Anda di halaman 1dari 17

Ranggawuni (anak Anusapati). Hanya Ranggawuni yang digantikan Kertanagara (putranya) secara damai.

5. Ken Arok alias Rajasa Sang Amurwabhumi (1222 - 1247)

6. Anusapati (1247 - 1249)

7. Tohjaya (1249 - 1250)

8. Ranggawuni alias Wisnuwardhana (1250 - 1272)

9. Kertanagara (1272 – 1292)

4. Kerajaan Sriwijaya

· Berdirinya Kerajaan Sriwijaya

Bukti tertua datangnya dari berita Cina yaitu pada tahun 682 M terdapat seorang pendeta Tiongkok
bernama I-Tsing yang ingin belajar agama Budha di India, singgah terlebih dahulu di Sriwijaya untuk
mendalami bahasa Sanskerta selama 6 Bulan. Tercatat juga Kerajaan Sriwijaya pada saat itu dipimpin
oleh Dapunta Hyang.

Selain berita dari luar, terdapat juga beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya, diantaranya
adalah prasasti Kedukan Bukit (605S/683M) di Palembang. Isi dari prasasti terseubt adalah Dapunta
Hyang mengadakan ekspansi 8 hari dengan membawa 20.000 tentara, kemudian berhasil menaklukkan
dan menguasai beberapa daerah. Dengan kemenangan itu Sriwijaya menjadi makmur. Dari kedua bukti
tertua di atas bisa disimpulkan Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke-7 dengan raja pertamanya
adalah Dapunta Hyang.

Lokasi Kerajaan Sriwijaya di wilayah Sumatera bagian selatan, Pusat pemerintahannya kemungkinan
besar di sekitar `Palembang, Sumatera, meskipun ada pendapat lain yang menyebutkan Ligor di
Semenanjung malaya sebagai pusatnya.

· Faktor Pendorong Perkembangan Kerajaan Sriwijaya

1. Letaknya yang strategis

2. Kemajuan kegiatan perdagangannya.

3. Keruntuhan Kerajaan Funan di Vietnam Selatan memberikan kesempatan bagi perkembangan


Sriwijaya sebagai negara maritim (sarwajala) yang selama abad ke- 6 dipegang oleh kerajaan Funan.

4. Memiliki armada laut yang kuat

5. Melayani distribusi ke berbagai wilayah nusantara


· Sumber sejarah

1. Berita Asing yaitu Berita Cina, Berita Arab, Dan Berita India

2. Dari dalam negeri berwujud prasasti yaitu prasasti kedukan bukit, prasasti talang tuo ,prasasti kota
kapur ,prasasti telaga batu, prasastikarang berahi dan prasasti ligor

· Mundurnya Kerajaan Sriwijaya

Faktor Politik Kedudukan Kerajaan Sriwijaya makin terdesak, karena munculnya kerajaan-kerajaan besar
yang juga memiliki kepentingan dalamdunia perdagangan, seperti Kerajaan Siam di sebelah utara. Pada
akhir abad ke-13 M, Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan oleh faktor politik
dan ekonomi.

Kerajaan Siam memperluas kekuasaannya ke arah selatan dengan menguasai


daerah-daerah diSemenanjung Malaka termasuk Tanah Genting Kra. Jatuhnya Tanah Genting Kra ke
dalam kekuasaan Kerajaan Siam mengakibatkan kegiatan pelayaran perdagangan di Kerajaan Sriwijaya
semakin berkurang.

· Sebab-sebab keruntuhan Kerajaan Sriwijaya


Kebesaran Kerajaan Sriwijaya mulai surut sejak abad ke-11. Kemunduran itu bermula dari serangan
besar – besaran yang dilancarkan Kerajaan Cola (India) di bawah pimpinan Raja Rajendra Coladewa pada
tahun 1017 dantahun 1025. Perisitiwa serangan Kerajaan Cola dapat diketahui dari prasasti Tanjore
( 1030 )

a. Pada saat tahun 990 M Kerajaan Sriwijaya diserang oleh raja Dharmawangsa dari P. Jawa

b. Banyak daerah atau kekuasaan Sriwijaya yang melepaskan diri.

