Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah terjadinya perdarahan.
Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan muda sering dikaitkan
dengan kejadian abortus, misscarriage, early pregnancy loss. Perdarahan yang terjadi pada
umur kehamilan yang lebih tua terutama setelah melewati trimester III disebut perdarahan
antepartum.
Perdarahan pada kehamilan muda dikenal beberapa istilah sesuai dengan pertimbangan
masing-masing, tetapi setiap kali kita melihat terjadinya perdarahan pada kehamilan kita harus
selalu berfikir tentang akibat dari perdarahan ini yang menyebabkan kegagalan kelangsungan
kehamilan itu sendiri. Dikenal beberapa batasan tentang peristiwa yang ditandai dengan
perdarahan pada kehamilan muda, salah satunya adalah abortus.
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram.
Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena abortus provokatus banyak yang tidak
dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi komplikasi. Sementara itu, dari kejadian yang diketahui
15-20% merupakan abortus spontan atau kehamilan ektopik. Sekitar 5% dari pasangan yang
mencoba hamil akan mengalami keguguran 2 kali yang berurutan, dan sekitar 1% dari
pasangan mengalami 3 atau lebih keguguran berurutan. Rata-rata terjadi 114 kasus abortus per
jam. Sebagian besar studi menyatakan kejadian abortus spontan antara 15-20% dari semua
kehamilan. Kalau dikaji lebih jauh kejadian abortus sebenarnya bisa mendekati 50%.
Abortus disebabkan oleh beberapa faktor baik dari ibu maupun dari janin, oleh sebab
itu kita sebagai tenaga kesehatan harus memberikan wawasan dan HE pada ibu hamil untuk
selalu memeriksakan kehamilannya dan waspada terhadap komplikasi yang terjadi.
Pada remaja, remaja berarti menjalani proses berat yang membutuhkan banyak
penyesuaian dan menimbulkan kecemasan. Lonjakan pertumbuhan badani dan pematangan
organ-organ reproduksi adalah salah satu masalah besar yang mereka hadapi. Perasaan seksual
yang menguat tak bisa tidak dialami oleh setiap remaja meskipun kadarnya berbeda satu
dengan yang lain. Begitu juga kemampuan untuk mengendalikannya. Ketika mereka harus

1
berjuang mengenali sisi-sisi diri yang mengalami perubahan fisik-psikis-sosial akibat
pubertas, masyarakat justru berupaya keras menyembunyikan segala hal tentang seks,
meninggalkan remaja dengan berjuta tanda tanya yang lalu lalang di kepala mereka.
Pandangan bahwa seks adalah tabu, yang telah sekian lama tertanam, membuat remaja
enggan berdiskusi tentang kesehatan reproduksi dengan orang lain. Yang lebih
memprihatinkan, mereka justru merasa paling tak nyaman bila harus membahas seksualitas
dengan anggota keluarganya sendiri.

B.     Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian abortus?
2. Apa saja penyebab abortus?
3. Bagaimana patofisiologi abortus?
4. Apa saja macam-macam abortus?
5. Apa saja diagnosa banding perdarahan kehamilan muda?
6. Bagaimana komplikasi akibat abortus?

C.    Tujuan
1. Menjelaskan pengertian abortus
2. Menjelaskan penyebab abortus
3. Menjelaskan patofisiologi abortus
4. Menyebutkan macam-macam abortus
5. Menjelaskan diagnosa banding perdarahan kehamilan muda
6. Menjelaskan komplikasi akibat abortus

2
BAB II
PEMBAHASAN

A.        Pengertian Abortus


Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram, (prawirohardjo, 2009).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, (Mansjoer,dkk, 2000).
Abortus adalah terminasi kehamilan yang tidak diinginkan melalui metode obat-obatan
atau bedah, (Morgan, 2009).
Berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar disebut abortus.Anak
baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah mencapai 1000 gram atau umur
kehamilan 28 minggu.Ada juga yang mengambil sebagai batas untuk abortus berat anak yang
kurang dari 500 gram. Jika anak  yang lahir beratnya antara 500 – 999 gram disebut juga
dengan immature.
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau
belum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup
diuar kandungan, (prawirohardjo, 2010).

B.    Penyebab Abortus


1.    Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.
Biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Kelainan hasil
konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian mudigah pada kehamilan muda. Faktor
yang menyebabkan kelainan ini adalah :
1)    Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X
Abnormalitas embrio atau janin merupakan penyebab paling sering untuk abortus dini dan
kejadian ini kerap kali disebabkan oleh cacat kromosom. Kelainan yang sering ditemukan
pada abortus spontan adalah trisomi,poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom
seks.
2)    Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.

