Anda di halaman 1dari 9

MATERI PEMBANGUNAN DALAM KELUARGA BERENCANA ( PKB )

MELALUI TRIBINA ( BKB, BKR DAN BKL )

PEMATERI : Dra. SITI HERLIYANA

Pembangunan dalam keluarga berencana untuk menciptakan Swadaya Masyarakat (SDM) yang
unggul dan keluarga sejahtera.

Tujuan Pembangunan Keluarga Berencana adalah :

1. Untuk meningkatkan kualitas anak


2. Untuk meningkatkan kualitas remaja
3. Untuk meningkatkan kualitas lansia agar produktif dan berguna bagi keluarga dan
masyarakat.
4. Untuk meningkatkan pemberdayaan keluarga rentan.

Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri, dan anaknya.

Ketahanan keluarga melalui kelompok kegiatan memiliki tribina yaitu BKB ( Bina Keluarga
Balita,) BKR (Bina Keluarga Remaja) dan BKL (Bina Keluarga Lansia)

I. BKB (BINA KELUARGA BALITA)


BKB adalah Bina Keluarga Balita adalah upaya meningkatkan pengetahuan ,
kesadaran, keterampian dan sikap ibu serta keluarga lainnya dalam membina
tumbuh kembang anak balita melalui kegiatan rangsangan mental, emosional,
intelektual, moral , social dengan berbagai media agar menjadi media yang
berkualitas.

Khusus mengelola pembinaan tumbuh kembang anak, bayi dan balita melalui pola asuh
yang benar berdasarkan umur.
Penyuluhan kepada orang tua meliputi semua materi pengasuhan tumbuh kembang
balita. Stimulasi aspek – aspek perkembangan dengan menggunakan PE, dongeng, lagu /
gerak sebagai media interaksi orang tua dan balita ( sesuai kelompok usia)
Sasaran BKB adalah
a. Ibu dan anak
b. Ibu dari anak umur 0-1 tahun
c. Ibu dari anak umur 2-3 tahun
d. Ibu dari anak umur 3-4 tahun
e. Ibu dari anak umur 4-5 tahun

Tujuan dari Bina Keluarga Balita (BKB) adalah mewujudkan keluarga yang
berkompetensi dalam pengasuhan tumbuh kembang balita.

Prinsip-prinsip keterpaduan BKB, Posyandu dan PAUD


1. Bersifat Holistik dan komprehensif
Pembinaan meliputi aspek : kesehatan dan gizi, psikososial, pendidikan melalui
pengasuhan yang benar.
Semua aspek tidak bisa dipisahkan karena anak harus menerima stimulasi secara
utuh.
2. Partispasi masyarakat
Kegiatan keterpaduan harus melibatkan semua pihak yaitu keluarga,
masyarakat, pemerintah, swasta maupun LSM.
3. Mekanisme operasional yang jelas
Sesuai kondisi dan kebutuhan masyarakat serta memenuhi Standart Pelayanan
Minimal (SPM) yaitu pertemuan orang tua, pelayanan anak, materi, media,
pemantauan tumbuh kembang serta melibatkan masyarakat).

Secara operasional BKB membina kader dilanjutkan pembinaan kepada keluarga


balita sehingga SDM tumbuh kembang optimal sehingga menciptakan keluarga
bahagia sejahtera.

Manfaat BKB pada orang tua adalah


a. Mengurus dan merawat anak secara baik sesuai umur
b. Memperluas wawasan dan pengetahuan orangtua dalam memberikan pola asuh
c. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan
d. Mampu mencurahkan perhatian
e. Mampu membentuk anak yang berkualitas
Manfaat BKB pada anak adalah :

a. Anak lebih bertaqwa


b. Tumbuh kembang anak yang lebih optimal
c. Anak akan menjadi cerdas, terampil dan sehat
d. Memiliki dasar pribadi yang kuat

100 HPK adalah 9 bulan kehamilan dan 2 tahun umur bayi balita adalah masa emas
pertumbuhan janin, bayi dan balita menjadi sehat, cerdas dan berkualitas. Kenapa masa emas
karena masa HPK adalah masa pertumbuhan janin dan bayi menjadi sehat, cerdas dan
berkembang baik. 1000 HPK adalah Salah satu cara pencegahan agar tidak terjadi stunting.

