Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa yang telah melimpahkan segala rahmat dan segala rahim
bagi kita semua, hingga akhirnya kami dapat menyelesaikan Makalah tentang PERKEMBANGAN AGAMA
DAN KEBUDAYAAN HINDU-BUDDHA DI INDONESIA
Saran dan kritik sangat kami harapkan untuk lebih baiknya karya Makalah kami kedepannya nanti.
Ttd
penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul........................................................................................................... 1
Kata Pengantar........................................................................................................... 2
Daftar Isi.................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 4
A. Latar Belakang.......................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................... 4
D. Manfaat Penulisan.................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 5
A. Kesimpulan................................................................................................................ 18
B. Saran.......................................................................................................................... 18
Daftar Pustaka........................................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia adalah bangsa yang majemuk, terkenal dengan keanekaragaman dan keunikannya. Terdiri dari
berbagai suku bangsa, yang mendiami belasan ribu pulau yang tidak terlepas dari pengaruh budaya luar,
salah satunya pengaruh budaya India. Kebudayaan India masuk ke Indonesia pada saat Indonesia masih
mengalami masa pra-sejarah. Masuknya kebudayaan India ini sekaligus menandai berakhirnya masa pra-
sejarah dan mulai membawa bangsa Indonesia ke jaman sejarah, karena sejak saat itu bangsa kita mulai
mengenal tulisan. Pengaruh hindu-budha ini dapat terlihat dari berbagai macam peninggalan-
peninggalan yang tersebar hampir disetiap pulau-pulau di Indonesia yang kini menjadi kebanggaan
tersendiri bagi bangsa ini yang berasal dari berbagai kerajaan Hindu-Budha yang merupakan cikal bakal
terbentuknya bangsa ini. Dengan hadirnya kebudayaan India di Indonesia banyak sekali aspek yang
dipengaruhinya antara lain seni, agama, tradisi, bangunan dan lain-lain. Sebagai generasi penerus
bangsa pertama kita wajib mengetahui sejarah bangsa ini. Sehingga penyusun merasa perlu untuk
menyusun artikel ini agar dapat membantu dan memudahkan pembaca untuk mengetahui sejarah dan
pengaruh kebudayaan India di Indonesia
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
D. MANFAAT PENULISAN
- Dapat memahami pengaruh akan masuknya kebudayaan dan agama Hindu-Budha di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
Pada permulaan tarikh masehi, di Benua Asia terdapat dua negeri besar yang tingkat peradabannya
dianggap sudah tinggi yaitu India dan Cina. Kedua negara ini menjalin hubungan ekonomi dan
perdangan yang baik. Arus lalu lintas perdagangan dan pelayaran berlangsung melalui darat dan laut.
Salah satu jalur lalu lintas laut yang dilewati India-Cina adalah Selat Malaka. Indonesia yang terletak di
jalur posisi silang dua benua dan dua samudera, serta berada didekat Selat Malaka memiliki
keuntungan, yaitu:
a. Sering dikunjungu bangsa-bangsa asing seperti India, Cina, Arab dan Persia.
Keterlibatan bangsa Indonesia dalam kegiatan perdagangan dan pelayaran internasional menyebabkan
timbulnya percampuran budaya. India merupakan negara pertama yang memberikan pengaruh kepada
Indonesia, yaitu dalam bentuk budaya Hindu. Ada beberapa hipotesis yang dikemukakan para ahli
tentang proses masuknya budaya Hindu-Budha ke Indonesia
1. Hipotesis Brahmana
Hipotesis ini mengungkapkan bahwa kaum brahmana amat berperan dalam upaya penyebaran budaya
Hindu di Indonesia. Para brahmana mendapat undangan dari penguasa Indonesia untuk menobatkan
raja dan memimpin upacara-upacara keagamaan. Pendukung hipotesis ini adalah Van Leur.
2. Hipotesis Ksatria
Pada hipotesis ksatria, peranan penyebaran agama dan budaya Hindu dilakukan oleh kaum ksatria.
Menurut hipotesis ini, di masa lampau di India sering terjadi peperangan antargolongan di dalam
masyarakat. Para prajurit yang kalah atau jenuh menghadapi perang, lantas meninggalkan India.
Rupanya, diantara mereka ada pula yang sampai ke wilayah Indonesia. Mereka inilah yang kemudian
berusaha mendirikan koloni-koloni baru sebagai tempat tinggalnya. Di tempat itu pula terjadi proses
penyebaran agama dan budaya Hindu. F.D.K. Bosch adalah salah seorang pendukung hipotesis ksatria.