c. Pernah diserang oleh raja Rajendra Coladewa dari Colamandala India dua kali, yaitu tahun 1025 M
dan 1030 M

d. Adanya ekspedisi Pamalayu dari kerajaan Singasari pada tahun 1275 M

e. Muncul dan berkembangnya kerajaan Islam Samudra Pasai.

f. Serangan kerajaan Majapahit dipimpin Adityawarman atas perintah Mahapatih Gajah Mada, 1477.
Sehingga Sriwijaya menjadi taklukkan Majapahit Terjadinya serangan dari kerajaan Majapahit pada
tahun 1477M Pada sekitar pertengahan abad ke-14, nama Sriwijaya sudah tidak pernah lagi disebut –
sebut dalam sumber sejarah. Kerajaan Sriwijaya benar – benar runtuh akibat serangan Kerajjaan
Majapahit dari Jawa

· Raja-raja yang Pernah Memerintah

Menurut sejarah kerajaan sriwijaya merupakan kerajaan yang megah dan jaya dimasa lampau. Raja raja
yang pernah memerintah adalah :
1. Dapunta Hyang Srijayanegara

2. Dharmasetu

3. Balaputradewa

4. Cudamani Warmadewa

5. Sanggrama Wijaya Tunggawarman

5. Kerajaan Mataram Kuno

· Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno

Menurut Prasasti Mantyasih (907) menyebutkan Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno adalah Sanjaya.
Sanjaya sendiri mengeluarkan Prasasti Canggal (732) tanpa menyebut jelas apa nama kerajaannya.
Dalam prasasti itu, Sanjaya menyebutkan terdapat raja yang memerintah di pulau Jawa sebelum dirinya.
Raja tersebut bernama Sanna atau yang dikenal dengan Bratasena yang merupakan raja dari Kerajaan
Galuh yang memisahkan diri dari Kerajaan Sunda (akhir dari Kerajaan Tarumanegara).

Kekuasaan Sanna digulingkan dari tahta Kerajaan Galuh oleh Purbasora dan kemudian melarikan diri ke
Kerjaan Sunda untuk memperoleh perlindungan dari Tarusbawa, Raja Sunda. Tarusbawa kemudian
mengambil Sanjaya yang merupakan keponakan dari Sanna sebagai menantunya. Setelah naik tahta,
Sanjaya pun berniat untuk menguasai Kerajaan Galuh kembali. Setelah berhasil menguasai Kerajaan
Sunda, Galuh dan Kalingga, Sanjaya memutuskan untuk membuat kerajaan baru yaitu Kerajaan
Mataram Kuno.
Dari prasasti yang dikeluarkan oleh Sanjaya pada yaitu Prasasti Canggal, bisa dipastikan Kerajaan
Mataram Kuno telah berdiri dan berkembang sejak abad ke-7 dengan rajanya yang pertama adalah
Sanjaya dengan gelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya.

· Runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno

Kemunduran kerajaan Mataram Kuno pada Masa Raja Dharmawangsa yang disebabkan karena
kedudukan ibukota kerajaan yang semakin lama semakin lemah dan tidak menguntungkan. Hal ini
disebabkan oleh:

a. Tidak memiliki pelabuhan laut sehingga sulit berhubungan dengan dunia luar

b. Sering dilanda bencana alam oleh letusan Gunung Merapi

c. Mendapat ancaman serangan dari kerajaan Sriwijaya

Oleh karena itu pada tahun 929 M ibukota Mataram Kuno dipindahkan ke Jawa Timur (di bagian hilir
Sungai Brantas) oleh Empu Sindok. Pemindahan ibukota ke Jawa Timur ini dianggap sebagai cara yang
paling baik. Selain Jawa Timur masih wilayah kekuasaan Mataram Kuno, wilayah ini dianggap lebih
strategis. Hal ini mengacu pada letak sungai Brantas yang terkenal subur dan mempunyai akses
pelayaran sungai menuju Laut Jawa. Kerajaan itu kemudian dikenal dengan Kerajaan Mataram Kuno di
Jawa Timur atau Kerajaan Medang Kawulan.

