Anda di halaman 1dari 113

ASPEK-ASPEK SYARIAH DALAM JUAL BELI EMAS ANTAM MELALUI

APLIKASI ONLINE PADA PT. TAMASIA GLOBAL SHARIA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

MAULIDIA SAKINAH
NIM : 11140460000081

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1440 H / 2018 M

i
ABSTRAK

Maulidia Sakinah. NIM 11140460000081. ASPEK-ASPEK SYARIAH DALAM


JUAL BELI EMAS ANTAM MELALUI APLIKASI ONLINE PADA PT.
TAMASIA GLOBAL SHARIA. Program Studi Hukum Ekonomi Syariah,
Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 1440 H/ 2018 M. Ix 100 halaman 2 halaman lampiran.
Studi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses mekanisme jual
beli emas Antam secara syariah melalui aplikasi online pada PT. Tamasia Global
Sharia. Untuk mengetahui apa saja akad-akad yang teridentifikasi digunakan
dalam jual beli emas Antam melalui aplikasi online pada PT. Tamasia Global
Sharia dan apakah akad- tersebut sudah sesuai atau belum dengan Fatwa DSN-
MUI terkait.
Studi ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan
pendekatan penelitian yuridis normatif dan yuridis empiris sehingga penelitian ini
dilakukan dengan mengumpulkan data-data dan melihat kenyataan yang ada
dalam praktik di lapangan tempat penelitian dilakukan yaitu pada PT. Tamasia
Global Sharia dengan menganalisis berbagai produk Tamasia. Analisis dan
identifikasi data yang didapatkan disandingkan dengan regulasi prinsip syariah
yaitu fatwa-fatwa DSN-MUI terkait akad-akad yang digunakan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mekanisme jual beli emas pada
Tamasia dilakukan melalui 2 (dua) jenis produk, yaitu produk Beli Berkala dan
produk Beli Suka-Suka. Berdasarkan analisis ketentuan-ketentuan umum yang
menjadi substansi fatwa-fatwa DSN-MUI terkait, akad-akad yang teridentifikasi
tepat digunakn dalam mekanisme jual beli emas Antam melalui aplikasi online
pada Tamasia antara lain akad murabahah pada produk Beli Berkala, akad
wadi’ah yad amanah pada tabungan emas yang ditabung di aplikasi Tamasia
dalam produk Beli Suka-Suka, dan akad salam pada proses pemesanan cetak emas
batang Antam bagi penabung yang ingin mengambil saldo tabungan emasnya.

Kata Kunci : Jual Beli, Emas, Aplikasi Online, Murabahah, Wadi’ah, Salam.

Pembimbing : Dr. Hasanudin, M.Ag.


Daftar Pustaka : Tahun 2001 sampai 2017

v
KATA PENGANTAR

‫ميحرلا نمحرلا هللا‬ ‫بسم‬


Alhamdulillah segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang telah
melimpah curahkan nikmat rohani dan jasmani kepada kami semua. Shalawat dan
salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW karena dengan
Rahmat dan syafaatnya sampai saat ini kami dapat menimba ilmu yang sangat
bermanfaat.

Dengan rahmat dan hidayah serta pertolongan dari Allah SWT,


Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah saya dalam bentuk
skripsi dengan Judul “Aspek-Aspek Syariah Dalam Jual Beli Emas Antam
Melalui Aplikasi Online Pada PT. Tamasia Global Sharia”.

Dalam penyusunan skripsi ini banyak sekali tantangan yang peneliti


hadapi namun semua itu selesai karena banyaknya motivasi dan do’a dari para
pihak, untuk itu perkenankan saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada para pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi
ini, kepada yang terhormat :

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. A.M.Hasan Ali, M.A. dan Dr. Abdurrauf, Lc., M.A. Ketua dan Sekretaris
Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Hasanudin, M.Ag. Pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan
motivasi, arahan, dan saran-saran serta banyak meluangkan waktu untuk
mengoreksi tulisan penulis agar lebih baik.
4. Muhammad Assad M.Sc. Chief Executive Officer (CEO) PT. Tamasia
Global Sharia, Hendry Pratomo, Head Of Business Development, dan Citra
Ayu Pratiwi, Head Of Human Resource yang telah mengizinkan dan
banyak membantu peneliti untuk meneliti di PT. Tamasia Global Sharia
dengan sangat loyal.

vi
5. Pimpinan perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum dan Pimpinan
perpustakaan pusat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
yang telah memberi fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan.
6. Kepada pihak-pihak lain yang telah memberi kontribusi kepada Peneliti
dalam penyelesaian karya tulis ini terutama kepada kedua orang tua Ayah
H. Abdul Kholiq Abdullah dan Mama Hj. Wahidah Alimin, serta para
sahabat dan teman seperjuangan Peneliti.

Kepada semua pihak yang telah banyak terlibat dalam menyalurkan ilmu
pengetahuan, pengalaman, dukungan, serta do’a. Peneliti ucapkan terimakasih
banyak dan mohon maaf jika dalam penulisan ini ada kesalahan ataupun ada pihak
yang dirugikan. Untuk itu kritik dan saran selalu terbuka untuk pembaca.

Semoga Allah selalu memberikan yang terbaik kepada kaumnya yang


selalu memberikan bantuan kepada sesama. Aamiin

Jakarta, November 2018

Maulidia Sakinah

vii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi

DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii

DAFTAR SKEMA ............................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1


B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ........................... 4
1. Identifikasi Masalah ...................................................................... 4
2. Batasan Masalah............................................................................ 5
3. Rumusan Masalah ......................................................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 6
1. Tujuan Penelitian .......................................................................... 6
2. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6
D. Metode Penelitian .............................................................................. 7
1. Jenis Penelitian .............................................................................. 7
2. Pendekatan Penelitian ................................................................... 7
3. Jenis Data ...................................................................................... 8
4. Sumber Data .................................................................................. 8
5. Teknik Pengumpulan Data ………………..............……..….….. 9
6. Teknik Pengolahan Data ………………..……..…..............….. 10
7. Teknik Penulisan ………………..……..…..........................….. 10
E. Sistematika Penulisan ………………..…......................…..….….. 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ………………..…….............................….….. 12

A. Kerangka Konseptual ………………..….......................…..….….. 12

viii
B. Kerangka Teori ………………..……..................................….….. 13
1. Konsep Emas dalam Islam ……………..…….…................….. 13
2. Konsep Akad ………………..…….................................….….. 18
3. Konsep Jual Beli ………………..……...........................….….. 25
C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu …………………..….....….. 35

BAB III PROFIL PT. TAMASIA GLOBAL SHARIA ……..……....….….. 38

A. Latar Belakang PT. Tamasia Global Sharia ……………..…....….. 38


B. Visi dan Misi Tamasia ………………..…….......................….….. 39
C. Legalitas Tamasia ………………..……..….............................….. 40
D. Struktur Organisasi Tamasia ………………..……..............….….. 41
E. Produk Tamasia ……………….................................……..….….. 42
F. Keuntungan Investasi Emas ………………..……..…..............….. 43

BAB IV ANALISIS ASPEK-ASPEK SYARIAH DALAM JUAL BELI


EMAS ANTAM MELALUI APLIKASI ONLINE PADA PT.
TAMASIA GLOBAL SHARIA ………………............……..….….. 44
A. Mekanisme Akad Salam Dalam Jual Beli Emas Pada PT. Tamasia
Global Sharia …………………………………………..………… 44
1. Alur Sign In (Pendaftaran) Aplikasi Online Tamasia ….…....... 44
2. Alur Transaksi Program #BeliSukaSuka ……...………...……. 45
3. Alur Transaksi Program #BeliBerkala ………….…..…......….. 50
4. Biaya-biaya Yang Ditetapkan …………………...………....…. 56
B. Indikasi Akad Dalam Jual Beli dan Simpan Emas ………...…….. 58
1. Akad Murabahah ………………………..…………...……..…. 59
2. Akad Wadi’ah ………………...……………………….......….. 63
3. Akad Salam ……………...…………………………….…..….. 67
C. Tinjauan Hukum Aspek-Aspek Syariah Pada Jual Beli Emas Produk
#BeliBerkala …………………………………….…..….....….….. 72
1. Identifikasi Akad …………………….…….…..……..….……. 72
2. Analisis Substansi Fatwa Terkait ………………..….…...……. 75

ix
D. Tinjauan Hukum Aspek-Aspek Syariah Pada Jual Beli Emas Produk
#BeliSukaSuka ………………………………………..………….. 81
1. Identifikasi Akad ………………………………….……….….. 81
2. Analisis Substansi Fatwa Terkait ………………….……....….. 86

BAB V PENUTUP …………………………….…..…………….......……….. 92

A. Kesimpulan ………………………..…...……………….....….….. 92
B. Rekomendasi ………………………..…...………..……..…....….. 93

DAFTAR PUSTAKA …………........................................……..……..…...….. 95

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Pendaftaran Akun ............................................................................ 44

Gambar 4.2 Log In Akun .................................................................................... 45

Gambar 4.3 Tab Home Aplikasi Tamasia ........................................................... 46

Gambar 4.4 Memilih Nominal Pembelian Emas ………………...……..….….. 47

Gambar 4.5 Pilhan Transfer Bank ……………......................…..……...….….. 47

Gambar 4.6 Konfirmasi Pembelian …………....................……..……...….….. 48

Gambar 4.7 Virtual Account ………………..……..................................….….. 49

Gambar 4.8 Panduan Pembayaran ……………….......................……....….….. 49

Gambar 4.9 Email Verifikasi Pembayaran Berhasil …………..……......….….. 49

Gambar 4.10 Tab Home Aplikasi Reseller Tamasia …………..……......….….. 50

Gambar 4.11 Pilihan Transfer Bank Top Up Deposit …………..……....….….. 51

Gambar 4.12 Tab Home Aplikasi Reseller Tamasia ..…………..……....….….. 52

Gambar 4.13 Pilihan Jumlah Gram Emas ………………..……..............….….. 53

Gambar 4.14 Pilihan Tenor Jangka Waktu ………………..……............….….. 54

Gambar 4.15 Rincian Biaya ………………...................................……..….….. 54

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Subyek Hukum Tamasia ....................................................................... 41

Tabel 4.1 Margin Keuntungan Tamasia ................................................................ 56

Tabel 4.2 Biaya Admin ......................................................................................... 57

Tabel 4.3 Biaya Pengiriman .................................................................................. 57

xii
DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Kerangka Teori dan Konseptual ……………………………………. 12

Skema 3.1 Struktur Organisasi PT. Tamasia Global Sharia ……………..…….. 41

Skema 3.2 Kenaikan Harga Emas Per Tahun …………………………….……. 43

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Umat Islam dalam kehidupan modern ini menghadapi tantangan
yang cukup berat. Di satu sisi ia harus mampu mengikuti perkembangan
global di bidang ekonomi dan teknologi, sementara itu di sisi lain ia juga
harus berpegang teguh pada ketentuan yang ada dalam hukum syariah.
Dengan kata lain umat Islam harus mampu bertahan di era globalisasi dengan
tetap berpedoman pada nilai-nilai syariah.
Kegiatan ekonomi tidak lepas bagaimana kita melakukan aktifitas
transaksi guna memenuhi kebutuhan hidup diri sendiri, mensejahterakan
keluarga dan membantu orang lain yang membutuhkan baik berupa pangan,
sandang dan papan. Apabila tidak terpenuhi ketiga alasan ini dapat
“dipersalahkan” menurut agama. Konteks ini menganjurkan untuk kita
seimbangkan dalam melaksanakan perintah Allah SWT dari sisi ibadah
(hablum minallah) dan juga sisi muamalah (hablum minannas).1
Dalam mempertahankan hidup seseorang diberi keleluasaan dalam
mengambil sikap guna memenuhi kebutuhan-kebutuhanya. Keleluasaan atau
kebebasan merupakan fitrah sebagai manusia mengatur dalam memenuhi
kebutuhan yang ada. Manusia dapat memaksimalkan dalam memanfatakan
sumber daya yang ada bila manusia memeiliki kesadaran yang sama maka
manusia beramai-ramai usaha apapun yang lebih sistematis efisien dan efektif
dalm rangka mengelola sumberdaya yang tidak terbatas.2
Jual beli dengan menggunakan prinsip syariah merupakan salah satu
bentuk kegiatan ekonomi yang hakikatnya adalah saling tolong menolong
sesama manusia dengan ketentuan hukumnya telah diatur dalam syariat
Islam. Karena sifatnya yang menuntut keridhoan kedua belah pihak yaitu

1
Runto Hediana dan Ahmad Dasuki Aly, “Transaksi Jual Beli Online Perspektif Ekonomi
Islam”, (Cirebon : Repository Fakultas Syariah dan Ekonomi IAIN Syekh Nurjati, 2016), h. 42
2
Alvien Septian Haerisma, “Dinar dan Dirham : Study Penerapan dan Perkembangan”
(Cirebon: Edufision Publising, 2011), h. 1

1
2

penjual dan pembeli, transaksi dengan sistem ekonomi syariah kontemporer


saat ini dapat kita temukan penerapannya dalam berbagai sektor, salah
satunya dalam transaksi jual beli emas.
Pesatnya pertumbuhan ekonomi saat ini membuat begitu banyak
institusi perbankan syariah atau lembaga-lembaga keuangan syariah lainnya
menawarkan produk pembiayaan emas kepada masyarakat. Hal ini karena
masyarakat melihat perkembangan investasi emas yang selalu naik dari tahun
ke tahun dan cenderung lebih terjangkau dibandingkan investasi properti
menyebabkan bisnis ini sangat menggiurkan.
Emas merupakan komoditi yang sangat mudah dan fleksibel untuk
diinvestasikan serta tidak harus memiliki pengetahuan khusus seperti
investasi saham. Seperti diketahui bahwa harga emas saat ini semakin hari
semakin melambung. Emas sering diidentikan sebagai barang berharga
yang bernilai estetis tinggi, terdepan, prestisius dan elegan, sehingga
orang menyebutnya sebagai logam mulia. Karena dalam keadaan murni atau
dalam udara biasa, emas tidak dapat teroksidasi atau dengan kata lain tahan
karat.3 Hal ini membuat emas semakin banyak diminati sebagai salah satu
jalan berinvestasi baik dari masyarakat kalangan menengah ke atas sampai
kalangan atas.
Beberapa tahun belakangan ini, dunia bisnis di Indonesia mengalami
perkembangan yang cukup pesat, salah satunya dipengaruhi oleh faktor
globalisasi. Perkembangan bisnis di Indonesia kini telah memasuki era
globalisasi. Era globalisasi merupakan era dimana batas antar negara tidak
lagi menjadi pemisah. Dengan kata lain tidak ada lagi penyekat yang
memisahkan hubungan antar negara untuk saling berinteraksi dalam segala
hal. Salah satunya adalah sistem jual beli dengan aplikasi online yang dapat
menjangkau berbagai target pemasaran di segala lokasi.
Saat ini telah beralih kepada era dimana transaksi tidak lagi
dilakukan secara tatap muka, melainkan sudah melalui media online. Tidak

3
Atma Kusuma, “Pelaksanaan Pembiayaan Mulia Dengan Akad Murabahah Pada PT.
Pegadaian (Persero) Syariah Kota Pekanbaru”, (Riau : Repository Universitas Riau, 2013), h. 3
3

lagi harus terjadi pertemuan antara penjual dengan pembeli di pasar,


melainkan cukup dengan menggunakan teknologi internet dan langsung
terjadi transaksi antara penjual dan pembeli. Telah terdapat berbagai macam
produk yang dijual tidak lagi melakukan penjualan secara tatap muka semata,
melainkan sudah menggunakan teknologi untuk melakukan penjualan secara
online.4
Dewasa ini perkembangan teknologi semakin memanjakan
masyariatat dalam mempermudah berbagai aktifitas sehari-hari. Aktifitas
yang dahulu terkesan membuang banyak waktu dan biaya, kini dapat
dinikmati dengan lebih mudah dan praktis tanpa merasa kerepotan. Salah
satunya dengan fasilitas layanan online yang masyariatat nikmati sekarang.
Berbagai macam fasilitas layanan online yang tersedia di masyariatat, mulai
dari sarana pembayaran online, belanja online, hingga transportasi online
dengan mudah dapat dinikmati melalui sarana e-commerce yang banyak
tersedia saat ini.5
Berdasarkan hal tersebut, pada 19 Mei 2017, Muhammad Assad,
seorang pengusaha muda yang juga praktisi keuangan syariah yang
merupakan lulusan Hamad Khalifa University Qatar, mendirikan PT. Tamasia
Global Sharia atau dengan nama dagang aplikasinya ialah “Tamasia” yang
mengklaim dirinya adalah perusahaan teknologi sebagai platform digital yang
menyediakan jasa transaksi jual beli emas batang logam mulia Aneka
Tambang (ANTAM), titip emas, dan simpan emas secara online dan
berprinsip syariah yang pertama hadir di Indonesia dengan tujuan untuk
diinvestasikan.6 Pengklaiman prinsip syariah ini karena Tamasia menerapkan
prinsip-prinsip syariah dalam transaksinya.

4
Maudy Vena, “Pandangan Ekonomi Islam terhadap Minat Beli Melalui Sistem Online
Shop”, (Makassar : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Alauddin, 2017), h. 1
5
Muhammad Yunus, dkk., “Tinjauan Fikih Muamalah Terhadap Akad Jual Beli Dalam
Transaksi Online Pada Aplikasi Go-Food”, Jurnal Amwaluna Volume 2 Nomor 1, Januari 2018,
h. 145-146
6
Hendry Pratomo, “Buku Panduan Tamasia Versi 1.1”, (Jakarta : PT. Tamasia Global
Sharia, 2017), h. 1
4

Mengingat saat ini juga banyak sekali bermunculan Lembaga


Keuangan Syariah baik Bank maupun Non-Bank yang membuka produk
pembiayaan kepemilikan emas secara syariah untuk masyarakat secara
manual dengan pembeli mendatangi langsung kantor Lembaga Keuangan
Syariah tersebut. Tamasia memberi warna baru akan jual beli emas secara
syariah di Indonesia melalui aplikasi yang pembelinya tidak perlu lagi
bertatap muka langsung dengan penjual. Namun perlu diperjelas dan
diperhatikan kembali, dalam menerapkan prinsip-prinsip syariah ini, apa
akad-akad syariah yang dianut Tamasia dalam transaksi jual beli emas Antam
melalui aplikasi online ini.
Sebagai platform online transaksi emas dengan prinsip syariah yang
pertama kali hadir di Indonesia, kemunculan Tamasia masih perlu
dipertanyakan mekanisme operasionalnya dari segi aspek-aspek syariah.
Berdasarkan pemikiran yang telah dikemukakan di atas, karena belum pernah
ada yang meneliti tentang analisis aspek-aspek syariah dalam mekanisme
penerapan akad jual beli emas Antam dengan platform digital secara online
dan berprinsip syariah di Indonesia dalam lingkup PT. Tamasia Global
Sharia, maka Peneliti tertarik untuk menyusun skripsi dengan judul “Aspek-
Aspek Syariah Dalam Jual Beli Emas Antam Melalui Aplikasi Online
Pada PT. Tamasia Global Sharia”.

B. Idetifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah


1. Identifikasi Masalah
Sebelum menuju kepada pembatasan dan perumusan masalah,
Peneliti melakukan identifikasi masalah terlebih dahulu, antara lain :
a. Apa bidang usaha yang dijalankan oleh PT. Tamasia Global Sharia?
b. Apa landasan hukum PT. Tamasia Global Sharia dalam menjalankan
usaha berprinsip syariah?
c. Bagaimana proses jual beli emas Antam secara syariah melalui
aplikasi aplikasi online pada PT. Tamasia Global Sharia?
5

d. Apa saja akad-akad yang teridentifikasi digunakan dalam jual beli


emas Antam melalui aplikasi online pada PT. Tamasia Global Sharia?
e. Apakah akad-akad yang teridentifikasi digunakan dalam jual beli
emas Antam pada PT. Tamasia Global Sharia sudah sesuai dengan
Fatwa DSN-MUI terkait?

2. Pembatasan Masalah
Karena luasnya pembahasan yang akan diteliti serta agar tidak
melenceng jauh dari pembahasan, maka Peneliti membatasi masalah
yang akan dibahas hanya seputar bagaimana proses jual beli emas Antam
secara syariah melalui aplikasi online pada PT. Tamasia Global Sharia.
Kemudian mengindentifikasi apa saja akad-akad yang digunakan dalam
jual beli emas Antam melalui aplikasi online pada PT. Tamasia Global
Sharia dan menganalisis apakah akad-akad yang teridentifikasi tersebut
sudah sesuai atau belum dengan Fatwa DSN-MUI terkait.

3. Perumusan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan selanjutnya, maka Peneliti
mengangkat sebuah perumusan masalah, yaitu berdasarkan data bahwa
Tamasia adalah platform online transaksi emas dengan prinsip syariah
yang pertama kali hadir di Indonesia, maka kemunculan Tamasia masih
perlu dipertanyakan dari segi aspek-aspek syariah mengenai mekanisme
operasional dalam jual beli emas antam melalui aplikasi online.
Kemudian Peneliti mempertegas dengan beberapa pertanyaan penelitian
sebagai berikut :
a. Bagaimana mekanise proses jual beli emas Antam secara syariah
melalui aplikasi online pada PT. Tamasia Global Sharia?
b. Apa saja akad-akad yang teridentifikasi digunakan dalam proses jual
beli emas Antam melalui aplikasi online pada PT. Tamasia Global
Sharia?
6

c. Apakah akad-akad yang teridentifikasi digunakan dalam jual beli


emas Antam pada PT. Tamasia Global Sharia tersebut sudah sesuai
atau belum dengan Fatwa DSN-MUI terkait?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan Peneliti dari melakukan penelitian Aspek-Aspek
Syariah Dalam Jual Beli Emas Antam Melalui Aplikasi Online Pada
PT. Tamasia Global Sharia ini, antara lain :
a. Untuk mengetahui mekanise proses jual beli emas Antam secara syariah
melalui aplikasi online pada PT. Tamasia Global Sharia.
b. Untuk mengetahui akad-akad yang teridentifikasi digunakan dalam jual
beli emas Antam melalui aplikasi online pada PT. Tamasia Global
Sharia.
c. Untuk mengetahui akad-akad yang teridentifikasi digunakan dalam jual
beli emas Antam pada PT. Tamasia Global Sharia tersebut sudah sesuai
atau belum dengan Fatwa DSN-MUI terkait.

2. Manfaat Penelitian
Secara garis besar, manfaat untuk penelitian ini dapat dibedakan
menjadi 2 (dua), yaitu :
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan dalam bidang hukum ekonomi syariah tentang bagaimana
implementasi akad jual beli salam dalam proses jual beli emas Antam
secara online dengan aplikasi pada PT. Tamasia Global Sharia sudah
sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariah terhadap fatwa terkait.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi
masukan bagi para pihak, antara lain :
7

1) Bagi Peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan


Penulis lebih mengetahui dan memahami mengenai implementasi
akad jual beli salam dalam proses jual beli emas Antam secara online
dengan aplikasi pada PT. Tamasia Global Sharia.
2) Bagi PT. Tamasia Global Sharia, hasil penelitian ini diharapkan
dapat menjadi masukan yang bermanfaat.
3) Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
sumber informasi, sumber ilmu pengetahuan, dan sumber literatur
hukum ekonomi syariah.