3. Hipotesis Waisya
Menurut para pendukung hipotesis waisya, kaum waisya yang berasal dari kelompok pedagang telah
berperan dalam menyebarkan budaya Hindu ke Nusantara. Para pedagang banyak berhubungan dengan
para penguasa beserta rakyatnya. Jalinan hubungan itu telah membuka peluang bagi terjadinya proses
penyebaran budaya Hindu. N.J. Krom adalah salah satu pendukung dari hipotesis waisya.
4. Hipotesis Sudra
Von van Faber mengungkapkan bahwa peperangan yang tejadi di India telah menyebabkan golongan
sudra menjadi orang buangan. Mereka kemudian meninggalkan India dengan mengikuti kaum waisya.
Dengan jumlah yang besar, diduga golongan sudralah yang memberi andil dalam penyebaran budaya
Hindu ke Nusantara.
Selain pendapat di atas, para ahli menduga banyak pemuda di wilayah Indonesia yang belajar agama
Hindu dan Buddha ke India. Di perantauan mereka mendirikan organisasi yang disebut Sanggha. Setelah
memperoleh ilmu yang banyak, mereka kembali untuk menyebarkannya. Pendapat semacam ini disebut
Teori Arus Balik.
Pada umumnya para ahli cenderung kepada pendapat yang menyatakan bahwa masuknya budaya Hindu
ke Indonesia itu dibawa dan disebarluaskan oleh orang-orang Indonesia sendiri. Bukti tertua pengaruh
budaya India di Indonesia adalah penemuan arca perunggu Buddha di daerah Sempaga (Sulawesi
Selatan). Dilihat dari bentuknya, arca ini mempunyai langgam yang sama dengan arca yang dibuat di
Amarawati (India). Para ahli memperkirakan, arca Buddha tersebut merupakan barang dagangan atau
barang persembahan untuk bangunan suci agama Buddha. Selain itu, banyak pula ditemukan prasasti
tertua dalam bahasa Sanskerta dan Malayu kuno. Berita yang disampaikan prasasti-prasasti itu memberi
petunjuk bahwa budaya Hindu menyebar di Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 Masehi.
1. Kerajaan Kutai
Letak Kerajaan Kutai berada di hulu sungai Mahakam, Kalimantan Timur yang merupakan Kerajaan
Hindu tertua di Indonesia. Ditemukannya tujuh buah batu tulis yang disebut Yupa yang mana ditulis
dengan huruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta tersebut diperkirakan berasal dari tahun 400 M (abad
ke-5). Prasasti Yupa tersebut merupakan prasasti tertua yang menyatakan telah beridirinya suatu
Kerajaan Hindu tertua yaitu Kerajaan Kutai..
Yupa adalah tugu batu yang berfungsi sebagai tugu peringatan yang dibuat oleh para Brahmana atas
kedermawanan Raja Mulawarman. Dituliskan bahwa Raja Mulawarman, Raja yang baik dan kuat yang
merupakan anak dari Aswawarman dan merupakan cucu dari Raja Kudungga, telah memberikan 100
ekor sapi kepada para Brahmana.
Dari prasati tersebut didapat bawah Kerajaan Kutai pertama kali didirikan oleh Kudungga kemudian
dilanjutkan oleh anaknya Aswawarman dan mencapai puncak kejayaan pada masa Mulawarman (Anak
Aswawarman). Menurut para ahli sejarah nama Kudungga merupakan nama asli pribumi yang belum
tepengaruh oleh kebudayaan Hindu. Namun anaknya, Aswawarman diduga telah memeluk agama Hindu
atas dasar kata 'warman' pada namnya yang merupakan kata yang berasal dari bahasa Sanskerta.
Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam peperangan
melawan Aji Pangeran Sinum Panji yang merupakan Raja dari Kerajaan Kutai Kartanegara. Kerajaan Kutai
dan Kerajaan Kutai Kartanegara merupakan dua buah kerajaan yang berbeda. Kerajaan Kutai
Kartanegara berdiri pada abad ke-13 di Kutai Lama. Terdapatnya dua kerajaan yang berada di sungai
Mahakam tersebut menimbulkan friksi diantara keduanya. Pada abad ke-16 terjadi peperangan diantara
kedua Kerajaan tersebut.
