Skripsi
Oleh:
MAULIDIA SAKINAH
NIM : 11140460000081
1440 H / 2018 M
i
ABSTRAK
Kata Kunci : Jual Beli, Emas, Aplikasi Online, Murabahah, Wadi’ah, Salam.
v
KATA PENGANTAR
1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. A.M.Hasan Ali, M.A. dan Dr. Abdurrauf, Lc., M.A. Ketua dan Sekretaris
Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Hasanudin, M.Ag. Pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan
motivasi, arahan, dan saran-saran serta banyak meluangkan waktu untuk
mengoreksi tulisan penulis agar lebih baik.
4. Muhammad Assad M.Sc. Chief Executive Officer (CEO) PT. Tamasia
Global Sharia, Hendry Pratomo, Head Of Business Development, dan Citra
Ayu Pratiwi, Head Of Human Resource yang telah mengizinkan dan
banyak membantu peneliti untuk meneliti di PT. Tamasia Global Sharia
dengan sangat loyal.
vi
5. Pimpinan perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum dan Pimpinan
perpustakaan pusat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
yang telah memberi fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan.
6. Kepada pihak-pihak lain yang telah memberi kontribusi kepada Peneliti
dalam penyelesaian karya tulis ini terutama kepada kedua orang tua Ayah
H. Abdul Kholiq Abdullah dan Mama Hj. Wahidah Alimin, serta para
sahabat dan teman seperjuangan Peneliti.
Kepada semua pihak yang telah banyak terlibat dalam menyalurkan ilmu
pengetahuan, pengalaman, dukungan, serta do’a. Peneliti ucapkan terimakasih
banyak dan mohon maaf jika dalam penulisan ini ada kesalahan ataupun ada pihak
yang dirugikan. Untuk itu kritik dan saran selalu terbuka untuk pembaca.
Maulidia Sakinah
vii
DAFTAR ISI
viii
B. Kerangka Teori ………………..……..................................….….. 13
1. Konsep Emas dalam Islam ……………..…….…................….. 13
2. Konsep Akad ………………..…….................................….….. 18
3. Konsep Jual Beli ………………..……...........................….….. 25
C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu …………………..….....….. 35
ix
D. Tinjauan Hukum Aspek-Aspek Syariah Pada Jual Beli Emas Produk
#BeliSukaSuka ………………………………………..………….. 81
1. Identifikasi Akad ………………………………….……….….. 81
2. Analisis Substansi Fatwa Terkait ………………….……....….. 86
A. Kesimpulan ………………………..…...……………….....….….. 92
B. Rekomendasi ………………………..…...………..……..…....….. 93
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR SKEMA
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Runto Hediana dan Ahmad Dasuki Aly, “Transaksi Jual Beli Online Perspektif Ekonomi
Islam”, (Cirebon : Repository Fakultas Syariah dan Ekonomi IAIN Syekh Nurjati, 2016), h. 42
2
Alvien Septian Haerisma, “Dinar dan Dirham : Study Penerapan dan Perkembangan”
(Cirebon: Edufision Publising, 2011), h. 1
1
2
3
Atma Kusuma, “Pelaksanaan Pembiayaan Mulia Dengan Akad Murabahah Pada PT.
Pegadaian (Persero) Syariah Kota Pekanbaru”, (Riau : Repository Universitas Riau, 2013), h. 3
3
4
Maudy Vena, “Pandangan Ekonomi Islam terhadap Minat Beli Melalui Sistem Online
Shop”, (Makassar : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Alauddin, 2017), h. 1
5
Muhammad Yunus, dkk., “Tinjauan Fikih Muamalah Terhadap Akad Jual Beli Dalam
Transaksi Online Pada Aplikasi Go-Food”, Jurnal Amwaluna Volume 2 Nomor 1, Januari 2018,
h. 145-146
6
Hendry Pratomo, “Buku Panduan Tamasia Versi 1.1”, (Jakarta : PT. Tamasia Global
Sharia, 2017), h. 1
4
2. Pembatasan Masalah
Karena luasnya pembahasan yang akan diteliti serta agar tidak
melenceng jauh dari pembahasan, maka Peneliti membatasi masalah
yang akan dibahas hanya seputar bagaimana proses jual beli emas Antam
secara syariah melalui aplikasi online pada PT. Tamasia Global Sharia.
Kemudian mengindentifikasi apa saja akad-akad yang digunakan dalam
jual beli emas Antam melalui aplikasi online pada PT. Tamasia Global
Sharia dan menganalisis apakah akad-akad yang teridentifikasi tersebut
sudah sesuai atau belum dengan Fatwa DSN-MUI terkait.
3. Perumusan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan selanjutnya, maka Peneliti
mengangkat sebuah perumusan masalah, yaitu berdasarkan data bahwa
Tamasia adalah platform online transaksi emas dengan prinsip syariah
yang pertama kali hadir di Indonesia, maka kemunculan Tamasia masih
perlu dipertanyakan dari segi aspek-aspek syariah mengenai mekanisme
operasional dalam jual beli emas antam melalui aplikasi online.
Kemudian Peneliti mempertegas dengan beberapa pertanyaan penelitian
sebagai berikut :
a. Bagaimana mekanise proses jual beli emas Antam secara syariah
melalui aplikasi online pada PT. Tamasia Global Sharia?
b. Apa saja akad-akad yang teridentifikasi digunakan dalam proses jual
beli emas Antam melalui aplikasi online pada PT. Tamasia Global
Sharia?
6
2. Manfaat Penelitian
Secara garis besar, manfaat untuk penelitian ini dapat dibedakan
menjadi 2 (dua), yaitu :
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan dalam bidang hukum ekonomi syariah tentang bagaimana
implementasi akad jual beli salam dalam proses jual beli emas Antam
secara online dengan aplikasi pada PT. Tamasia Global Sharia sudah
sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariah terhadap fatwa terkait.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi
masukan bagi para pihak, antara lain :
7
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian
kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan berdasarkan paradigma,
strategi, dan implementasi model secara kualitatif.7 Sedangkan penelitian
deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu gejala
masyarakat tertentu.8 Tujuan dari menggunakan jenis penelitian ini adalah
untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada
saat penelitian dilakukan. Jenis penelitian ini dilakukan dengan
mengumpulkan, menyusun, dan mendeskripsikan berbagai dokumen, data,
dan informasi yang aktual, yang bertujuan untuk menjelaskan
permasalahan sampai menemukan jawaban yang diharapkan.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan normatif empiris.
Jikalau penelitian hukum normatif berupaya untuk melihat hukum dari
perspektif norma-norma atau aturan yang tertulis, maka penelitian hukum
7
Basrowi dan Suwandi, “Memahami Penelitian Kualitatif”, (Jakarta : Rineka Cipta, 2008),
h. 20
8
Sukardarrumidi, “Metodologi Penelitian : Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula”,
(Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2004), h. 104
8
3. Jenis Data
Jenis data bersifat kualitatif didasarkan pada isi atau mutu suatu
fakta di dalam jurnal-jurnal yang menjadi literatur yang dikumpulkan,
peraturan-peraturan terkait permasalahan baik fatwa maupun perundang-
undangan, serta wawancara pihak-pihak yang berkompeten. Kemudian
data-data tersebut dianalisa agar dapat menjawab permasalahan yang ada.
4. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer yang digunakan yaitu bahan yang menjelaskan topik
terkait dengan penelitian bersumber dari jurnal-jurnal yang
mengandung informasi yang berhubungan dengan masalah yang
dibahas terkait dengan proses jual beli emas Antam melalui aplikasi
online pada PT. Tamasia Global Sharia.
Selain itu, data primer juga didapatkan dari wawancara yang
dilakukan kepada para praktisi jual beli emas Antam khususnya di PT.
Tamasia Global Sharia, serta wawancara kepada para narasumber yang
berkompeten di bidang penentuan kesesuaian syariah khususnya para
praktisi di Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia.
b. Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan adalah ketentuan-ketentuan
syariah mengenai akad-akad yang teridentifikasi digunakan dalam
9
Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin, “Metode Penelitian Hukum”, (Jakarta :
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 47
9
proses jual beli emas Antam melalui aplikasi online pada PT. Tamasia
Global Sharia, anatara lain :
1) Fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia Nomor
04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah
2) Fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia Nomor
77/DSN-MUI/V/2010 tentang Jual Beli Emas Tidak Tunai
3) Fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia Nomor
02/DSN-MUI/IV/2000 tentang Tabungan
4) Fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia Nomor
05/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Jual Beli Salam
7. Teknik Penulisan
Teknik penulisan yang digunakan dalam penulisan penelitian ini
mengacu pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan
Hukum Tahun 2017.
E. Sistematika Penulisan
Skripsi ini akan disusun dalam beberapa bab dengan tujuan untuk
mempermudah penulisan dan memperjelas pembacaannya. Adapun
sistematika penulisan laporan skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisi pengantar untuk memahami garis besar dari
seluruh pembahasan. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar
belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penelitian, dan sistematika penulisan.
11
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Konseptual
Gambaran konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam
kerangka berikut ini :
Aspek-Aspek Syariah Dalam Jual Beli Emas Antam Melalui Aplikasi Online Pada
PT. Tamasia Global Sharia
Analisis proses dan mekanisme jual beli emas Antam melalui aplikasi
online pada PT. Tamasia Global Sharia
Hasil Penelitian
12
13
B. Kerangka Teori
Kerangka teori dalam penelitian Aspek-Aspek Syariah Dalam Jual
Beli Emas Antam Melalui Aplikasi Online Pada PT. Tamasia Global
Sharia difokuskan sesuai dengan rumusan masalahnya yang telah dipaparkan
sebelumnya, yaitu :
Menganalisis proses jual beli emas Antam melalui aplikasi online
pada PT. Tamasia Global Sharia dan mengidentifikasi akad-akad yang tepat
digunakan, dilihat dari mekanisme operasional yang dijalankan baik oleh
pihak Tamasia maupun pihak calon pembeli emas dalam transaksi masing-
masing produk dari PT. Tamasia Global Sharia diantaranya produk Beli
Berkala dan produk Beli Suka-Suka.
Pengidentifikasian dilakukan berdasarkan akad-akad jual beli emas
yang biasa digunakan pada lembaga-lembaga keuangan syariah lain yang juga
memiliki transaksi produk jual beli emas. Akad-akad yang teridentifikasi
tersebut dianalisis dengan tinjauan hukum apakah telah sesuai atau belum
dengan fatwa-fatwa DSN-MUI yang terkait. Penganalisaan dilakukan dengan
membedah satu per satu substansi ketentuan pada fatwa tersebut dikaitkan
dengan mekanisme yang ada pada PT. Tamasia Global Sharia.
Terakhir akan disampaikan hasil penelitian berupa kesimpulan
bagaimana proses jual beli emas Antam secara syariah melalui aplikasi online
pada PT. Tamasia Global Sharia, akad-akad yang teridentifikasi digunakan
dalam masing-masing transaksi, kesesuaian syariah dengan fatwa-fatwa
terkait akad, dan rekomendasi untuk beberapa pihak terkait. Berikut ini
adalah penjelasan lebih lanjut mengenai konsep emas dalam Islam, akad, dan
jual beli:
1. Konsep Emas dalam Islam
Setiap negara akan berupaya mempertahankan satuan moneter dan
jenis uang yang dimiliki dalam satuan unit yang tetap dan mempunyai nilai
yang stabil dilihat dari komoditi tertentu. Pada dasarnya uang memiliki
tiga fungsi utama, sebagai alat tukar (medium of exchange), sebagai satuan
nilai (unit of account) dan penyimpan nilai (store of value). Berkaitan
14
1
Arif Pujiyono, “Dinar dan Sistem Standar Tunggal Emas Ditinjau Menurut Sistem
Moneter Islam”, Jurnal Dinamika Pembangunan : Vol. 1 No. 2 / Desember 2004, h. 146-147
15
pada keduadua bahan logam yang berharga itu, yaitu dari segi wama,
dengung bunyi, dan kerasnya. Oleh sebab itu, kedua-duanya susah
untuk ditipu.
j. Kestabilan dan kemantapan harga kedua bahan itu berbanding dengan
harga logam-logam lain. Emas dan perak bukanlah barang yang dapat
digimakan dan dihasilkan semula setiap tahun dan menyebabkan
pengeluarannya yang terakhir mengalami banyak masalah tentang harga
seperti biji-bijian, kapas, kopi dan lainnya. Emas dan perak yang teldi
dikeluarkan sejak zaman purba lagi tidak rusak karena digunakan
kecuali hilang dengan sebab pemborosan atau takdir Allah.2
2
Deny Setiawan, dkk., “Kekuatan Emas dan Perak Sebagai Mata Uang Dunia Suatu Studi
Pendahuluan”, Jumal Ekonomi Volume 18, Nomor 1 Maret 2010, h. 126-127
17
2. Konsep Akad
a. Pengertian Akad
Kata “Akad” berasal dari bahasa arab al-aqdu dalam bentuk
jamak di sebut al-„uquud yang berarti ikatan atau simpul tali. Menurut
para ulama fiqh, kata akad didefinisikan sebagai hubungan antara ijab
dan kabul sesuai dengan kehendak syariat yang menetapkan adanya
pengaruh (akibat) hukum dalam objek perikatan.
Rumusan akad di atas mengindikasikan bahwa perjanjian harus
merupakan perjanjian kedua belah pihak untuk mengikatkan diri
tentang perbuatan yang akan dilakukan dalam suatu hal yang khusus.
Akad ini diwujudkan Pertama, dalam ijab dan kabul. Kedua, sesuai
dengan kehendak syariat. Ketiga, adanya akibat hukum pada objek
perikatan.5
4
Munrokhim Misanam, dkk, “Ekonomi Islam”, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), h.
59
5
Fathurrahman Djamil, “Hukum Perjanjian Syariah, dalam Kompilasi Hukum Perikatan
Oleh Mariam Darus Badrul Zaman”, (Bandung: Cipta Adiya Bhakti, 2001), h. 247
19
b. Rukun Akad
Untuk sahnya suatu akad harus memenuhi rukun akad yang
merupakan unsur asasi dari akad. Rukun akad tersebut adalah :
1) Pihak-Pihak Yang Berakad (Al-Aqid)
Pihak-pihak yang berakad adalah orang, persekutuan, atau badan
usaha yang memiliki kecakapan dalam melakukan perbuatan hokum
serta memiliki kewenangan terhadap objek akad.