D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian
kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan berdasarkan paradigma,
strategi, dan implementasi model secara kualitatif.7 Sedangkan penelitian
deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu gejala
masyarakat tertentu.8 Tujuan dari menggunakan jenis penelitian ini adalah
untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada
saat penelitian dilakukan. Jenis penelitian ini dilakukan dengan
mengumpulkan, menyusun, dan mendeskripsikan berbagai dokumen, data,
dan informasi yang aktual, yang bertujuan untuk menjelaskan
permasalahan sampai menemukan jawaban yang diharapkan.

2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan normatif empiris.
Jikalau penelitian hukum normatif berupaya untuk melihat hukum dari
perspektif norma-norma atau aturan yang tertulis, maka penelitian hukum

7
Basrowi dan Suwandi, “Memahami Penelitian Kualitatif”, (Jakarta : Rineka Cipta, 2008),
h. 20
8
Sukardarrumidi, “Metodologi Penelitian : Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula”,
(Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2004), h. 104
8

empiris untuk melihat bagaimana hukum tersebut dipraktikan.9 Pendekatan


penelitian ini dilakukan berdasarkan bahan hukum utama dengan menelaah
teori-teori, konsep-konsep, serta berbagai peraturan yang tercantum dalam
fatwa yang berhubungan dengan penelitian ini. Pendekatan juga dilakukan
dengan melihat kenyataan yang ada dalam praktik di lapangan tempat
penelitian.

3. Jenis Data
Jenis data bersifat kualitatif didasarkan pada isi atau mutu suatu
fakta di dalam jurnal-jurnal yang menjadi literatur yang dikumpulkan,
peraturan-peraturan terkait permasalahan baik fatwa maupun perundang-
undangan, serta wawancara pihak-pihak yang berkompeten. Kemudian
data-data tersebut dianalisa agar dapat menjawab permasalahan yang ada.

4. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer yang digunakan yaitu bahan yang menjelaskan topik
terkait dengan penelitian bersumber dari jurnal-jurnal yang
mengandung informasi yang berhubungan dengan masalah yang
dibahas terkait dengan proses jual beli emas Antam melalui aplikasi
online pada PT. Tamasia Global Sharia.
Selain itu, data primer juga didapatkan dari wawancara yang
dilakukan kepada para praktisi jual beli emas Antam khususnya di PT.
Tamasia Global Sharia, serta wawancara kepada para narasumber yang
berkompeten di bidang penentuan kesesuaian syariah khususnya para
praktisi di Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia.
b. Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan adalah ketentuan-ketentuan
syariah mengenai akad-akad yang teridentifikasi digunakan dalam

9
Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin, “Metode Penelitian Hukum”, (Jakarta :
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 47
9

proses jual beli emas Antam melalui aplikasi online pada PT. Tamasia
Global Sharia, anatara lain :
1) Fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia Nomor
04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah
2) Fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia Nomor
77/DSN-MUI/V/2010 tentang Jual Beli Emas Tidak Tunai
3) Fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia Nomor
02/DSN-MUI/IV/2000 tentang Tabungan
4) Fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia Nomor
05/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Jual Beli Salam

5. Teknik Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data yang relevan dengan permasalahan yang
diteliti, dikaitkan dengan pendekatan penelitian hukum yang bersifat
yuridis normatif, maka teknik pengumpulan data yang digunakan, antara
lain :
a. Teknik observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap
proses transaksi jual beli dengan menjadi salah satu reseller dan
mengikuti Tamasia Reseller Academy atau training berbentuk short
course pada PT. Tamasia Global Sharia.
b. Teknik kepustakaan (library research), yaitu menyandingkan
pembahasan terhadap literatur-literatur yang berkaitan yang berkaitan
dengan implementasi akad jual beli salam pada Lembaga Keuangan
Syariah.
c. Teknik wawancara, yaitu dengan melakukan wawancara kepada para
praktisi di PT. Tamasia Global Sharia, kemudian wawancara kepada
para narasumber yang berkompeten di bidang penentuan kesesuaian
syariah serta di bidang investasi emas.
10

6. Teknik Pengolahan Data


Teknik pengolahan data pada penelitian ini mengikuti jenis
penelitian ini sendiri yang berupa kualitatif deskriptif. Data-data kualitatif
yang diperoleh akan dianalisis dan dihubungkan dengan rumusan masalah
yang ada untuk kemudian ditafsirkan sebagai salah satu upaya mencari
solusi atau jawaban atas masalah-masalah yang diidentifikasi dalam
penelitian ini.
Teknis pengolahan data kualitatif dilakukan dengan mentranskip
hasil wawancara, mengedit data, kemudian mengklarifikasi data sesuai
dengan masalah atau tema yang dibahas. Setelah selesai mengumpulkan
data secara lengkap, tahapan selanjutnya adalah analisis data. Pada tahapan
ini, data dikerjakan serta dimanfaatkan sampai dapat berhasil
menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab
persoalan yang diajukan dalam penelitian.

7. Teknik Penulisan
Teknik penulisan yang digunakan dalam penulisan penelitian ini
mengacu pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan
Hukum Tahun 2017.

E. Sistematika Penulisan
Skripsi ini akan disusun dalam beberapa bab dengan tujuan untuk
mempermudah penulisan dan memperjelas pembacaannya. Adapun
sistematika penulisan laporan skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisi pengantar untuk memahami garis besar dari
seluruh pembahasan. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar
belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penelitian, dan sistematika penulisan.
11

BAB II : KAJIAN PUSTAKA


Dalam bab ini menjelaskan kerangka konseptual, kerangka teori
yang berkaitan dengan mengenai proses jual beli emas Antam
melalui aplikasi online pada PT. Tamasia Global Sharia, dan
tinjauan (review) kajian terdahulu.
BAB III : PROFIL PT. TAMASIA GLOBAL SHARIA
Dalam bab ini menjelaskan profil PT. Tamasia Global Sharia
antara lain latar belakang perusahaan, visi dan misi, legalitas
perusahaan, struktur organisasi perusahaan, produk, serta
keuntungan berinvestasi emas melalui Tamasia.
BAB IV : ASPEK-ASPEK SYARIAH DALAM JUAL BELI EMAS
ANTAM MELALUI APLIKASI ONLINE PADA PT.
TAMASIA GLOBAL SHARIA
Dalam bab ini menjelaskan bagaimana analisis proses jual beli
emas Antam melalui aplikasi online pada PT. Tamasia Global
Sharia, identifikasi akad-akad yang digunakan dalam jual beli
tersebut, dan kemudian diteliti apakah sudah sesuai atau belum
dengan fatwa-fatwa terkait.
BAB V : PENUTUP
Dalam bab ini merupakan penutupan dari penelitian, yang
didalamnya memuat kesimpulan dan rekomendasi.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Konseptual
Gambaran konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam
kerangka berikut ini :

Aspek-Aspek Syariah Dalam Jual Beli Emas Antam Melalui Aplikasi Online Pada
PT. Tamasia Global Sharia

Analisis proses dan mekanisme jual beli emas Antam melalui aplikasi
online pada PT. Tamasia Global Sharia

Identifikasi akad-akad yang tepat digunakan dalam transaks masing-masing


produk dan tinjauan hukum kesesuaian syariah akad-akad yang digunakan
dengan fatwa-fatwa DSN-MUI yang terkait pada PT. Tamasia Global Sharia

Fatwa DSN-MUI Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah

Fatwa DSN-MUI Nomor 77/DSN-MUI/V/2010 tentang Jual Beli Emas


Tidak Tunai

Fatwa DSN-MUI Nomor 02/DSN-MUI/IV/2000 tentang Tabungan

Fatwa DSN-MUI Nomor 05/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Jual Beli


Salam

Sesuai Tidak Sesuai

Hasil Penelitian

Kesimpulan Rekomendasi (Saran)

Skema 2.1 Kerangka Teori dan Konseptual

12
13

B. Kerangka Teori
Kerangka teori dalam penelitian Aspek-Aspek Syariah Dalam Jual
Beli Emas Antam Melalui Aplikasi Online Pada PT. Tamasia Global
Sharia difokuskan sesuai dengan rumusan masalahnya yang telah dipaparkan
sebelumnya, yaitu :
Menganalisis proses jual beli emas Antam melalui aplikasi online
pada PT. Tamasia Global Sharia dan mengidentifikasi akad-akad yang tepat
digunakan, dilihat dari mekanisme operasional yang dijalankan baik oleh
pihak Tamasia maupun pihak calon pembeli emas dalam transaksi masing-
masing produk dari PT. Tamasia Global Sharia diantaranya produk Beli
Berkala dan produk Beli Suka-Suka.
Pengidentifikasian dilakukan berdasarkan akad-akad jual beli emas
yang biasa digunakan pada lembaga-lembaga keuangan syariah lain yang juga
memiliki transaksi produk jual beli emas. Akad-akad yang teridentifikasi
tersebut dianalisis dengan tinjauan hukum apakah telah sesuai atau belum
dengan fatwa-fatwa DSN-MUI yang terkait. Penganalisaan dilakukan dengan
membedah satu per satu substansi ketentuan pada fatwa tersebut dikaitkan
dengan mekanisme yang ada pada PT. Tamasia Global Sharia.
Terakhir akan disampaikan hasil penelitian berupa kesimpulan
bagaimana proses jual beli emas Antam secara syariah melalui aplikasi online
pada PT. Tamasia Global Sharia, akad-akad yang teridentifikasi digunakan
dalam masing-masing transaksi, kesesuaian syariah dengan fatwa-fatwa
terkait akad, dan rekomendasi untuk beberapa pihak terkait. Berikut ini
adalah penjelasan lebih lanjut mengenai konsep emas dalam Islam, akad, dan
jual beli:
1. Konsep Emas dalam Islam
Setiap negara akan berupaya mempertahankan satuan moneter dan
jenis uang yang dimiliki dalam satuan unit yang tetap dan mempunyai nilai
yang stabil dilihat dari komoditi tertentu. Pada dasarnya uang memiliki
tiga fungsi utama, sebagai alat tukar (medium of exchange), sebagai satuan
nilai (unit of account) dan penyimpan nilai (store of value). Berkaitan
14

dengan fungsinya sebagai penyimpan nilai, ternyata uang difungsikan


sebagai suatu yang bertentangan dengan fungsi sebenarnya dari uang.
Uang dianggap berubah nilainya akibat waktu (time value of
money), sehingga sebagai standar ukur dan satuan nilai daya bell uang
menjadi turun. Padahal, supaya tetap memiliki daya beli, uang harus tetap
berada dalam ukurannya. Uang tidak dapat berubah, bertambah dan
berkurang, hanya karena waktu. Uang akan berubah jika dan hanya jika
digunakan dalam aktifitas riil dalam perekonomian.
Dalam sejarah komoditi uang sebagai standar, terdapat dua standar
yang umum digunakan yaitu standar emas (gold currency standards) dan
standar perak (silver currency standards). Meski demikian secara umum
dapat didefinisikan sebagai satuan moneter dari emas dengan ukuran
tertentu terhadap satu satuan mata uang (termasuk perak) dan mendapat
ijin penuh dalam mengkonversi antara emas dengan uang dan antara uang
dengan emas. Hubungan mekanis emas dan satuan moneter jelas akan
mendorong keyakinan akan nilai unit moneter. Hal inilah yang menjamin
stabilitas terhadap sistem moneter.1
Dapat kita katakan bahwa emas dan perak mempunyai keunggulan
dan keistimewaan seperti berikut :
a. Emas dan perak adalah logam yang berharga. Nilainya tidak tergantung
pada negara manapun, bahkan tidak tergantung dengan sistem ekonomi
manapun.
b. Didasarkan pada praktek di zaman Rasulullah di mana emas di gunakan
sebagai bahan pembentuk uang. Dengan mata uang yang berasal dari
emas ini, maka nilai mata uang adalah berhubungkait langsung dengan
emas itu sendiri. Jika mata uang tersebut tidak lagi dikehendaki, maka
pemegang uang tersebut dapat langsung melebur uang tersebut dan
kemudian menyimpan atau menjuahiya dalam bentuk emas yang masih

1
Arif Pujiyono, “Dinar dan Sistem Standar Tunggal Emas Ditinjau Menurut Sistem
Moneter Islam”, Jurnal Dinamika Pembangunan : Vol. 1 No. 2 / Desember 2004, h. 146-147
15

memiliki nilai emas. Keadaan seperti ini di percayai dapat menjaga


kestabilan mata uang.
c. Berdasarkan kenyataan di atas, uang emas juga akan mudah dalam
pengendalian inflasi, karena harga emas mempunyai harga relatif stabil
terhadap barang lain. Kenaikan harga-harga barang umum akan di ikuti
juga dengan naiknya harga emas. Hingga jika barang tersebut di ukur
dengan harga emas (the price of commodities in term of gold) maka
harga sebenamya adalah tetap atau tidak berubah.
d. Nilai emas dan perak mempunyai instrinsik menyebabkan emas dan
perak dapat dipercaya.
e. Emas dan perak mudah dibawa dan harganya mahal, walaupun bentuk
dan ukuranya kecil dan ringan dalam bentuk timbangan.
f. Emas dan perak selamat daripada kerusakan, karena emas dan perak
tidaklah berkarat.
g. Emas dan perak dapat di pecah-pecahkan dan dibagi-bagi kepada unit
yang lebih kecil tanpa mengurangkan harga setiap bagian dan
pecahannya, baik dalam keadaan terpisah ataupun bersama dengan
bagian yang lain. Ini berbeda dengan mata uang kertas jika kita robek
maka hilanglah harga uang tersebut.
h. Homogen diantara potongan-potongan atau kepingan emas dan perak
yang telah dituang (dijadikan syiling). Pada umumnya, biji gandum
Audsa adalah berbeda mutunya dengan biji gandmn yang berasal dari
California, dan bulu biri-biri daripada Australia berbeda kualitasnya
dari kulit biri-biri dari negara Mexico. Akan tetapi seorang pakar yang
sangat berpengalaman tidak akan mampu membedakan antara emas
keluaran Australia dengan emas yang dikeluarkan oleh Mexico. Ini
sebabnya, pergadangan dengan mengunakan emas dan perak itu
disemua negara dan tempat dilakukan dengan mengikuti satu kebijakan
saja.
i. Kepingan-kepingan emas dam perak yang sudah dituang sebagai mata
uang adalah sukar dipalsukan karena beberapa keistimewaan yang ujud
16

pada keduadua bahan logam yang berharga itu, yaitu dari segi wama,
dengung bunyi, dan kerasnya. Oleh sebab itu, kedua-duanya susah
untuk ditipu.
j. Kestabilan dan kemantapan harga kedua bahan itu berbanding dengan
harga logam-logam lain. Emas dan perak bukanlah barang yang dapat
digimakan dan dihasilkan semula setiap tahun dan menyebabkan
pengeluarannya yang terakhir mengalami banyak masalah tentang harga
seperti biji-bijian, kapas, kopi dan lainnya. Emas dan perak yang teldi
dikeluarkan sejak zaman purba lagi tidak rusak karena digunakan
kecuali hilang dengan sebab pemborosan atau takdir Allah.2

Keuntungan dari investasi emas ini adalah adanya perbedaan harga


atau kenaikan harga emas, yakni adanya perbedaaan atau kenaikan antara
harga beli dengan harga jual emas itu sendiri. Contoh dalam 2 sampai 10
hari saja apabila sudah terjadi kenaikan harga emas maka pasti akan
mendapatkan keuntungan. Inilah yang menjadi keuntungan investasi
dengan emas, dengan harga yang selalu naik dari hari-hari sebelumnya. Di
samping itu emas berguna untuk menjaga nilai agar tidak merosot terkena
inflasi. Adapun keuntungan bagi bank sendiri adalah adanya biaya atau
ujrah atas emas yang digadaikan dan disimpan di bank syariah.
Jika kita meninjau ulang terhadap pola keuntungan dari investasi
emas dimana keuntungan investasi ini berupa jangka pendek yakni adanya
selisih antara harga beli dengan harga jual. Disini ada keleluasaan nasabah
untuk menggoreng harga emas, kapan nasabah membeli emas dan kapan
nasabah menjualnya. Dengan ini kiranya jelas pola investasi emas ini
bermain pada ranah spekulatif, karena hanya dengan keuntungan yang
diperoleh dari selisih harga beli dengan harga jual lah nasabah
mendapatkan keuntungan dengan sendirinya. Begitu pula jika saat emas
dinanti kenaikannya, sedangkan harga emas semakin lesu maka mau tidak

2
Deny Setiawan, dkk., “Kekuatan Emas dan Perak Sebagai Mata Uang Dunia Suatu Studi
Pendahuluan”, Jumal Ekonomi Volume 18, Nomor 1 Maret 2010, h. 126-127
17

mau, nasabah tetap menggadaikan emasnya di perbankan sampai harga


emas menjulang tinggi, kecuali pada saat-saat tertentu yang mengharuskan
nasabah untuk menjual emas yang digadaikannya.3
Konsep seperti diatas lebih dikenal dengan sebutan spekulatif atau
maysir, yang secara umum menggambarkan adanya keuntungan tanpa
adanya usaha riil untuk mendapatkan keuntungan tersebut. Memang pada
hakikatnya pola investasi adalah suatu pola bisnis yang ingin mendapatkan
keuntungan di masa yang akan datang. Tidak salah jika investasi lebih
menginginkan adanya keuntungan di masa depan, tetapi tentunya
kesemuanya ini diiringi dengan usaha riil yang jelas, bukan hanya
mengharapkan adanya kenaikan dari harga emas.
Dalam prinsip ekonomi islam berkenaan dengan konsep investasi
emas yakni tidak adanya larangan berupa pola investasi emas apabila hal
itu tetap mengacu pada prinsip islam. Tetapi jika hal itu telah melampaui
batasan yang diberikan oleh prinsip islam, maka hal itu harus ditinggalkan.
Adapun unsur-unsur yang dilarang dalam transaksi diantaranya:
perniagaan barang-barang yang haram, bunga atau riba‟, perjudian atau
spekulasi yang disengaja dan ketidaksejalsan serta manipulatif (gharar).
Dengan adanya batasan dalam prinsip ekonomi islam diatas kiranya
jelas sekali pola investasi yang mengandung unsur spekulatif merupakan
sesuatu yang dilarang dalam islam. Dalam basic kebijakan ekonomi islam
pun dijelaskan secara tegas akan larangan riba, pelarangan gharar, barang-
barang yang haram dan pentingnya pelembagaan zakat dalam kebijakan
yang diberikan oleh ekonomi islam.
Jika menilik sejenak tentang konsep maqasid syariah berkenaan
dengan konsep investasi yang spekulatif akan menyebabkan adanya
ketidakadilan, yang mana akan terjadinya gap atau kesenjangan pihak
investasi spekulatif dengan para pekerja sector riil. Hal ini jelas
mengakibatkan ketidakadilan dimana seorang investor dengan mudahnya
3
Anggoro Sugeng , “Analisis Prinsip Ekonomi Islam Terhadap Operasional Produk
Investasi Emas Pada Perbankan Syariah X”, La Riba : Jurnal Ekonomi Islam Volume VI, No. 2,
Desember 2012, h. 173-175
18

memperoleh uang sedangkan pihak yang semangat bekerja hanya


mendapatkan uang yang kurang sepadan dengan apa yang dilakukan.
Jika melihat lebih dalam lagi dari nilai-nilai dasar ekonomi islam
yang terdapat konsep adil dalam formulasi nilai-nilai dasar ekonomi islam.
Adapun keadilan yang dimaksud disini berupa nilai turunan yang berasal
darinya salah satunya adalah persamaan kompensasi. Persamaan
kompensasi adalah pengertian adil yang paling umum, yaitu bahwa
seseorang harus memberikan kompensasi yang sepadan kepada pihak lain
sesuai dengan pengorbanan yang dilakukan. Pengorbanan yang telah
dilakukan inilah yang menimbulkan hak pada seseorang yang telah
melakukan pengorbanan untuk memperoleh balasan yang seimbang
dengan pengorbanannya.4

2. Konsep Akad
a. Pengertian Akad
Kata “Akad” berasal dari bahasa arab al-aqdu dalam bentuk
jamak di sebut al-„uquud yang berarti ikatan atau simpul tali. Menurut
para ulama fiqh, kata akad didefinisikan sebagai hubungan antara ijab
dan kabul sesuai dengan kehendak syariat yang menetapkan adanya
pengaruh (akibat) hukum dalam objek perikatan.
Rumusan akad di atas mengindikasikan bahwa perjanjian harus
merupakan perjanjian kedua belah pihak untuk mengikatkan diri
tentang perbuatan yang akan dilakukan dalam suatu hal yang khusus.
Akad ini diwujudkan Pertama, dalam ijab dan kabul. Kedua, sesuai
dengan kehendak syariat. Ketiga, adanya akibat hukum pada objek
perikatan.5

4
Munrokhim Misanam, dkk, “Ekonomi Islam”, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), h.
59
5
Fathurrahman Djamil, “Hukum Perjanjian Syariah, dalam Kompilasi Hukum Perikatan
Oleh Mariam Darus Badrul Zaman”, (Bandung: Cipta Adiya Bhakti, 2001), h. 247
19

b. Rukun Akad
Untuk sahnya suatu akad harus memenuhi rukun akad yang
merupakan unsur asasi dari akad. Rukun akad tersebut adalah :
1) Pihak-Pihak Yang Berakad (Al-Aqid)
Pihak-pihak yang berakad adalah orang, persekutuan, atau badan
usaha yang memiliki kecakapan dalam melakukan perbuatan hokum
serta memiliki kewenangan terhadap objek akad.
2) Shighat (Ijab dan Qabul)
Sighat adalah perbuatan yang menunjukkan terjadinya akad
berupa ijab dan qabul. Mengucapkan dalam akad merupakan salah
satu cara lain yang dapat ditempuh dalam mengadakan akad, tetapi
ada juga dengan cara lain yang dapat menggambarkan kehendak
untuk berakad para ulama menerangkan beberapa cara yang
ditempuh dalam akad diantaranya :
a) Dengan cara tulisan, misalnya, ketika dua orang yang terjadi
transaksi jual beli yang berjauhan maka ijab qabul dengan cara
tulisan (kitabah).
b) Dengan cara isyarat, bagi orang yang tidak dapat melakukan akad
jual beli dengan cara ucapan atau tulisan, maka boleh
menggunakan isyarat. Sehingga muncullah kaidah:
ُُ‫ب‬
ِ ‫س‬َ ّ‫بىي‬ ِ ٍََ‫طُم َْبىج‬
ِ ِ‫بُُُث‬ ُ ِ ‫َبس ُحُُ ْاى ََ ْعُْٖ٘ دَ ُحُُ ِى ْْلَ ْخ َش‬
َ ‫ا َ ْ ِْلش‬
“Isyarat bisa dimengerti bagi orang bisu sama dengan ucapan
lidah”
c) Dengan cara ta‟athi atau saling melakukan tindakan, misalnya,
seseorang melakukan pemberian kepada orang lain, dan orang
yang diberi tersebut memberikan imbalan kepada orang yang
memberinya tanpa ditentukan besar imbalan.
d) Dengan cara lisan al-hal, menurut sebagian ulama mengatakan,
apabila seseorang meninggalkan barang-barang dihadapan orang
lain kemudian orang itu pergi dan orang yang ditinggali barang-
barang itu berdiam diri saja hal itu dipandang telah ada akad
20

wadi‟ah (titipan) antara orang yang meletakkan barang titipan


dengan jalan dalalah al hal.6
3) Objek Akad (Ma‟qud „Alaihi)
Objek akad adalah amwal yaitu harta berupa barang atau jasa
yang dihalalkan yang dibutuhkan masing-masing pihak. Ditinjau dari
segi benda yang dijadikan obyek jual beli dapat dikemukakan
pendapat Imam Taqiyuddin bahwa benda dalam jual beli dibagi
menjadi tiga bentuk, yaitu :
a) Jual beli benda yang kelihatan
Jual beli benda yang kelihatan ialah pada waktu melakukan
akad jual beli benda atau barang yang diperjual belikan ada di
depan penjual dan pembeli, hal ini lazim dilakukan masyarakat
banyak, seperti membeli beras di pasar dan boleh dilakukan.
b) Jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam janji atau salam,
Jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam perjanjian ialah
jual beli salam (pesanan). Menurut kebiasaan para pedagang,
salam adalah untuk jual beli yang tidak tunai (kontan), salam pada
awalnya berarti meminjamkan ba-rang atau sesuatu yang
seimbang dengan harga tertentu, maksudnya ialah perjanjian
sesuatu yang penyerahan barang-barangnya ditangguhkan hingga
masa tertentu, sebagai imbalan harga yang telah ditetapkan ketika
akad.
c) Jual beli benda yang tidak ada
Jual beli benda yang tidak ada serta tidak dapat dilihat ialah
jual beli yang dilarang oleh agama Islam, karena barangnya tidak
tentu atau masih gelap, sehingga dikhawatirkan barang tersebut
diperoleh dari curian atau ba-rang titipan yang akibatnya dapat
menimbulkan kerugian salah satu pihak.7