Berikut di bawah ini merupakan daftar raja-raja yang pernah memimpin Kerjaan Kutai, diantaranya
adalah sebagai berikut:
Dalam hal kebudayaan sendiri ditemukan dalam salah satu prasasti Yupa menyebutkan suatu tempat
suci dengan nama "Wapakeswara" (tempat pemujaan Dewa Siwa). Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa masyarakat Kutai memeluk agama Siwa.
2. Kerajaan Tarumanegara
Menurut Naskah Wangsakerta, pada abad ke-4 Masehi, pulau dan beberapa wilayah Nusantara lainnya
didatangi oleh sejumlah pengungsi dari India yang mencari perlindungan akibat terjadinya peperangan
besar di sana. Para pengungsi itu umumnya berasal dari daerah Kerajaan Palawa dan Calankayana di
India, pihak yang kalah dalam peperangan melawan Kerajaan Samudragupta (India).
Salah satu dari rombongan pengungsi Calankayana dipimpin oleh seorang Maharesi yang bernama
Jayasingawarman. Setelah mendapatkan persetujuan dari raja yang berkuasa di barat Jawa
(Dewawarman VIII, raja Salakanagara), maka Jayasingawarman membuka tempat pemukiman baru di
dekat sungai Citarum. Pemukimannya oleh Jayasingawarman diberi nama Tarumadesya (desa Taruma).
Sepuluh tahun kemudian desa ini banyak didatangi oleh penduduk dari desa lain, sehingga Tarumadesya
menjadi besar. Akhirnya dari wilayah setingkat desa berkembang menjadi setingkat kota (Nagara).
Semakin hari, kota ini semakin menunjukan perkembangan yang pesat, karena itulah Jayasingawarman
kemudian membentuk sebuah Kerajaan yang bernama Tarumanagara.
Kerajaan Tarumanagara mencapai puncak kejayaannya ketika dipimpin oleh Purnawarman. Dimasa
kepemerintahan Purnawarman, luas Kerajaan Tarumanagara diperluas dengan menaklukan kerajaan-
kerajaan yang berada disekitarnya. Tercatat Luas Kerajaan Tarumanagara hampir sama dengan luas
daerah Jawa Barat sekarang. Selain itu Raja Purnawarman juga menyusun pustaka yang berupa undang-
undang kerjaana, peraturan angkatan perang, siasat perang serta silsilah dinasti Warman. Raja
Purnawarman juga dikenal sebagai raja yang kuat dan bijak kepada rakyatnya
Raja ke-12 Tarumanagara, Linggawarman, memiliki dua orang putri. Putri pertamanya bernama Dewi
Manasih yang kemudian menikah dengan Tarusbawa dan Sobakencana yang kemudian menjadi isteri
Dapunta Hyang Sri Jayanasa, pendiri Kerajaan Sriwijaya. Tangku kepemimpian Kerajaan Tarumanegara
pun jatuh pada suami Manasih yaitu Tarusbawa. Pada masa kepemerintahan Tarusbawa, pusat kerajaan
Tarumanagara ke kerajaanya sendiri yaitu Kerajaan Sunda (Kerajaan bawahan Tarumanagara) dan
kemudian mengganti Kerajaan Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda.
Kerajaan Tarumanagara banyak meninggalkan bukti sejarah, diantaranya ditemukannya 7 buah prasati
yaitu:
1. Prasasti Ciareteun yang ditemukan di Ciampea, Bogor.
7. Prasasti Cidanghiang atau Lebak yang ditemukan di kampung Lebak, pinggir Sungai Cidanghiang,
Selain dari prasasti, terdapat juga suber-sumber lain yang berasal dari Cina, diantarnya:
1. Berita dari Fa-Hien, seorang musafir Cina (pendeta Budha) yang terdampar di Yepoti
(Yawadhipa/Jawa) tepatnya Tolomo (Taruma) pada tahun 414. Dalam catatannya di sebutkan rakyat
Tolomo sedikit sekali memeluk Budha yang banyak di jumpainya adalah Brahmana dan Animisme.
2. Berita dari Dinasti Soui yang menyatakan bahwa pada tahun 528 dan 535 datang utusan dari negeri
Tolomo (Taruma) yang terletak disebelah selatan.
3. Berita dari Dinasti Tang Muda yang menyebutkan tahun 666 dan tahun 669 M datang utusan dari
Tolomo.
