada

9) CT Scan

10) EKG

2. Kemungkinan Diagosa Keperawatan

a. Nyeri akut (sakit kepala dan tengkuk leher) b.d peningkatan tekanan vaskuler
serebral. (D.0077)

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan


antara suplai dan kebutuhan O2. (D.0056)
c. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan
kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber
informasi. (D.0111)
d. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi
pembuluh darah. (D.0008)

3. Intervensi

a Nyeri akut (sakit kepala dan tengkuk leher) b.d peningkatan tekanan vaskuler
serebral. (D.0077)
Tujuan :
Tingkat nyeri (L.08066)
1. Kemampuan menuntaskan aktivitas
2. Keluhan nyeri menurun
3. Gelisah menurun
4. Kesulitan tidur menurun
5. Frekuensi nadi membaik
6. Pola napas membaik
7. Tekanan darah membaik
8. Proses berpikir membaik
9. Focus membaik
10. Nafsu makan membaik
11. Pola tidur membaik

Manajemen Nyeri (I.08238)


Observasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
4. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
5. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
6. dentifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
7. Monitor keberhasilan terapi komplamenteryang sudah diberikan
8. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (kompres
hangat)
2. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan je is dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara tepat
4. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
b Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum, ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan O2. (D.0056)

Tujuan :
Toleransi Aktifitas (L.05047)
1. Frekuensi nadi meningkat
2. Saturasi oksigen meningkat
3. Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehri-hari meningkat
4. Kecepatan berjalan meningkat
5. Kekuatan tubuh bagian bawah meningkat
6. Toleransi dalam menaiki tangga meningkat
7. Keluhan lelah menurun
8. Dispnea saat aktivitas menurun
9. Dispnea setelah aktivitas menurun
10. Aritmia saat aktifitas menurun
11. Aritmia setelah aktifitas menurun
12. Tekanan darah membaik
13. Frekuensi nafas membaik
14. EKG iskemia membaik
Manajemen Energi (I.05178)
Observasi
1. Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
3. Monitor pola dan jam tidur
4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
2. Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
3. Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
4. Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan

c Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan


kurangnya informasi mengenai penyakitnya. (D.0111)
Tujuan :
Tingkat pengetahuan (L.12111)
1. Perilaku sesuai anjuran meningkat
2. Verbalisasi minat dalam belajar meningkat
3. Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topic meningkat
4. Kemampuan menggambarkan pengalaman sebelumnya yang sesuai dengan
topik meningkat
5. Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat
6. Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun
7. Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun
8. Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat menurun

Edukasi pengukuran tekanan darah (I.12418)

Observasi

1. Identifikasi kemampuan dan waktu yang tepat menerima informasi


2. Terapeutik
3. Persiapkan materi dan media Pendidikan Kesehatan
4. Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan
5. Berikan kesempatan untuk bertanya
6. Dokumentasikan ukuran tekanan darah yang didapat

Edukasi

1. Anjurkan beristirahat minimal 5 menit sebelum mengukur tekanan darah


2. Anjurkan tidak merokok atau minum kafein setidaknya 30 menit
3. Ajarkan memilih posisi pengukuran (mis. Berbaring atau duduk)
4. Ajarkan memasang manset dilengan atas
5. Ajarkan mengembangkan manset
6. Ajarkan mengempiskan manset (tidak lebih cepat dari 2 sampai 3
mmHg/detik)
7. Ajarkan cara menentukan tekanan darah sistolik dan diastolic
8. Informasikan hasil pengukuran tekanan darah
9. Jelaskan efek buruk penyalahgunaan zat pada sikap dan perilaku
10. Ajarkan cara menghindari penyalahgunaan zat
11. Anjurkan mengulang kembali informasi edukasi tentang penyalahgunaan zat.

e. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi


pembuluh darah. (D.0008)
Tujuan :
Curah Jantung (L.02008)
1. Kekuatan nadi perifer meningkat
2. Ejection fraction (EF)
3. Palpitasi menurun
4. Bradikardi menurun
5. Takikardi menurun
6. Gambaran EKG aritmia menurun
7. Lelah menurun
8. Edema menurun
9. Distensi vena jugularis menurun
10. Dispnea menurun
11. Oliguria menurun
12. Ortopnea menurun
13. Tekanan darah membaik

Perawatan Jantung (I.02075)


Observasi
1. Identifikasi tanda/gejala primer Penurunan curah jantung (meliputi dispenea,
kelelahan, adema ortopnea paroxysmal nocturnal dyspenea, peningkatan CPV)
2. Identifikasi tanda /gejala sekunder penurunan curah jantung (meliputi
peningkatan berat badan, hepatomegali ditensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi
basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
3. Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah ortostatik, jika perlu)
4. Monitor intake dan output cairan
5. Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama
6. Monitor saturasi oksigen
7. Monitor keluhan nyeri dada (mis. Intensitas, lokasi, radiasi, durasi, presivitasi
yang mengurangi nyeri)
8. Monitor EKG 12 sadapoan
9. Monitor aritmia (kelainan irama dan frekwensi)
10. Monitor nilai laboratorium jantung (mis. Elektrolit, enzim jantung, BNP,
Ntpro-BNP)
11. Monitor fungsi alat pacu jantung
12. Periksa tekanan darah dan frekwensi nadisebelum dan sesudah aktifitas
13. Periksa tekanan darah dan frekwensi nadi sebelum pemberian obat (mis.
Betablocker, ACEinhibitor, calcium channel blocker, digoksin)
Terapeutik
1. Posisikan pasien semi-fowler atau fowler dengan kaki kebawah atau posisi
nyaman
2. Berikan diet jantung yang sesuai (mis. Batasi asupan kafein, natrium, kolestrol,
dan makanan tinggi lemak)
3. Gunakan stocking elastis atau pneumatik intermiten, sesuai indikasi
4. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi hidup sehat
5. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres, jika perlu
6. Berikan dukungan emosional dan spiritual
7. Berikan oksigen untuk memepertahankan saturasi oksigen >94%
Edukasi
1. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
2. Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
3. Anjurkan berhenti merokok
4. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian
5. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output cairan harian
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
2. Rujuk ke program rehabilitasi jantung

Anda mungkin juga menyukai