· Sumber Sejarah Kerajaan Mataram Kuno

1. Prasasti Canggal, ditemukan di halaman Candi Guning Wukir di desa Canggal berangka tahun 732
M. Prasasti Canggal menggunakan huruf pallawa dan bahasa Sansekerta yang isinya menceritakan
tentang pendirian Lingga (lambang Syiwa) di desa Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya dan disamping itu juga
diceritakan bawa yang menjadi raja sebelumnya adalah Sanna yang digantikan oleh Sanjaya anak
Sannaha (saudara perempuan Sanna).
2. Prasasti Kalasan, ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta berangka tahun 778M, ditulis dalam huruf
Pranagari (India Utara) dan bahasa Sansekerta. Isinya menceritakan pendirian bangunan suci untuk dewi
Tara dan biara untuk pendeta oleh Raja Pangkaran atas permintaan keluarga Syaelendra dan
Panangkaran juga menghadiahkan desa Kalasan untuk para Sanggha (umat Budha).

3. Prasasti Mantyasih, ditemukan di Mantyasih Kedu, Jawa Tengah berangka 907M yang
menggunakan bahasa Jawa Kuno. Isi dari prasasti tersebut adalah daftar silsilah raja-raja Mataram yang
mendahului Rakai Watukura Dyah Balitung yaitu Raja Sanjaya, Rakai Panangkaran, Rakai Panunggalan,
Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, rakai Kayuwangi dan Rakai Watuhumalang.

4. Prasasti Klurak, ditemukan di desa Prambanan berangka 782M ditulis dalam huruf Pranagari dan
bahasa Sansekerta isinya menceritakan pembuatan Acra Manjusri oleh Raja Indra yang bergelar Sri
Sanggramadananjaya.

Candi-candi peninggalan Kerajaan Medang antara lain, Candi Kalasan, Candi Plaosan, Candi Prambanan,
Candi Sewu, Candi Mendut, Candi Pawon, Candi Sambisari, Candi Sari, Candi Kedulan, Candi Morangan,
Candi Ijo, Candi Barong, Candi Sojiwan, dan tentu saja yang paling kolosal adalah Candi Borobudur.

· Raja-raja Kerajaan Mataram Kuno

Selama berdiri, Kerajaan Mataram Kuno pernah dipimpin oleh raja-raja dinataranya sebagai berikut:

1. Sanjaya, pendiri Kerajaan Mataram Kuno

2. Rakai Panangkaran, awal berkuasanya Wangsa Sailendra


3. Rakai Panunggalan alias Dharanindra

4. Rakai Warak alias Samaragrawira

5. Rakai Garung alias Samaratungga

6. Rakai Pikatan suami Pramodawardhani, awal kebangkitan Wangsa Sanjaya

7. Rakai Kayuwangi alias Dyah Lokapala

8. Rakai Watuhumalang

9. Rakai Watukura Dyah Balitung

10. Mpu Daksa

11. Rakai Layang Dyah Tulodong

12. Rakai Sumba Dyah Wawa

13. Mpu Sindok, awal periode Jawa Timur

14. Sri Lokapala suami Sri Isanatunggawijaya

15. Makuthawangsawardhana
16. Dharmawangsa Teguh, Kerajaan Mataram Kuno berakhir

C. PENINGGALAN YANG DIHASILKAN DARI KERAJAAN HINDU BUDHA

Pada masa kerajaan Hindu-Budha di Nusantara, banyak meninggalkan sumber sejarah, baik berupa
bangunan kuno (seni bangun), prasasti, hasil kesusastraan. Berikut beberapa peninggalan sejarah yang
bercorak Hindu- Budha.

a. Seni bangun

Peninggalan-peninggalan sejarah ada beberapa jenisnya, seperti komplek percandian, pemandian,


keraton, makam. Candi adalah peninggalan berupa komplek bangunan yang bersifat Hindu, sedangkan
yang bersifat Budhis disebut Stupa, Stupika.

Contoh kompleks percandian atau candi adalah sebagai berikut :

1. Pada masa kerajaan Sriwijaya ditemukan candi Muara takus di daerah Jambi.

2. Di Jawa Tengah ada Stupa Borobudur, candi Mendut dan candi Pawon.

Bangunan bangunan ini berfungsi sebagai tempat ibadah. Sampai sekarang peninggalan-peninggalan
tersebut masih dipergunakan oleh umat Budha untuk pelaksanaan upacara memperingati hari Waisak.