2) Shighat (Ijab dan Qabul)
Sighat adalah perbuatan yang menunjukkan terjadinya akad
berupa ijab dan qabul. Mengucapkan dalam akad merupakan salah
satu cara lain yang dapat ditempuh dalam mengadakan akad, tetapi
ada juga dengan cara lain yang dapat menggambarkan kehendak
untuk berakad para ulama menerangkan beberapa cara yang
ditempuh dalam akad diantaranya :
a) Dengan cara tulisan, misalnya, ketika dua orang yang terjadi
transaksi jual beli yang berjauhan maka ijab qabul dengan cara
tulisan (kitabah).
b) Dengan cara isyarat, bagi orang yang tidak dapat melakukan akad
jual beli dengan cara ucapan atau tulisan, maka boleh
menggunakan isyarat. Sehingga muncullah kaidah:
ُُب
ِ سَ ّبىي ِ ٍََطُم َْبىج
ِ ِبُُُث ُ ِ َبس ُحُُ ْاى ََ ْعُْٖ٘ دَ ُحُُ ِى ْْلَ ْخ َش
َ ا َ ْ ِْلش
“Isyarat bisa dimengerti bagi orang bisu sama dengan ucapan
lidah”
c) Dengan cara ta‟athi atau saling melakukan tindakan, misalnya,
seseorang melakukan pemberian kepada orang lain, dan orang
yang diberi tersebut memberikan imbalan kepada orang yang
memberinya tanpa ditentukan besar imbalan.
d) Dengan cara lisan al-hal, menurut sebagian ulama mengatakan,
apabila seseorang meninggalkan barang-barang dihadapan orang
lain kemudian orang itu pergi dan orang yang ditinggali barang-
barang itu berdiam diri saja hal itu dipandang telah ada akad
20
6
Shobirin, “Jual Beli Dalam Pandangan Islam”, Jurnal Bisnis dan Manajemen Islam
Volume 3, Nomor 2, Desember 2015, h. 247
7
Wati Susiawati, “Jual Beli Dan Dalam Konteks Kekinian”, Jurnal Ekonomi Islam
Volume 8, Nomor 2, November 2017, h. 179-180
21
8
Abdul Rahman Ghazaly, “Fiqh Muamalat”, (Jakarta : Prenamedia Group, 2010), h. 52
9
Haqiqi Rafsanjanim, “Akad Tabarru‟ Dalam Transaksi Bisnis”, (Jurnal Perbankan
Syariah Universitas Muhammadiyah Surabaya Volume 1, Nomor 1, Mei 2016), h. 105
22
10
Mardani, “Fiqh Ekonomi Syariah”, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 74-75
23
e. Berakhirnya Akad
Menurut hukum Islam, akad berakhir karena sebab-sebab
terpenuhinya tujuan akad (tahqiq gharadh al-„aqd), pemutusan akad
(fasakh), putus dengan sendirinya (infisakh), kematian, dan tidak
11
Nasrun Jamy Daulay, “Qardh Tijarah Dalam Muamalah : Sebuah Alternatif dan
Solusi”, (Bandung : Citapustaka Media, 2014), h. 15
12
Mardani, “Fiqh Ekonomi Syariah”, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 77
24
13
Haqiqi Rafsanjanim, “Akad Tabarru‟ Dalam Transaksi Bisnis”, (Jurnal Perbankan
Syariah Universitas Muhammadiyah Surabaya Volume 1, Nomor 1, Mei 2016), h. 106
25
3) Salah satu Pihak yang berakad meninggal dunia Kematian salah satu
pihak yang mengadakan akad mengakibatkan berakhirnya akad. Hal
ini terutama yang menyangkut hak-hak perorangan dan bukan hak
kebendaan. Kematian salah satu pihak menyangkut hak perorangan
mengakibatkan berakhirnya akad perwalian, perwakilan dan
sebagainya.
4) Berakhirnya waktu akad karena habis waktunya, seperti dalam akad
sewamenyewa yang berjangka waktu tertentu dan tidak dapat
diperpanjang.
5) Tidak ada izin dari yang berhak. Dalam hal akad maukuf (akad yang
keabsahanya bergantung pada pihak lain), seperti akad bai‟ fudhuli
dan akad anak yang belum dewasa, akad berakhir apabila tidak
mendapat persetujuan dari yang berhak.14
14
Muhammad Ardi, “Asas-Asas Perjanjian (Akad), Hukum Kontrak Syariah dalam
Penerapan Salam dan Istisna”, Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 2, Desember 2016, h.
271-272
26
“Saling menukar harta dengan harta melalui cara tertentu, atau tukar
menukar sesuatu yang diingini dengan yang sepadan melalui cara
tertentu yang bermanfaat”.
Dalam definisi ini terkandung pengertian bahwa cara yang
khusus yang dimaksudkan Ulama Hanafiyah adalah melalui ijab dan
qabul, atau juga boleh melalui saling memberikan barang dan harga dari
penjual dan pembeli. Di samping itu, harta yang diperjualbelikan harus
bermanfaat bagi manusia, sehingga bangkai, minuman keras, dan darah
tidak termasuk sesuatu yang boleh diperjualbelikan, karena benda-
benda itu tidak bermanfaat bagi umat muslim. Apabila jenis-jenis
barang seperti itu tetap diperjualbelikan, menurut Ulama Hanafiyah jual
belinya tidak sah.15
ْ ٍُُُ َجبدَىَُخ
َ ُاى ََب ِهُ ِث ْبى ََب ِهُرََْ ِي ٍْ ًن
بُٗر َ ََيُّ ًنب
15
Nasrun Haroen, “Fiqh Muamalah”, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2007), h. 68
27
b. Hadits Rasulullah:
ُِٔ ٍْ َعي ّ َّصي
َ ُُىُاّلل َ ًُُّ ِسئِوَُاىَّْجُ ٌَُ َّسي َ ِٔ ٍْ َعي
َ ُٗ ّ َّصي
َ ُُىُاّلل َ ِِْ ع َِْ ُِسفَبعَخَُث
َ ًَُّ ُِسافِعٍُأ َ َُُّاىَّْج
ُُِٓٗ ُم ُّوُثٍَْعٍُ ٍَج ُْشْٗ ٍسُُ(سٗا َ ُ:َُتُأ َ ْطٍَتُ ُ؟ُفَقَبه
َ ٓع ََ ُوُاىشَّ ُج ِوُثٍَِ ِذ ِ س ْ ي
ْ ُاى َن ُّ َ ُأ:ٌَُ َّسي َ َٗ
)ٌاىجضاسُٗاىحبم ّ
“Rasulullah saw. ditanya salah seorang sahabat mengenai
pekerjaan (profesi) apa yang paling baik. Rasulullah saw.
menjawab: usaha manusia dengan tangannya sendiri dan setiap jual
beli yang diberkati” (HR. Al-Bazzar dan Al-Hakim).16
16
Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani, “Terjemah Bulughul Maram”, (Jeddah : At-Thoba‟ah
Wal Nashar At-Tauzi), h. 165
28
17
Siswadi, “Jual Beli Dalam Perspektif Islam”, Jurnal Ummul Qura Volume 3, Nomor 2,
Agustus 2013, h. 62
29
kesepakatan ulama fiqh, jual beli ini tidak sah, sekalipun mereka
berpendirian bahwa ijab tidak harus dijawab langsung dengan
qabul.