3
Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehinga
pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu. Endometrium belum siap untuk
menerima implasi hasil konsepsi. Bisa juga karena gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu
pendek jarak kehamilan.
3)    Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan tembakau dan alcohol.
Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun
lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen.
Zat teratogen yang lain misalnya tembakau, alkohol, kafein, dan lainnya.

2.    Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi
menahun.
Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenisasi plasenta
terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini
biasa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.
Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga palsenta tidak dapat berfungsi.
Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya pada diabetes melitus. Hipertensi
menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta sehingga menimbulkan keguguran.

3.    Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan
toksoplasmosis.
Penyakit-penyakit maternal dan penggunaan obat : penyakit menyangkut infeksi virus akut,
panas tinggi dan inokulasi, misalnya pada vaksinasi terhadap penyakit cacar . nefritis kronis
dan gagal jantung dapat mengakibatkan anoksia janin. Kesalahan pada metabolisme asam
folat yang diperlukan untuk perkembangan janin akan mengakibatkan kematian janin. Obat-
obat tertentu, khususnya preparat sitotoksik akan mengganggu proses normal pembelahan sel
yang cepat. Prostaglandin akan menyebabkan abortus dengan merangsang kontraksi uterus.
Penyakit infeksi dapat menyebabkan abortus yaitu pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis,
malaria, dan lainnya. Toksin, bakteri, virus, atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke
janin, sehingga menyebabkan kematian janin, kemudian terjadi abortus.
Kelainan endokrin misalnya diabetes mellitus, berkaitan dengan derajat kontrol metabolik
pada trimester pertama.selain itu juga hipotiroidism dapat meningkatkan resiko terjadinya

4
abortus, dimana autoantibodi tiroid menyebabkan peningkatan insidensi abortus walaupun
tidak terjadi hipotiroidism yang nyata.
4.    Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada
trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
Abnoramalitas uterus yang mengakibatkan kalinan kavum uteri atau halangan terhadap
pertumbuhan dan pembesaran uterus, misalnya fibroid, malformasi kongenital, prolapsus atau
retroversio uteri.
Kerusakan pada servik akibat robekan yang dalam pada saat melahirkan atau akibat tindakan
pembedahan (dilatasi, amputasi).
Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam
bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus, retrofleksi uteri, serviks inkompeten, bekas
operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan serviks postpartum.

5.    Trauma.
Tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri. Hubungan seksual khususnya kalau
terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada wanita dengan riwayat keguguran yang
berkali-kali.

6.    Faktor-faktor hormonal.


Misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab terjadinya abortus
pada usia kehamilan 10 sampai 12 minggu, yaitu saat plasenta mengambil alih funngsi korpus
luteum dalam produksi hormon.

7.    Sebab-sebab psikosomatik.


Stress dan emosi yang kat diketahui dapat mempengarhi fungsi uterus lewat hipotalamus-
hipofise.

8.    Penyebab dari segi Maternal


1)   Penyebab secara umum:
(1) Infeksi
a.    Virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.
b.    Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.

5
c.    Parasit, misalnya malaria.
(2) Infeksi kronis
a. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
b. Tuberkulosis paru aktif.
c. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
d. Penyakit kronis, misalnya : Hipertensi, nephritis, diabetes, anemia berat, penyakit
jantung, toxemia gravidarum
e. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.
f. Trauma fisik.
2)   Penyebab yang bersifat lokal:
(1) Fibroid, inkompetensia serviks.
(2) Radang pelvis kronis, endometrtis.
(3) Retroversi kronis.
(4) Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan hiperemia
dan abortus.

C.    Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan
sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus.
Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara
dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu,
penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan
banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu
daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau
benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup,
mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.

D.    Macam-macam Abortus


1.    Abortus imminens - threatened abortion (kegugurang mengancam).
Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana
hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.

6
Pada tipe ini terlihat perdarahan pervaginam. Pada 50% kasus, perdarahan tersebut
hanya sedikit serta berangsur-angsur akan berhenti setelah berlangsung beberapa hari dan
kehamilan berlangsung secara normal. Meskipun demikian, wanita yang mengalaminya
mungkin tetap merasa khawatir akan akibat perdarahan pada bayi. Biasanya kekhawatirannya
akan dapat diatasi dengan menjelaskan kalu janin mengalamin gangguan, maka kehamilannya
tidak akan berlanjut.
Abortus imminens merupakan abortus yang paling banyak terjadi. Pada abortus
ini, perdarahan berupa bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan
kehamilan. Namun, pada prinsipnya kehamilan masih bisa berlanjut atau dipertahankan.
Setengah dari abortus ini akan menjadi abortus inkomplit atau komplit, sedangkan
sisanya kehamilan akan berlangsung. Beberapa kepustakaan menyatakan bahwa abortus ini
terdapatadanya risiko untuk terjadinya prematuritas atau gangguan pertumbuhan dalam rahim.