6
Shobirin, “Jual Beli Dalam Pandangan Islam”, Jurnal Bisnis dan Manajemen Islam
Volume 3, Nomor 2, Desember 2015, h. 247
7
Wati Susiawati, “Jual Beli Dan Dalam Konteks Kekinian”, Jurnal Ekonomi Islam
Volume 8, Nomor 2, November 2017, h. 179-180
21

4) Tujuan Akad (Maudhu‟ Al-Aqd)


Tujuan akad (maudhu‟ al-„aqd) yaitu tujuan atau maksud pokok
mengadakan akad. Berbeda akad maka berbedalah tujuan pokok
akad. Dalam akad jual beli misalnya, tujuan pokoknya yaitu
memindahkan barang dari penjual kepada pembeli dengan diberi
ganti. Tujuan pokok akad hibah yaitu memindahkan barang dari
pemberi kepada yang diberi untuk dimilikinya tanpa pengganti
(„iwadh). Tujuan pokok akad ijarah yaitu memberikan manfaat
dengan adanya pengganti.8
Tujuan akad pada dasarnya ialah maksud utama disyariatkan
akad itu sendiri. Misalnya, seorang nasabah ingin melakukan jual
beli melalui lembaga perbankan syariah tujuanya tentu selain
mendapatkan keuntungan secara ekonomi, juga dalam rangka
mengamalkan perintah Allah yang telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba.
Dengan demikian, jika seseorang hamba Allah yang ingin
mendapatkan keuntungan hakiki bukan dilakukan dengan cara riba,
melainkan dengan cara jual beli. Adapun tujuan jual beli itu sendiri
dapat di capai melalui jenis akad yang digunakan. Maka, tujuan akad
itu terkait erat dengan berbagai bentuk yang dilakukan. Namun,
apabila dalam jual beli niatnya bukan karena Allah melainkan hanya
untuk mencari keuntungan semata, maka hasilnya pun sesuai dengan
apa yang diniatkanya itu.9

c. Syarat Sahnya Akad


Apabila suatu akad sudah memenuhi rukun-rukunnya, maka ia
sudah dapat dikatakan sebagai akad karena substansi dari akad sudah
ada, namun akad tersebut baru akan dapat dikatakan sah apabila telah

8
Abdul Rahman Ghazaly, “Fiqh Muamalat”, (Jakarta : Prenamedia Group, 2010), h. 52
9
Haqiqi Rafsanjanim, “Akad Tabarru‟ Dalam Transaksi Bisnis”, (Jurnal Perbankan
Syariah Universitas Muhammadiyah Surabaya Volume 1, Nomor 1, Mei 2016), h. 105
22

memenuhi syarat-syarat dari akad tersebut. Di samping rukun, syarat


akad juga harus terpenuhi agar akad itu sah. Adapun syarat-syarat itu
adalah :
1) Syarat adanya sebuah akad, yaitu syarat yang terbagi menjadi dua
yaitu syarat umum dan syarat khusus, syarat khusus adanya sebuah
akad adalah syarat tambahan yang harus dipenuhi oleh suatu akad
khusus seperti adanya saksi dalam akad nikah.adapun syarat umum
ada tiga, yaitu :
a) Syarat-syarat yang harus dipenuhi pada rukun akad.
b) Akad itu bukan akad yang terlarang.
c) Akad itu harus bermanfaat.
2) Syarat sah akad, yaitu tidak terdapatnya lima hal perusak sahnya
dalam akad, yaitu: ketidakjelasan jenis yang menyebabkan
pertengkaran (al-jahalah), adanya paksaan (ikrah), membatasi
kepemilikan terhadap suatu barang (tauqit), terdapat unsur tipuan
(gharar), terdapat bahaya dalam pelaksanaan akad (dharar).
3) Syarat berlakunya (nafidz) akad, yaitu syarat berlakunya sebuah akad
yang dilakukan yaitu:
a) Adanya kepemilikan terhadap barang atau adanya otoritas untuk
mengadakan akad, baik secara langsung ataupun perwakilan.
b) pada barang atau jasa tersebut tidak terdapat hak orang.
4) Syarat adanya kekuatan hukum (luzum „aqd) suatu akad baru bersifat
mengikat apabila ia terbebas dari segala macam hak khiyar.10

d. Jenis-Jenis Akad dalam Ekonomi Syariah


Dari segi ada atau tidak adanya kompensasi, fiqh muamalah
membagi lagi akad menjadi dua bagian, yaitu:
1) Akad Tijarah
Akad tijarah adalah akad yang dimaksudkan untuk mencari
dan mendapatkan keuntungan di mana rukun dan syarat telah

10
Mardani, “Fiqh Ekonomi Syariah”, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 74-75
23

dipenuhi semuanya. Akad yang termasuk dalam kategori ini adalah:


Murabahah, Salam, Istishna‟dan ijarah muntahiya bittamlik serta
Mudharabah dan Musyarakah. Atau dalam redaksi lain akad tijari
(conpensational contract) adalah segala macam perjanjian yang
menyangkut for profit transaction. Akad ini dilakukan dengan tujuan
untuk mencari keuntungan, karena itu bersifat komersial.
Pada dasarnya jual beli dalam Islam menggunakan akad-akad
tijarah. Keberhasilan usaha dagang (at-tijarah) adalah adanya
keuntungan atau laba yang diharapkan. Di sinilah perbedaan
aktivitas tabarru‟ dengan tijarah. Artinya persyaratan memperoleh
keuntungan sekaligus memberi kesempatan kepada pihak lain
mendapat keuntungan merupakan sesuatu yang mutlak. Dengan
demikian akan terlahirlah transaksi yang „an taradhin yang berarti
saling ridha di antara para pihak.11
2) Akad Tabarru
Akad tabarru adalah akad yang dimaksudkan untuk menolong
dan murni semata-mata karena mengharapkan ridha dan pahala dari
Allah SWT, sama sekali tidak ada unsur mencari return ataupun
motif. Akad yang termasuk dalam kategori ini adalah: Hibah, Wakaf,
Wasiat, Wakalah, Kafalah, Hawalah, Rahn, dan Qard.
Atau dalam redaksi lain akad tabarru‟ (gratuitous contract)
adalah segala macam perjanjian yang menyangkut nonprofit
transaction (transaksi nirlaba). Transaksi ini pada hakikatnya bukan
transaksi bisnis untuk mencari keuntungan komersil.12

e. Berakhirnya Akad
Menurut hukum Islam, akad berakhir karena sebab-sebab
terpenuhinya tujuan akad (tahqiq gharadh al-„aqd), pemutusan akad
(fasakh), putus dengan sendirinya (infisakh), kematian, dan tidak

11
Nasrun Jamy Daulay, “Qardh Tijarah Dalam Muamalah : Sebuah Alternatif dan
Solusi”, (Bandung : Citapustaka Media, 2014), h. 15
12
Mardani, “Fiqh Ekonomi Syariah”, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 77
24

memperoleh izin dari pihak yang memiliki kewenangan dalam akad


mauqup. Berikut penjelasan dari masing-masing dimaksud :
1) Terpenuhinya tujuan akad
Suatu akad dipandang berakhir apabila telah tercapai
tujuannya. Dalam akad jual beli, akad dipandang telah berakhir
apabila barang telah berpindah milik kepada pembeli dan harganya
telah menjadi milik penjual. Dalam akad salam dan istishna akan
berakhir jika pembayaran sudah lunas dan barangnya dterima. Dalam
akad gadai dan pertanggungan (kafalah), akad di pandang telah
berakhir apabila utang telah dibayar.13
2) Terjadinya pembatalan akad (fasakh)
a) Adanya hal-hal yang tidak dibenarkan syara; seperti terdapat
kerusakan dalam akad (fasad al-„aqdi). Misalnya, jual beli barang
yang tidak memenuhi kejelasan (jahala) dan tertentu waktunya
(mu‟aqqat).
b) Adanya khiyar, khiyar rukyat, khiyair „aib, khiyar syarat atau
khiyar majelis.
c) Adanya penyesalan dari salah satu pihak (iqalah). Salah satu
pihak yang berakad dengan persetujuan pihak lain membatalkan
karena merasa menyesal atas akad yang baru saja dilakukan. Hal
ini didasarkan pada hadis Nabi riwayat Baihaqi dari Abu Hurairah
yang mengajarkan bahwa barang siapa mengabulkan permintaan
pembatalan orang yang menyesal akad jual beli yang dilakukan,
Allah akan menghilangkan kesukarannya pada hari kiamat kelak
(man aqala naadiman bai‟atahu aqallahu‟atsratuhu yaumal
qiyamah).
d) Adanya kewajiban dalam akad yang tidak dipenuhi oleh pihak-
pihak yang berakad (li‟adami tanfidz).

13
Haqiqi Rafsanjanim, “Akad Tabarru‟ Dalam Transaksi Bisnis”, (Jurnal Perbankan
Syariah Universitas Muhammadiyah Surabaya Volume 1, Nomor 1, Mei 2016), h. 106
25

3) Salah satu Pihak yang berakad meninggal dunia Kematian salah satu
pihak yang mengadakan akad mengakibatkan berakhirnya akad. Hal
ini terutama yang menyangkut hak-hak perorangan dan bukan hak
kebendaan. Kematian salah satu pihak menyangkut hak perorangan
mengakibatkan berakhirnya akad perwalian, perwakilan dan
sebagainya.
4) Berakhirnya waktu akad karena habis waktunya, seperti dalam akad
sewamenyewa yang berjangka waktu tertentu dan tidak dapat
diperpanjang.
5) Tidak ada izin dari yang berhak. Dalam hal akad maukuf (akad yang
keabsahanya bergantung pada pihak lain), seperti akad bai‟ fudhuli
dan akad anak yang belum dewasa, akad berakhir apabila tidak
mendapat persetujuan dari yang berhak.14

3. Konsep Jual Beli


a. Pengertian Jual Beli
Jual beli dalam istilah fiqh secara bahasa disebut dengan al-bai‟
yang berarti menjual, mengganti, dan menukar sesuatu dengan sesuatu
yang lain. Lafal al-bai‟ dalam bahasa Arab terkadang juga digunakan
untuk pengertian lawannya, yakni kata asy-syira yang berarti membeli.
Dengan demikian, kata al-bai‟ berarti jual, tetapi sekaligus juga berarti
beli.
Secara terminologi terdapat beberapa definisi jual beli yang
dikemukakan ulama fiqh, sekalipun substansi dan tujuan masing-
masing definisi adalah sama. Yang pertama, Ulama Hanafiyah
mendefinisikannya dengan :
ُِٔ ٍْ ِ‫ةُف‬ ُ ْ‫ُأَْٗ ُ ٍُجَبدَىَخُُش ًَْءٍ ُ ٍَش‬،‫ص‬
ٍ ْ٘‫غ‬ ٍ ُْ٘‫ىُٗ ْجٍُٔ ٍَ ْخص‬
َ َ‫عي‬ َ ُ‫ٍُجَبدَىَخُُ ٍَب ٍهُثِ ََب ٍه‬
ُ ٍ ُْ٘‫ىُٗ ْجٍُٔ ٍُقٍََّذٍُ ٍَ ْخص‬
‫ص‬ َ َ‫عي‬ َ ُ‫ثِ َِثْ ِو‬

14
Muhammad Ardi, “Asas-Asas Perjanjian (Akad), Hukum Kontrak Syariah dalam
Penerapan Salam dan Istisna”, Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 2, Desember 2016, h.
271-272
26

“Saling menukar harta dengan harta melalui cara tertentu, atau tukar
menukar sesuatu yang diingini dengan yang sepadan melalui cara
tertentu yang bermanfaat”.
Dalam definisi ini terkandung pengertian bahwa cara yang
khusus yang dimaksudkan Ulama Hanafiyah adalah melalui ijab dan
qabul, atau juga boleh melalui saling memberikan barang dan harga dari
penjual dan pembeli. Di samping itu, harta yang diperjualbelikan harus
bermanfaat bagi manusia, sehingga bangkai, minuman keras, dan darah
tidak termasuk sesuatu yang boleh diperjualbelikan, karena benda-
benda itu tidak bermanfaat bagi umat muslim. Apabila jenis-jenis
barang seperti itu tetap diperjualbelikan, menurut Ulama Hanafiyah jual
belinya tidak sah.15

Definisi lain dikemukakan oleh ulama Malikiyah, Syafi‟iyah,


dan Hanabilah. Menurut mereka, jual beli adalah :

ْ ُ‫ٍُُ َجبدَىَُخ‬
َ ‫ُاى ََب ِهُ ِث ْبى ََب ِهُرََْ ِي ٍْ ًن‬
‫بُٗر َ ََيُّ ًنب‬

“Saling tukar menukar harta dengan harta dalam bentuk pemindahan


milik dan kepemilikan”.
Dalam hal ini mereka melakukan penekanan kepada kata “milik
dan pemilikan”, karena ada juga tukar menukar harta yang sifatnya
tidak harus dimiliki seperti sewa menyewa atau ijarah.

b. Dasar Hukum Jual Beli


Jual beli sebagai sarana tolong-menolong antara sesama umat
manusia mempunyai landasan yang kuat dalam Al-Qur‟an dan sunnah
Rasulullah saw. Terdapat ayat Al-Qur‟an dan sunnah Rasulullah saw.
yang berbicara tentang jual beli, antara lain:
a. Al-Qur‟an:

15
Nasrun Haroen, “Fiqh Muamalah”, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2007), h. 68
27

َ ‫بط ِوُإِْلَُّأ َ ُُْر َ ُنْ٘ َُ ُرِ َج‬


َُِْ ‫بسحًُع‬ َ َ ‫ٌَُبُأٌَُّ َٖبُاىَّ ِزٌَِْ ُآ ٍَُْْ٘ اُْلَُرَؤ ْ ُميُْ٘ اُأ‬
ِ َ‫ٍ٘اىَ ُن ٌُْثَ ٍَْْ ُن ٌُْ ِث ْبىج‬
‫ُاّللَُمَبَُ ُ ِث ُن ٌْ َُس ِح ٍْ ًٌُا‬ َ ُ‫ٍُ ْْ ُن ٌُْ ُ َْٗلَر َ ْقزُيُْ٘ اُأ َ ّْف‬
ّ َُّ ِ‫س ُن ٌُْجُإ‬ ‫ج‬
ٍ ‫ر َ َش‬
ِ ‫اض‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kita saling memakan
harta sesamamu dengan jalan batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu,
dan janganlah kita membunuh dirimu sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu” (Q.S. An-Nisa: 29).

b. Hadits Rasulullah:
ُِٔ ٍْ َ‫عي‬ ّ َّ‫صي‬
َ ُُ‫ىُاّلل‬ َ ًُُّ ِ‫سئِوَُاىَّْج‬ُ ٌَُ َّ‫سي‬ َ ِٔ ٍْ َ‫عي‬
َ ُٗ ّ َّ‫صي‬
َ ُُ‫ىُاّلل‬ َ ِِْ ‫ع َِْ ُِسفَبعَخَُث‬
َ ًَُّ ِ‫ُسافِعٍُأ َ َُُّاىَّْج‬
ُٓ‫ُِٗ ُم ُّوُثٍَْعٍُ ٍَج ُْشْٗ ٍسُُ(سٗا‬ َ ُ:َُ‫تُأ َ ْطٍَتُ ُ؟ُفَقَبه‬
َ ٓ‫ع ََ ُوُاىشَّ ُج ِوُثٍَِ ِذ‬ ِ ‫س‬ ْ ‫ي‬
ْ ‫ُاى َن‬ ُّ َ ‫ُأ‬:ٌَُ َّ‫سي‬ َ َٗ
)ٌ‫اىجضاسُٗاىحبم‬ ّ
“Rasulullah saw. ditanya salah seorang sahabat mengenai
pekerjaan (profesi) apa yang paling baik. Rasulullah saw.
menjawab: usaha manusia dengan tangannya sendiri dan setiap jual
beli yang diberkati” (HR. Al-Bazzar dan Al-Hakim).16

c. Hukum Jual Beli

Jual beli pada dasarnya merupakan akad yang diperbolehkan,


hal ini berdasarkan atas dalil-dalil yang terdapat dalam al-Qur‟an,
Hadits dan Ijma‟ Ulama. Para ulama juga sepakat (ijma‟) atas
kebolehan akad jual beli. Ijma‟ ini memberikan hikmah bahwa
kebutuhan manusia sering berhubungan dengan sesuatu yang ada dalam
kepemilikan orang lain, dan kepemilikan tersebut tidak akan diberikan
begitu saja tanpa adanya kompensasi yang harus diberikan. Maka,
dengan di syariatkan-nya jual beli merupakan cara mewujudkan
pemenuhan kebutuhan manusia tersebut. Karena pada dasarnya,
manusia tidak akan bisa hidup tanpa bantuan dari orang lain. Dan
berdasarkan dalil-dalil tersebut, maka jelas sekali bahwa pada dasarnya

16
Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani, “Terjemah Bulughul Maram”, (Jeddah : At-Thoba‟ah
Wal Nashar At-Tauzi), h. 165
28

praktik/akad jual beli mendapatkan pengakuan syara‟ dan sah untuk


dilaksanakan dalam kehidupan manusia.17

d. Rukun dan Syarat Jual Beli


Jual beli mempunyai rukun dan syarat yang harus dipenuhi,
sehingga jual beli itu dapat dikatakan sah oleh syara‟. Dalam
menentukan rukun jual beli, terdapat perbedaan pendapat ulama
Hanafiyah dengan jumhur ulama. Rukun jual beli menurut ulama
Hanafiyah hanya satu, yaitu ijab (ungkapan membeli dari pembeli) dan
qabul (ungkapan menjual dari penjual). Menurut mereka yang menjadi
rukun dalam jual beli itu hanyalah kerelaan (ridha/taraadhi) kedua
belah pihak untuk melakukan transaksi jual beli.
Karena unsur kerelaan itu merupakan unsur hati yang sulit untuk
diindera sehingga tidak terlihat, maka diperlukan indikasi yang
menunjukan kerelaan itu dari kedua belah pihak. Indikasi yang
menunjukkan kerelaan kedua belah pihak yang melakukan transaksi
jual beli, menurut mereka, boleh tergambar dalam ijab dan qabul, atau
melalui cara saling memberikan barang dan harga barang.
Jumhur ulama menyatakan bahwa rukun-rukun dalam jual beli itu
ada empat, yaitu:
1) Ada orang yang berakad atau al-muta‟aqidain (penjual dan pembeli).
2) Ada shigat (lafal ijab dan qabul).
3) Ada barang yang diperjualbelikan.
4) Ada nilai tukar pengganti atau harga barang
Syarat-syarat jual beli sesuai dengan rukun jual beli yang
dikemukakan jumhur ulama di atas adalah sebagai berikut :
1) Syarat orang yang berakad atau al-muta‟aqidain (penjual dan
pembeli)

17
Siswadi, “Jual Beli Dalam Perspektif Islam”, Jurnal Ummul Qura Volume 3, Nomor 2,
Agustus 2013, h. 62
29

Para ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa orang yang


melakukan akad jual beli itu harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a) Berakal
Oleh sebab itu, jual beli yang dilakukan anak kecil yang
belum berakal dan orang gila, hukumnya tidak sah. Adpaun anak
kecil yang sudah mumayyiz, menurut ulama Hanafiyah, apabila
akad yang dilakukannya membawa keuntungan bagi dirinya,
seperti hibah, wasiat, dan sedekah, maka akadnya sah. Sebaliknya
apabila akad itu membawa kerugian bagi dirinya, seperti
meminjamkan hartanya kepada orang lain, mewakafkan, atau
menghibahkannya, maka tindakan hukumnya ini tidak boleh
dilaksanakan.
Apabila transaksi yang dilakukan anak kecil yang telah
mumayyiz mengandung manfaat dan mudharat sekaligus, seperti
jual beli, sewa menyewa, dan perserikatan dagang, maka transaksi
ini hukumnya sah, jika walinya mengizinkan. Dalam kaitan ini,
wali anak kecil yang telah mumayyiz itu harus benar-benar
mempertimbangkan kemaslahatan anak kecil itu.
Jumhur ulama berpendirian bahwa orang yang melakukan
akad jual beli itu harus telah baligh dan berakal. Apabila orang
yang berakad itu masih mumayyiz, maka jual belinya tidak sah,
sekalipun mendapatkan izin dari walinya.
b) Yang melakukan akad itu adalah orang yang berbeda
Artinya, seseorang tidak dapat bertindak dalam waktu yang
bersamaan sebagai penjual, sekaligus pembeli. Misalnya, Ahmad
menjual sekaligus membeli barangnya sendiri. Jual beli seperti ini
adalah tidak sah.
2) Syarat untuk shigat (lafal ijab dan qabul)
Para ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa unsur utama dari
jual beli adalah kerelaan kedua belah pihak. Kerelaan kedua belah
pihak dapat dilihat dari ijab dan qabul yang dilangsungkan. Menurut
30

mereka, ijab dan qabul perlu diungkapkan secara jelas dalam


transaksi-transaksi yang bersifat mengikat kedua belah pihak, seperti
akad jual beli, akad sewa menyewa, dan akad nikah. Terhadap
transaksi yang sifatnya mengikat salah satu pihak, seperti wasiat,
hibah, dan wakaf tidak perlu qabul, karena akad seperti ini cukup
dengan ijab saja. Bahkan menurut Ibn Taimiyah, ulama fiqh
Hanbali, dan ulama lainnya, ijab pun tidak diperlukan dalam
masalah wakaf.
Apabila ijab dan qabul telah diucapkan dalam akad jual beli,
maka kepemilikan barang atau uang telah berpindah tangan dari
pemilik semula. Barang yang dibeli berpindahtangan menjadi milik
pembeli, dan nilai tukar atau uang berpindahtangan menjadi milik
penjual.
Untuk itu, para ulama fiqh mengemukakkan bahwa syarat ijab
dan qabul itu adalah sebagai berikut :
a) Orang yang mengucapkannya telah baligh dan berakal
Menurut jumhur ulama, orang yang mengucapkannya telah
baligh dan berakal, sedangkan menurut ulama Hanafiyah, hanya
telah berakal saja, sesuai dengan perbedaan mereka dalam syarat-
syarat orang yang melakukan akad yang disebutkan di atas.
b) Qabul sesuai dengan ijab
Misalnya, penjual mengatakan “saya jual buku ini seharga
Rp 15.000,-“. Lalu pembeli menjawab “saya beli dengan harga
Rp 15.000,-“. Apabila antara ijab dan qabul tidak sesuai, maka
jual beli tidak sah.
c) Ijab dan qabul dilakukan dalam satu majelis
Kedua belah pihak yang melakukan jual beli hadir dan
membicarakan topik yang sama. Apabila penjual mengucapkan
ijab, lalu pembeli beridiri sebelum mengucapkan qabul, atau
pembeli mengerjakan aktivitas lain yang tidak terkait dengan
masalah jual beli, kemudian ia ucapkan qabul, maka menurut
31