Dalam kaitan ini, ulama Hanafiyah dan Malikiyah
mengatakan bahwa antara ijab dan qabul boleh saja diantarai oleh
waktu, yang diperkirakan bahwa pihak pembeli sempat untuk
berpikir. Namun ulama Syafiíyah dan Hanabilah berpendapat
bahwa jarak antara ijab dan qabul tidak terlalu lama, yang dapat
menimbulkan dugaan bahwa obyek pembicaraan telah berubah.
Di zaman modern, perwujudan ijab dan qabul tidak lagi
diucapkan, tetapi dilakukan dengan sikap mengambil barang dan
membayar uang dari pembeli, serta menerima uang dan
menyerahkan barang oleh penjual, tanpa ucapan apa pun.
Misalnya, jual beli yang berlangsung di pasar swalayan. Dalam
fiqh Islam, jual beli seperti ini disebut dengan ba‟i al-mu‟athah.
Dalam kasus perwujudan ijab dan qabul melalui sikap ini
(ba‟i al-mu‟athah) terdapat perbedaan pendapat di kalangan
ulama fiqh. Jumhur ulama berpendapat bahwa jual beli seperti ini
hukumnya boleh, apabila hal itu sudah merupakan kebiasaan
suatu masyarakat di suatu negeri, karena hal itu telah menunjukan
unsur ridha dari kedua belah pihak. Menurut mereka, di antara
unsur terpenting dalam transaksi jual beli adalah suka sama suka
(al-taraadhi). Sikap mengambil barang dan membayar harga
barang oleh pembeli, menurut mereka, telah menunjukkan ijab
dan qabul dan telah mengandung unsur kerelaan.
Ulama Syafi‟iyah berpendapat, bahwa transaksi jual beli
harus dilakukan dengan ucapan yang jelas atau sindiran, melalui
kalimat ijab dan qabul. Oleh sebab itu, menurut mereka, jual beli
seperti kasus di atas (ba‟i al-mu‟athah) hukumnya tidak sah, baik
jual beli itu dalam partai besar maupun dalam partai kecil. Alasan
mereka adalah unsur utama jual beli adalah kerelaan kedua belah
32
3) Target pasar yang lebih luas Bayangkan bila kita berada di wilayah
terpencil dan tidak memiliki banyak pendu-duk, target konsumen
kita hanyalah masyarakat yang ada di sekitar wilayah tersebut.
Bisnis kita tentunya tidak akan berkembang. Solusinya adalah
dengan berjualan online. Menurut laporan terakhir dari APJII, pada
tahun 2014 saja terdapat kurang lebih 71 juta pengguna internet di
Indonesia. Jadi bisa dibayangkan berapa besar potensinya.
4) Bisa dipantau dari mana saja dan kapan saja Dengan bantuan
internet, sekarang kita tidak harus lagi terpaku di satu tempat un-tuk
mengelola bisnis kita. Kita bisa mengakses dan mengelolanya dari
mana saja dan kapan saja selama masih ada akses internet. Sehingga
waktu kita lebih fleksibel dan lebih optimal.18
18
Wati Susiawati, “Jual Beli Dan Dalam Konteks Kekinian”, Jurnal Ekonomi Islam
Volume 8, Nomor 2, November 2017, h. 181-180
36
MUI dalam jual beli emas secara tidak tunai dihukumi mubaḥ. Persamaan
penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdapat pada
peninjauan jual beli emas tidak tunai dengan Fatwa DSN-MUI Nomor
77/DSN-MUI/V/2010. Untuk perbedaannya, penelitian tersebut meninjau
fatwa tersebut secara global, sementara penelitian yang dilakukan peneliti
meninjau fatwa tersebut secara khusus untuk produk #BeliBerkala di
Tamasia.
2. Jurnal berjudul Tabungan: Implementasi Akad Wadi’ah Atau Qard?
(Kajian Praktik Wadi’ah di Perbankan Indonesia) oleh Mufti Afif
yang tertera dalam Jurnal Hukum Islam (JHI) Volume 12, Nomor 2,
Desember, 2014 merupakan penelitian yang meneliti tentang tinjauan
hukum terhadap praktik tabungan pada perbankan syariah dan Lembaga
Keuangan Syariah lainnya di Indonesia dan dianalisis apakah sebagai
implementasi dari akad wadi‟ah atau akad qard. Persamaan penelitian ini
dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdapat pada praktik
tabungan sebagai implementasi akad wadi‟ah. Untuk perbedaannya,
penelitian tersebut mengkaji tabungan di perbankan Indonesia secara
umum, sementara penelitian yang dilakukan peneliti mengkaji tabungan
emas di Tamasia.
3. Jurnal berjudul Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penerapan Akad As-
Salam Dalam Transaksi E-Commerce oleh Ashabul Fadhli yang tertera
dalam Mazahib : Jurnal Pemikiran Hukum Islam, Volume XV, Nomor 1,
Juni 2016 merupakan penelitian yang mengkaji apakah transaksi jual beli
dalam e-commerce dapat dibenarkan secara syar‟i atau tidak melalui
pendekatan akad salam. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti terdapat pada peninjauan akad salam terhadap
proses jual beli secara online. Untuk perbedaannya, penelitian tersebut
meninjau akad salam pada transaksi e-commerce secara global, sementara
penelitian yang dilakukan peneliti meninjau akad salam secara khusus
untuk produk #BeliSukaSuka di Tamasia.
37
1
https://www.tamasia.co.id/about/
38
39
C. Legalitas Tamasia
1. Identitas Perusahaan
PT. Tamasia Global Sharia adalah sebuah perusahaan yang bergerak
dibidang jual-beli emas, titip emas, simpan emas yang menggunakan
sistem pemasaran reseller dengan platform teknologi berbasis aplikasi
dengan keterangan data sebagai berikut:
Nama : PT.Tamasia Global Sharia
Alamat : Jl. Darmawangsa X No. 45 A Kebayoran Baru
Telepon dan Fax : 0811-8787-945 I 021-725-7410
Email : Info@tamasia.co.id
2. Subyek Hukum
PT. Tamasia Global Sharia didirikan pada 19-5-2017 dihadapan
Notaris Dea Cheryna, Sarjana Hukum, Magister Kenotariatan, Notaris di
kabupaten Bekasi. Dokumen legalitas yang dimiliki untuk menjalankan
kegiatan usaha adalah sebagai berikut:3
3
Hendry Pratomo, “Buku Panduan Tamasia Versi 1.1”, (Jakarta : PT. Tamasia Global
Sharia, 2017), h. 22
41
Pengusaha Kena
Pajak
CEO
CTO
Web Designer
Admin Cutomer Service
E. Produk Tamasia
Produk-produk yang ditawarkan oleh Tamasia antara lain sebagai
berikut:
1. Jual beli emas, yaitu produk dimana Pelanggan dapat melakukan
pembelian emas dengan memilih diantara 2 program, yaitu :
a. Program #BeliSukaSuka
Pelanggan dapat membeli emas sesuai berapa pun budget yang
dimiliki mulai dari Rp 10.000,- lalu dikonversikan dengan harga gram
emas saat akad berlangsung. Pelanggan dapat menyimpan emas yang
telah dibeli tersebut dalam aplikasi Tamasia sebagai tabungan dan dapat
pula mencetak emas yang ditabung itu saat emas sudah mencapai
ukuran bulat yaitu 1 gram, 5 gram, 10 gram, 25 gram, 50 gram, dan 100
gram. Program #BeliSukaSuka sangat digemari oleh kaum millenial
saat ini yang sudah mulai berinvestasi.
b. Program #BeliBerkala
Pelanggan akan menentukan sendiri berat gram emas yang akan
dibeli dan jangka waktu pembayaran yang akan ditempuh untuk
memperoleh emas tersebut, apakah pelanggan akan membayar tunai
atau mencicil. Jika pelanggan memilih pembayaran secara cicilan maka
jangka waktu pembayaran bisa dipilih mulai dari 3 bulan sampai 24
bulan. Setelah jangka waktu pembayaran berkala berakhir pelanggan
dapat memiliki opsi untuk mencetak emasnya atau mencairkannya
menjadi rupiah berdasarkan harga jual emas.