3. Candi Prambanan merupakan peninggalan yang bersifat Hindu yang didirikan abad ke VIII M. Candi
ini terletak di desa Prambanan Sleman, Jogjakarta. Candi ini adalah candi Hindu. Fungsinya adalah
sebagai tempat pemujaan (kuil).
4. Candi lain yang bercorak Hindu adalah candi Gedong Sango, percandian Dieng, Ratu Baka, Candi
Kalasan dan sebagainya. Di Jawa Timur terdapat candi Singasari, candi Kidal, Candi Panataran, dan
kompleks percandian di Trowulan Mojokero.

b. Seni Rupa dan Seni Ukir

Pengaruh India membawa perkembangan dalam bidang seni rupa dan seni ukir atau pahat. Hal ini
disebabkan adanya akulturasi. Misalnya relief yang dipahatkan pada dinding candi Borobudur yang
merupakan relief tentang riwayat Sang Budha. Relief ini dikenal dengan Karma Wibangga yang
dipahatkan dalam salah satu dinding Studa Borobudur.

c. Seni Sastra dan Aksara

Hasil sastra berbentuk prosa atau puisi : isinya antara lain tentang tutur (pitutur : kitab keagamaan),
wiracarita (kepahlawanan), kitab Hukum (Undang-Undang).

Wiracarita yang terkenal di Indonesia yaitu Kitab Ramayana dan Mahabarata. Timbul wiracarita gubahan
pujangga Indonesia. Misalnya, Kitab Baratayuda yang digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh.

Perkembangan aksara, perkembangan huruf Pallawa dari India ke Indonesia, mengakibatkan


berkembangnya karya-karya sastra. Misal, karya-karya sastra Jawa kuno. Huruf Nagari (dari India)
disertai huruf Bali kuno (dari Indonesia).

d. Prasasti
Prasasti adalah piagam atau dokumen yang ditulis pada bahan yang keras dan tahan lama. Penemuan
prasasti pada sejumlah situs arkeologi, menandai akhir dari zaman prasejarah, yakni babakan dalam
sejarah kuno Indonesia yang masyarakatnya belum mengenal tulisan, menuju zaman sejarah, dimana
masyarakatnya sudah mengenal tulisan. Ilmu yang mempelajai tentang prasasti disebut Epigrafi. Contoh
peninggalan Hindu Budha yang berbentuk prasasti :

˗ Prasasti Mulawarman, Kutai,

˗ Prasasti Kebon Kopi, Ciampea, Bogor,

˗ Prasasti Tugu, Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, abad
ke-5

˗ Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul, Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten
Pandeglang, Banten, abad ke-5

˗ Prasasti Ciaruteun, Ciampea, Bogor

˗ Prasasti Sojomerto, Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Batang, Jawa Tengah, awal abad ke-7
paling tua.

˗ Prasasti Kedukan Bukit, Palembang, Sumatera Selatan, 16 Juni 682

˗ Prasasti Talang Tuwo, Palembang, Sumatera Selatan, 23 Maret 684

˗ Prasasti Kota Kapur, Kota Kapur, Bangka, 686


˗ Prasasti Plumpungan, Dukuh Plumpungan, Desa Kauman Kidul, Kecamatan Sidorejo, Salatiga, Jawa
Tengah, 24 Juli 750

˗ Prasasti Sukabumi, Sukabumi, Pare, Kediri, Jawa Timur, 25 Maret 804

˗ Prasasti Siwagrha (Prasasti kakawin tertua Jawa), 856

e. Sistem Kemasyarakatan.

Sistem kasta merupakan penggolongan masyarakat berdasarkan tingkat atau derajad orang yang
bersangkutan. Setiap orang sudah ditentukan kastanya. Sistem kasta ini muncul dalam masyarakat
Indonesia setelah ada hubungan dengan India. Terdapat empat kasta yaitu kasta Brahmana, Ksatria,
Weisya dan Sudra. Sistem kasta ini bukan asli Indonesia.

f. Filsafat dan Sistem Kepercayaan

Kepercayaan asli bangsa Indonesia adalah animisme dan dinamisme, percaya adanya kehidupan
sesudah mati, yakni sebagai roh halus. Kehidupan roh halus memiliki kekuatan maka roh nenek moyang
dipuja. Masuknya pengaruh India tidak menyebabkan pemujaan terhadap roh nenek moyang hilang. Hal
ini dapat dilihat pada fungsi candi. Fungsi candi di India sebagai tempat pemujaan. Di Indonesia, selain
sebagai tempat pemujaan, candi juga berfungsi sebagai makam raja dan untuk menyimpan abu jenazah
raja yang telah wafat.