kesepakatan ulama fiqh, jual beli ini tidak sah, sekalipun mereka
berpendirian bahwa ijab tidak harus dijawab langsung dengan
qabul.
Dalam kaitan ini, ulama Hanafiyah dan Malikiyah
mengatakan bahwa antara ijab dan qabul boleh saja diantarai oleh
waktu, yang diperkirakan bahwa pihak pembeli sempat untuk
berpikir. Namun ulama Syafiíyah dan Hanabilah berpendapat
bahwa jarak antara ijab dan qabul tidak terlalu lama, yang dapat
menimbulkan dugaan bahwa obyek pembicaraan telah berubah.
Di zaman modern, perwujudan ijab dan qabul tidak lagi
diucapkan, tetapi dilakukan dengan sikap mengambil barang dan
membayar uang dari pembeli, serta menerima uang dan
menyerahkan barang oleh penjual, tanpa ucapan apa pun.
Misalnya, jual beli yang berlangsung di pasar swalayan. Dalam
fiqh Islam, jual beli seperti ini disebut dengan ba‟i al-mu‟athah.
Dalam kasus perwujudan ijab dan qabul melalui sikap ini
(ba‟i al-mu‟athah) terdapat perbedaan pendapat di kalangan
ulama fiqh. Jumhur ulama berpendapat bahwa jual beli seperti ini
hukumnya boleh, apabila hal itu sudah merupakan kebiasaan
suatu masyarakat di suatu negeri, karena hal itu telah menunjukan
unsur ridha dari kedua belah pihak. Menurut mereka, di antara
unsur terpenting dalam transaksi jual beli adalah suka sama suka
(al-taraadhi). Sikap mengambil barang dan membayar harga
barang oleh pembeli, menurut mereka, telah menunjukkan ijab
dan qabul dan telah mengandung unsur kerelaan.
Ulama Syafi‟iyah berpendapat, bahwa transaksi jual beli
harus dilakukan dengan ucapan yang jelas atau sindiran, melalui
kalimat ijab dan qabul. Oleh sebab itu, menurut mereka, jual beli
seperti kasus di atas (ba‟i al-mu‟athah) hukumnya tidak sah, baik
jual beli itu dalam partai besar maupun dalam partai kecil. Alasan
mereka adalah unsur utama jual beli adalah kerelaan kedua belah
32

pihak. Unsur kerelaan, menurut mereka, adalah masalah yang


amat tersembunyi di dalam hati, karenanya perlu diungkapkan
dengan kata-kata ijab dan qabul. Apalagi persengketaan dalam
jual beli boleh terjadi dan berlanjut ke pengadilan.
Sebagian ulama Syafi‟iyah yang muncul belakangan seperti
Imam an-Nawawi, seorang fakih dan muhadis mazhab Syafi‟i,
dan al-Baghawi, seorang mufasir mazhab Syafi‟i, juga
menyatakan bahwa jual beli ba‟i al-mu‟athah adalah sah, apabila
hal itu sudah merupakan kebiasaan suatu masyarakat di daerah
tertentu. Akan tetapi, sebagian ulama Syafi‟iyah lainnya,
membedakan antara jual beli dalm jumlah besar dengan jual beli
dalam jumlah kecil. Menurut mereka, apabila yang dijual-belikan
itu dalam jumlah besar, maka jual beli al-mu‟athah tidak sah,
tetapi apabila jual beli itu dalam jumlah kecil, maka jual beli al-
mu‟athah hukumnya sah.
Terkait dengan masalah ijab dan qabul ini adalah jual beli
melalui perantara, baik melalui orang yang diutus maupun
melalui media cetak seperti surat menyurat dan media elektronik
seperti telepon dan faximile. Para ulama fiqh sepakat menyatakan
bahwa jual beli melalui perantara atau dengan mengutus
seseorang dan melalui surat menyurat adalah sah, apabila antara
ijab dan qabul sejalan.
Oleh sebab itu, sekalipun dalam fiqh-fiqh klasik belum
ditemui pembahasan itu, tetapi para ulama fiqh kontemporer,
seperti Ahmad Mustafa Ahmad az-Zarqa‟ dan Wahbah az-
Zuhaili, mengatakan bahwa jual beli melalui perantara itu
dibolehkan, asal antara ijab dan qabul sejalan. Menurut mereka,
satu majelis tidak harus diartikan dengan sama-sama hadir dalam
satu tempat secara lahir, tetapi juga dapat diartikan dengan satu
situasi dan satu kondisi, sekalipun antara keduanya berjauhan,
tetapi topik yang dibicarakan adalah jual beli itu.
33

3) Syarat barang yang diperjualbelikan


a) Barangnya ada
Barang itu ada, atau barang tidak ada di tempat, tetapi pihak
penjual menyatakan kesanggupannya untuk mengadakan barang
itu. Misalnya, di sebuah toko, karena tidak mungkin memajang
barang dagangan semuanya, maka sebagiannya diletakkan
pedagang di gudang atau masih di pabrik, tetapi secara
meyakinkan barang itu boleh dihadirkan sesuai dengan
persetujuan pembeli dengan penjual. Barang di gudang dan dalam
proses pabrik ini dihukumkan sebagai barang yang ada.
b) Dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi manusia
Oleh sebab itu, bangkai, khamr, dan darah tidak sah
menjadi obyek jual beli, karena dalam pandangan syara‟ benda-
benda seperti itu tidak bermanfaat bagi muslim.
c) Milik seseorang
Barang yang sifatnya belum dimiliki seseorang tidak boleh
diperjual-belikan. Misalnya, seperti memperjual-belikan ikan di
laut atau emas dalam tanah, karena ikan dan emas itu belum
dimiliki penjual.
d) Waktu penyerahan barang
Barang yang diperjualbelikan boleh diserahkan saat akad
jual beli berelangsung, atau pada waktu yang disepakati bersama
ketika transaksi berlangsung.
4) Syarat nilai tukar pengganti atau harga barang
a) Jelas jumlahnya
Harga pembayaran barang yang disepakati kedua belah
pihak, harus jelas jumlahnya dan tidak boleh berubah-rubah
sampai saat akad jual beli selesai dilaksanakan.
b) Boleh diserahkan pada waktu akad
Pembayaran harga barang boleh diserahkan pada waktu
akad, sekalipun secara hukum, seperti pembayaran dengan cek
34

dan kartu kredit. Apabila harga barang itu dibayar kemudian


(berutang), maka waktu pembayarannya harus jelas.
c) Bukan barang yang diharamkan
Apabila jual beli itu dilakukan dengan saling
mempertukarkan barang (al-muqayyadah), maka barang yang
dijadikan nilai tukar bukan barang yang diharamkan syara‟,
seperti babi dan khamr, karena kedua jenis benda ini tidak
bernilai dalam syara‟.

e. Jual Beli Secara Online


Sesuai dengan perkembangan zaman, maka banyak hal juga
yang mengalami pergeseran bahkan perubahan. Kehadiran internet telah
mengubah banyak hal dan telah membantu banyak aktivitas manusia.
Salah satunya adalah bisnis atau jual beli. Hadirnya banyak situs e-
commerce di tanah air telah membuka banyak kesempatan bisnis ba-gi
siapa saja. Setidaknya, ada empat keuntungan berjualan online yang
bisa diraih, diantaranya sebagai berikut :
1) Modal awal yang lebih kecil Keuntungan pertama dari menjual
barang secara online adalah hanya memerlukan modal yang relatif
lebih kecil dibanding berjualan offline. Karena kita tidak perlu men-
dirikan atau menyewa lahan sebagai tempat berjualan. Bahkan kita
tidak memerlukan biaya operasional. Kita butuhkan hanyalah akses
internet dan mungkin sebuah kamera untuk mengambil foto dari
barang-barang yang ingin kita jual.
2) Bisnis beroperasi 24 jam Keuntungan kedua dari berjualan online
adalah kita tidak perlu khawatir lagi kapan waktunya membuka dan
menutup toko, karena toko kita bisa diakses selama 24 jam. Bahkan
bila kita menerima pesanan di jam tidur (sekitar 23.00 – 06.00) kita
masih bisa memproses keesokan harinya. Sehingga bisnis kita
berjalan secara optimal.
35

3) Target pasar yang lebih luas Bayangkan bila kita berada di wilayah
terpencil dan tidak memiliki banyak pendu-duk, target konsumen
kita hanyalah masyarakat yang ada di sekitar wilayah tersebut.
Bisnis kita tentunya tidak akan berkembang. Solusinya adalah
dengan berjualan online. Menurut laporan terakhir dari APJII, pada
tahun 2014 saja terdapat kurang lebih 71 juta pengguna internet di
Indonesia. Jadi bisa dibayangkan berapa besar potensinya.
4) Bisa dipantau dari mana saja dan kapan saja Dengan bantuan
internet, sekarang kita tidak harus lagi terpaku di satu tempat un-tuk
mengelola bisnis kita. Kita bisa mengakses dan mengelolanya dari
mana saja dan kapan saja selama masih ada akses internet. Sehingga
waktu kita lebih fleksibel dan lebih optimal.18

C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu


Penulisan Aspek-Aspek Syariah Dalam Jual Beli Emas Antam
Melalui Aplikasi Online Pada PT. Tamasia Global Sharia dapat dikatakan
penelitian baru dan orisinil, karena penelitian-penelitian sebelumnya belum
ada yang mengangkat topik ini serta PT. Tamasia Global Sharia merupakan
perusahaan yang belum lama berdiri. Literatur yang digunakan ada1 (satu)
skripsi dan 2 (dua) jurnal, antara lain :
1. Skripsi berjudul Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai (Telaah Fatwa
DSN-MUI Nomor 77/DSN-MUI/V/2010) oleh Abdul Rahman Ramli
merupakan penelitian yang menganalisis alasan diperbolehkannya jual beli
emas secara tidak tunai dalam fatwa DSN-MUI No:77/DSNMUI/V/2010.
DSN-MUI menafsirkan hadis Nabi Saw tentang jual beli emas secara
kekinian (kontekstual) ini dapat dilihat dari pendapat DSN-MUI yang
menyatakan bahwa emas dan perak adalah sil‟ah (barang) yang dijual dan
dibeli seperti halnya barang biasa, dan bukan lagi ṡaman (harga, alat
pembayaran, uang). Sehingga menjadikan hasil dari istinbaṭ hukum DSN-

18
Wati Susiawati, “Jual Beli Dan Dalam Konteks Kekinian”, Jurnal Ekonomi Islam
Volume 8, Nomor 2, November 2017, h. 181-180
36

MUI dalam jual beli emas secara tidak tunai dihukumi mubaḥ. Persamaan
penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdapat pada
peninjauan jual beli emas tidak tunai dengan Fatwa DSN-MUI Nomor
77/DSN-MUI/V/2010. Untuk perbedaannya, penelitian tersebut meninjau
fatwa tersebut secara global, sementara penelitian yang dilakukan peneliti
meninjau fatwa tersebut secara khusus untuk produk #BeliBerkala di
Tamasia.
2. Jurnal berjudul Tabungan: Implementasi Akad Wadi’ah Atau Qard?
(Kajian Praktik Wadi’ah di Perbankan Indonesia) oleh Mufti Afif
yang tertera dalam Jurnal Hukum Islam (JHI) Volume 12, Nomor 2,
Desember, 2014 merupakan penelitian yang meneliti tentang tinjauan
hukum terhadap praktik tabungan pada perbankan syariah dan Lembaga
Keuangan Syariah lainnya di Indonesia dan dianalisis apakah sebagai
implementasi dari akad wadi‟ah atau akad qard. Persamaan penelitian ini
dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdapat pada praktik
tabungan sebagai implementasi akad wadi‟ah. Untuk perbedaannya,
penelitian tersebut mengkaji tabungan di perbankan Indonesia secara
umum, sementara penelitian yang dilakukan peneliti mengkaji tabungan
emas di Tamasia.
3. Jurnal berjudul Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penerapan Akad As-
Salam Dalam Transaksi E-Commerce oleh Ashabul Fadhli yang tertera
dalam Mazahib : Jurnal Pemikiran Hukum Islam, Volume XV, Nomor 1,
Juni 2016 merupakan penelitian yang mengkaji apakah transaksi jual beli
dalam e-commerce dapat dibenarkan secara syar‟i atau tidak melalui
pendekatan akad salam. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti terdapat pada peninjauan akad salam terhadap
proses jual beli secara online. Untuk perbedaannya, penelitian tersebut
meninjau akad salam pada transaksi e-commerce secara global, sementara
penelitian yang dilakukan peneliti meninjau akad salam secara khusus
untuk produk #BeliSukaSuka di Tamasia.
37

Penelitian-penelitian di atas jelas sangat memiliki perbedaan dengan


penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Dengan demikian, masalah yang
peneliti angkat dalam penelitian ini merupakan masalah yang baru untuk
diteliti.
BAB III

PROFIL PT. TAMASIA GLOBAL SHARIA

A. Latar Belakang PT. Tamasia Global Sharia


PT. Tamasia Global Sharia adalah perusahaan teknologi atau yang
saat ini popular dengan sebutan financial technology (fintech) yang termasuk
dalam bidang gold marketplace atau e-commerce, yaitu pasar jual beli emas
dengan platform digital yang menyediakan jasa transaksi jual-beli emas, titip
emas, dan simpan emas. Adapun semua proses dan model bisnis yang
dijalankan secara transparan berdasarkan sistem syariah. PT. Tamasia
sebenarnya merupakan singkatan dari “Tabungan Emas Indonesia”. Tamasia
didirikan pada tanggal 19 Mei 2017 dengan mengedepankan asas
profesionalisme, transparansi, dan kepercayaan.
PT. Tamasia Global Sharia didirikan oleh Muhammad Assad.
Pengusaha muda, praktisi keuangan syariah, pembicara internasional dan
penulis 10 buku bestseller nasional di Indonesia. Lulus S2 Islamic Finance
dengan beasiswa penuh dari Emir Qatar, His Highness Sheikh Hamad bin
Khalifa Al-Thani dengan predikat summa cum-laude. Pada tahun 2013,
Assad yang juga anggota HIPMI Jaya mendapat penghargaan dari Majalah
SWA sebagai The Most 100 Promising Indonesian Young Entrepreneurs.
Beberapa perusahaan lain yang dimiliki diantaranya Rayyan Capital dan
Bright Leadership Centre.1
PT.Tamasia Global Sharia menjalankan proses jual-beli, titip, simpan
emas dengan menggunakan sistem aplikasi berbasis android dan iOS bernama
“Tamasia”. Keunggulan Tamasia adalah memberikan kebebasan bagi
pelanggan untuk menentukan sendiri berat gram emas dan jangka waktu
transaksi pembelian dengan harga lebih murah. Tanpa denda, tanpa uang
muka, jika berhenti transaksi uang akan dikembalikan. Emas yang dibeli oleh
pelanggan dapat diantarkan langsung kepada pelanggan dengan pengiriman
yang sudah termasuk asuransi keamanan barang.

1
https://www.tamasia.co.id/about/

38
39

Sistem aplikasi Tamsia bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi


masyarakat Indonesia dimanapun berada untuk dapat memiliki emas batang
Antam secara mudah dan berprinsip syariah. Tamasia juga memberi peluang
usaha bagi jutaan masyarakat Indonesia dengan menjadi reseller Tamasia.
Tamasia berharap dengan aplikasi Tamasia yang dihadirkan ini dapat
membangun masyarakat Indonesia yang sadar akan investasi untuk masa
depan.
Tamasia membangun semangat investasi sejak muda kepada para
pelajar, mahasiswa, pegawai, sampai orang tua sekaligus memberikan edukasi
kepada masyarakat tentang manfaat memiliki emas untuk jangka panjang.
Dengan program andalannya yaitu #BeliSukaSuka yang memungkinkan
untuk membeli emas sesuai budget pembeli, saat ini Tamasia menjadi wadah
kaum millenial untuk belajar berinvestasi dengan emas
Karena emas merupakan investasi likuid yang sangat bermanfaat
jangka panjang dan cukup mudah sebagai alat investasi bagi orang awam
sekalipun. Emas cukup mudah menjadi alat investasi karena emas emas tidak
seperti investasi saham yang harus memiliki kecakapan sebelumnya untuk
bertrading atau seperti investasi properi yang harus mengurus berbagai surat-
surat kepemilikannya secara resmi.2

B. Visi dan Misi Tamasia


Dalam menjalankan usaha jual beli emas Antam, PT. Tamasia Global
Sharia memiliki visi dan misi, yaitu:
Visi:
Memakmurkan umat dan memasyarakatkan emas.
Misi:
Menjadi perusahaan teknologi penyedia jasa transaksi emas terbesar di
Indonesia dengan mengedepankan asas profesionalisme, transparansi, dan
kepercayaan.
2
Hendry Pratomo, “Buku Panduan Tamasia Versi 1.1”, (Jakarta : PT. Tamasia Global
Sharia, 2017), h. 5
40

C. Legalitas Tamasia
1. Identitas Perusahaan
PT. Tamasia Global Sharia adalah sebuah perusahaan yang bergerak
dibidang jual-beli emas, titip emas, simpan emas yang menggunakan
sistem pemasaran reseller dengan platform teknologi berbasis aplikasi
dengan keterangan data sebagai berikut:
Nama : PT.Tamasia Global Sharia
Alamat : Jl. Darmawangsa X No. 45 A Kebayoran Baru
Telepon dan Fax : 0811-8787-945 I 021-725-7410
Email : Info@tamasia.co.id

2. Subyek Hukum
PT. Tamasia Global Sharia didirikan pada 19-5-2017 dihadapan
Notaris Dea Cheryna, Sarjana Hukum, Magister Kenotariatan, Notaris di
kabupaten Bekasi. Dokumen legalitas yang dimiliki untuk menjalankan
kegiatan usaha adalah sebagai berikut:3

No. Dokumen Keterangan


1 Akta Pendirian No.2 Jum‟at 19-05-2017
2 SK Menken AHU-0023173.AH.01.01.TAHUN 2017
3 SIUP 258/24.1DK/3.171.07/-1.824.27/e/
4 TDP 830/24.3PT/31.71/-1.824.27/e/2017
5 NPWP 82.076.743.2-077.000
SKDP (Surat
Keterangan
6 244/5.16.0/31.71.07./001/-1.711.53/2017
Domisili
Perusahaan)
Surat
7 S-858KT/WPJ.06/KP.1603/2017
Keterangan

3
Hendry Pratomo, “Buku Panduan Tamasia Versi 1.1”, (Jakarta : PT. Tamasia Global
Sharia, 2017), h. 22
41

Pengusaha Kena
Pajak

Tabel 3.1 Subyek Hukum Tamasia

D. Struktur Organisasi Tamasia


Struktur organisasi perusahaan PT. Tamasia Global Sharia dipimpin
oleh seorang Chief Executive Officer (CEO), dibantu oleh seorang Chief
Technology Officer (CTO, kemudian terbagi menjadi beberapa divisi, seperti
berikut :

CEO

CTO

Product Business Operational Marketing Support


Development
Engineering
Head Of Digital
Head of Business
Development Marketing

Mobile Engineer Software Engineer Marketing


BD BD Communication

Head Of Growth Head Of Operational

Web Designer
Admin Cutomer Service

Finance Accounting Human Resource Creative Design

Skema 3.1 Struktur Organisasi PT. Tamasia Global Sharia


42

E. Produk Tamasia
Produk-produk yang ditawarkan oleh Tamasia antara lain sebagai
berikut:
1. Jual beli emas, yaitu produk dimana Pelanggan dapat melakukan
pembelian emas dengan memilih diantara 2 program, yaitu :
a. Program #BeliSukaSuka
Pelanggan dapat membeli emas sesuai berapa pun budget yang
dimiliki mulai dari Rp 10.000,- lalu dikonversikan dengan harga gram
emas saat akad berlangsung. Pelanggan dapat menyimpan emas yang
telah dibeli tersebut dalam aplikasi Tamasia sebagai tabungan dan dapat
pula mencetak emas yang ditabung itu saat emas sudah mencapai
ukuran bulat yaitu 1 gram, 5 gram, 10 gram, 25 gram, 50 gram, dan 100
gram. Program #BeliSukaSuka sangat digemari oleh kaum millenial
saat ini yang sudah mulai berinvestasi.
b. Program #BeliBerkala
Pelanggan akan menentukan sendiri berat gram emas yang akan
dibeli dan jangka waktu pembayaran yang akan ditempuh untuk
memperoleh emas tersebut, apakah pelanggan akan membayar tunai
atau mencicil. Jika pelanggan memilih pembayaran secara cicilan maka
jangka waktu pembayaran bisa dipilih mulai dari 3 bulan sampai 24
bulan. Setelah jangka waktu pembayaran berkala berakhir pelanggan
dapat memiliki opsi untuk mencetak emasnya atau mencairkannya
menjadi rupiah berdasarkan harga jual emas.
2. Titip emas, yaitu produk dimana Tamasia melakukan penyimpanan atas
emas yang sedang dalam masa pembayaran berkala oleh pelanggan.
3. Simpan emas, yaitu produk dimana Tamasia menawarkan jasa
penyimpanan emas kepada pelanggan jika pelanggan tidak memiliki
tempat untuk menyimpan yang aman atau tidak ingin mengelola
penyimpanan sendiri.4

4
Hendry Pratomo, “Buku Panduan Tamasia Versi 1.1”, (Jakarta : PT. Tamasia Global
Sharia, 2017), h. 7
43

F. Keuntungan Investasi Emas di Tamasia


Keuntungan memiliki emas untuk tujuan berinvestasi jangka panjang
sangat banyak, antara lain :
1. Mengamankan kekayaan dari gerusan inflasi, karena harga emas
cenderung naik setiap tahunnya
2. Cadangan dana darurat
3. Mudah dijual atau digadaikan
4. Dapat dimiliki dengan dana terbatas
5. Salah satu instrument investasi yang mudah diterapkan.

Sementara itu banyak pula keuntungan jika membeli emas batang


Antam di Tamasia untuk berinvestasi :

1. Tidak ada denda


2. Jangka waktu transaksi pembelian emas
3. dapat disesuaikan
4. Emas diantarkan langsung sesuai lokasi yang di inginkan
5. Jika berhenti bertransaksi uang dapat dikembalikan dengan syarat dan
ketentuan yang berlaku.

Rata-Rata Kenaikan Harga Emas Per Tahun


700000

600000

500000

400000

300000

200000

100000

0
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Kenaikan Harga Emas

Skema 3.2 Kenaikan Harga Emas Per Tahun


BAB IV

ASPEK-ASPEK SYARIAH DALAM JUAL BELI EMAS ANTAM DENGAN


APLIKASI ONLINE PADA PT. TAMASIA GLOBAL SHARIA

A. Mekanisme Jual Beli Emas Pada PT. Tamsia Global Sharia


1. Alur Sign In (Pendaftaran) Aplikasi Online Tamasia
Hal pertama yang harus dilakukan untuk bertransaksi dengan
aplikasi online, baik aplikasi tunggal maupun aplikasi e-commerce ialah
membuat akun dengan sign in atau pendaftaran untuk memiliki akun pada
aplikasi tersebut. Adapun alur sign in akun pada aplikasi Tamasia, yaitu :
a. Unduh aplikasi Tamasia melalui AppStore bagi pengguna smartphone
iOS dan PlayStore bagi pengguna smartphone Android.
b. Buka aplikasi Tamasia
c. Klik “Daftar”, lalu isi kolom identitas diri yang tersedia, lalu klik
“Daftar” kembali

Gambar 4.1 Pendaftaran Akun

44
45

d. Kemudian akan ada kode konfirmasi yang dikirimkan ke nomor telepon


yang telah terdaftar untuk diisi pada aplikasi.
e. Jika kode sudah sesuai, maka proses sign in atau pendaftaran sudah
selesai.
f. Akun dapat dibuka didengan log in menggunakan nomor handphone
yang telah didaftarkan dan nomor PIN.