2. Titip emas, yaitu produk dimana Tamasia melakukan penyimpanan atas
emas yang sedang dalam masa pembayaran berkala oleh pelanggan.
3. Simpan emas, yaitu produk dimana Tamasia menawarkan jasa
penyimpanan emas kepada pelanggan jika pelanggan tidak memiliki
tempat untuk menyimpan yang aman atau tidak ingin mengelola
penyimpanan sendiri.4
4
Hendry Pratomo, “Buku Panduan Tamasia Versi 1.1”, (Jakarta : PT. Tamasia Global
Sharia, 2017), h. 7
43
600000
500000
400000
300000
200000
100000
0
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Kenaikan Harga Emas
44
45
c. Pilih nominal budget pembelian emas yang kamu miliki dimulai dari
Rp 10.000,-.
d. Tunggu proses konversi harga emas dengan jumlah gram yang akan
didapatkan. Misalnya si A memilih minimal pembelian emas seharga
Rp 50.000,- pada tanggal 7 Agustus 2018, adapun harga emas hari itu
Rp 579.563,- per gram, kemudian jika dikonversikan dengan Rp
50.000,- maka si A akan mendapatkan emas sejumlah 0,0862 gram.
47
b. Margin
Margin adalah keuntungan yang didapat oleh Tamasia setiap
transaksi beli emas berkala. Dimana di dalam margin tersebut ada
bagian bagi hasil untuk reseller. Berikut perhitungannya:
c. Biaya admin
Biaya admin adalah biaya pelayanan yang dibebankan kepada
pelanggan setiap transaksi beli emas berkala yang berdasarkan berat
gram emas. Berikut perhitungannya:
57
Biaya Kirim
Berat Gram
11 gr s.d 30 gr 31 gr s.d 100 gr
Bekasi, Bogor, Jakarta, Tangerang Rp95.000 Rp245.000
1
Hendry Pratomo, “Buku Panduan Tamasia Versi 1.1”, (Jakarta : PT. Tamasia Global
Sharia, 2017), h. 8-9
59
1. Akad Murabahah
a. Pengertian Akad Murabahah
Murabahah secara bahasa berasa dari kata ( ربحribhu) yang berarti
keuntungan, karena dalam jual beli murabahah harus menjelaskan
keuntungannya. Sedangkan menurut istilah murabahah adalah jual beli
dengan harga pokok dengan tambahan keuntungan. Salah satu skim fiqh
yang paling popular digunakan oleh perbankan syariah adalah skim jual
beli murabahah. Transaksi pembiayaan murabahah ini lazim dilakukan
oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Secara sederhana,
murabahah berarti suatu penjualan barang seharga barang tersebut
ditambah dengan margin yang disepakati.2
3) Usul Al-fiqh
Hal ini sejalan dengan kaidah Ushul fiqh :
2
Adiwarman Karim, “Bank Islam, Wacana Ulama”, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada,2007), h. 83
3
Abu Abdillah Muhammad bin Yazid bin Majah al-Qazwini, “Sunan Ibnu Majah”, (Beirut
Dar El-Marefah, 2005), Juz 3, h. 79-80
60
4) Ijma‟
Umat manusia telah berkosensus tentang keabsahan jual beli,
karena manusia sebagai anggota masyarakat selalu membutuhkan
apa yang dihasilkan dan dimiliki orang lain. Oleh karena jual beli ini
adalah salah satu jalan untuk mendapatkan secara sah, dengan
demikian mudahlah bagi setiap individu untuk memenuhi
kebutuhannya. Dari dasar hukum di atas, dapat disimpulkan bahwa
transaksi Murabahah itu dibolehkan dan tidak bertentangan dengan
ajaran syari‟at Islam serta memberikan keringanan kepada pembeli
untuk memeperoleh barang yang diinginkan walaupun dengan
pembayaran yang tidak tunai.
4
Yenti Afrida, “Analisis Pembiayaan Murabahah Di Perbankan Syariah”, (JEBI (Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Islam)-Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2016), h. 158-160
5
Yenti Afrida, “Analisis Pembiayaan Murabahah Di Perbankan Syariah”, (JEBI (Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Islam)-Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2016), h. 158-160
62
Mengenai hukum jual beli emas secara angsuran atau tidak tunai,
para ulama terbagi dalam 2 pendapat yang berbeda. Pertama, kelompok
yang melarang, yaitu pendapat mayoritas fuqoha, dari madzhab Hanafi,
Maliki, Syafi‟i, dan Hambali. Alasan pelarangannya, menurut Malik
dan Syafi‟i dikarenakan „illah barang itu dijadikan patokan harga dan
benda-benda tersebut hanya bisa disamakan dengan uang. Sedangkan
ulama Hanafiyah berpendapat bahwa „illah keharaman menjual emas
dengan emas dan perak dengan perak secara tidak tunai, ialah benda-
benda itu adalah bendabenda yang ditimbang, di samping kesamaan
jenisnya, dan haram terhadap empat jenis barang lainnya pula dan sama
hukumnya.6
Kedua, kelompok yang membolehkan, yaitu pendapat Ibnu
Taimiyah, Ibnu Qayyim, Syaikh Ali Jumu‟ah (mufti al-Diyar al-
Mishriyah), Syekh Abdullah bin Sulaiman al-Mani‟, Syeikh
Abdurahman As-Sa‟di, dan ulama-ulama kontemporer. Kelompok ini
secara garis keras perpendapat bahwa emas dan perak adalah barang
(sil‟ah) yang dijual dan dibeli seperti halnya barang biasa, dan bukan
lagi ṡaman (harga, alat pembayaran, uang). Oleh karenanya tidak terjadi
riba (dalam pertukaran atau jual beli) antara perhiasan dengan harga
(uang), sebagaimana tidak terjadi riba (dalam pertukaran atau jual beli)
antara harga (uang) dengan barang lainnya, meskipun bukan dari jenis
yang sama.7
Adapun ulama-ulama kontemporer di Indonesia sepakat
mengeluarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
Nomor 77/DSN-MUI/V/2010 tentang Jual Beli Emas Tidak Tunai.
Diterangkan bahwa jual belie mas baik melalui jual beli biasa atau jual
beli murabahah, hukumnya boleh (mubah atau ja‟iz) selama emas tidak
6
Teuku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, “Mutiara Hadits 5 Jilid V”, (Semarang:
Pustaka Rizki Putra. 2003), h. 262
7
Abdul Rahman Ramli, “Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai (Telaah Fatwa DSN-MUI No.
