Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Fundamentalisme, Radikalisme, Terorisme


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Islam dan Keilmuan
Dosen Pengampu : Hendra Eka Saputra, S.E., M.SEI

DI SUSUN OLEH:

Rahmad Irfando ( 207210386 )

Program Studi Administrasi Bisnis


Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Islam Riau
PEKANBARU
2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kami
panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayahnya
kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang konsep dasar islam dan
keilmuan .

Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari
segala hal tersebut. Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang dada menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang konsep dasar islam dan keilmuan ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca

Duri, november 2021

Rahmmad irfando

2
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................7
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................7
ISU-ISU AKTUAL DALAM FUNDAMENTALISME......................................................................................7
ISU-ISU AKTUAL DALAM RADIKALISME.................................................................................................9
Faktor Pemicu Munculnya Radikalisme Islam......................................................................................10
ISU-ISU AKTUAL DALAM TERORISME..................................................................................................11
Jenis-jenis Terorisme...........................................................................................................................12
Bentuk Tindakan Terorisme.................................................................................................................13
Faktor Penyebab Tindakan Terorisme.................................................................................................15
BAB III......................................................................................................................................................17
PENUTUP.............................................................................................................................................17
KESIMPULAN.......................................................................................................................................17
SARAN.................................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN
Fundamentalisme-radikalisme Agama kembali diperbincangkan setelah beberapa
kejadian terakhir aksi teror bom di Surabaya dan Sidoarjo pada tanggal 13 Mei 2018 dan selang
dua hari setelahnya 15 Mei 2018.1 Aksi terorisme yang menyasar gereja ini menciptakan
ketakutan luar biasa bagi pemeluk antar umat beragama. Menjauhkan nilai dan cita akan
kehidupan beragama yang toleran dan damai. Semakin mendapat titik terang saat di identifikasi
sementara di duga para pelaku teroris itu satu keluarga yang memiliki pemahaman agama yang
kuat. Menelusuri jejak pemahaman fundamentalisme-radikalisme ini dalam lintas kesejarahan
agama-agama dunia, benturan antar agama, modernisasi serta sekulerisasi.Fenomena aksi
kekerasan dan terorisme salah satu penyebabnya ialah konflik sektarian berbasiskan ideologi
keagamaan. Penyimpangan pemahaman keagamaan dari sudut internal, dan pengaruh
sosiopolitik dari sudut eksternal. Teror dan aksi anarkisme yang mengorbankan umat manusia
sesunguhnya tidak bisa lepas dari pandangan dan sikap orang yang beragama.
Terjadinya fundamentalisme-radikalisme agama merupakan akumulasi pandangan dan
sikap orang beragama terkait konstruksi keagamaan. Dalam hal ini paham atau ajaran agama
yang diusung atau diperankan oleh suatu komunitas atau lembaga pendidikan islam. Maka hari
ini, yang terjadi adalah legitimasi kekerasan yang dijustifikasi secara teologis seperti istilah
jihad fi sabilillah. Mereka meyakini dan merasa absah melakukan tindakan kekerasan dengan
mengatasnamakan agama dan Tuhan2 , yang kesemuanya itu berawal dari perkembangan dan
perubahan dari sistem keagamaan. Bagi kaum Muslimin ketidakberubahan merupakan suatu
idaman bagi individu maupun masyarakat manusia.3Gagasan tentang perkembangan ―agama‖
merupakan bagian dari ide agama-agama selain agama Islam; yaitu antara lain, Kristen dan
Yahudi.4 Fragmentasi kemudian terjadi atas perkembangan ide dasar agama baik itu kelompok
yang disebut fundamentalisradikalis, moderat atau kelompok liberal-radikal. Para cendekiawan
dan intelektual Muslim mendaku bahwa tiada konsepsi perkembangan yang terjadi di agama
Islam secara lahiriah. Anggapan bahwa umat Islam masa Muhammad sampai detik ini tidak
terlalu banyak berubah sekalipun reduksi zaman menggerogoti karakter otentik umat masa
Muhammad. Kebekuan tersebut menjadi seolah-olah pembenaran akan finalitas sistem dan
supremasi hukum yang menuntun perilaku insan manusia seperti yang dinyatakan dalam Al
Qur‘an dan al Sunnah.