Gambar 4.2 Log In Akun

2. Alur Transaksi Program #BeliSukaSuka


Program #BeliSukaSuka merupakan program pembelian tabungan
emas yang memungkinkan pelanggan dapat membeli emas sesuai berapa
pun budget yang dimiliki mulai dari Rp 10.000,- lalu dikonversikan
dengan harga gram emas saat akad berlangsung. Kemudian pelanggan
dapat mencetak emas yang ditabungnya saat emas sudah mencapai ukuran
1 gram. Adapun alur transaksi program tabungan emas ini adalah sebagai
berikut :
a. Buka aplikasi Tamasia.
b. Klik “Beli Emas”.
46

Gambar 4.3 Tab Home Aplikasi Tamasia

c. Pilih nominal budget pembelian emas yang kamu miliki dimulai dari
Rp 10.000,-.
d. Tunggu proses konversi harga emas dengan jumlah gram yang akan
didapatkan. Misalnya si A memilih minimal pembelian emas seharga
Rp 50.000,- pada tanggal 7 Agustus 2018, adapun harga emas hari itu
Rp 579.563,- per gram, kemudian jika dikonversikan dengan Rp
50.000,- maka si A akan mendapatkan emas sejumlah 0,0862 gram.
47

Gambar 4.4 Memilih Nominal Pembelian Emas

e. Klik “Beli Emas Sekarang”.


f. Kemudian pilih cara pembayaran, pembeli dapat memilih untuk
mentransfer ke rekening Bank yang telah tersedia.

Gambar 4.5 Pilhan Transfer Bank


48

g. Kemudian akan muncul tab konfirmasi pembelian yang menampilkan


nominal pembelian, biaya admin, diskon, dan total jumlah yang
ditransfer.

Gambar 4.6 Konfirmasi Pembelian

h. Klik “Selesaikan Pembayaran”.


i. Kemudian muncul nomor virtual account Bank yang dipilih pembeli
untuk mentransfer pembayaran, batas waktu transfer, dan panduan
pembayaran.
49

Gambar 4.7 Virtual Account Gambar4.8 Panduan Pembayaran

j. Jika sudah selesai mentransfer, maka akan dikirimkan email verifikasi


pembayaran yang sudah berhasil.

Gambar 4.9 Email Verifikasi Pembayaran Berhasil

k. Tabungan emas pada aplikasi pembeli akan bertambah jumlahnya


secara ototamis setelah pembayaran berhasil.
50

3. Alur Transaksi Program #BeliBerkala


Program #BeliBerkala merupakan program pembelian tabungan
emas yang memungkinan pelanggan dapat membayar secara berkala per
bulannya. Pelanggan akan menentukan sendiri berat gram emas yang akan
dibeli dan tenor atau jangka waktu pembayaran yang akan ditempuh untuk
memperoleh emas tersebut. Setelah jangka waktu pembayaran berkala
berakhir pelanggan dapat memiliki opsi untuk mencetak emasnya atau
mencairkannya menjadi rupiah berdasarkan harga jual emas. Adapun alur
transaksi program tabungan emas ini adalah sebagai berikut:
a. Alur Pengisian Deposit
Sebelum melakukan transaksi pemesanan emas dengan Program
#BeliBerkala, seorang calon pembeli harus mengisi deposit pada akun
aplikasi online Tamasia. Deposit adalah modal untuk bertransaksi yang
wajib dimiliki oleh calon pembeli dan pemesan emas Antam dengan
cara menyetorkan dana ke rekening PT. Tamasia Global Sharia sesuai
dengan petunjuk yang ada di aplikasi tamasia. Deposit ini nantinya akan
digunakan untuk melakukan transaksi emas yang dipesan. Penyetoran
deposit awal minimum yang ditransfer adalah berjumlah Rp 250.000,-.
Berikut adalah langkah-langkahnya :
1) Buka aplikasi Reseller Tamasia
2) Klik “Top Up Deposit”

Gambar 4.10 Tab Home Aplikasi Reseller Tamasia


51

3) Melakukan transfer ke rekening resmi PT. Tamasia Global Sharia,


boleh memilih antara Bank CIMB Niaga Syariah, Bank Mandiri,
atau Bank BCA.

Gambar 4.11 Pilihan Transfer Bank Top Up Deposit

4) Mengisi form konfirmasi telah mentransfer ke rekening resmi PT.


Tamasia Global Sharia dengan data-data konfirmasi berikut :
a) Pengiriman kepada Tamsia melalui rekening Bank CIMB Niaga
Syariah, Bank Mandiri, atau Bank BCA.
b) Pengiriman dari rekening pembeli melalui Bank mana.
c) Nama pengirim
d) Nomor rekening pengirim
e) Nominal yang dikirim
5) Kemudian pengirim juga mengirimkan bukti setor atau struk
pembayaran ke Customer Service Tamasia melalui WhatsApp atau
Telepon.
52

6) Pengirim akan mendapatkan SMS telah terkonfirmasi ke nomor


handphone pengirim yang telah didaftarkan pada akun aplikasi
online Tamasia.
7) Jika sudah mendapatkan SMS, dengan otomatis nominal deposit
pada akun aplikasi online Tamasia akan bertambah.

b. Alur Pemesanan Emas


Pemesanan emas Antam melalui aplikasi online Reseller Tamasia
dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini :
1) Buka akun aplikasi online Reseller Tamasia pada smartphone milik
pembeli atau pemesan emas.
2) Klik menu “Mulai Beli Emas”

Gambar 4.12 Tab Home Aplikasi Reseller Tamasia

3) Lihat harga emas pada hari pemesanan dimulainya akad tersebut,


harga emas selalu terupdate otomatis pada aplikasi Tamasia setiap
harinya.
53

4) Pilih jumlah gram emas yang diinginkan pembeli, jumlah emas


Antam yang disediakan Tamasia yaitu 1 gram, 5 gram, 10 gram, 25
gram, 50 gram, dan 100 gram emas.

Gambar 4.13 Pilihan Jumlah Gram Emas

5) Pilih tenor jangka waktu 1 bulan untuk pembayaran emas secara


cash, atau pilih tenor jangka waktu 3 bulan, 6 bulan, 10 bulan, 12
bulan, 18 bulan, sampai 24 bulan jika pembeli ingin mencicil
pembayaran emas yang dipesan.
54

Gambar 4.14 Pilihan Tenor Jangka Waktu

6) Lihat rincian biaya yang terhitung otomatis pada aplikasi Tamasia.


Rincian biaya terdiri dari harga 1 gram emas dikali jumlah gram
yang dipesan, margin keuntungan yang diambil Tamasia, biaya
admin, biaya cetak emas Antam, dan total harga emas.

Gambar 4.15 Rincian Biaya


7) Kemudian klik “Beli Emas Sekarang”.
55

8) Isi data diri pembeli


9) Kemudian ada klausa “Dengan klik „Selanjutnya‟, pelanggan setuju
dengan akad jual beli dari Tamasia”. Jika klausa ini diklik maka
pembeli dapat membaca kontrak perjanjian akad jual beli emas
Tamasia.
10) Jika pembelik mengklik “Selanjutnya” secara otomatis pembeli
dianggap setuju atau menyepakati kontrak perjanjian tersebut dan
secara otomatis harga total emas akan dipotong dari deposit yang
dimiliki pembeli pada akun aplikasi Tamasia pembeli.
11) Jika pembeli tidak setuju atau tidak menyepakati kontrak tersebut
maka pembeli memiliki hak khiyar untuk tidak melanjutkan
transaksi.
12) Jika setuju, maka deposit pembeli akan berkurang secara otomatis
sebagai pembayaran sesuai dengan jumlah nominal total harga
emas.
13) Ketika proses pembayaran telah selesai, selanjutnya pembeli bisa
memilih untuk langsung mencairkan emasnya dengan mengklik
“Cairkan”
14) Klik “Buyback Tamasia” jika pembeli ingin mendapatkan emas
dalam bentuk uang, klik “Kirim Emas” jika pembeli tetap ingin
mendapatkan fisik emas)
15) Klik proses
16) Setelah proses di klik, pihak customer service PT. Tamasia Global
Sharia akan melakukan konfirmasi (uang atau emas dikirim
langsung ke pelanggan) dengan catatan untuk no rekening berbeda
atau penerima yang berbeda wajib disertakan konfirmasi melalui
telepon dan surat kuasa (lampirkan fotokopi KTP pelanggan dan
KTP penerima) yang dikirimkan terlebih dahulu ke kantor PT.
Tamasia Global Sharia
17) Biaya pengiriman dibebankan ke pelanggan (biaya ini sudah
mencakup biaya asuransi selama pengiriman barang). Pengambilan
56

barang di PT.Tamasia Global Sharia tidak dikenakan biaya dengan


catatan harus konfirmasi (dua) hari sebelumnya. Proses pengiriman
emas dari tanggal pelunasan adala 10-14 hari kerja.

4. Biaya-biaya Yang Ditetapkan


Tamasia menggunakan sistem syariah dalam segala aspek. Termasuk
transparan dengan biaya yang dibebankan kepada pengguna, baik reseller
atau pelanggan. Adapun biaya-biaya yang ditetapkan antara lain:
a. Biaya registrasi reseller
Biaya registrasi reseller Tamasia sebesar Rp 99.000,- jika pembeli
ingin menjadi reseller Tamasia. Biaya tersebut hanya sekali bayar, tidak
ada biaya bulanan atau tahunan.

b. Margin
Margin adalah keuntungan yang didapat oleh Tamasia setiap
transaksi beli emas berkala. Dimana di dalam margin tersebut ada
bagian bagi hasil untuk reseller. Berikut perhitungannya:

Pilihan Tenor Margin


1 bulan 3%
3 bulan 5%
6 bulan 8%
10 bulan 12%
12 bulan 14%
18 bulan 20%
24 bulan 26%
Tabel 4.1 Margin Keuntungan Tamasia

c. Biaya admin
Biaya admin adalah biaya pelayanan yang dibebankan kepada
pelanggan setiap transaksi beli emas berkala yang berdasarkan berat
gram emas. Berikut perhitungannya:
57

Berat Gram Biaya


1 - 4gram Rp10.000
5-9 gram Rp30.000
10 -14 gram Rp50.000
15 - 24 gram Rp80.000
24 - 49 gram Rp150.000
50 -99 gram Rp225.000
100 - 199 gram Rp450.000
Tabel 4.2 Biaya Admin
d. Biaya cetak emas
Biaya pencetakan emas untuk program #BeliBerkala adalah gratis
dan tidak dipungut biaya apapun. Pembeli tidak perlu mengeluarkan
biaya untuk cetak emas. Namun untuk program #BeliSukaSuka biaya
cetak emas diberikan terpisah.

e. Biaya pengiriman emas


Biaya ini diperlukan ketika pembeli memilih pengiriman emas ke
tempat tinggal pempeli. Jika pembeli memilih mengambil emas di
kantor Tamasia, maka pembeli tidak perlu mengeluarkan biaya
pengiriman emas. Saat ini Tamasia menggunakan jasa ekspedisi RPX,
dimana biaya tersebut sudah termasuk asuransi. Sehingga emas pembeli
sudah terjamin sampai hingga tempat tujuan. Untuk Kota lain yang
belum tercantum, biaya kirim akan menyesuaikan. Berikut ini
perhitungannya :

Biaya Kirim
Berat Gram
11 gr s.d 30 gr 31 gr s.d 100 gr
Bekasi, Bogor, Jakarta, Tangerang Rp95.000 Rp245.000

Balikpapan, Banjarmasin, Makassar Rp160.000 Rp340.000


Bandung, Cimahi, Karawang, Lembang,
Rp130.000 Rp310.000
Serang, Sukabumi

Denpasar, Gresik, Sidoarjo, Surabaya Rp140.000 Rp320.000


58

Yogyakarta Rp125.000 Rp305.000

Medan, Palembang, Pekanbaru Rp150.000 Rp330.000

Sernarang Rp125.000 Rp315.000

Tabel 4.3 Biaya Pengiriman

f. Biaya simpan emas


Untuk pembelian berkala di Tamasia tidak ada biaya simpan emas
selama pelanggan masih dalam pembayaran & emas belum tercetak.

g. Biaya buyback emas


Untuk pembelian emas berkala di Tamasia tidak ada biaya buyback
emas, biaya buyback digratiskan.

h. Biaya penarikan bagi hasil & top up deposit


Bagi hasil akan ditransfer ke rekening reseller setiap tanggal 10
(sepuluh) di setiap bulannya, sehingga tidak ada biaya penarikan bagi
hasil. Untuk top up deposit juga tidak ada biaya penarikan. Untuk saat
ini bank penerima dana deposit Tamasia baru tersedia : Mandiri, CIMB
Niaga Syariah, dan BCA. Sehingga jika transfer dilakukan dari bank
lain maka pengguna akan terkena biaya transfer antar bank.1

B. Indikasi Akad Dalam Jual Beli dan Simpan Emas


Adapun akad jual beli yang berhubungan terindikasi dilaksanakan
dalam proses jual beli dan pembiayaan emas yang ramai dilakukan oleh
lembaga-lembaga keuangan syariah kepada masyarakat di zaman sekarang ini
termasuk jual beli emas di PT. Tamasia Global Sharia adalah akad tijarah
yang termasuk dalam Natural Certainty Contract (NUC), antara lain adalah
jual beli akad murabahah dan jual beli akad salam, sementara untuk akad
tabarru yang digunakan adalah akad wadi‟ah, untuk lebih jelasnya berikut ini
uraiannya :

1
Hendry Pratomo, “Buku Panduan Tamasia Versi 1.1”, (Jakarta : PT. Tamasia Global
Sharia, 2017), h. 8-9
59

1. Akad Murabahah
a. Pengertian Akad Murabahah
Murabahah secara bahasa berasa dari kata ‫( ربح‬ribhu) yang berarti
keuntungan, karena dalam jual beli murabahah harus menjelaskan
keuntungannya. Sedangkan menurut istilah murabahah adalah jual beli
dengan harga pokok dengan tambahan keuntungan. Salah satu skim fiqh
yang paling popular digunakan oleh perbankan syariah adalah skim jual
beli murabahah. Transaksi pembiayaan murabahah ini lazim dilakukan
oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Secara sederhana,
murabahah berarti suatu penjualan barang seharga barang tersebut
ditambah dengan margin yang disepakati.2

b. Landasan Hukum Akad Murabahah


1) Al-Qur‟an
ٌُْ ُ ‫صذَّقُْ٘ اُ َخٍ ٌْشُىَّ ُن ٌُْإِ ُُْ ُم ْْز‬
َ َ ‫س َشحٍُ ُ َٗأ َ ُُْر‬
‫ج‬
ُ ُ ُْٗ‫َٗإِ ُُْمَبَُ ُر‬
َ ٍْ ٍَ ُ‫عس َْشحٍُفََْ ِظ َشحٌُإِىَى‬
َُُ ََُْ٘‫ر َ ْعي‬
“Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah
tangguh sampai ia berkelapangan, dan apabila kamu sedekahkan
(harta tersebut) maka akan lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui”. (QS. Al-Baqarah : 280)

2) Hadits Rasulullah SAW


ُ،‫ُا َ ْىجَ ٍْعُُإِىَىُأ َ َج ٍو‬:ُ‫ُاىجَ َشمَخ‬
ْ َِّ ِْٖ ٍِ‫سُف‬
ٌ َ‫ُثَال‬:َ‫سيَّ ٌَُقَبه‬
َ ُٗ َ ُُ‫صيَّىُهللا‬
َ ِٔ ٍْ َ‫عي‬
َ ِٔ ‫ُٗآ ِى‬ َ ًَُّ ‫ُأ َ َُُّاىَّْ ِج‬
)‫ش ِعٍ ِْشُ ِى ْيجَ ٍْذُِْلَُ ِى ْيجٍَ ِْعُ(سٗآُاثٍُِبجُٔعُِصٍٖت‬ ْ ‫ط‬
َّ ‫ُاىج ِ ُّشُثِبى‬ َ ُ‫بسضَخ‬
ُ ‫ُٗ َخ ْي‬، َ َ‫َٗ ْاى َُق‬
“Nabi bersabda, „Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli
tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur
gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan
untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah).3

3) Usul Al-fiqh
Hal ini sejalan dengan kaidah Ushul fiqh :

2
Adiwarman Karim, “Bank Islam, Wacana Ulama”, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada,2007), h. 83
3
Abu Abdillah Muhammad bin Yazid bin Majah al-Qazwini, “Sunan Ibnu Majah”, (Beirut
Dar El-Marefah, 2005), Juz 3, h. 79-80
60

َ ُ‫ُِاْلثَب َحخُُإْلَُّأ َ ٌَُُْذُ َُّهُدَ ِى ٍْ ٌُو‬


‫عيَىُر َ ْح ِشٌ َِْ َٖب‬ ْ ِ‫صوُُف‬
ِ ْ ‫ىُاى َُعَب ٍَالَد‬ ْ َ ‫ْاْل‬
“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali
ada dalil yang mengharamkannya”.

4) Ijma‟
Umat manusia telah berkosensus tentang keabsahan jual beli,
karena manusia sebagai anggota masyarakat selalu membutuhkan
apa yang dihasilkan dan dimiliki orang lain. Oleh karena jual beli ini
adalah salah satu jalan untuk mendapatkan secara sah, dengan
demikian mudahlah bagi setiap individu untuk memenuhi
kebutuhannya. Dari dasar hukum di atas, dapat disimpulkan bahwa
transaksi Murabahah itu dibolehkan dan tidak bertentangan dengan
ajaran syari‟at Islam serta memberikan keringanan kepada pembeli
untuk memeperoleh barang yang diinginkan walaupun dengan
pembayaran yang tidak tunai.

c. Rukun dan Syarat Akad Murabahah


Adapun rukun-rukun beserta syarat-syarat yang berkaitan dengan
rukun tersebut dalam akad jual beli murabahah, antara lain :
1) Pihak yang berakad (penjual dan pembeli)
a) Cakap hukum
b) Suka rela atau ridha, tidak dalam keadaan terpaksa atau dibawah
tekanan
2) Objek yang diperjual belikan
a) Tidak termasuk yang diharamkan atau yang dilarang oleh agama
b) Bermanfaat
c) Penyerahan dari penjual ke pembeli dapat dilakukan
d) Merupakan hak milik penuh pihak yang berakad
e) Sesuai spesifikasi yang diterima pembeli dan diserahkan penjual
f) Jika berupa barang bergerak maka barang itu harus bisa dikuasai
Pembeli setelah dokumentasi dan perjanjian akad diselesaikan.
61

3) Akad atau Sighat (Ijab dan Qabul)


a) Harus jelas dan disebutkan secara spesifikasi dengan siapa
berakad
b) Antara Ijab dan Qabul (serah terima) harus selaras baik dalam
spesifik barang maupun harga yang di sepakati
c) Tidak menggantungkan keabsahan transaksi pada masa yang akan
datang
d) Tidak membatasi waktu, missal saya jual kepada anda untuk
jangka waktu 10 bulan dan setelah itu akan menjadi milik saya
kembali
4) Harga
a) Harga jual adalah harga beli ditambah keuntungan
b) Harga jual tidak boleh berubah selama masa perjanjian
c) Sistem pembayaran dan jangka waktunya disepakati bersama.4

d. Jual Beli Emas Tidak Tunai Dengan Akad Murabahah


Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai atau dikenal pula dengan
Pembiayaan Kepemilikan Emas beberapa tahun belakangan ini mulai
berkembang di perbankan syariah maupun unit usaha syariah lainnya di
Indonesia. Praktik Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai atau Pembiayaan
Kepemilikan Emas ini di mayoritas perbankan syariah dan lembaga
keuangan syariah di Indonesia menggunakan akad murabahah. Jual Beli
Emas Secara Tidak Tunai atau Pembiayaan Kepemilikan Emas dapat
dikategorikan sebagai Pembiayaan Produktif, yaitu pembiayaan yang
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu
untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan maupun
investasi.5

4
Yenti Afrida, “Analisis Pembiayaan Murabahah Di Perbankan Syariah”, (JEBI (Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Islam)-Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2016), h. 158-160
5
Yenti Afrida, “Analisis Pembiayaan Murabahah Di Perbankan Syariah”, (JEBI (Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Islam)-Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2016), h. 158-160
62

Mengenai hukum jual beli emas secara angsuran atau tidak tunai,
para ulama terbagi dalam 2 pendapat yang berbeda. Pertama, kelompok
yang melarang, yaitu pendapat mayoritas fuqoha, dari madzhab Hanafi,
Maliki, Syafi‟i, dan Hambali. Alasan pelarangannya, menurut Malik
dan Syafi‟i dikarenakan „illah barang itu dijadikan patokan harga dan
benda-benda tersebut hanya bisa disamakan dengan uang. Sedangkan
ulama Hanafiyah berpendapat bahwa „illah keharaman menjual emas
dengan emas dan perak dengan perak secara tidak tunai, ialah benda-
benda itu adalah bendabenda yang ditimbang, di samping kesamaan
jenisnya, dan haram terhadap empat jenis barang lainnya pula dan sama
hukumnya.6
Kedua, kelompok yang membolehkan, yaitu pendapat Ibnu
Taimiyah, Ibnu Qayyim, Syaikh Ali Jumu‟ah (mufti al-Diyar al-
Mishriyah), Syekh Abdullah bin Sulaiman al-Mani‟, Syeikh
Abdurahman As-Sa‟di, dan ulama-ulama kontemporer. Kelompok ini
secara garis keras perpendapat bahwa emas dan perak adalah barang
(sil‟ah) yang dijual dan dibeli seperti halnya barang biasa, dan bukan
lagi ṡaman (harga, alat pembayaran, uang). Oleh karenanya tidak terjadi
riba (dalam pertukaran atau jual beli) antara perhiasan dengan harga
(uang), sebagaimana tidak terjadi riba (dalam pertukaran atau jual beli)
antara harga (uang) dengan barang lainnya, meskipun bukan dari jenis
yang sama.7
Adapun ulama-ulama kontemporer di Indonesia sepakat
mengeluarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
Nomor 77/DSN-MUI/V/2010 tentang Jual Beli Emas Tidak Tunai.
Diterangkan bahwa jual belie mas baik melalui jual beli biasa atau jual
beli murabahah, hukumnya boleh (mubah atau ja‟iz) selama emas tidak

6
Teuku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, “Mutiara Hadits 5 Jilid V”, (Semarang:
Pustaka Rizki Putra. 2003), h. 262
7
Abdul Rahman Ramli, “Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai (Telaah Fatwa DSN-MUI No.
77/DSN-MUI/V/2010)”, (Repository Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2015), h. 17-18
63

menjadi alat tukar yang resmi (uang). Namun, kebolehan tersebut harus
memenuhi batasan dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan
dalam fatwa tersebut.