77/DSN-MUI/V/2010)”, (Repository Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2015), h. 17-18
63
menjadi alat tukar yang resmi (uang). Namun, kebolehan tersebut harus
memenuhi batasan dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan
dalam fatwa tersebut.
2. Akad Wadi’ah
a. Pengertian Akad Wadi’ah
Secara bahasa, wadi‟ah berasal dari Bahasa Arab yaitu ُ( ُاىزشكat-
tarku) berarti meninggalkan. Dikatakan demikian karena pemilik harta
meninggalkan hartanya kepada orang lain. Secara istilah wadi‟ah berarti
mewakilkan penjagaan suatu harta yang spesial atau bernilai tertentu
dengan cara tertentu.
Ulama Madzhab Hanafi mendefinisikan bahwa wadi‟ah adalah
pelimpahan harta seseorang kepada orang lain agar menjaga hartanya,
baik dengan ungkapan yang jelas, melalui tindakan (ucapan), maupun
cukup dengan isyarat yang menunjukkan kesediaannya. Sebagai
contoh; seseorang (A) berkata kepada orang lain (B), “Saya titipkan tas
saya ini kepada anda,” lalu (B) menjawab, “Saya terima”. Maka
sempurnalah akad wadi‟ah. Atau seseorang (A) menitipkan buku
kepada orang lain dengan mengatakan, “Saya titipkan buku saya ini
kepada anda”, lalu (B) hanya diam sebagai tanda setuju. Maka
sempurnalah akad wadi‟ah antar keduanya.
Madzhab Maliki dan Syafi‟i mendefinisikan bahwa wadi‟ah
dilakukan dengan mewakilkan kepada orang lain dalam hal penjagaan
harta tertentu yang bernilai dengan cara tertentu. Kata “tertentu yang
bernilai” itu mencakup kulit bangkai yang sudah disucikan (disamak),
anjing pelacak atau pemburu, pupuk kandang dan lainnya. Sedangkan
harta seperti anjing peliharaan biasa, pakaian kumuh yang tidak layak
pakai, tidak dapat dititipkan karena harta tersebut tidak memiliki nilai
atau dianggap sampah dan hal ini bisa merusak hukum wadi‟ah.
Adapun maksud penjagaan “dengan cara tertentu” bisa dimaknai
dengan penjagaan yang sepenuhnya, mekanisme penjagaanya
64
8
Mufti Afif, “Tabungan: Implementasi Akad Wadi‟ah Atau Qard? (Kajian Praktik Wadi‟ah
di Perbankan Indonesia)”, Jurnal Hukum Islam (JHI) Volume 12, Nomor 2, Desember, 2014, h.
252
9
Abi Isa Muhammad bin Isa bin Sauran, “Sunan al-Tirmidzi 2”, (Beirut : Dar al-Fikr,
2005), h. 145
65
10
Nasrun Haroen, “Fiqh Muamalah”, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2007), h. 247
66
b) Antara Ijab dan Qabul (serah terima) harus selaras baik dalam
spesifik barang maupun harga yang di sepakati.11
3. Akad Salam
a. Pengertian Akad Salam
Pengertian as-salam atau sering disebut juga dengan as-salaf
secara etimologi artinya pendahuluan. Secara terminologi para ulama
fiqh mendefinisikannya dengan : “Menjual suatu barang yang
penyerahannya ditunda, atau menjual suatu barang yang ciri-cirinya
jelas dengan pembayaran modal lebih awal, sedangkan barangnya
diserahkan kemudian hari.”
Kemudian, para ulama Syafi‟iyah dan Hanabilah
mendefisikannya dengan : “Akad yang disepakati untuk membuat
sesuatu dengan ciri-ciri tertentu dengan membayar harganya dahulu,
sedangkan barangnya diserahkan (kepada pembeli) di kemudian hari.”
Kemudian, para ulama Malikiyah memberikan definisinya dengan
: “Jual beli yang modalnya dibayar dahulu, sedangkan barangnya
diserahkan sesuai dengan waktu yang disepakati.”12
Pada intinya, jual beli salam merupakan bentuk jual beli dengan
pembayaran di muka dan penyerahan barang di kemudian hari
(advanced payment atau forward buying atau future sales) dengan
harga, spesifikasi, jumlah, kualitas, tanggal, dan tempat penyerahan
yang jelas, serta disepakati sebelumnya dalam perjanjian. Risiko
terhadap barang yang diperjualbelikan masih berada pada penjual
sampai waktu penyerahan barang. Pihak pembeli berhak untuk meneliti
dan dapat menolak barang yang akan diserahkan apabila tidak sesuai
dengan spesifikasi awal yang disepakati.13
11
Ahmad Wardi Muslich, “Fiqih Muamalat”, (Jakarta: Amzah, 2013), h. 459-461
12
Nasrun Haroen, “Fiqh Muamalah”, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2007), h. 146-147
13
Ascarya, “Akad dan Produk Bank Syariah”, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2012), h.
90
68
14
Ismail, “Perbankan Syariah”, (Jakarta : Kencana, 2013), h. 153
15
Abi Abdillah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, “Shahih Bukhari” Juz II Terjemahan
Ahmad Sunarto, (Surabaya : Al-Hidayah, 2000), h. 30
69
4) Ijma‟ :
Menurut Ibnul Munzir, ulama sepakat (ijma‟) atas kebolehan
jual beli dengan cara salam. Di samping itu, cara tersebut juga
diperlukan oleh masyarakat.
16
Muhammad Syafii Antonio, “Bank Syari‟ah Dari Teori Ke Praktik”, (Jakarta : Gema
Insani, 2001), h. 110
17
Yenti Afrida, “Analisis Pembiayaan Murabahah Di Perbankan Syariah”, (JEBI (Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Islam), Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2016), h. 158-160
18
Muhammad Syafi‟i Antonio, “Bank Syariah Dari Teori ke Praktik”, (Jakarta : Gema
Insani, 2013), h. 109
72
19
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, “Lembaga Keuangan Syariah: Tinjauan Teoritis dan
Praktis”, (Jakarta : Kencana 2013), h. 51
73
memilih ukuran emas yang diinginkan dan tenor jangka waktu mencicil
emas. Kemudian aplikasi Tamasia secara otomatis menghitung harga
emas pada saat hari akad akan dilaksanakan tersebut dikali dengan ukuran
gram yang diinginkan pembeli.
Secara transparan dan otomatis pula, aplikasi Tamasia
memberitahukan kepada pembeli ada biaya diluar harga murni emas yang
dipesan, yaitu nominal margin keuntungan yang Tamasia ambil, biaya
administrasi, dan biaya pengiriman emas ke tenpat pembeli. Jika pembeli
setuju maka pembeli dapat langsung melakukan pembayaran untuk cicilan
di bulan pertama, jika tidak setuju maka pembeli dapat memilih khiyar
untuk membatalkan pembelian. Untuk harga untuk pembayaran cicilan
berikutnya tidak akan berubah mengikuti harga emas pada hari
pembayaran cicilan tersebut, harga tetap mengikuti pada saat akad
dilakukan.