Dapat terlihat adanya pripih tempat untuk menyimpan abu jenazah, dan diatasnya didirikan patung raja
dalam bentuk mirip dewa. Hal tersebut merupakan perpaduan antara fungsi candi di India dengan
pemujaan roh nenek moyang di Indonesia.
g. Sistem Pemerintahan

Pengaruh India di Indonesia dalam sistem pemerintahan, adalah adanya sistem pemerintahan secara
sederhana. Setelah pengaruh India masuk, kedudukan pemimpin tersebut diubah menjadi raja serta
wilayahnya disebut kerajaan. Rajanya dinobatkan dengan melalui upacara Abhiseka, biasanya namanya
ditambah “warman”. Contoh: di Kerajaan Kutai, Taruma dan sebagainya.

Bukti akulturasi di bidang pemerintahan, misalnya : raja harus berwibawa dan dipandang punya
kesaktian (kekuatan gaib), seperti para Raja disembah menunjukkan adanya pemujaan Dewa Raja.

D. PENGARUH KEBUDAYAAN DAN AGAMA HINDU BUDHA DI INDONESIA

a. Kepercayaan atau agama

Bidang kepercayaan atau agama Sebelum budaya India masuk, di Indonesia telah berkembang
kepercayaan yang berupa pemujaan terhadap roh nenek moyang. Kepercayaan itu bersifat Animisme
dan Dinamisme. Animisme merupakan satu kepercayaan terhadap roh atau jiwa sedangkan Dinamisme
merupakan satu kepercayaan bahwa setiap benda memiliki kekuatan gaib. Dengan masuknya
kebudayaan India, penduduk Nusantara secara berangsur-angsur memeluk agama Hindu dan Buddha,
diawali oleh lapisan elite para raja dan keluarganya. Agama Hindu dan Budha yang berkembang di
Indonesia sudah mengalami perpaduan dengan kepercayaan Animisme dan Dinamisme, atau dengan
kata lain mengalami Sinkritisme. Sinkritisme adalah bagian dari proses akulturasi, yang berarti
perpaduan dua kepercayaan yang berbeda menjadi satu. Untuk itu agama Hindu dan Budha yang
berkembang di Indonesia, berbeda dengan agama Hindu -Budha yang dianut oleh masyarakat India.
Perbedaaan-perbedaan tersebut dapat dilihat dalam upacara ritual yang diadakan oleh umat Hindu atau
Budha yang ada di Indonesia. Contohnya, upacara Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu Bali,
upacara tersebut tidak dilaksanakan oleh umat Hindu di India
bBahasa

Wujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa Sansekerta yang
dapat temukan sampai sekarang dimana bahasa Sansekerta memperkaya perbendaharaan bahasa
Indonesia. Dan istilah-istilah penting yang menggunakan bahasa Sanskerta.

c. Organisasi sosial kemasyarakatan

Wujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat dilihat dalam organisasi politik
yaitu sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia setelah masuknya pengaruh India.
Pemerintahan Raja di Indonesia ada yang bersifat mutlak dan turun-temurun seperti di India dan ada
juga yang menerapkan prinsip musyawarah. Prinsip musyawarah diterapkan terutama apabila raja tidak
mempunyai putra mahkota yaitu seperti yang terjadi di kerajaan Majapahit, pada waktu pengangkatan
Wikramawardana.

d. Bidang Sosial

Dalam bidang sosial terjadi perubahan-perubahan dalam tata kehidupan sosial masyarakat.Perubahan
itu terjadi sebagai akibat diperkenalkannya sistem kasta dalam masyarakat. Kasta-kasta itu diantaranya
kasta brahmana, kasta ksatria, kasta waisya kasta sudra.

e. Sistem pengetahuan

Wujud akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu berdasarkan
kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu. Menurut perhitungan satu tahun Saka sama
dengan 365 hari dan perbedaan tahun saka dengan tahun masehi adalah 78 tahun sebagai contoh
misalnya tahun saka 654, maka tahun masehinya 654 + 78 = 732 M.
f. Teknologi