2. Akad Wadi’ah
a. Pengertian Akad Wadi’ah
Secara bahasa, wadi‟ah berasal dari Bahasa Arab yaitu ُ‫( ُاىزشك‬at-
tarku) berarti meninggalkan. Dikatakan demikian karena pemilik harta
meninggalkan hartanya kepada orang lain. Secara istilah wadi‟ah berarti
mewakilkan penjagaan suatu harta yang spesial atau bernilai tertentu
dengan cara tertentu.
Ulama Madzhab Hanafi mendefinisikan bahwa wadi‟ah adalah
pelimpahan harta seseorang kepada orang lain agar menjaga hartanya,
baik dengan ungkapan yang jelas, melalui tindakan (ucapan), maupun
cukup dengan isyarat yang menunjukkan kesediaannya. Sebagai
contoh; seseorang (A) berkata kepada orang lain (B), “Saya titipkan tas
saya ini kepada anda,” lalu (B) menjawab, “Saya terima”. Maka
sempurnalah akad wadi‟ah. Atau seseorang (A) menitipkan buku
kepada orang lain dengan mengatakan, “Saya titipkan buku saya ini
kepada anda”, lalu (B) hanya diam sebagai tanda setuju. Maka
sempurnalah akad wadi‟ah antar keduanya.
Madzhab Maliki dan Syafi‟i mendefinisikan bahwa wadi‟ah
dilakukan dengan mewakilkan kepada orang lain dalam hal penjagaan
harta tertentu yang bernilai dengan cara tertentu. Kata “tertentu yang
bernilai” itu mencakup kulit bangkai yang sudah disucikan (disamak),
anjing pelacak atau pemburu, pupuk kandang dan lainnya. Sedangkan
harta seperti anjing peliharaan biasa, pakaian kumuh yang tidak layak
pakai, tidak dapat dititipkan karena harta tersebut tidak memiliki nilai
atau dianggap sampah dan hal ini bisa merusak hukum wadi‟ah.
Adapun maksud penjagaan “dengan cara tertentu” bisa dimaknai
dengan penjagaan yang sepenuhnya, mekanisme penjagaanya
64

diserahkan kepada penerima harta titipan, baik dijaga dengan cara


diikat, disimpan di dalam rumah, atau dimasukkan ke dalam kotak
brangkas, dikunci lalu dimasukkan lemari dan dikunci lagi atau dan
sebagainya. Yang terpenting adalah benar-benar menjaga amanat dan
menjadikan pemilik harta tersebut merasa nyaman tidak hawatir
terhadap hartanya.8

b. Landasan Hukum Akad Wadi’ah


1) Al-Qur‟an
ِ َ‫ٌَآُأٌَُّ َٖبُاىَّ ِزٌَِْ ُ َءا ٍَُْْ٘ اُْلَرَؤ ْ ُميُْ٘ اُأٍَْ َ٘اىَ ُن ٌُْثَ ٍَْْ ُن ٌُُْثِ ْبىج‬
َ ‫بط ِوُإِْلَُّأ َ ُُْر َ ُنْ٘ َُ ُرِ َج‬
َُِْ ‫بسحًُع‬
ّ َُّ ‫س ُن ٌُْجُ ِإ‬ َ ُ‫ٍُ ْْ ُن ٌُُْ ُ َْٗلَُر َ ْقزُيُْ٘ اُأ َ ّْف‬
‫ج‬
َ ٌْ ‫ُاّللَُمَبَُ ُ ِث ُن‬
‫ُس ِح ٍْ ًَب‬ ِ ‫اض‬ ٍ ‫ر َ َش‬
“Hai orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan
(mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela di
antaramu”. (QS. An-Nisa‟ : 29)

2) Hadits Rasulullah SAW


ُُّ‫سيَّ ٌَُقَبهَُا َ ِد‬ َ ِٔ ٍْ َ‫عي‬
َ ُٗ ّ َّ‫صي‬
َ ُ‫ىُاّلل‬ َ ‫ع ُُْْٔقَبه‬
ّ ‫َُسسُْ٘ ه‬
َ ُِ‫ُُاّلل‬ َ َ‫ع َُِْأ َ ِث ًُْ ُٕ َشٌ َْشح‬
ّ ًَ ‫ُس ِض‬
َ ُُ‫ُاّلل‬
ُِ ٍَ ُ‫ْاْلٍبَّخُاِىَى‬
ُْ ٍَ ُُِْ ‫ُِائْز َ َََْلَُُ َٗ َُْلُُر َ ُخ‬
)‫ُِ َخبَّلَُُ(سٗآُاىزشٍٍز‬
“Dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah saw. bersabda : Hendaklah
amanat orang yang mempercayai anda dan janganlah anda
menghianati orang yang menghianati anda.” (HR. Tirmidzi)9

3) Kaidah Ushul Al-Fiqh


َ ُ‫ُِاْلثَب َحخُُإْلَُّأ َ ٌَُُْذُ َُّهُدَ ِى ٍْ ٌُو‬
‫عيَىُر َ ْح ِشٌ َِْ َٖب‬ ِ ْ ‫صوُُفِىُ ْاى َُ َعب ٍَالَد‬
ْ َ ‫ْاْل‬
“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali
ada dalil yang mengharamkannya.”

8
Mufti Afif, “Tabungan: Implementasi Akad Wadi‟ah Atau Qard? (Kajian Praktik Wadi‟ah
di Perbankan Indonesia)”, Jurnal Hukum Islam (JHI) Volume 12, Nomor 2, Desember, 2014, h.
252
9
Abi Isa Muhammad bin Isa bin Sauran, “Sunan al-Tirmidzi 2”, (Beirut : Dar al-Fikr,
2005), h. 145
65

c. Jenis-jenis Akad Wadi’ah


Akad wadi‟ah dalam ekonomi syariah terdiri dari dua jenis, antara
lain:
1) Wadi‟ah Yad Amanah, dengan karakteristik yaitu: merupakan titipan
murni, barang atau dana yang dititipkan tidak boleh digunakan
(diambil manfaatnya) oleh penitip, sewaktu titipan dikembalikan
harus dalam keadaan utuh baik nilai maupun fisik barangnya, jika
selama dalam penitipan terjadi kerusakan maka pihak yang
menerima titipan tidak dibebani tanggung jawab, sebagai
kompensasi atas tanggung jawab pemeliharaan dapat dikenakan
biaya titipan.
2) Wadiah Yad Dhamanah, dengan karakteristik yaitu: merupakan
pengembangan dari wadi‟ah yad amanah yang disesuaikan dengan
aktivitas perekonomian. penerima titipan diberi izin untuk
menggunakan dan mengambil manfaat dari titipan tersebut.
Penyimpan mempunyai kewajiban untuk bertanggung jawab
terhadap kehilangan atau kerusakan barang tersebut. Semua
keuntungan yang diperoleh dari titipan tersebut menjadi hak
penerima titipan. Sebagai imbalan kepada pemilik barang/dana bank
dapat diberikan semacam insentif berupa bonus yang tidak
disyaratkan sebelumnya.10

d. Rukun dan Syarat Akad Wadi’ah


Adapun rukun-rukun beserta syarat-syarat yang berkaitan dengan
rukun tersebut dalam akad jual beli salam, antara lain :
1) Penitip (Muwaddi‟), syarat-syaratnya :
a) Berakal. Dengan demikian, tidak sah wadi‟ah dari orang gila dan
anak yang belum berakal.
b) Baligh. Syarat ini dikemukakan oleh Syafi‟iyah. Dengan
demikian menurut Syafi‟iyah, wadi‟ah tidak sah apabila

10
Nasrun Haroen, “Fiqh Muamalah”, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2007), h. 247
66

dilakukan oleh anak yang belum baligh (masih di bawah umur).


Tetapi menurut Hanafiyah baligh tidak menjadi syarat wadi‟ah
sehingga wadi‟ah hukumnya sah apabila dilakukan oleh anak
mumayyiz dengan persetujuan dari walinya atau washiy-nya.
2) Yang Menerima Titipan (Wadi‟), syarat-syaratnya :
a) Berakal. Tidak sah wadi‟ah dari orang gila dan anak yang masih
di bawah umur. Hal ini dikarenakan akibat hukum dari akad ini
adalah kewajiban menjaga harta, sedangkan orang yang tidak
berakal tidak mampu untuk menjaga barang yang dititipkan
kepadanya.
b) Baligh. Syarat ini dikemukakan oleh jumhur ulama. Akan tetapi,
Hanafiyah tidak menjadikan baligh sebagai syarat untuk orang
yang dititipi, melainkan cukup ia sudah mumayyiz.
c) Malikiyah mensyaratkan orang yang dititipi harus orang yang
diduga kuat mampu menjaga barang yang dititipkan kepadanya.
3) Objek yang dititipkan (Wadi‟ah), syarat-syaratnya :
a) Benda yang dititipkan disyaratkan harus benda yang bisa untuk
disimpan. Apabila benda tersebut tidak bisa disimpan, seperti
burung di udara atau benda yang jatuh ke dalam air, maka
wadi‟ah tidak sah sehingga apabila hilang, tidak wajib mengganti.
Syarat ini dikemukakan oleh ulama-ulama Hanafiyah.
b) Syafi‟iyah dan Hanabilah mensyaratkan benda yang dititipkan
harus benda yang mempunyai nilai (qimah) dan dipandang
sebagai mal (harta), walaupun najis. Seperti anjing yang bisa
dimanfaatkan untuk berburu, atau menjaga keamanan. Apabila
benda tersebut tidak memiliki nilai, seperti anjing yang tidak ada
manfaatnya, maka wadi‟ah tidak sah.
4) Akad atau Sighat (Ijab dan Qabul), syarat-syaratnya :
a) Harus jelas dan disebutkan secara spesifikasi dengan siapa
berakad.
67

b) Antara Ijab dan Qabul (serah terima) harus selaras baik dalam
spesifik barang maupun harga yang di sepakati.11

3. Akad Salam
a. Pengertian Akad Salam
Pengertian as-salam atau sering disebut juga dengan as-salaf
secara etimologi artinya pendahuluan. Secara terminologi para ulama
fiqh mendefinisikannya dengan : “Menjual suatu barang yang
penyerahannya ditunda, atau menjual suatu barang yang ciri-cirinya
jelas dengan pembayaran modal lebih awal, sedangkan barangnya
diserahkan kemudian hari.”
Kemudian, para ulama Syafi‟iyah dan Hanabilah
mendefisikannya dengan : “Akad yang disepakati untuk membuat
sesuatu dengan ciri-ciri tertentu dengan membayar harganya dahulu,
sedangkan barangnya diserahkan (kepada pembeli) di kemudian hari.”
Kemudian, para ulama Malikiyah memberikan definisinya dengan
: “Jual beli yang modalnya dibayar dahulu, sedangkan barangnya
diserahkan sesuai dengan waktu yang disepakati.”12
Pada intinya, jual beli salam merupakan bentuk jual beli dengan
pembayaran di muka dan penyerahan barang di kemudian hari
(advanced payment atau forward buying atau future sales) dengan
harga, spesifikasi, jumlah, kualitas, tanggal, dan tempat penyerahan
yang jelas, serta disepakati sebelumnya dalam perjanjian. Risiko
terhadap barang yang diperjualbelikan masih berada pada penjual
sampai waktu penyerahan barang. Pihak pembeli berhak untuk meneliti
dan dapat menolak barang yang akan diserahkan apabila tidak sesuai
dengan spesifikasi awal yang disepakati.13

11
Ahmad Wardi Muslich, “Fiqih Muamalat”, (Jakarta: Amzah, 2013), h. 459-461
12
Nasrun Haroen, “Fiqh Muamalah”, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2007), h. 146-147
13
Ascarya, “Akad dan Produk Bank Syariah”, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2012), h.
90
68

Spesifikasi barang pesanan pada jual beli salam harus telah


disepakati oleh pembeli dan penjual di awal akad. Barang pesanan
harus sesuai dengan karakteristik yang telah disepakati. Jika barang
pesanan yang dikirim tidak sesuai dengan spesifikasi yang tertuang
dalam akad, maka pembeli dapat mengembalikannya pada penjual.
Begitu juga bila barang pesanan pada saat diterima oleh pembeli
harganya lebih rendah dibanding harga pada saat akad, maka selisihnya
merupakan kerugian pembeli. Sebaliknya, bila harga barang pesanan
pada saat diterima lebih tinggi disbanding pada saat akad, maka
selisihnya diakui sebagai keuntungan dalam jual beli salam.14

b. Landasan Hukum Akad Salam


1) Al-Qur‟an :
َ ٍُّ ُ‫ٌَآُأٌَُّ َٖبُاىَّ ِزٌَِْ ُآ ٍَُْْ٘ اُ ِإرَاُرَذَا ٌَ ْْز ُ ٌُْ ِثذٌَ ٍُِْ ِإىَىُأ َ َج ٍو‬
...ُُٓ ُْ٘‫سََّىُفَب ْمزُج‬
"Hai orang yang beriman! Jika kamu bermu'amalah tidak secara
tunai sampai waktu tertentu, buatlah secara tertulis...". (QS. Al-
Baqarah : 282)

2) Hadist Rasulullah SAW :


َُ‫ُاى ََ ِذ ٌَْْخ‬
ْ ٌَ َّ‫سي‬ َ ِٔ ٍَ‫عي‬
َ ُٗ ّ َّ‫صي‬
َ ُُ‫ىُاّلل‬ َ ًُُّ ِ‫ع ْْ ُٖ ََبُقَبهَُقَ ُِذ ًَُاىَّْج‬ ّ ًَ ‫َّبطُس ِض‬
َ ُُ‫ُاّلل‬ َ ‫عج‬
َ ُِِْ ‫ع َُِِاث‬
ُ‫فُفِ ًُْش ًَْءٍ ُفَ ِف ًُْ َم ٍْ ٍو‬ َ َ‫سي‬ْ َ ‫ُ ٍَ ُِْأ‬:َُ‫سَْزٍَ ُِِْفَقَبه‬ َّ ‫ُٗاى‬ َ ‫سَْ ِخ‬ َّ ‫س ِيفُْ٘ َُ ُ ِفىُاىث َّ ََ ِبسُاى‬ْ ٌٌُُْ ُٕ َٗ
ًٍُ ُْ٘‫ُٗ ْص ٍُُ ٍَ ْعيُْ٘ ًٍُإِىَىُأ َ َج ٍوُ ٍَ ْعي‬
َ َُٗ ًٍ ُْ٘‫ٍَ ْعي‬
"Dari Ibn Abbas r.a. beliau berkata, ketika Rasulullah SAW datang
ke Madinah, sementara penduduk Madinah menghutangkan kurma
selama satu tahun, dua tahun serta tiga tahun. Kemudian Rasulullah
SAW bersabda : Barang siapa melakukan salaf (salam), hendaknya
ia melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas,
untuk jangka waktu yang diketahui" (HR. Bukhari).15

3) Kaidah Ushul Al-Fiqh :


َ ُ‫ُِاْلثَب َحخُُإْلَُّأ َ ٌَُُْذُ َُّهُدَ ِى ٍْ ٌُو‬
‫عيَىُر َ ْح ِشٌ َِْ َٖب‬ ْ ِ‫صوُُف‬
ِ ْ ‫ىُاى َُعَب ٍَالَد‬ ْ َ ‫ْاْل‬
“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali
ada dalil yang mengharamkannya.”

14
Ismail, “Perbankan Syariah”, (Jakarta : Kencana, 2013), h. 153
15
Abi Abdillah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, “Shahih Bukhari” Juz II Terjemahan
Ahmad Sunarto, (Surabaya : Al-Hidayah, 2000), h. 30
69

4) Ijma‟ :
Menurut Ibnul Munzir, ulama sepakat (ijma‟) atas kebolehan
jual beli dengan cara salam. Di samping itu, cara tersebut juga
diperlukan oleh masyarakat.

c. Rukun dan Syarat Akad Salam


Adapun rukun-rukun beserta syarat-syarat yang berkaitan dengan
rukun tersebut dalam akad jual beli salam, antara lain :
1) Pihak yang berakad atau pembeli dan penjual (Muslam dan Muslam
Ilaihi), syarat-syaratnya :
a) Cakap hukum
b) Suka rela atau ridha, tidak dalam keadaan terpaksa atau dibawah
tekanan
c) Pembeli harus memesan dengan memberikan spesifikasi barang
yang diinginkan dengan sangat jelas dan detail
d) Penjual harus mampu menyediakan barang yang spesifikasinya
sudah dijelaskan oleh pembeli
2) Objek yang diperjual belikan (Muslam Fiihi), syarat-syaratnya :
a) Tidak termasuk yang diharamkan atau yang dilarang oleh agama
b) Bermanfaat
c) Penyerahan dari penjual ke pembeli dapat dilakukan
d) Merupakan hak milik penuh pihak yang berakad
e) Jika berupa barang bergerak maka barang itu harus bisa dikuasai
pembeli setelah dokumentasi dan perjanjian akad diselesaikan
f) Sesuai spesifikasi yang diterima pembeli dan diserahkan penjual
g) Harus jelas jenisnya; seperti beras, jagung dan sejenisnya;
h) Harus jelas macamnya; seperti beras rojo lele, pandan wangi, dan
sejenisnya
i) Harus jelas sifat dan kwalitasnya; seperti beras IR yang bagus,
sedang, atau yang berkwalitas rendah
70

j) Harus jelas kadarnya, seperti dalam satuan kilogram, takaran, cm,


bilangan atau satuan ukuran-ukuuran lainya
k) Barang tidak di barter dengan barang sejenis yang akan
menyebabkan terjadinya riba
l) Barang yang di pesan harus dapat dijelaskan spesifikasinya,
apabia barang tidak dapat dijelaskan spesifikasinya,seperti mata
uang, rupiah atau dirham maka salam tidak sah
m) Penyerahan barang harus diwaktu kemudian, tidak bersamaan
dengan penyerahan harga pada waktu penyerahan akat; bila
barang disrahkan langsung maka tidak disebut salam,akan tetapi
jual beli biasa; menurut ulama hanafiah jangka waktu salam
adalah satu bulan atau lima belas hari, karena hal tersebut yang
umum terjadi pada pemesanan barang
n) Kadar objek akad dalam salam harus jelas dan pasti,karena dalam
jual beli salam tidak berlaku khiyar syara kedua belah pihak atau
salah satunya;
o) Tempat penyerahan barang harus jelas,ini adalah persyaratan
menurut hanafiah;
p) Objek akad salam atau barang yang diperjualbelikan merupakan
barang yang dapat di jelaskan sifat,jenis kadar, macam dan
kwalitasnya.
q) Para ulama melarang penggantian muslam fiihi dengan barang
lainya. penukaran atau penggantian barang assalam ini tidak
diperkenankan, karena meskipun belum diserahkan, barang
tersebut tidak lagi milik muslam alaih, tetapi sudah menjadi milik
muslam (fidz-dzimmah). Bila barang tersebut di ganti dengan
barang yang memiliki spesifikasi dan kwalitas yang sama
meskipun sumbernya berbeda,para ulama membolehkanya. Hal
71

demikian tidak di anggap sebagai jual beli, melainkan penyerahan


unit yang lain untuk barang yang sama.16
3) Harga (Tsaman), syarat-syaratnya :
a) Harga jual adalah harga beli ditambah keuntungan.
b) Harga jual tidak boleh berubah selama masa perjanjian.
c) Sistem pembayaran dan jangka waktunya disepakati bersama.17
4) Akad atau Sighat (Ijab dan Qabul), syarat-syaratnya :
a) Harus jelas dan disebutkan secara spesifikasi dengan siapa
berakad.
b) Antara Ijab dan Qabul (serah terima) harus selaras baik dalam
spesifik barang maupun harga yang di sepakati.
c) Tidak menggantungkan keabsahan transaksi pada masa yang akan
datang.
d) Tidak membatasi waktu, misalnya saya jual kepada anda untuk
jangka waktu 10 bulan dan setelah itu akan menjadi milik saya
kembali.

d. Penerimaan Pembayaran dan Penyerahan Barang dalam Akad


Salam
Kebanyakan para ulama mengharuskan pembayaran salam
dilakukan ditempat kontrak. Hal tersebut dimaksudkan agar
pembayaran yang dilakukan oleh pembeli tidak dijadikan utang penjual.
Lebih khusus lagi, pembayaran salam tidak bisa dalam bentuk
pembebasan hutang yang harus dibayar oleh penjual. Hal ini untuk
menjauhi riba dalam praktik salam.18
Adapun ketentuan penyerahan barang dalam jual beli salam dari
pihak penjual barang, antara lain :

16
Muhammad Syafii Antonio, “Bank Syari‟ah Dari Teori Ke Praktik”, (Jakarta : Gema
Insani, 2001), h. 110
17
Yenti Afrida, “Analisis Pembiayaan Murabahah Di Perbankan Syariah”, (JEBI (Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Islam), Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2016), h. 158-160
18
Muhammad Syafi‟i Antonio, “Bank Syariah Dari Teori ke Praktik”, (Jakarta : Gema
Insani, 2013), h. 109
72

1) Penjual wajib menyerahkan barang tepat waktu seusai dengan


pesanan.
2) Bila penjual memberikan barang dengan kualitas lebih bagus maka
penjual tidak boleh meminta tambahan uang.
3) Jika penjual memberikan barang dengan kualitas yang lebih rendah
lalu pembeli menerimanya, maka pembeli tidak boleh meminta
penurunan harga.
4) Penjual dapat menyerahkan barang lebih cepat dari waktu yang telah
disepakati dengan syarat barang sesui dengan yang dipesan oleh
pembeli.19
Jika semua barang tidak tersedia atau tidak tepat pada waktunya
atau kualitasnya lebih rendah dan pembeli tidak mau menerimanya
maka pembeli memiliki pilihan :
1) Menolak atau menerima barang atau meminta pengembalian dana.
2) Meminta kepada nasabah untuk mengganti barang sejenisnya.
3) Menunggu barang hingga tersedia.