4
Istilah fundamentalisme itu sendiri dapat digunakan dalam studi perbandingan
comparative studies, baik sebagai konsep maupun sebagai kategori komparatif dalam satu
tradisi agama maupun lintas agama. Penekanan bersandar pada kegunaan dalam
mengidentifikasi ―family resemblances‖ menggambarkan oposisi semua gerakan
fundamentalisme terhadap ideologi-ideologi sekular.5 Dengan demikian, yang menjadi urgen
sesungguhnya lebih kepada bagaimana istilah fundamentalisme itu digunakan sebagai basis
ideologi.
Secara mendasar fundamentalisme agama adalah fenomena yang terjadi pada setiap
agama tidak hanya dapat dijumpai dalam tradisi monoteisme saja. Fenomena ini dapat
ditemukan dalam tradisi Budha, Hindu, Kong Hu Cu dan Sikh. Hal tersebut menjadi bantahan
terhadap pandangan para sarjana yang mengidentikan bahwa fundamentalisme agama adalah
fenomena kahas pada tradisi monoteisme. Khususnya Islam diluar Yahudi ataupun Krsiten.
Efek dari hal tersebut, Islam secara ideologis berkembang pesat dan memiliki pengaruh dalam
bidang keagamaan, ekonomi, politik, maupun strategi. Pendapat para sarjana Barat, bahwa
fenomena Fundamentalisme Islam memeberikan sikap skeptis dan curiga terhadap nilai-nilai
dari luar Islam (Barat khususnya).
Istilah Fundamentalisme Islam kemudian mengalami kritikan dan ketidaksepakatan,
alasan paling mendasar karena istilah tersebut lahir dalam tradisi Kristen. Robert Garaudy
menjelaskan bahwa fundamentalisme adalah fenomena melampaui persoalan agama dalam
artian juga membahas hal lain diluar agama, seperti bidang politik, sosial, dan budaya. Dalam
perspektif kaum fundamentalisme adalah suatu pandangan yang dikonstruksi secara mendasar
kaitannya dengan keyakinan, dalam praktik keagamaan-politik, bagaimana pemahaman itu utuh
dan menjadi fokus strategis. Secara utuh dan integral menjadi dasar bahwa fundamentalisme
ialah gerakan yang prinsipil yang menjelajah dan mencakup pada berbagai bidang sosial,
ekonomi, budaya, politik dan agama. Namun terjadi penyimpangan makna dari makna hakiki,
dan kerusakan terjadi pada makna yang populer saat ini.
Fundamentalisme secara dominan banyak disalahartikan dengan pertimbangan ideologi
kelompok, otoritas keilmuan, dan rujukan-rujukan ―penafsiran‖ agama yang terbatas.
Menelusuri makna radikalisme menarik untuk dikaji, radikalisme asal mulanya dari bahasa latin
yaitu; radix atau radicis, artinya akar yang disebut radicula, atau disebut radiculae; akar kecil.
Pemaknaan radikalisme, merujuk kata ―akar‖, cara berpikir mengakar. Terjadi sebuah
perubahan radikal yaitu artinya perubahan mendasar, karena menyangkut dimensi paling
substansial. Sebagaimana beberapa kamus yang populer yang biasa digunakan sebagai rujukan,
5
diantaranya kamus besar Bahasa Indonesia memberikan pemaknaan ‗radikal‘ ;menyeluruh,
mengakar, dan sangat keras mengajukan perubahan. Seringpula kita mendengar, istilah Islam
Radikal. Maksudnya, suatu kelompok bagian dari Islam dengan karakter khas ideologis tinggi,
fanatis, dengan memperjuangkan tatanan nilai baru mendobrak tatanan nilai yang lama. Dari
beberapa analisa definisi tersebut, radikalisme dapat dipahami sebagai, “Paham keagamaan
yang mengacu pada fondasi agama yang sangat mendasar, fanatik keagamaanya cukup tinggi,
tidak jarang penganut paham ini menggunakan kekerasan dalam mengaktualisasikan paham
keagamaan yang dianut dan diyakininya.” Terminologi Fundamentalisme Roger Garaudy lah
yang penulis pakai sebagai salah satu alat bantu analisis dalam penelitian ini. Berdasarkan
paparan dan data di atas dapat disimpulkan bahwa : ―Fundamentalisme adalah sebuah
keyakinan untuk kembali pada fondasi dan dasar-dasar agama. Hal yang sama dilekatkan pula
pada istilah radikalisme. Maknanya bisa positif atau --negatif. Ekses negatif yang diakibatkan
dari pandangan yang fundamentalis adalah sikap kekerasan dan anarkis.”
Suatu prinsip yang khas antara kekerasan dan radikalisme nampak secara dzohir dari
realitas sosial. Dengan berbagai cara tidak hanya pemikiran, kelompok radikal ini sudah
mencapai sebagian tujuan-tujuan mereka dengan menghalalkan berbagai cara. Adakalanya,
kelompok radikal membuat percikan kekerasan untuk menggapai tujuan-tujuan itu. Sebenarnya
kelompok fundamentalis dalam kacamata media dan asumsi saja diidentikan dengan semacam
aksi kekerasan.
Untuk merumuskan mana yang tepat untuk mendefinisikan fundamentalisme, tentu
perlu adanya batasan agar kesannya bukan generalisasi satu kasus, jika disimpulkan
fundamentalisme itu ialah : “Fundamentalisme adalah spirit pemikiran dan gerakan bagi
radikalisme agama.” Secara spesifik dan jelas fundamentalisme atau radikalisme Islam secara
konsepsi dan teoritis menyatakan fundamentalisme ialah fakta dari fenomena sosial serta
keagamaan. Dengan konsepsi tersebut fundamentalismeradikalisme memiliki makna tidak
tunggal dan monolitik, dan berdasarkan batasan itu mendeskripsikan general terhadap fenomena
yang kompleks melingkupi pondasi pemikiran gerakan tersebut.