Mengenai barang yang diperjualbelikan dalam akad murabahah ini
merupakan emas yang ukuran gram-nya sesuai dengan jumlah gram yang
dipesan pembeli. Dengan begitu, emas ini termasuk kategori barang yang
diperjualbelikan yang disebutkan sifat-sifatnya dalam perjanjian namun
belum ada barangnya saat perjanjian dilakukan. Adapun penyerahan emas
ini ditangguhkan hingga masa angsuran pembeli selesai dilunasi, sebagai
ganti Tamasia tidak meminta jaminan apapun kepada pembeli untuk
ditahan Tamasia.
Mengenai shigat ijab yang dilakukan oleh pembeli melalui cara
ta‟athi atau melakukan tindakan, tindakan tersebut dilakukan dengan
meng-klik “Beli Emas Sekarang” kemudian meng-klik “Selanjutnya”
pada tab pembelian emas di aplikasi Tamasia. Dengan melakukan
tindakan tersebut pembeli dianggap setuju dengan kontrak pembelian
emas tersebut. Kemudian shigat qabul dari Tamasia juga dilakukan
melalui tindakan dengan langsung memproses pembelian emas tersebut
pada sistem teknologinya. Menurut penulis, hal ini sudah menunjukkan
terwujudnya suka sama suka atau keridhaan masing-masing pihak karena
74
ijab dan qabul melalui sistem seperti ini memang sudah menjadi
kebiasaan masyarakat Indonesia saat ini dalam melakukan jual beli
online.
Mengenai kontrak perjanjian, seharusnya Tamasia memperjelas
kontrak perjanjian seperti layaknya nasabah yang melakukan permohonan
pembiayaan dengan akad murabahah di Bank Syariah maupun Lembaga
Keuangan Mikro Syariah lainnya. Misalnya dengan membuat tab pada
aplikasi Tamasia yang menampilkan kontrak akad murabahah untuk
pembelian emas secara cicilan yang berisi perjanjian (agreement) antara
pembeli dengan Tamasia sebelum pembeli menyetujui untuk melanjutkan
pembelian. Kontrak perjanjian ini harus mudah untuk diakses maupun
didownload sebagai hard file jika sewaktu-waktu kedua belah pihak
membutuhkan. Sehingga kontrak tersebut bisa menjadi penerang jika
suatu saat terjadi wanprestasi antara salah satu pihak.
Adapun rukun-rukun dalam akad jual beli murabahah yang
digunakan pada produk Beli Berkala, yaitu :
a. Pembeli (Musytari)
Pembeli adalah orang yang ingin membeli emas kepada
Tamasia baik melalui aplikasi online Tamasia maupun langsung
datang ke kantor Tamasia.
b. Penjual (Ba‟i)
Penjual adalah PT. Tamasia Global Sharia yang menjual
emas yang dipesan oleh pembeli baik melalui aplikasi online
Tamasia maupun langsung datang ke kantor Tamasia.
c. Objek yang diperjualbelikan (Mabi‟)
Objek yang diperjualbelikan adalah logam mulia emas
batang murni yang dicetak langsung oleh PT. ANTAM (Persero)
Tbk dengan berbagai ukuran mulai dari 0,02 gram sampai tidak
berbatas.
75
d. Harga (Tsaman)
Harga yang dimaksud adalah harga emas per gram
berdasarkan standar harga emas Antam dikali dengan berapa gram
yang dipesan oleh pembeli atau pemesan sesuai dengan fluktuasi
harga emas pada hari akad dilakukan ditambah dengan margin
keuntungan yang diambil Tamasia, biaya administrasi, dan biaya
pengiriman emas ke daerah tempat pembeli tinggal yang sudah
termasuk asuransi selama perjalanan pengiriman.
Jadi, rumus harga pada transaksi jual beli emas dengan
akad salam ini yaitu :
(harga emas per gram berdasakan standar Antam x jumlah gram
yang dipesan pembeli) + margin keuntungan Tamasia + biaya
administrasi + biaya pengiriman emas = harga (tsaman).
e. Akad atau Sighat (Ijab dan Qabul)
Sighat ijab dan qabul kontrak pada transaksi melalui
aplikasi online Tamasia tertera pada persetujuan atau agreement
yang disetujui pembeli pada tab dialog pesanan emas.
ukuran gram yang tidak bulat, misalnya dalam ukuran 0,83 gram, 1,45
gram, atau 6,74 gram. Penabung harus dengan timbangan yang bulat
yaitu 1 gram, 5 gram, 10 gram, 25 gram, 50 gram, dan 100 gram. Hal
ini dikarenakan cukup menyulitkan bagi Tamasia dalam mencetak
volume serta dimensi emas batang yang tidak bulat tersebut.
c. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian
(„athaya) yang bersifat sukarela dari pihak bank atau Lembaga
Keuangan Syariah. Dalam hal penyimpanan atau penitipan tabungan
pada aplikasi Tamasia tidak ada imbalan yang disyaratkan oleh
Tamasia, semuanya bersifat gratis.
Kemudian analisis rangkuman substansi karakteristik akad salam
menurut Fatwa Nomor 05/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual Beli Salam
dalam proses memesan untuk dicetakkan emas batang Antam dalam
kepada Tamasia :
a. Ketentuan Tentang Pembayaran
1) Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa
uang, barang, atau manfaat. Alat bayar untuk transaksi jual beli
emas pada Tamasia adalah uang dalam rupiah (Rp) yang ditransfer
oleh pembeli ke rekening resmi perusahaan PT. Tamasia Global
Sharia sudah diketahui jumlahnya melalui kontrak yang disepakati
pada saat akad.
2) Pembayaran harus dilakukan pada saat kontrak disepakati. Pembeli
atau pemesan emas Antam melakukan pembayaran dengan cara
mentransfer setelah kontrak disepakati oleh pembeli maupun
Tamasia.
3) Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang. Sejauh
ini tidak ada pembeli atau pemesan emas Antam pada Tamasia
yang memlakukan transaksi dengan tujuan untuk membebaskan
hutangnya kepada Tamasia ataupun kepada pihak lain.
88
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, baik itu melalui
melakukan wawancara kepada para praktisi di PT. Tamasia Global Sharia,
melakukan pengamatan langsung terhadap proses transaksi jual beli dengan
menjadi salah satu reseller dan mengikuti Tamasia Reseller Academy, serta
menyandingkan pembahasan terhadap literatur-literatur yang berkaitan yang
berkaitan dengan implementasi akad jual beli salam pada Lembaga Keuangan
Syariah, maka peneliti dapat menarik simpulan seperti berikut :
1. Mekanisme jual beli emas pada Tamasia dilakukan melalui 2 (dua) jenis
produk. Pertama, produk Beli Berkala, mekanismenya yaitu pelanggan
dapat menentukan sendiri berat gram emas yang akan dibeli dan jangka
waktu pembayaran yang akan ditempuh untuk memperoleh emas tersebut,
apakah pelanggan akan membayar tunai atau mencicil. Jika pelanggan
memilih pembayaran secara cicilan maka jangka waktu pembayaran bisa
dipilih mulai dari 3 bulan sampai 24 bulan. Setelah jangka waktu
pembayaran berkala berakhir pelanggan dapat memiliki opsi untuk
mencetak emasnya atau mencairkannya menjadi rupiah berdasarkan harga
jual emas. Kedua, produk Beli Suka-Suka, mekanismenya yaitu pelanggan
dapat membeli emas sesuai berapa pun budget yang dimiliki mulai dari Rp
10.000,- kemudian dikonversikan dengan harga gram emas saat akad
berlangsung. Kemudian pelanggan dapat menyimpan tabungan emas
tersebut dalam aplikasi Tamasia sebagai tabungan dan dapat pula
mencetak emas yang ditabungnya saat emas sudah mencapai ukuran 1
gram.