C. Tinjauan Hukum Aspek-Aspek Syariah Pada Jual Beli Emas Produk


#BeliBerkala
1. Identifikasi Akad
Secara garis besar produk Beli Berkala pada Tamasia cenderung
menggunakan akad jual beli murabahah. Akad murabahah dapat
diidentifikasi dari produk Beli Berkala karena secara keseluruhan
karakteristik produk ini mirip dengan ketentuan dan jenis dari akad
murabahah ini sebagaimana yang telah tertuang dalam Fatwa DSN MUI
Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Murabahah.
Analisis isi akad murabahah yang dijalankan dalam transaksi
produk Beli Berkala ini yaitu pembeli yang ingin membeli emas kepada
Tamasia dapat melakukan pemesanan pada aplikasi Tamasia dengan

19
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, “Lembaga Keuangan Syariah: Tinjauan Teoritis dan
Praktis”, (Jakarta : Kencana 2013), h. 51
73

memilih ukuran emas yang diinginkan dan tenor jangka waktu mencicil
emas. Kemudian aplikasi Tamasia secara otomatis menghitung harga
emas pada saat hari akad akan dilaksanakan tersebut dikali dengan ukuran
gram yang diinginkan pembeli.
Secara transparan dan otomatis pula, aplikasi Tamasia
memberitahukan kepada pembeli ada biaya diluar harga murni emas yang
dipesan, yaitu nominal margin keuntungan yang Tamasia ambil, biaya
administrasi, dan biaya pengiriman emas ke tenpat pembeli. Jika pembeli
setuju maka pembeli dapat langsung melakukan pembayaran untuk cicilan
di bulan pertama, jika tidak setuju maka pembeli dapat memilih khiyar
untuk membatalkan pembelian. Untuk harga untuk pembayaran cicilan
berikutnya tidak akan berubah mengikuti harga emas pada hari
pembayaran cicilan tersebut, harga tetap mengikuti pada saat akad
dilakukan.
Mengenai barang yang diperjualbelikan dalam akad murabahah ini
merupakan emas yang ukuran gram-nya sesuai dengan jumlah gram yang
dipesan pembeli. Dengan begitu, emas ini termasuk kategori barang yang
diperjualbelikan yang disebutkan sifat-sifatnya dalam perjanjian namun
belum ada barangnya saat perjanjian dilakukan. Adapun penyerahan emas
ini ditangguhkan hingga masa angsuran pembeli selesai dilunasi, sebagai
ganti Tamasia tidak meminta jaminan apapun kepada pembeli untuk
ditahan Tamasia.
Mengenai shigat ijab yang dilakukan oleh pembeli melalui cara
ta‟athi atau melakukan tindakan, tindakan tersebut dilakukan dengan
meng-klik “Beli Emas Sekarang” kemudian meng-klik “Selanjutnya”
pada tab pembelian emas di aplikasi Tamasia. Dengan melakukan
tindakan tersebut pembeli dianggap setuju dengan kontrak pembelian
emas tersebut. Kemudian shigat qabul dari Tamasia juga dilakukan
melalui tindakan dengan langsung memproses pembelian emas tersebut
pada sistem teknologinya. Menurut penulis, hal ini sudah menunjukkan
terwujudnya suka sama suka atau keridhaan masing-masing pihak karena
74

ijab dan qabul melalui sistem seperti ini memang sudah menjadi
kebiasaan masyarakat Indonesia saat ini dalam melakukan jual beli
online.
Mengenai kontrak perjanjian, seharusnya Tamasia memperjelas
kontrak perjanjian seperti layaknya nasabah yang melakukan permohonan
pembiayaan dengan akad murabahah di Bank Syariah maupun Lembaga
Keuangan Mikro Syariah lainnya. Misalnya dengan membuat tab pada
aplikasi Tamasia yang menampilkan kontrak akad murabahah untuk
pembelian emas secara cicilan yang berisi perjanjian (agreement) antara
pembeli dengan Tamasia sebelum pembeli menyetujui untuk melanjutkan
pembelian. Kontrak perjanjian ini harus mudah untuk diakses maupun
didownload sebagai hard file jika sewaktu-waktu kedua belah pihak
membutuhkan. Sehingga kontrak tersebut bisa menjadi penerang jika
suatu saat terjadi wanprestasi antara salah satu pihak.
Adapun rukun-rukun dalam akad jual beli murabahah yang
digunakan pada produk Beli Berkala, yaitu :
a. Pembeli (Musytari)
Pembeli adalah orang yang ingin membeli emas kepada
Tamasia baik melalui aplikasi online Tamasia maupun langsung
datang ke kantor Tamasia.
b. Penjual (Ba‟i)
Penjual adalah PT. Tamasia Global Sharia yang menjual
emas yang dipesan oleh pembeli baik melalui aplikasi online
Tamasia maupun langsung datang ke kantor Tamasia.
c. Objek yang diperjualbelikan (Mabi‟)
Objek yang diperjualbelikan adalah logam mulia emas
batang murni yang dicetak langsung oleh PT. ANTAM (Persero)
Tbk dengan berbagai ukuran mulai dari 0,02 gram sampai tidak
berbatas.
75

d. Harga (Tsaman)
Harga yang dimaksud adalah harga emas per gram
berdasarkan standar harga emas Antam dikali dengan berapa gram
yang dipesan oleh pembeli atau pemesan sesuai dengan fluktuasi
harga emas pada hari akad dilakukan ditambah dengan margin
keuntungan yang diambil Tamasia, biaya administrasi, dan biaya
pengiriman emas ke daerah tempat pembeli tinggal yang sudah
termasuk asuransi selama perjalanan pengiriman.
Jadi, rumus harga pada transaksi jual beli emas dengan
akad salam ini yaitu :
(harga emas per gram berdasakan standar Antam x jumlah gram
yang dipesan pembeli) + margin keuntungan Tamasia + biaya
administrasi + biaya pengiriman emas = harga (tsaman).
e. Akad atau Sighat (Ijab dan Qabul)
Sighat ijab dan qabul kontrak pada transaksi melalui
aplikasi online Tamasia tertera pada persetujuan atau agreement
yang disetujui pembeli pada tab dialog pesanan emas.

2. Analisis Substansi Fatwa Terkait


Adapun fatwa yang terkait dengan akad murabahah pada transaksi
produk Beli Berkala ini berkaitan dengan Fatwa Nomor 04/DSN-
MUI/IV/2000 tentang Murabahah dan Fatwa Nomor 77/DSN-
MUI/V/2010 tentang Jual Beli Emas Tidak Tunai.
Berikut merupakan analisis rangkuman substansi karakteristik akad
murabahah menurut Fatwa Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Murabahah dengan transaksi produk Beli Berkala pada Tamasia, namun
termodifikasi bukan untuk Bank Syariah melainkan untuk e-commerce
yang menjalankan usahanya dengan prinsip syariah di bidang gold
marketplace seperti Tamasia :
a. Ketentuan Umum Murabahah
76

1) Tamasia dan pembeli harus melakukan akad murabahah yang


bebas riba. Jual beli emas pada Tamasia bebas bunga atau riba
karena harga emas mengikuti harga pada saat dilakukannya akad,
tidak berubah sampai akhir cicilan selesai dibayarkan.
2) Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah
Islam. Emas merupakan barang yang tidak diharamkan untuk
diperjualbelikan menurut syariah Islam.
3) Tamasia membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian
barang yang telah disepakati kualifikasinya. Tamasia membiayai
seluruh harga pembelian emas kepada Antam sesuai kualifikasi
yang diminta pembeli.
4) Tamasia membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama
bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba. Tamasia
membeli emas ke Antam atas nama Tamasia sendiri.
5) Tamasia harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.
Tamasia memang tidak menyampaikan secara transparan seluruh
hal yang berkaitan dengan pembelian emas kepada Antam karena
emas tersebut pada dasarnya sudah menjadi saldo emas milik
Tamasia, ketika ada pembeli yang memesan sekian gram baru
Tamasia akan mencetaknya menjadi emas batang.
6) Tamasia kemudian menjual barang tersebut kepada pembeli
(pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus
keuntungannya. Dalam kaitan ini Tamasia harus memberitahu
secara jujur harga pokok barang kepada pembelian berikut biaya
yang diperlukan. Tamasia memberitahu kepada pembeli harga
emas per gram berdasakan standar Antam pada hari akad tersebut
dilakukan dikali dengan jumlah gram yang dipesan pembeli,
ditambah margin keuntungan yang Tamasia akan ambil, ditambah
biaya administrasi, dan ditambah biaya pengiriman emas
77

(termasuk asuransi) yang otomatis tertera saat konfirmasi


pembelian emas di aplikasi Tamasia.
7) Pembeli membayar harga barang yang telah disepakati tersebut
pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati. Pembeli
membayar cicilan kepada Tamasia sesuai dengan jangka waktu
dan tenor yang dipilih pembeli, secara otomatis pula dalam
aplikasi Tamasia ada pengingat (reminder) setiap tanggal berapa
pembeli harus membayar cicilannya.
8) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad
tersebut, pihak Tamasia dapat mengadakan perjanjian khusus
dengan pembeli. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan
akad, sistem Tamasia secara otomatis merekam perjanjian akad
yang diajukan oleh pembeli.
9) Jika Tamasia hendak mewakilkan kepada pembeli untuk membeli
barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus
dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik Tamasia.
Tamasia tidak perlu mewakilkan kepada pembeli untuk membeli
emas Antam, karena Tamasia sendiri adalah partner resmi dari
Antam dan sudah memiliki saldo emas pada Antam.

b. Ketentuan Murabahah kepada Pembeli


1) Pembeli mengajukan permohonan dan janji pembelian suatu
barang atau aset kepada Tamasia. Dalam jual beli emas pada
Tamasia, permohonan pembelian dilakukan pembeli melalui
aplikasi Tamasia.
2) Jika Tamasia menerima permohonan tersebut, ia harus membeli
terlebih dahulu aset yang dipesannya secara sah dengan
pedagang. Secara sah, emas sudah dimiliki oleh Tamasia karena
sudah menjadi saldo Tamasia di Antam.
3) Tamasia kemudian menawarkan aset tersebut kepada pembeli dan
pembeli harus menerima (membeli)-nya sesuai dengan janji yang
78

telah disepakatinya, karena secara hukum janji tersebut mengikat;


kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli.
Kontrak jual beli sudah terekam dalam sistem Tamasia sejak
pembeli menyetujui untuk mengadakan perjanjian jual beli emas
kepada Tamasia.
4) Dalam jual beli ini Tamasia dibolehkan meminta pembeli untuk
membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal
pemesanan. Tamasia meminta kepada pembeli untuk membayar
uang muka hanya dengan membayar cicilan pertama di bulan
akad tersebut dilakukan.
5) Jika pembeli kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya
riil harus dibayar dari uang muka tersebut. Jika nilai uang muka
kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh Tamasia,
Tamasia dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada
pembeli. Jika uang muka memakai kontrak „urbun sebagai
alternatif dari uang muka, maka
a) jika pembeli memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia
tinggal membayar sisa harga.
b) jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik
Fintech maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh
Fintech akibat pembatalan tersebut; dan jika uang muka tidak
mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya.

Jika pembeli memutuskan untuk membeli barang tersebut maka


pembeli tinggal melunasi sisa cicilan di bulan kedua hingga
selesai. Jika nasabah batal membeli, maka Tamasia akan
mengembalikan cicilan di bulan pertama saat akad tersebut
dilakukan beserta cicilan yang sudah terlanjur terbayarkan di
bulan-bulan setelahnya namun Tamasia memotong biaya margin
pada bulan-bulan tersebut dan biaya admin.
79

c. Jaminan dalam Murabahah


1) Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar pembeli serius dengan
pesanannya. Dalam hal ini, Tamasia tidak meminta jaminan
kepada pembeli, akan tetapi Tamasia menahan emas yang dibeli
pembeli sampai seluruh cicilan lunas dibayarkan.
2) Tamasia dapat meminta pembeli untuk menyediakan jaminan yang
dapat dipegang. Tamasia tidak meminta jaminan apapun kepada
pembeli.

d. Utang dalam Murabahah


Secara prinsip, penyelesaian utang pembeli dalam transaksi
murabahah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan
pembeli dengan pihak ketiga atas barang tersebut. Jika pembeli
menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan atau kerugian, ia
tetap berkewajiban untuk menyelesaikan utangnya kepada Tamasia.
Jika pembeli menjual barang tersebut sebelum masa angsuran
berakhir, ia tidak wajib segera melunasi seluruh angsurannya. Jika
penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian, pembeli tetap harus
menyelesaikan utangnya sesuai kesepakatan awal. Ia tidak boleh
memperlambat pembayaran angsuran atau meminta kerugian itu
diperhitungkan.
Dalam hal ini, pembeli emas di Tamasia tidak dapat menjual
emasnya kepada pihak lain sebelum angsuran tersebut lunas, karena
emas hanya akan diberikan saat angsuran tersebut telah lunas. Pembeli
tidak bisa menjual emasnya sebelum angsurannya berakhir, karena
Tamasia tidak meminta jaminan dan emas tersebut masih ditangan
Tamasia.

e. Penundaan Pembayaran dalam Murabahah


Pembeli yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda
penyelesaian utangnya. Jika nasabah menunda-nunda pembayaran
80

dengan sengaja, atau jika salah satu pihak tidak menunaikan


kewajibannya, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan
Arbitrasi Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui
musyawarah. Selama ini, pembeli yang menunda-nunda pembayaran
angsuran ditindak Tamasia dengan musyawarah secara kekeluargaan
dan belum pernah ada yang harus diselesaikan di Badan Arbitrasi
Syariah. Jika musyawarah tidak menemukan titik temu atau bahkan
pembeli tidak merespon Tamasia, maka pembeli lah yang
menanggung kerugian karena ia tidak mengambil kembali angsuran
yang sudah dibayarkan.

f. Bangkrut dalam Murabahah


Jika pembeli telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan
utangnya, Tamasia harus menunda tagihan utang sampai ia menjadi
sanggup kembali, atau berdasarkan kesepakatan. Tamasia memberikan
kelonggaran terhadap pembeli yang melapor bahwa ia sedang
kesulitan untuk meneruskan pembayaran cicilan. Pembeli dapat
melapor dengan menghubungi customer service Tamasia, selanjutnya
diadakan musyawarah secara kekeluargaan bagaimana solusi yang
harus diambil.

Berikut merupakan analisis substansi Fatwa Nomor 77/DSN-


MUI/V/2010 tentang Jual Beli Emas Tidak Tunai dengan transaksi
produk Beli Berkala. Pada dasarnya baik melalui jual beli biasa atau jual
beli murabahah, jual beli emas hukumnya boleh (mubah) selama emas
tidak menjadi alat tukar yang resmi (uang). Namun, kebolehan tersebut
harus memenuhi batasan dan ketentuan berikut ini :
a. Harga jual (tsaman) tidak boleh bertambah selama jangka waktu
perjanjian meskipun ada perpanjangan waktu setelah jatuh tempo.
Harga emas pada Tamasia tidak berubah antara cicilan yang satu
dengan cicilan sebelumnya. Dalam menentukan harga emas, Tamasia
81

mengikuti grafik harga emas dengan standar ANTAM, meskipun


harga emas setiap harinya berubah, pembayaran cicilan oleh pembeli
tetap mengikuti harga pada saat akad dilakukan.
b. Emas yang dibeli dengan pembayaran tidak tunai boleh dijadikan
jaminan (rahn). Tamasia memang menjadikan emas yang dipesan
pembeli sebagai jaminan dan baru diberikan kepada pembeli setelah
cicilan pembayaran dilunasi. Hal ini karena jual beli disini dilakukan
melalui aplikasi online yang akan menyulitkan kedua belah pihak jika
pembeli harus menyerahkan jaminan lain. Selain itu tujuan hal ini juga
untuk menghindari pembeli menyalahgunakan akad atau melakukan
wanprestasi.
c. Emas yang dijadikan jaminan sebagaimana dimaksud dalam huruf (b)
tidak boleh dijualbelikan atau dijadikan obyek akad lain yang
menyebabkan perpindahan kepemilikan. Pembeli tidak dapat
memperjualbelikan emas ini sebagai obyek akad lain karena emas
tersebut masih berada di tangan Tamasia. Adapun Tamasia juga tidak
pernah memperjualbelikan emas yang sudah dipesan oleh seorang
pembeli menjadi obyek akad dengan pihak lain.

D. Tinjauan Hukum Aspek-Aspek Syariah Pada Jual Beli Emas Produk


#BeliSukaSuka
1. Identifikasi Akad
Secara garis besar produk Beli Suka-Suka pada Tamasia cenderung
menggunakan akad wadi‟ah atau akad titipan. Karena dalam produk Beli
Suka-Suka, pada dasarnya pembeli emas menabung atau menitipkan emas
yang dimilikinya pada aplikasi Tamasia. Pembeli boleh memilih untuk
mencetak emas tabungannya dengan minimal cetak sejumlah 1 gram atau
tetap terus menyimpan pada aplikasi Tamasia. Dengan demikian
penyimpanan tabungan emas ini menggunakan akad wadi‟ah dimana
pembeli menitipkan tabungan emasnya kepada Tamasia.
82

Analisis si akad wadi‟ah yang dijalankan dalam transaksi produk


Beli Suka-Suka ini yaitu pembeli yang membeli emas Antam di Tamasia,
setelah membeli ia dapat menyimpan atau menitipkan saldo tabungan
emasnya kepada Tamasia. Tamasia sebagai yang menerima titipan (wadi‟)
memiliki aplikasi online tempat para pelanggan dapat menabung saldo
emasnya. Dengan begitu, yang dimaksud dengan pembelian emas ini
adalah penabung menyetorkan saldo tabungan sejumlah nominal yang ia
inginkan dengan dikonversikan dengan harga emas pada saat penyetoran
itu dilakukan. Tamasia tidak menerima upah (ujrah) dari para penabung,
maka dari itu akad wadi‟ah yang dijalankan disini adalah wadi‟ah yad al-
amanah.
Mengenai barang yang dititipkan dalam akad wadi‟ah ini
merupakan saldo tabungan emas yang disimpan pembeli setelah ia
memiliki sejumlah saldo emas dengan jalan Beli Suka-Suka. Emas yang
dititipakn ini merupakan titipan murni yaitu wadi‟ah yad al-amanah,
Tamasia tidak meminta dan menerima upah (ujrah) dari para penabung.
Dengan begitu, Tamasia tidak boleh menggunakan (mengambil
manfaatnya) oleh penitip, sewaktu titipan atau tabungan saldo emas ini
ingin ditarik kembali oleh penabung harus dalam keadaan utuh baik nilai
maupun fisik barangnya.
Mengenai shigat ijab yang dilakukan oleh penabung disini memang
masih sangat tersirat. Setelah seseorang memiliki emas melalui produk
Beli Suka-Suka, secara otomatis ia menyimpan saldo tabungan emas
tersebut dan melakukan akad wadi‟ah untuk penitipan saldo tabungan
emas kepada Tamasia secara otomatis pula. Shigat dilakukan dengan cara
lisan al-hal, yaitu apabila seseorang meninggalkan barang-barang
dihadapan orang lain kemudian orang itu pergi dan orang yang ditinggali
barang-barang itu berdiam diri saja hal itu dipandang telah ada akad
wadi‟ah (titipan) antara orang yang meletakkan barang titipan dengan
jalan dalalah al-hal.
83

Mengenai kontrak perjanjian, seharusnya Tamasia memperjelas


kontrak perjanjian seperti layaknya menabung simpanan uang dengan
akad wadi‟ah di Bank Syariah maupun Lembaga Keuangan Mikro
Syariah lainnya. Misalnya dengan membuat tab pada aplikasi Tamasia
yang menampilkan kontrak akad wadi‟ah untuk penitipan saldo tabungan
emas milik penabung yang berisi perjanjian (agreement) antara penabung
dengan Tamasia sebelum penabung menyetujui untuk menitipkan
tabungan emasnya. Kontrak perjanjian ini harus mudah untuk diakses
maupun didownload sebagai hard file jika sewaktu-waktu kedua belah
pihak membutuhkan. Sehingga kontrak tersebut bisa menjadi penerang
jika suatu saat terjadi wanprestasi antara salah satu pihak.
Adapun analisis rukun-rukun dalam akad wadi‟ah yang digunakan
pada produk Beli Suka-Suka pada Tamasia jika dijabarkan adalah sebagai
berikut :
a. Penitip (Muwaddi‟)
Penitip adalah orang yang menabung atau menyimpan saldo
emasnya pada aplikasi Tamasia.
b. Yang Menerima Titipan (Wadi‟)
Yang menerima titipan adalah Tamasia yang menyediakan
aplikasi online untuk penitip menabung atau menyimpan saldo
emasnya.
c. Objek yang dititipkan (Wadi‟ah)
Objek yang dititipkan adalah saldo tabungan emas milik penitip
yang sewaktu-waktu dapat diambil kembali oleh penitip dengan
mencetaknya dalam bentuk emas batang Antam.
d. Akad atau Sighat (Ijab dan Qabul)
Sighat ijab dan qabul kontrak pada proses penitipan emas
transaksi melalui aplikasi online Tamasia tertera pada persetujuan atau
agreement yang disetujui pembeli pada tab dialog pesanan emas.
84

Produk Beli Suka-Suka pada Tamasia juga cenderung


menggunakan akad salam saat penabung ingin mengambil saldo tabungan
emasnya dengan dicetak dalam bentuk emas batang Antam. Akad salam
dapat diidentifikasi dari proses memesan untuk dicetakkan emas dalam
produk Beli Suka-Suka ini karena secara keseluruhan karakteristik produk
ini mirip dengan ketentuan dan jenis dari akad salam ini sebagaimana
yang telah tertuang dalam Fatwa DSN MUI Nomor 05/DSN-
MUI/IV/2000 tentang Jual Beli Salam.
Analisis isi akad salam yang dijalankan dalam transaksi produk
Beli Suka-Suka ini yaitu penabung yang menabung saldo tabungan emas
dalam aplikasi Tamasia dapat mengambil saldo tabungan emas tersebut
sewaktu-waktu dibutuhkan seperti layaknya tabungan uang biasa pada
Bank. Penabung dapat mengambil saldo tabungan emas tersebut dalam
bentuk emas batang Antam. Namun penabung hanya bisa mengambil
saldo tabungan emas dalam jumlah bulat seperti 1 gram, 5 gram, 10 gram
dan lseterusnya, tidak bisa mengambil dalam jumlah pecahan seperti 1,3
gram, 4,8 gram, dan lain sebagainya. Kemudian penabung dengan
Tamasia membuat kontrak pemesanan pencetakan emas tersebut,
penabung dapat memilih untuk mengambil emasnya langsung dikantor
Tamasia atau meminta Tamasia mengirimkan emasnya ke tempat atau
rumah penabung dengan waktu dan biaya pengiriman yang sudah
disepakati, termasuk asuransi keamanan emas selama perjalanan.
Mengenai barang yang dipesan dalam akad salam ini merupakan
emas batang Antam yang ukuran gram-nya sesuai dengan jumlah gram
yang dipesan penabung untuk dicetakkan. Dengan begitu, emas ini
termasuk kategori barang yang diperjualbelikan yang disebutkan sifat-
sifatnya dalam perjanjian namun belum ada barangnya saat perjanjian
dilakukan. Adapun penyerahan emas ini dilakukan berdasarkan
kesepakatan penabung dengan Tamasia, penabung dapat memilih untuk
mengambil sendiri emas yang sudah dicetak ke kantor Tamasia atau emas
dikirimkan ke tempat atau rumah penabung.
85

Mengenai shigat ijab yang dilakukan oleh pembeli melalui cara


ta‟athi atau melakukan tindakan, tindakan tersebut dilakukan dengan
meng-klik “Beli Emas Sekarang” kemudian meng-klik “Selesaikan
Pembayaran” pada tab pembelian emas di aplikasi Tamasia. Dengan
melakukan tindakan tersebut pembeli dianggap setuju dengan kontrak
pembelian emas tersebut. Kemudian shigat qabul dari Tamasia juga
dilakukan melalui tindakan dengan langsung memproses pembelian emas
tersebut pada sistem teknologinya. Menurut penulis, hal ini sudah
menunjukkan terwujudnya suka sama suka atau keridhaan masing-masing
pihak karena ijab dan qabul melalui sistem seperti ini memang sudah
menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia saat ini dalam melakukan jual
beli online.
Mengenai kontrak perjanjian, seharusnya Tamasia memperjelas
kontrak perjanjian seperti layaknya kontrak perjanjian akad salam antara
pihak yang memesan dan yang menerima pesanan. Misalnya dengan
membuat tab pada aplikasi Tamasia yang menampilkan kontrak akad
salam untuk penabung memesan untuk dicetakkan emas sesuai jumlah
gram emas yang diinginkannya yang berisi perjanjian (agreement) antara
penabung dengan Tamasia sebelum penabung menyetujui untuk
melanjutkan pemesanan pencetakkan. Kontrak perjanjian ini harus mudah
untuk diakses maupun didownload sebagai hard file jika sewaktu-waktu
kedua belah pihak membutuhkan. Sehingga kontrak tersebut bisa menjadi
penerang jika suatu saat terjadi wanprestasi antara salah satu pihak.
Adapun analisis rukun-rukun dalam akad salam yang digunakan
dalam proses pemesanan pencetakan emas batang Antam pada Tamasia
jika dijabarkan adalah sebagai berikut :
a. Pemesan (Muslam)
Pemesan adalah orang yang menabung emas pada aplikasi
aplikasi online Tamasia yang ingin mengambil saldo tabungannya
dengan dicetak dalam bentuk emas batang Antam.
b. Yang Diberi Pesanan (Muslam Ilaihi)
86

Yang diberi pesanan adalah PT. Tamasia Global Sharia yang


mencetak emas sesuai dengan ukuran gram emas yang dipesan oleh
penabung.
c. Objek yang dipesan (Muslam Fiihi)
Objek yang dipesan adalah logam mulia emas batang murni yang
dicetak langsung oleh PT. ANTAM (Persero) Tbk dalam jumlah bulat
seperti 1 gram, 5 gram, 10 gram dan seterusnya sesuai dengan jumlah
yang dipesan penabung untuk dicetakkan.
d. Harga (Tsaman)
Harga yang dimaksud adalah jumlah saldo tabungan emas yang
ingin ditarik oleh penabung.
e. Akad atau Sighat (Ijab dan Qabul)
Sighat ijab dan qabul kontrak pada transaksi melalui aplikasi
online Tamasia tertera pada persetujuan atau agreement yang disetujui
pembeli pada tab dialog pesanan emas.