Salah satu wujud akulturasi dari teknologi terlihat dalam seni bangunan Candi. Seni bangunan Candi
tersebut memang mengandung unsur budaya India tetapi keberadaan candi-candi diIndonesia tidak
sama dengan candi-candi yang ada di India, karena candi di Indonesia hanya mengambil unsur teknologi
pembuatannya melalui dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam kitab Silpasastra yaitu sebuah kitab
pegangan yang memuat berbagai petunjuk untuk melaksanakan pembuatan arca dan bangunan. Contoh
candi Borobudur salah satu dari 7 keajaiban dunia dan merupakan salah satu peninggalan kerajaan
Mataram. Itu membuktikan masyarakat telah memiliki pengetahuan dan teknologi yang tinggi.

g. Kesenian

Wujud akulturasi dalam bidang kesenian terlihat dari seni rupa, seni sastra, seni bangunan dan seni
pertunjukan.

1. Seni rupa

Unsur seni rupa India telah masuk ke Indonesia dibuktikan dengan ditemukannya relief-relief cerita sang
Budha pada candi Borobudur, cerita Ramayana pada candi Prambanan. Dan sekarang relief-relief
tersebut dijadikan hiasan pada bangunan, seperti yang terdapat pada pustaka wilayah yang terdapat di
provinsi Riau.

2. Seni sastra
Bahasa sanskerta yang berasal dari India tersebut membawa pengaruh besar terhadap perkembangan
sastra di Indonesia, seperti prasasti yang ditulis dengan huruf pallawa dan sanskerta. Tidak hanya itu
kitab-kitab yang dibuat pada zaman tersebut juga memiliki nilai sastra yang tinggi.

3. Seni bangunan

Yang menjadi bukti berkembanngnya budaya India di Indonesia adalah bangunan candi. Dasar
bangunan candi merupakan hasil pembangunan bangsa Indonesia pada zaman megalitikum yang
berupa punden berundak-undak kemudian mendapat pengaruh dari kebudayaan India sehingga menjadi
wujud sebuah candi.

4. Seni Pertunjukkan

Wayang Seni pertunjukan wayang merupakan salah satu kebudayaan asli Indonesia dan pertunjukan
wayang tersebut sangat digemari terutama oleh masyarakat Jawa. Wujud akulturasi dalam pertunjukan
wayang tersebut terlihat dari pengambilan lakon cerita dari kisah Ramayana maupun Mahabarata yang
berasal dari budaya India

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pendapat mengenai proses masuk dan berkembangnya kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia, yaitu
hipotesis Waisya, Hipotesis Ksatria, Hipotesis Brahmana dan teori Arus Balik. Masuk dan
berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu-Budha membawa pengaruh besar di berbagai bidang.
Kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha merupakan salah satu bukti adanya pengaruh
kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Setiap kerajaan dipimpin oleh seorang raja yang memiliki
kekuasaan mutlak dan turun-temurun. Kerajaan-kerajaan itu antara lain : Kerajaan Kutai, Kerajaan
Tarumanegara, Kerajaan Sriwijaya, Mataram Kuno, Kerajaan Singhasari, Kerajaan Majapahit. Masuknya
kebudayaan India ke Indonesia telah membawa pengaruh terhadap perkembangan kebudayaaan di
Indonesia. Namun kebudayaan asli Indonesia tidak begitu luntur. Kebudayaan yang datang dari India
mengalami proses penyesuaian dengan kebudayaan, maka terjadilah proses akulturasi kebudayaan.

B. SARAN

Kebudayaan yang berkembang di Indoneisa pada tahap awal diyakini berasal dari India. Pengaruh itu
diduga mulai masuk pada awal abad masehi. Apabila kita membandingkan peninggalan sejarah yang ada
di Indonesia akan ditemukan kemiripan itu. Sebelum kenal dengan kebudayaan India, bangunan yang
kita miliki masih sangat sederhana. Saat itu belum dikenal arsitektur bangunan seperti candi atau
keraton. Tata kota di pusat kerajaan juga dipengaruhi kebudayaan hindu. Demikian pula dalam hal
kebudayaan yang lain seperti peribadatan dan kesastraan.Kita harus menjaga kelestarian dan budaya-
budaya yang ditinggalkan agama Hindu-Budha.

Anda mungkin juga menyukai