6
BAB II
PEMBAHASAN
ISU-ISU AKTUAL DALAM FUNDAMENTALISME

Secara etimologi fundamentalisme berasal dari kata fundamental yang berarti hal-hal
yang mendasar atau asas-asas. Sebagai sebuah gerakan (komunitas) keagamaan,
fundamentalis dipahami sebagai penganut gerakan keagamaan yang bersifat kolot dan
reaksioner, yang memiliki doktrin untuk kembali kepada ajaran agama yang asli seperti
tersurat dalam kitab suci. Gagasan dan posisi umat beragama yang mengacu pada istilah
“fundamentalisme” tampaknya masih perlu dielaborasi lebih jauh.

Secara historis, istilah “fundamentalisme” merupakan atribut yang diberikan kepada


sekte Protestan yang menganggap Injil bersifat absolute dan sempurna dalam arti literal
sehingga mempertanyakan satu kata yang ada dalam Injil dianggap dosa besar dan tak
terampuni. Fudamentalisme selalu muncul dalam setiap agama besar dunia, tidak hanya
Kristen dan Islam, fundamentalisme juga terdapat pada agama Hindu, Budha, Yahudi dan
Konfusianisme. Bahkan menurut Garaudy, fundamentalisme merupakan fenomena yang
tidak terbatas pada agama, tetapi terdapat pula dalam bidang politik, sosial dan budaya.
Karena baginya, fundamentalisme adalah suatu pandangan yang ditegakkan atas
keyakinan, baik bersifat agama, politik maupun budaya, yang dianut pendiri yang
menanamkan ajaran-ajarannya pada saat paham atau pandangannya tersebut menjadi
rujukan.
Dengan demikian, fundamentalisme dapat disebut sebuah gerakan dalam sebuah aliran
atau paham keagamaan yang berupaya untuk kembali kepada apa yang diyakin
sebagai dasar-dasar atau asas-asas. Selain dalam persoalan agama, fundamentalisme
terjadi juga pada bidang yang lainnya, seperti fundamentalisme politik, ekonomi dan
lainnya. Hanya saja, belakangan, istilah fundamentalisme lebih banyak dan sangat
populer dilekatkan pada persoalan keagamaan. Dalam konteks ini, fundamentalis sering
diidentikkan kepada mereka yang memahami dasar-dasar keagamaan, dengan orientasi
penafsiran yang rigid dan literal.