2. Analisis Substansi Fatwa Terkait


Adapun fatwa yang terkait dengan akad salam dan akad wadi‟ah
pada transaksi produk Beli Suka-Suka ini berkaitan dengan Fatwa Nomor
05/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual Beli Salam dan Fatwa Nomor
02/DSN-MUI/IV/2000 tentang Tabungan.
Berikut merupakan analisis rangkuman substansi karakteristik akad
wadi‟ah menurut, Fatwa Nomor 02/DSN-MUI/IV/2000 tentang Tabungan
dengan transaksi produk Beli Suka-Suka pada Tamasia, berikut ini adalah
Ketentuan Umum Tabungan berdasarkan Wadi‟ah :
a. Bersifat simpanan, adapun tabungan emas yang disimpan menjadi
saldo emas pembeli dalam aplikasi Tamasia memang bersifat sebagai
simpanan.
b. Simpanan bisa diambil kapan saja (on call) atau berdasarkan
kesepakatan. Adapun tabungan emas yang disimpan bisa dicetak dan
diambil kapan saja, akan tetapi penabung tidak bisa mencetak dengan
87

ukuran gram yang tidak bulat, misalnya dalam ukuran 0,83 gram, 1,45
gram, atau 6,74 gram. Penabung harus dengan timbangan yang bulat
yaitu 1 gram, 5 gram, 10 gram, 25 gram, 50 gram, dan 100 gram. Hal
ini dikarenakan cukup menyulitkan bagi Tamasia dalam mencetak
volume serta dimensi emas batang yang tidak bulat tersebut.
c. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian
(„athaya) yang bersifat sukarela dari pihak bank atau Lembaga
Keuangan Syariah. Dalam hal penyimpanan atau penitipan tabungan
pada aplikasi Tamasia tidak ada imbalan yang disyaratkan oleh
Tamasia, semuanya bersifat gratis.
Kemudian analisis rangkuman substansi karakteristik akad salam
menurut Fatwa Nomor 05/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual Beli Salam
dalam proses memesan untuk dicetakkan emas batang Antam dalam
kepada Tamasia :
a. Ketentuan Tentang Pembayaran
1) Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa
uang, barang, atau manfaat. Alat bayar untuk transaksi jual beli
emas pada Tamasia adalah uang dalam rupiah (Rp) yang ditransfer
oleh pembeli ke rekening resmi perusahaan PT. Tamasia Global
Sharia sudah diketahui jumlahnya melalui kontrak yang disepakati
pada saat akad.
2) Pembayaran harus dilakukan pada saat kontrak disepakati. Pembeli
atau pemesan emas Antam melakukan pembayaran dengan cara
mentransfer setelah kontrak disepakati oleh pembeli maupun
Tamasia.
3) Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang. Sejauh
ini tidak ada pembeli atau pemesan emas Antam pada Tamasia
yang memlakukan transaksi dengan tujuan untuk membebaskan
hutangnya kepada Tamasia ataupun kepada pihak lain.
88

b. Ketentuan Tentang Barang


1) Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang. Emas
batang yang menjadi objek yang diperjualbelikan atau dipesan
(muslam fiih) pada akad jual beli salam ini sangat jelas ciri-cirinya
dan dapat diakui sebagai hutang karena kontrak perjanjian jual beli
pada saat akad jelas terekam dalam sistem aplikasi Tamasia.
2) Harus dapat dijelaskan spesifikasinya. Spesifikasi yang diberikan
oleh PT. Tamasia Global Sharia kepada calon pembeli sudah sangat
jelas, karena spesifikasi emas sangat sederhana, cukup dijelaskan
emas batang tersebut dalam jumlah berapa gram, untuk ukuran
volume seperti panjang x lebar x tinggi emas batang sudah
mengikuti standar emas PT. ANTAM (Persero) Tbk yang juga
merupakan standar emas batang di seluruh Indonesia.
3) Penyerahannya dilakukan kemudian. Penyerahan barang yang
dimaksud pada akad jual beli salam pada Tamasia ini yaitu emas
batang Antam yang dilakukan di kemudian hari sesuai kesepakatan
pada saat akad dilakukan.
4) Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan
kesepakatan. Waktu dan penyerahan barang memang ditetapkan
beradasarkan kesepakatan pada saat akad, namun Tamasia
memberikan keluangan kepada pembeli jika ditengah perjalanan
kontrak pembeli ingin merubah waktu dan tempat penyerahan
barang dengan membuat perjanjian baru. Misalnya pada saat akad
pembeli memilih untuk waktu dan penyerahan barangnya dengan
pembeli datang langsung ke kantor Tamasia pada tanggal sekian,
namun ternyata pembeli berhalangan datang dan ingin barangnya
dikirimkan ke alamat tempat tinggal pembeli. Maka pembeli
dibuatkan perjanjian baru dan dimohon untuk mentransfer biaya
pengiriman ke daerah tempat tinggal pembeli. Sebaliknya, ada pula
pembeli yang tadinya memilih untuk barangnya dikirimkan ke
tempat tinggalnya, namun ternyata pembeli ingin mengambil
89

langsung barangnya ke kantor Tamasia karena pembeli sedang


berada di daerah dekat kantor Tamasia. Maka Tamasia
mengembalikan biaya pengiriman ke daerah tempat tinggal
pembeli tersebut yang sudah terlanjur ditransfer.
5) Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya.
Pembeli tidak dibolehkan menjual barangnya yaitu emas batang
Antam kepada pihak lain sebelum Tamasia menyerahkan emasnya
kepada pembeli tersebut meskipun emas tersebut sudah dibooked
oleh pembeli dan pembeli menyelesaikan proses pembayarannya.
6) Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai
kesepakatan. Tamasia tidak pernah menukar barang yang tidak
sejenis atau berbeda kualitasnya bukan sesuai kesepakatan dengan
pembeli. Adapun emas batang Antam yang dibeli pembeli itu sama
semua jenis dan kualitasnya, yang membedakan hanya ukuran
gramnya saja.

c. Penyerahan Barang Sebelum atau pada Waktunya


1) Penjual harus menyerahkan barang tepat pada waktunya dengan
kualitas dan jumlah yang telah disepakati. Sejauh ini dalam
transaksinya Tamasia menyerahkan tepat pada waktunya. Untuk
pembeli yang meminta agar emasnya dikirimkan ke tempat
tinggalnya pada saat akad sudah diberitahu waktu atau lama proses
pengiriman berdasarkan wilayah pembeli oleh jasa ekspedisi RPX
dari wilayah Tamasia yaitu Jakarta Selatan. Jika memang ada
keterlambatan diakibatkan oleh force majeur seperti kecelakaan,
bencana alam, dan sebagainya.
2) Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih
tinggi, penjual tidak boleh meminta tambahan harga. Tidak pernah
ada perbedaan kualitas pada emas batang Antam yang diserahkan
kepada pembeli. Emas batang Antam sudah memiliki standarnya
90

tersendiri, yang membedakan hanya ukuran jumlah gram emas


yang dipilih oleh pembeli.
3) Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih
rendah, dan pembeli rela menerimanya, maka ia tidak boleh
menuntut pengurangan harga (diskon). Hal ini sama dengan point
diatas, tidak pernah terjadi perbedaan kualitas emas batang Antam
ang diserahkan oleh Tamasia kepada pembeli.
4) Penjual dapat menyerahkan barang lebih cepat dari waktu yang
disepakati dengan syarat kualitas dan jumlah barang sesuai dengan
kesepakatan, dan ia tidak boleh menuntut tambahan harga. Tamasia
tidak bisa menyerahkan barang kepada pembeli lebih cepat dari
waktu yang ditentukan. Karena waktu atau lama proses pengiriman
emas dari Tamasia sudah berdasarkan standar pengiriman jasa
ekspedisi RPX.
5) Jika semua atau sebagian barang tidak tersedia pada waktu
penyerahan, atau kualitasnya lebih rendah dan pembeli tidak rela
menerimanya, maka ia memiliki dua pilihan :
a) Membatalkan kontrak dan meminta kembali uangnya
b) Menunggu sampai barang tersedia

Emas batang Antam yang dibeli pembeli kepada Tamasia selalu


tersedia untuk dicetak oleh PT. ANTAM (Persero) Tbk. yang
diambil dari saldo gram emas Tamasia. Jadi tidak pernah terjadi
kekosongan stock emas batang Antam pada Tamasia.

d. Pembatalan Kontrak Pada dasarnya pembatalan salam boleh


dilakukan, selama tidak merugikan kedua belah pihak. Pembatalan
akad salam pada transaksi jual beli emas batang Antam di Tamasia
biasanya banyak terjadi dari pihak pembeli yang lupa atau tidak
mentransfer untuk proses pembayaran emas yang dibelinya sampai
batas pembayaran yang ditentukan.
91

e. Jika terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka


persoalannya diselesaikan melalui Badan Arbitrasi Syariah setelah
tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. Selama ini jika ada
pembeli emas yang melakukan wanprestasi kepada Tamasia
diselesaikan dengan cara kekeluargaan, belum ada yang diselesaikan
melalui Badan Arbitrase Syariah.
92

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, baik itu melalui
melakukan wawancara kepada para praktisi di PT. Tamasia Global Sharia,
melakukan pengamatan langsung terhadap proses transaksi jual beli dengan
menjadi salah satu reseller dan mengikuti Tamasia Reseller Academy, serta
menyandingkan pembahasan terhadap literatur-literatur yang berkaitan yang
berkaitan dengan implementasi akad jual beli salam pada Lembaga Keuangan
Syariah, maka peneliti dapat menarik simpulan seperti berikut :
1. Mekanisme jual beli emas pada Tamasia dilakukan melalui 2 (dua) jenis
produk. Pertama, produk Beli Berkala, mekanismenya yaitu pelanggan
dapat menentukan sendiri berat gram emas yang akan dibeli dan jangka
waktu pembayaran yang akan ditempuh untuk memperoleh emas tersebut,
apakah pelanggan akan membayar tunai atau mencicil. Jika pelanggan
memilih pembayaran secara cicilan maka jangka waktu pembayaran bisa
dipilih mulai dari 3 bulan sampai 24 bulan. Setelah jangka waktu
pembayaran berkala berakhir pelanggan dapat memiliki opsi untuk
mencetak emasnya atau mencairkannya menjadi rupiah berdasarkan harga
jual emas. Kedua, produk Beli Suka-Suka, mekanismenya yaitu pelanggan
dapat membeli emas sesuai berapa pun budget yang dimiliki mulai dari Rp
10.000,- kemudian dikonversikan dengan harga gram emas saat akad
berlangsung. Kemudian pelanggan dapat menyimpan tabungan emas
tersebut dalam aplikasi Tamasia sebagai tabungan dan dapat pula
mencetak emas yang ditabungnya saat emas sudah mencapai ukuran 1
gram.
2. Akad-akad yang teridentifikasi tepat digunakn dalam mekanisme jual beli
emas Antam melalui aplikasi online pada Tamasia antara lain akad
murabahah pada produk Beli Berkala, akad wadi‟ah yad amanah pada
tabungan emas yang ditabung pada aplikasi Tamasia dalam produk Beli
93

Suka-Suka, dan akad salam pada proses pemesanan cetak emas batang
Antam bagi penabung yang ingin mengambil saldo tabungan emasnya.
Identifikasi ini berdasarkan kesamaan karakteristik akad-akad tersebut
dengan proses transaksi yang dilaksanakan dalam produk Beli Berkala dan
Beli Suka-Suka.
3. Berdasarkan analisis dengan menyandingkan ketentuan-ketentuan umum
yang menjadi substansi Fatwa Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Murabahah, Fatwa Nomor 77/DSN-MUI/V/2010 tentang Jual Beli Emas
Tidak Tunai, Fatwa Nomor 02/DSN-MUI/IV/2000 tentang Tabungan, dan
Fatwa Nomor 05/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Jual Beli Salam, mekanisme
jual beli emas Antam melalui aplikasi online pada Tamasia Global Sharia
sudah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Dapat dikatakan demikian
karena akad murabahah, akad wadi‟ah yad amanah, dan akad salam yang
dilakukan Tamasia sebagian besar sudah memenuhi unsur dalam Fatwa
tersebut.

B. Rekomendasi
Berdasarkan temuan yang diperoleh selama melakukan penelitian
terhadap PT. Tamasia Global Sharia, maka penulis memberikan rekomendasi
kepada pihak tekait sebagai berikut :
1. Kepada PT. Tamasia Global Sharia
a. Disarankan untuk memperjelas kontrak perjanjian tiap akad murabahah,
akad wadi‟ah, dan akad salam yang digunakan pada produk Beli
Berkala maupun Beli Suka-Suka seperti layaknya kontrak perjanjian
akad pada Bank Syariah maupun Lembaga Keuangan Mikro Syariah
lainnya. Misalnya dengan membuat tab pada aplikasi Tamasia yang
menampilkan kontrak akad salam untuk penabung memesan untuk
dicetakkan emas sesuai jumlah gram emas yang diinginkannya yang
berisi perjanjian (agreement) antara penabung dengan Tamasia sebelum
penabung menyetujui untuk melanjutkan pemesanan pencetakkan.
Kontrak perjanjian ini harus mudah untuk diakses maupun didownload
94

sebagai hard file jika sewaktu-waktu kedua belah pihak membutuhkan.


Sehingga kontrak tersebut bisa menjadi penerang jika suatu saat terjadi
wanprestasi antara salah satu pihak.
b. Disarankan untuk mengganti seluruh rekening bank konvensional
dengan hanya menyediakan rekening bank syariah dalam metode
pembayaran yang akan dilakukan oleh pembeli emas agar transaksi jual
beli emas yang dijalankan oleh PT. Tamasia Global Sharia menjadi
lebih kaffah dalam menerapkan prinsip-prinsip syariah. Meskipun
nantinya akan sedikit menyulitkan bagi para calon pembeli, namun hal
ini adalah salah satu strategi yang cukup krusial yang bisa digunakan
untuk membangun masyarakat Indonesia tanpa riba‟ secara lambat laun.
Hal ini pun menjadi tanggung jawab moral bagi kita yang mengerti
akan riba‟ pada perbankan konvensional. Tidak mengapa nantinya
banyak calon pembeli masih mentransfer pembayaran dari rekening
bank konvensionalnya, namun kita harus tetap memegang teguh prinsip
untuk meninggalkan riba‟ pada bank konvensional sejak sekarang.

2. Kepada Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia


Disarankan untuk segera membuat fatwa khusus tentang pelaksanaan
e-commerce atau marketplace yang menjalankan usaha berprinsip syariah
melalui platform digital untuk mendampingi fatwa akad-akad yang
digunakan dalam transaksi usaha tersebut dan melengkapi regulasi yang
diperlukan. Hal ini harus segera dilakukan mengingat e-commerce atau
marketplace syariah mulai mengudara di Indonesia. Selain itu karena
cakupan e-commerce atau marketplace syariah sangat luas, diperlukan
fatwa agar tidak menimbulkan multitafsir di kalangan praktisi e-commerce
atau marketplace syariah di Indonesia.
95

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’anul Karim

Buku

Ahmadi, Fahmi Muhammad dan Jaenal Aripin. Metode Penelitian Hukum. Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010

Al-Asqalani, Al-Hafidz Ibnu Hajar. Terjemah Bulughul Maram. Jeddah : At-


Thoba‟ah Wal Nashar At-Tauzi, t. th

Ascarya. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011

Basrowi dan Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rineka Cipta, 2008

Djamil, Fathurrahman. Hukum Perjanjian Syariah, dalam Kompilasi Hukum


Perikatan Oleh Mariam Darus Badrul Zaman. Bandung : Cipta Adiya
Bhakti, 2001

Ismail. Perbankan Syariah. Jakarta : Kencana, 2013

Haerisma, Alvien Septian. Dinar dan Dirham : Study Penerapan dan


Perkembangan. Cirebon: Edufision Publising, 2011

Haroen, Nasrun. Fiqh Muamalah. Jakarta : Gaya Media Pratama, 2007

Huda, Nurul dan Mohamad Heykal. Lembaga Keuangan Syariah: Tinjauan Teoritis
dan Praktis. Jakarta : Kencana 2013

Hasbi Ash Shiddieqy, Teuku Muhammad. Mutiara Hadits 5 Jilid V. Semarang :


Pustaka Rizki Putra, 2003

Jamy Daulay, Nasrun. Qardh Tijarah Dalam Muamalah : Sebuah Alternatif dan
Solusi. Bandung : Citapustaka Media, 2014

Karim, Adiwarman. Bank Islam, Wacana Ulama. Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2007

Mardani. Fiqh Ekonomi Syariah. Jakarta : Kencana, 2012

Minasam, Munrokhim dkk. Ekonomi Islam. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,


2008

Muhammad, Abi Abdillah bin Ismail Al-Bukhari. Shahih Bukhari Juz II Terjemahan
Ahmad Sunarto. Surabaya : Al-Hidayah, 2000
96

Muhammad, Abu Abdillah bin Yazid bin Majah al-Qazwini. Sunan Ibnu Majah.
Beirut : Dar El-Marefah, 2005

Muhammad, Abi Isa bin Isa bin Sauran. Sunan al-Tirmidzi 2. Beirut : Dar al Fikr,
2005

Mustofa, Imam. Fiqih Muamalah Kontemporer. Jakarta : Raja Grafindo Persada,


2016

Nurhayati, Sri dan Wasilah. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta : Salemba


Empat, 2008

Pratomo, Hendry. Buku Panduan Tamasia Versi 1.1. Jakarta : PT. Tamasia Global
Sharia, 2017

Rahman Ghazaly, Abdul. Fiqh Muamalat. Jakarta : Prenamedia Group, 2010

Sukardarrumidi. Metodologi Penelitian : Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula.


Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2004

Syafii Antonio, Muhammad. Bank Syari‟ah Dari Teori Ke Praktik. Jakarta : Gema
Insani, 2001

Wardi Muslich, Ahmad. Fiqih Muamalat. Jakarta : Amzah, 2013

Yaya, Rizal dkk. Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta : Salemba Empat, 2014

Jurnal

Afif, Mufti. Tabungan: Implementasi Akad Wadi‟ah Atau Qard? (Kajian Praktik
Wadi‟ah di Perbankan Indonesia). Jurnal Hukum Islam (JHI) Volume 12,
Nomor 2, Desember, 2014

Afrida, Yenti. Analisis Pembiayaan Murabahah Di Perbankan Syariah. JEBI (Jurnal


Ekonomi dan Bisnis Islam), Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2016

Ardi, Muhammad. Asas-Asas Perjanjian (Akad), Hukum Kontrak Syariah dalam


Penerapan Salam dan Istisna. Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor
2, Desember 2016

Fadhli, Ashabul. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penerapan Akad As-Salam


Dalam Transaksi E-Commerce. Mazahib : Jurnal Pemikiran Hukum Islam,
Volume XV, Nomor 1, Juni 2016
97

Mujiatun, Siti. Jual Beli Dalam Perspektif Islam : Salam Dan Istisna. Fakultas
Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara : Jurnal Riset
Akuntansi Dan Bisnis, Volume 13, Nomor 2, September 2013

Ningsih, Wiwik Fitria. Modifikasi Pembiayaan Salam dan Implikasi Perlakuan


Akuntansi Salam. Jurnal Akuntansi Universitas Jember, Volume 13,
Nomor 2, Desember 2015

Pujiyono, Arif. Dinar dan Sistem Standar Tunggal Emas Ditinjau Menurut Sistem
Moneter Islam. Jurnal Dinamika Pembangunan : Volume 1, Nomor 2,
Desember 2004

Rafsanjanim, Haqiqi. Akad Tabarru‟ Dalam Transaksi Bisnis. Jurnal Perbankan


Syariah Universitas Muhammadiyah Surabaya Volume 1, Nomor 1, Mei
2016

Setiawan, Deny dkk. Kekuatan Emas dan Perak Sebagai Mata Uang Dunia Suatu
Studi Pendahuluan. Jumal Ekonomi Volume 18, Nomor 1 Maret 2010

Shobirin. Jual Beli Dalam Pandangan Islam. Jurnal Bisnis dan Manajemen Islam
Volume 3, Nomor 2, Desember 2015

Siswadi. Jual Beli Dalam Perspektif Islam. Jurnal Ummul Qura Volume 3, Nomor 2,
Agustus 2013

Sugeng, Anggoro. Analisis Prinsip Ekonomi Islam Terhadap Operasional Produk


Investasi Emas Pada Perbankan Syariah X. La Riba : Jurnal Ekonomi
Islam Volume VI, Nomor 2, Desember 2012

Susiawati, Wati. Jual Beli Dan Dalam Konteks Kekinian. Jurnal Ekonomi Islam
Volume 8, Nomor 2, November 2017

Widiana, dkk. Menilik Urgensi Penerapan Pembiayaan Akad Salam Pada Bidang
Pertanian di Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia. Jurnal Muqtasid :
Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah, Volume 8, Nomor 2, 2017

Yunus, Muhammad dkk. Tinjauan Fikih Muamalah Terhadap Akad Jual Beli Dalam
Transaksi Online Pada Aplikasi Go-Food. Jurnal Amwaluna Volume 2,
Nomor 1, Januari 2018

Skripsi

Hediana, Runto dan Ahmad Dasuki Aly. Transaksi Jual Beli Online Perspektif
Ekonomi Islam. Repository Fakultas Syari‟ah dan Ekonomi Islam IAIN
Syekh Nurjati Cirebon, 2016
98

Kusuma, Atma. Pelaksanaan Pembiayaan Mulia Dengan Akad Murabahah Pada


PT. Pegadaian (Persero) Syariah Kota Pekanbaru. Repository Universitas
Riau, 2013

Rahman Ramli, Abdul. Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai (Telaah Fatwa DSN-
MUI No. 77/DSN-MUI/V/2010). Repository Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015

Vena, Maudy. Pandangan Ekonomi Islam terhadap Minat Beli Melalui Sistem
Online Shop. Repository Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN
Alauddin Makassar, 2017

Peraturan

Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia. Fatwa DSN MUI Nomor
04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah

Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia. Fatwa DSN MUI Nomor
77/DSN-MUI/V/2010 tentang Jual Beli Emas Tidak Tunai

Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia. Fatwa DSN MUI Nomor
02/DSN-MUI/IV/2000 tentang Tabungan

Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia. Fatwa DSN MUI Nomor
05/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Jual Beli Salam

Website

https://www.tamasia.co.id/
99

Lampiran I
Surat Keterangan Penelitian
100

Lampiran II
Foto Saat Wawancara Dengan Praktisi di PT. Tamasia Global Sharia

Anda mungkin juga menyukai