· Raja-raja Kerajaan Tarumanagara
Selama berdirinya Kerajaan Tarumanagara dari abad ke-4 sampai abad ke-7 Masehi, kerajaan tersebut
pernah dipimpin oleh 12 orang raja, diantaranya:
3. Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit Didirikan tahun 1294 oleh Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardana
yang merupakan keturunan Ken Arok raja Singosari.
Kerajaan Majapahit ini mencapai puncak kejayaannya di masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk (1350-
1389). Kebesaran kerajaan ditunjang oleh pertanian sudah teratur, perdagangan lancar dan maju,
memiliki armada angkutan laut yang kuat serta dipimpin oleh Hayam Wuruk dengan patih Gajah Mada.
Di bawah patih Gajah Mada Majapahit banyak menaklukkan daerah lain. Dengan semangat persatuan
yang dimilikinya, dan membuatkan Sumpah Palapa yang berbunyi “Ia tidak akan makan buah palapa
sebelum berhasil menyatukan seluruh wilayah Nusantara”.
Mpu Prapanca dalam bukunya Negara Kertagama menceritakan tentang zaman gemilang kerajaan di
masa Hayam Wuruk dan juga silsilah raja sebelumnya tahun 1364 Gajah Mada meninggal disusun oleh
Hayam Wuruk di tahun 1389 dan kerajaan Majapahit mulai mengalami kemunduran.
· Penyebab kemunduran
Majapahit kehilangan tokoh besar seperti Hayam Wuruk dan Gajah Mada meletusnya Perang Paragreg
tahun 1401-1406 merupakan perang saudara memperebutkan kekuasaan daerah bawahan mulai
melepaskan diri.
· Raja-raja pada kerajaan Majapahit
2. Jayanegara 1309-1328
3. Tribhuwanatunggaldewi 1328-1350
BACA JUGA
Contoh Makalah Agama Hindu : Tri Sandya Sebagai Media Penyucian Diri
5. Wikramawardana 1389-1429
6. Kertabhumi 1429-1478
4. Kerajaan Singasari
· Berdirinya Kerajaan Singasari
Kerajaan Singhasari atau s ering pula ditulis Singasari atau Singosari, adalah sebuah kerajaan di Jawa
Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222. Lokasi kerajaan ini sekarang diperkirakan berada di
daerah Singosari, Malang. Kerajaan ini bercorak Hindu.
· Masa Kejayaan
Kertanagara adalah raja terakhir dan raja terbesar dalam sejarah Singhasari (1272 - 1292). Ia adalah raja
pertama yang mengalihkan wawasannya ke luar Jawa. Pada tahun 1275 ia mengirim pasukan Ekspedisi
Pamalayu untuk menjadikan Sumatra sebagai benteng pertahanan dalam menghadapi ekspansi bangsa
Mongol. Saat itu penguasa Sumatra adalah Kerajaan Dharmasraya (kelanjutan dari Kerajaan Malayu).
Kerajaan ini akhirnya dianggap telah ditundukkan, dengan dikirimkannya bukti arca Amoghapasa yang
dari Kertanagara, sebagai tanda persahabatan kedua negara.
Pada tahun 1284, Kertanagara juga mengadakan ekspedisi menaklukkan Bali. Pada tahun 1289 Kaisar
Kubilai Khan mengirim utusan ke Singhasari meminta agar Jawa mengakui kedaulatan Mongol. Namun
permintaan itu ditolak tegas oleh Kertanagara. Nagarakretagam amenyebutkan daerah-daerah bawahan
Singhasari di luar Jawa pada masa Kertanagara antara lain, Melayu, Bali, Pahang, Gurun, dan
Bakulapura.
Kerajaan Singhasari yang sibuk mengirimkan angkatan perangnya ke luar Jawa akhirnya mengalami
keropos di bagian dalam. Pada tahun 1292 terjadi pemberontakan Jayakatwang bupati Gelanggelang,
yang merupakan sepupu, sekaligus ipar, sekaligus besan dari Kertanagara sendiri. Dalam serangan itu
Kertanagara mati terbunuh. Setelah runtuhnya Singhasari, Jayakatwang menjadi raja dan membangun
ibu kota baru di Kerajaan Kadiri. Riwayat Kerajaan Tumapel-Singhasari pun berakhir.
· Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Singasari
Arok mati dibunuh Anusapati (anak tirinya). Anusapati mati dibunuh Tohjaya (anak Ken Arok dari selir).
Tohjaya mati akibat pemberon