2. Akad-akad yang teridentifikasi tepat digunakn dalam mekanisme jual beli
emas Antam melalui aplikasi online pada Tamasia antara lain akad
murabahah pada produk Beli Berkala, akad wadi‟ah yad amanah pada
tabungan emas yang ditabung pada aplikasi Tamasia dalam produk Beli
93
Suka-Suka, dan akad salam pada proses pemesanan cetak emas batang
Antam bagi penabung yang ingin mengambil saldo tabungan emasnya.
Identifikasi ini berdasarkan kesamaan karakteristik akad-akad tersebut
dengan proses transaksi yang dilaksanakan dalam produk Beli Berkala dan
Beli Suka-Suka.
3. Berdasarkan analisis dengan menyandingkan ketentuan-ketentuan umum
yang menjadi substansi Fatwa Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Murabahah, Fatwa Nomor 77/DSN-MUI/V/2010 tentang Jual Beli Emas
Tidak Tunai, Fatwa Nomor 02/DSN-MUI/IV/2000 tentang Tabungan, dan
Fatwa Nomor 05/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Jual Beli Salam, mekanisme
jual beli emas Antam melalui aplikasi online pada Tamasia Global Sharia
sudah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Dapat dikatakan demikian
karena akad murabahah, akad wadi‟ah yad amanah, dan akad salam yang
dilakukan Tamasia sebagian besar sudah memenuhi unsur dalam Fatwa
tersebut.
B. Rekomendasi
Berdasarkan temuan yang diperoleh selama melakukan penelitian
terhadap PT. Tamasia Global Sharia, maka penulis memberikan rekomendasi
kepada pihak tekait sebagai berikut :
1. Kepada PT. Tamasia Global Sharia
a. Disarankan untuk memperjelas kontrak perjanjian tiap akad murabahah,
akad wadi‟ah, dan akad salam yang digunakan pada produk Beli
Berkala maupun Beli Suka-Suka seperti layaknya kontrak perjanjian
akad pada Bank Syariah maupun Lembaga Keuangan Mikro Syariah
lainnya. Misalnya dengan membuat tab pada aplikasi Tamasia yang
menampilkan kontrak akad salam untuk penabung memesan untuk
dicetakkan emas sesuai jumlah gram emas yang diinginkannya yang
berisi perjanjian (agreement) antara penabung dengan Tamasia sebelum
penabung menyetujui untuk melanjutkan pemesanan pencetakkan.
Kontrak perjanjian ini harus mudah untuk diakses maupun didownload
94
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anul Karim
Buku
Ahmadi, Fahmi Muhammad dan Jaenal Aripin. Metode Penelitian Hukum. Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010
Ascarya. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011
Basrowi dan Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rineka Cipta, 2008
Huda, Nurul dan Mohamad Heykal. Lembaga Keuangan Syariah: Tinjauan Teoritis
dan Praktis. Jakarta : Kencana 2013
Jamy Daulay, Nasrun. Qardh Tijarah Dalam Muamalah : Sebuah Alternatif dan
Solusi. Bandung : Citapustaka Media, 2014
Karim, Adiwarman. Bank Islam, Wacana Ulama. Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2007
Muhammad, Abi Abdillah bin Ismail Al-Bukhari. Shahih Bukhari Juz II Terjemahan
Ahmad Sunarto. Surabaya : Al-Hidayah, 2000
96
Muhammad, Abu Abdillah bin Yazid bin Majah al-Qazwini. Sunan Ibnu Majah.
Beirut : Dar El-Marefah, 2005
Muhammad, Abi Isa bin Isa bin Sauran. Sunan al-Tirmidzi 2. Beirut : Dar al Fikr,
2005
Pratomo, Hendry. Buku Panduan Tamasia Versi 1.1. Jakarta : PT. Tamasia Global
Sharia, 2017
Syafii Antonio, Muhammad. Bank Syari‟ah Dari Teori Ke Praktik. Jakarta : Gema
Insani, 2001
Yaya, Rizal dkk. Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta : Salemba Empat, 2014
Jurnal
Afif, Mufti. Tabungan: Implementasi Akad Wadi‟ah Atau Qard? (Kajian Praktik
Wadi‟ah di Perbankan Indonesia). Jurnal Hukum Islam (JHI) Volume 12,
Nomor 2, Desember, 2014
Mujiatun, Siti. Jual Beli Dalam Perspektif Islam : Salam Dan Istisna. Fakultas
Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara : Jurnal Riset
Akuntansi Dan Bisnis, Volume 13, Nomor 2, September 2013
Pujiyono, Arif. Dinar dan Sistem Standar Tunggal Emas Ditinjau Menurut Sistem
Moneter Islam. Jurnal Dinamika Pembangunan : Volume 1, Nomor 2,
Desember 2004
Setiawan, Deny dkk. Kekuatan Emas dan Perak Sebagai Mata Uang Dunia Suatu
Studi Pendahuluan. Jumal Ekonomi Volume 18, Nomor 1 Maret 2010
Shobirin. Jual Beli Dalam Pandangan Islam. Jurnal Bisnis dan Manajemen Islam
Volume 3, Nomor 2, Desember 2015
Siswadi. Jual Beli Dalam Perspektif Islam. Jurnal Ummul Qura Volume 3, Nomor 2,
Agustus 2013
Susiawati, Wati. Jual Beli Dan Dalam Konteks Kekinian. Jurnal Ekonomi Islam
Volume 8, Nomor 2, November 2017
Widiana, dkk. Menilik Urgensi Penerapan Pembiayaan Akad Salam Pada Bidang
Pertanian di Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia. Jurnal Muqtasid :
Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah, Volume 8, Nomor 2, 2017
Yunus, Muhammad dkk. Tinjauan Fikih Muamalah Terhadap Akad Jual Beli Dalam
Transaksi Online Pada Aplikasi Go-Food. Jurnal Amwaluna Volume 2,
Nomor 1, Januari 2018
Skripsi
Hediana, Runto dan Ahmad Dasuki Aly. Transaksi Jual Beli Online Perspektif
Ekonomi Islam. Repository Fakultas Syari‟ah dan Ekonomi Islam IAIN
Syekh Nurjati Cirebon, 2016
98
Rahman Ramli, Abdul. Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai (Telaah Fatwa DSN-
MUI No. 77/DSN-MUI/V/2010). Repository Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015
Vena, Maudy. Pandangan Ekonomi Islam terhadap Minat Beli Melalui Sistem
Online Shop. Repository Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN
Alauddin Makassar, 2017
Peraturan
Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia. Fatwa DSN MUI Nomor
04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah
Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia. Fatwa DSN MUI Nomor
77/DSN-MUI/V/2010 tentang Jual Beli Emas Tidak Tunai
Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia. Fatwa DSN MUI Nomor
02/DSN-MUI/IV/2000 tentang Tabungan
Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia. Fatwa DSN MUI Nomor
05/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Jual Beli Salam
Website
https://www.tamasia.co.id/
99
Lampiran I
Surat Keterangan Penelitian
100
Lampiran II
Foto Saat Wawancara Dengan Praktisi di PT. Tamasia Global Sharia