Stunting adalah Kondisi dimana tinggi badan atau panjang badan lebih pendek dibanding tinggi
badan atau panjang badan orang lain yang seusianya.

Stunting disebabkan oleh kurangnya asupan gizi yang diterima oleh janin atau bayi.

Stunting akan menyebabkan kemampuan kognitif dan kecerdasan anak berkurang.

Pencegahan Stunting dengan program 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan)

1. KIE pola asuh


2. Akses Layanan KB
3. Pola konsumsiGizi dan bahan pangan
4. Akses air bersih, Kesehatan Lingkungan
5. Edukasi Kesehatan Reproduksi.

Pencegahan secara Primer


1. Pendidikan Kespro, ASI ekslusif. Imunisasi, Posyandu
2. Edukasi Gizi, pemberian tablet FE, zink, vit A dan obat cacing
3. Konselor sebaya dan perkembangan remaja
4. Akses air bersih

Pencegahan secara sekunder melalui


1. Keluarga atau orang terdekat
2. Toma (Tokoh Masyarakat)
3. PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja)
Pencegahan secara Tersier
1. Konsultasi perencanaan
2. Alat kontrasepsi
3. Konseling
4. Calon pengantin

Oleh karena itu Peran Serta Masyarakat (PSM) sangat diperlukan dalam mewujudkan desa
sehat yang berkualitas. Dalam mewujudkan visi ini maka misi dilakukan secara lintas sektor dan
lintas program, dan tak luput dari PSM yang luar biasa dibawah kebijakan kepala desa.

Peran BKKBN dalam percepatan Stunting intervensi :

1. Remaja melalui PIKR sekolah dan PIKR Masyarakat


2. Catin (Calon Pengantin) dengan kursus catinnya yang dibimbing oleh konselor
3. Keluarga muda sebagaipenguatan dalam perencanaan
4. Keluarga balita dan anak dalam pengasuhan 1000 HPK dan membentuk orang tua hebat
5. Keluarga remaja, mencegah nikah dini sesuai dengan UU no 16 th.2019 minimal usia 19
tahun.

Strategi yang akan dilakukan dalam percepatan intervensi stunting ini adalah

1. Sosialisasi dan KIE , dan salah satunya dilakukan pada hari ini yaitu kegiatan operasional
yang berbasis ketahanan keluarga melalui kelompok kegiatan BKB (Bina Keluarga Balita)
2. Percepatan Intervensi kegiatan penanggulanagan stunting.
Dilakukan secara lintas sektor dan lintas program.
Dari semua lintas sektor dan program desa yang ada di desa diharap mendukung dan
membina keluarga dan masyarakat dalam percepatan intervensi stunting.
3. Meningkatkan kualitas Peran Serta Masyarakat (PSM) , dukungan dan support terbesar
dari kepala desa, aparat desa, kader desa, tokoh masyarakat ,tokoh agama dan
masyarakat.
Salah satu yang dikerjakan DP3AKB untuk masarakat dan kader BKB adalah stimulasi
tentang stunting, gizi, dan konsumsi makanan sehat oleh penyuluh kepada kader BKB
dan masyarakat.
4. Monitoring dan evaluasi
KIE berbasis Tehnologi Informasi (TI)
Tak lupa peran serta keluarga dalam meningkatkan tatanan keluarga mencapai
sehat,sejahtera dan berkualitas dengan mengamalkan 8 fungsi keluarga sesuai UU tahun
1992 dan menurut nenek moyang kita yaitu Asah, Asih dan Asuh

ASAH
1. Agama
2. Budaya
3. Sosialisasi
4. Lingkungan

ASIH

5. Cinta kasih
6. Reproduksi

ASUH

7. Ekonomi
8. Perlindungan

Maka akan berjadi berkualitas jika 8 fungsi keluarga dilaksanakan dengan benar dan
dibuat rencana mulai dari remaja sebagai calon orang tua agar menciptakan SDM
yang unggul dan keluarga sejahtera.