 Diagnosa pada abortus imminent adalah :


(1) Perdarahan flek-flek (bisa sampai beberapa hari).
(2) Rasa sakit seperti saat menstruasi bisa ada atau tidak .
(3) Serviks dan OUE masih tertutup.
(4) PP test (+).

 Penanganan abortus imminens meliputi :


(1) Istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena
cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang
mekanik.
(2) Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat progestasional
sintetik peroral atau secara intramuskular.Walaupun bukti efektivitasnya tidak
diketahui secara pasti.
(3) Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan apakah janin masih hidup.

2.    Abortus insipiens - inevitable abortion (Keguguran Berlangsung)


Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi
serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.

7
Abortus insipiens diatandai oleh kehilangan darah sedang hingga berat, kontraksi uterus yang
menyebabkan nyeri kram pada abdomen bagian bawah dan dilatasi serviks.
Abortus insipiens merupakan keadaan dimana perdarahan intrauteri berlangsung dan hasil
konsepsi masih berada di dalam cavum uteri. Abortus ini sedang berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi, OUE
terbuka, teraba ketuban, dan berlangsung hanya beberapa jam saja.

   Diagnosa abortus insipiens  :


(1) Perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah.
(2) Nyeri hebat disertai kontraksi rahim.
(3) Serviks atau OUE terbuka dan/atau ketuban telah pecah.
(4) Ketuban dapat teraba karena adanya dilatasi serviks.
(5) PPtest dapat positif atau negatif .
   Penanganan Abortus Insipiens meliputi :
(1) Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi vakum
manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan :
a.    Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila perlu) atau
misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu).
b.    Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
(2) Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
a.    Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
b.    Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena (garam
fisiologik atau larutan ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu
ekspulsi hasil konsepsi.
(3) untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

3.    Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap).


Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada
sisa tertinggal dalam uterus. Abortus inkompletus berkaitan dengan retensi sebagian produk
pembuahan (hampir selalu plasenta) yang tidak begitu mudah terlepas pada kehamilan dini
seperti halnya pada kehamilan aterm. Dalam keadaan ini perdarahan tidak segera berkurang
sementar serviks tetap terbuka.

8
Abortus inkompletus merupakan suatu abortus di mana hasil konsepsi telah lahir atau
teraba pada vagina (belum keluar semua) dan masih ada sisa-sisa jaringan yang tertinggal
(biasanya jaringan plasenta).

    Diagnosa abortus inkomplit adalah:


(1) Umur kehamilan biasanya diatas 12 minggu, atau bisa kurang.š
(2) Perdarahan sedikit kemudian banyak, disertai keluarnya hasil konsepsi, tidak jarang
pasiendatang dalam keadaan syok.š
(3) Serviks terbuka (1-2 jari, sering teraba sisa jaringan).
(4) PP test positif atau negatif, anemia.
   Penanganan abortus inkomplit :
(1) Jika perdarahant idak seberapab anyak dan kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi dapat
dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi
yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg
intramuskulera taum iso prostol4 00 mcg per oral.
(2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsungd an usia kehamilan kurang 16 minggu,
evaluasi hasil konsepsi dengan :
a. Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi dengan
kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
b. Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler
(diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg peroral (dapat diulang
setelah 4 jam bila perlu).

4.    Abortus kompletus (Keguguran Lengkap)


Pada abortus jenis ini, hasil konsepsi telah keluar semua dari cavum uteri. Perdarahan
segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan selambat-lambatnya dalam 10 hari
perdarahan berhenti sama sekali karena dalam massa ini luka rahim telah sembuh dan
epitelisasi telah selesai Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
Abortus kompletus terjadi kalau semua produk pembuahan – janin, selaput ketuban dan
plasenta sudah keluar. Perdarahan dan rasa nyeri kemudian akan berhenti, serviks menutup
dan uterus mengalami involusi.
Diagnosa abortus komplets adalah : 

9
(1) Perdarahan yang sedikit
(2) Ostium uteri telah menutup
(3) Uterus telah mengecil         
 Penanganan abortus komplit :
(1) Tidak perlu evaluasi lagi.
(2) Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak.
(3) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
(4) Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari
selama 2 minggu. Jika anemia berat berikan transfusi darah.
(5) Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.