II. BKR (BINA KELUARGA REMAJA)


Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke dewasa. Kehidupan
remaja merupakan kehidupan yang sangat menentukan bagi kehidupan masa depan
mereka selanjutnya
Apalagi usia remaja merupakan usia masa pencarian jati diri, ditambah arus
globalisasi dan informasi yang kian tak terkendali, sehingga mengakibatkan perilaku
remaja yang menjadi tidak sehat dan selanjutnya berdampak pada Tiga Resiko yang
dihadapi terhadap Kesehatan Reproduksi Remaja (Triad KRR). Triad KRR yaitu seperti
seks pra nikah, NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya),
HIV/AIDS. Menurut BKKBN kondisi ini apabila dibiarkan terus menerus maka akan
mempengaruhi kualitas bangsa Indonesia pada 10 – 20 tahun yang akan datang.
Permasalahan tersebut sering terjadi dikarenakan rendahnya informasi dan
pengetahuan dari orang tua. Sehingga, mengakibatkan remaja cenderung
mempraktekkan perilaku menyimpang. Selain itu, faktor sosial ekonomi dan
demografi, budaya dan lingkungan, serta faktor psikologi juga mampu memberikan
dampak buruk terhadap kesehatan remaja.
Tentunya hal ini mampu mengganggu perencanaan kehidupan remaja di masa yang
akan datang. Oleh karena itu, diperlukan suatu program yang dapat memberikan
informasi berkaitan dengan penyiapan pribadi remaja yang matang dalam
kehidupan sosial sampai penataan kehidupan untuk keharmonisan berkeluarga
nantinya. Orang tua sebagai pendidik pertama dalam keluarga mempunyai peran
yang sangat penting dalam mencegah dan menanggulangi perilaku menyimpang
pada remaja. Remaja sebagai generasi penerus bangsa yang diharapkan mempunyai
kualitas tinggi, terutama dalam mencapai cita-cita pembangunan sehingga perlu
diberikan pembinaan terhadap tumbuh kembang remaja secara optimal
BKKBN sebagai salah satu institusi pemerintah harus mewujudkan tercapainya
peningkatan kualitas remaja melalui program Generasi Berencana (GenRe). Upaya
dalam mewujudkan misi BKKBN yakni mewujudkan pembangunan yang berwawasan
kependudukan dan mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera, maka salah satu
strateginya adalah meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan melalui pembinaan
keluarga. Menurut buku pedoman BKR oleh BKKBN .
Program GenRe dilaksanakan melalui pendekatan dua sisi, yaitu pendekatan kepada
remaja itu sendiri dan pendekatan kepada keluarga yang mempunyai remaja.
Pendekatan kepada remaja melalui pengembangan Pusat Informasi dan Konseling
Remaja/Mahasiswa (PIK R/M), sedangkan pendekatan kepada keluarga dilakukan
melalui pengembangan kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR).
Bina Keluarga Remaja yang selanjutnya disebut BKR merupakan salah satu kegiatan
dari program Generasi Berencana oleh BKKBN yang sering disebut program GenRe.
Kegiatan ini dilakukan oleh kelompok pembinaan dengan sasaran keluarga yang
mempunyai remaja untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua
dalam membina tumbuh kembang remaja. Adanya kelompok BKR, orang tua
diharapkan memiliki pengetahuan sebagai bahan informasi remaja dalam
menyiapkan sumber daya manusia yang berperilaku sehat secara jasmani, rohani,
dan sosial serta terhindar dari resiko Triad KRR.
Menurut BKKBN Bina Keluarga Remaja (BKR) adalah wadah kegiatan yang
beranggotakan keluarga yang mempunyai remaja usia 10 – 24 tahun dengan tujuan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua dan anggota keluarga
lainnya dalam pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang remaja dalam rangka
meningkatkan kesertaan, pembinaan, dan kemamdirian ber-KB bagi anggota
kelompok. Program BKR merupakan salah satu kegiatan yang mengupayakan
terwujudnya sumber daya manusia yang mempunyai pengetahuan dan
keterampilan keluarga dalam mengasuh serta membina tumbuh kembang remaja
melalui komunikasi orang tua terhadap remaja secara optimal.