 
E. Tabel diagnosa banding perdarahan kehamilan muda
Perdarahan Serviks Uterus Gejala/ tanda Diagnosis Tindakan
Bercak Tertutup Sesuai Kram perut Abortus Obserasi
hingga dengan usia bawah imminens perdarahan
sedang gestasi Uterus lunak Istirahat
Hindarkan
koitus
Sedikit Limbung Kehamilan Laparotomi
membesar atau pingsan ektopik dan parsial
dari normal Neri perut yang Salpingekto
bawah terganggu mi
Nyeri goyang Salpingosto
porsio mi
Masa
adneksa
Cairan bebas
intraabdomen
Tertutup/terbuka Lebih kecil Sedikit/tanpa Abortus Tidak perlu
dari usia nyeri perut komplit terapi
gestasi bawah spesifik
Riwayat kecuali

10
ekspulsi hasil perdarahan
konsepsi berlanjut
atau terjadi
infeksi
Sedang Terbuka Sesuai usia Kram atau Abortus Evakuasi
hingga kehamilan nyeriperut insipiens
masif/ bawah
banyak Belum terjadi
ekspulsi hasil
konsepsi

Kram atau Abortus Evakuasi


nyeri perut inkomplit
bawah
Ekspulsi
sebagian
hasil
konsepsi

F.    Komplikasi Akibat Abortus


Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perforasi, infeksi, dan syok.
1.      Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika
perlu diberikan transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan
tidak diberikan pada waktunya.

2.      Perforasi

11
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi.
Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu
segera dilakukan laparatomi dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka
perforasi atau perlu histerektomi.

3.      Infeksi
Sejumlah penyakit kronik diperkirakan dapat menyebabkan abortus. Brucella abortus dan
Campylobacter fetus merupakan kausa abortus pada sapi yang telah lama dikenal,tetapi
keduanya bukan kausa signifikan pada manusia. Bukti bahwa toxoplasma gondii
menyebabkan abortus pada manusia kurang meyakinkan.tidak terdapat bukti bahwa Listeria
monocytogenes atau Chlamydia trachomatis menyebabkan abortus pada manusia. Herpes
simpleks dilaporkan berkaitan dengan peningkatan insidensi abortus setelah terjadi infeksi
genital pada awal kehamilan. Abortus spontan secara independen berkaitan dengan antibodi
virus imunodefisiensi manusia (HIV-1) dalam darah ibu, seroreaktivitas sifilis pada ibu, dan
kolonisasi vagina pada ibu oleh streptokokus grup B.

 4.      Syok
Syok pada abortus dapat terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dank karena infeksi berat
(syok endoseptik).

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram.

Adapun berbagai macam penenyebab abortus yaitu, kelainan hasil konsepsi, kelainan
plasenta, faktor maternal, kelainan traktus genitalia, trauma, faktor-faktor hormonal, sebab-
sebab psikosomatik, sebab dari janin, dan lain-lain

Aborsi secara umum dibagi atas aborsi spontan & aborsi provokatus (buatan). Aborsi
provokatus (buatan) secara aspek hukum dapat golongkan menjadi dua, yaitu aborsi
provokatus terapetikus (buatan legal) & aborsi provokatus kriminalis (buatan ilegal). Dalam
perundang-undangan Indonesia, pengaturan tentang aborsi terdapat dalam dua undang-undang
yaitu KUHP & UU Kesehatan. Dalam KUHP & UU Kesehatan diatur ancaman hukuman
melakukan aborsi (pengguguran kandungan, tidak disebutkan soal jenis aborsinya), sedangkan
aborsi buatan legal (terapetikus atau medisinalis), diatur dalam UU Kesehatan.

B.     Saran

Berhati-hatilah dalam menjaga kandungan dan harus waspada terhadap setiap


komplikasi yang terjadi.

Mudah-mudahan dengan makalah ini kita dapat lebih memahami dan mengetahui
tentang aborsi. Sehingga kita tidak sampai melakukan tindakan aborsi karena tindakan
tersebut selain malanggar hukum, baik hukum agama maupun hukum perdata, juga
mempunyai banyak resiko atau akibat dari perbuatan aborsi.

DAFTAR PUSTAKA

13
Mansjoer,Arif,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga, jilid I, FKUI. Jakarta:
Media Aesculapius.

Morgan, geri & Carole hamilton. 2009. Obstetri & Ginekologi. Jakarta : EGC.

Prawirohardjo, sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka.

Prawirohardjo, sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : PT. Bina Pustaka.

Dorland. 2002. Kamus Kedokteran Edisi 29. Jakarta : EGC.

Fauzi, Ahmad. Lucianawaty, Mercy. Hanifah, Laily. Bernadette, Nur. 2002. Aborsi di
Indonesia.

14

Anda mungkin juga menyukai