Tugas perkembangan remaja juga perlu dipahami oleh remaja. Pada masa transisi
yang cenderung aktivitas mereka banyak dihabiskan dengan teman sebaya mereka,
namun keluarga merupakan lingkungan sosial yang utama. Dinamika keluarga yang
menyiapkan mereka sebagai pribadi yang tangguh juga diperlukan. Kehangatan
orang tua, dorongan dan bantuan diperlukan pada perkembangan remaja sehingga
muncullah pribadi positif pada remaja. Menyiapkan mereka dengan pemberian
informasi mengenai kehidupan dewasa dalam menyiapkan keluarga kecil sejahtera,
memahamkan kematangan seks mereka sehingga tidak adanya penyalahgunaan
tugas dan fungsi, hubungan atau batasan pergaulan mereka dengan lawan jenis.
Oleh karena itu, perlu adanya program atau kegiatan yang bergerak pada
pembinaan untuk orang tua dan remaja.
BKR diharapkan mampu menjawab permasalahan remaja di zaman globalisasi
dengan perkembangan media yang sangat cepat. Mempersiapkan keluarga remaja
dan remaja dalam mengembangkan kemauan serta kemampuan positif mereka.
Pendekatan yang dilakukan dalam pembinaan remaja ini yaitu bisa melalui keluarga,
sekolah, maupun luar sekolah atau dimanapun tempat yang mudah diakses oleh
remaja di wilayah tersebut. Model pengembangan ini merata di setiap kecamatan di
tempat-tempat yang cukup diminati remaja termasuk di tempat ibadah, pusat
perbelanjaan, tempat olahraga, maupun tempat aktivitas remaja lainnya.

III. BKL (BINA KELUARGA LANSIA)


Bina keluarga lansia adalah upaya agar lansia berusia di atas 60 sampai 70 tahun
lansia tetap produktif dan mandiri.

Lansia Tangguh adalah Seseorang/kelompok lansia yang mampu beradaptasi


terhadap proses penuaan secara positif sehingga mencapai masa tua berkualitas
dalam lingkungan yang nyaman
Strategi Bina Keluarga Lansia :
 Meningkatkan advokasi dan sosialisasi tntang pembangunan keluarga lansia
tangguh
 Meningkatkan dukungan operasional dan dukungan keberlangsungan program
 Memberdayakan keluarga yang mempunyai lansia dan lansia potensial
Peran lansia tangguh dalam pembangunan keluarga :
1. Sebagai motivator bagi keluarga dan masyarakat
2. Grand Parenting bagi anak cucu khususnya keluarga muda
3. Meningkatkan ekonomi produktif bagi keluarga lansia dan lansia

Dalam proses penuaan terjadi perubahan pada :


1. Sel
2. Sistem syaraf
3. Sistem pendengaran
4. Sistem penglihatan,
5. Sistem jantung dan pembuluh darah,
6. Sistem pernafasan,
7. Sistem genital dan saluran kemih,
8. Sistem hormonal,
9. Fungsi kulit,
10. Sistem otot dan tulang , dan
11. Sistem pencernaan yang dimulai dari sistem pengunyahan sampai pencernaan
di lambung dan usus.
UPAYA MENGATASI PERUBAHAN PADA PROSES MENUA:
 Caranya dengan menggunakan 7 dimensi Lansia tangguh mencakup spiritual,
intelektual, fisik, emosional, sosial kemasyarakatan, profesional vokasional serta
 Kondisi rentan dapat dicegah dengan perilaku hidup sehat dan kesejahteraan yang
memadai sejak dalam kandungan
 lingkungan

Lansia tangguh dapat diwujudkan melalui tindakan promotif (promosi), preventif (pencegahan),
kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan)
Berbagai penyakit pada masa tua dpt dihindari dgn menerapkan PHBS
- Memelihara kehidupan spiritual
- Mempertahankan kemampuan intelektual
- Memelihara keseimbangan emosi
- Memandang hidup secara positif
- Merawat kesehatan secara teratur sesuai dengan kondisi
- Menerapkan pola makan sehat, olah raga teratur, istirahat
yang cukup
- Memeriksakan kesehatan secara berkala, fisioterapi jika perlu
- Bersilahturahim & berperan di masy, mandiri dr segi ekonomi

8 fungsi keluarga terhadap perubahan 7 dimensi perubahan pada lansia

1. Fungsi agama  dimensi spiritual


2. Fungsi sosial budaya  dimensi sosial kemasyarakatan
3. Fungsi cinta kasih  dimensi emosional
4. Fungsi perlindungan  dimensi sosial kemasyarakatan
5. Fungsi reproduksi  dimensi fisik
6. Fungsi sosialisasi dan pendidikan dimensi intelektual
7. Fungsi ekonomi  dimensi profesional vokasional
8. Fungsi lingkungan  dimensi lingkungan

Anda mungkin juga menyukai