Bagi kaum fundamentalis, doktrin sebagaimana terdapat dalam al-Quran dan Sunnah

7
adalah doktrin yang bersifat universal dan telah mencakup segala aspek kehidupan.
Ketaatan mutlak kepada Tuhan, dan keyakinan bahwa Tuhan mewahyukan
kehendakkehendak-Nya secara universal kepada manusia adalah termasuk doktrin
penting yang dipedomani oleh kaum fundamentalis. Kelompok ini lebih menekankan
pada ketaatan dan kesediaan untuk menundukkan diri kepada kehendak-kehendak Tuhan,
dan bukan perbincangan intelektual. Karenanya bagi mereka lebih penting adalah iman
dan bukan diskusi. Dalam pandangan mereka, iman justru akan membuat orang mengerti,
dan bukan mengerti yang membuat orang menjadi beriman. Rasionalitas menurut kaum
fundamentalis pada umumnya cenderung hanya menjadi alat untuk melegetimasi
kehendak hawa nafsu dalam “mempermudah-mudahkan” agama

Dalam hubungannya dengan ideologi ‘Islam radikal’ John L. Esposito


mengidentifikasi beberapa landasan ideologi yang dijumpai dalam gerakan Islam radikal.
Landasan ideologi yang dimaksud adalah Pertama, mereka berpendapat bahwa Islam
adalah sebuah pandangan hidup yang komprehensif dan bersifat total, sehingga Islam
tidak dipisahkan dari politik, hukum, dan masyarakat. Kedua, mereka seringkali
menganggap bahwa ideologi masyarakat Barat yang sekular dan cenderung materislistis
harus ditolak. Ketiga, mereka cenderung mengajak pengikutnya untuk ‘kembali kepada
Islam’ sebagai sebuah usaha untuk perubahan sosial. Keempat, karena ideologi 11
masyarakat Barat harus ditolak, maka secara otomatis peraturan-peraturan sosial yang
lahir dari tradisi Barat, juga harus ditolak. Kelima, mereka tidak menolak modernisasi
sejauh tidak bertentangan dengan standar ortodoksi keagamaan yang telah mereka anggap
mapan, dan tidak merusak sesuatu yang mereka anggap sebagai kebenaran yang sudah
final. Keenam, mereka berkeyakinan, bahwa upaya-upaya islamisasi pada masyarakat
Muslim tidak akan berhasil tanpa menekankan aspek pengorganisasian ataupun
pembentukan sebuah kelompok yang kuat. Uraian di atas menunjukan bahwa ‘Islam
fundamental-radikal’ memiliki karakteristik: Pertama, kelompok yang mempunyai
keyakinan ideologis tinggi dan fanatik yang mereka perjuangkan untuk menanamkan
tatanan nilai dan sistem yang islami, berdasarkan Alquran, Sunnah dan tradisi awal Islam;
Kedua, penolakannya terhadap sejumlah tafsir agama yang mendasarkan interpretasinya
pada rasionalitas, relativitas dan pluralitas: Ketiga, penolakannya terhadap ideologi
peradaban masyarakat Barat; Keempat, secara sosio-kultural dan sosio-religius, kelompok
fundamental-radikal mempunyai ikatan kelompok yang kuat dan menampilkan ciri-ciri
penampilan diri dan ritual yang khas
8
Gerakan fundamentalis dilabel sebagai gerakan yang radikal (amat keras). Sebenarnya
mengapa bisa sebuah kelompok tertentu sanggup melakukan hal yang tidak bisa
dibenarkan oleh moral seperti pengeboman, pembunuhan, perampokan seperti yang
dilakukan gerakan-gerakan fundamentalis yang kian mencolok belakangan ini? Mengapa
Radikal? 12 Munculnya gerakan-gerakan fundamentalis sebenarnya adalah bentuk
kekecewaan akibat adanya ketidakadilan (perceived injustice) terhadap pemerintah karena
kondisi negara yang carut marut. Masyarakat jelas melihat dan menilai aparat negara yang
sebagian banyak justru “mengambil uang rakyat” demi kepentingan personal melalaikan
beribu-ribu rakyat kelaparan. Dalam hal ini masyarakat merasa adanya ketidakadilan
(perceived injustice) kemudian individu-individu tersebut membentuk sebuah kelompok
untuk mengembalikan fungsi negara sebagaimana mestinya. Seperti teori dibawah ini
yang cukup menjelaskan sikap masyarakat yang kecewa.

ISU-ISU AKTUAL DALAM RADIKALISME


Istilah radikalisme pertama kali digunakan oleh Charles James Fox, yang pada tahun
1797 mendeklarasikan "reformasi radikal". Gerakan ini terdiri dari perluasan hak pilih
secara drastis ke titik hak pilih universal. Istilah radikal kemudian mulai digunakan
sebagai istilah umum yang mencakup semua pihak yang mendukung gerakan reformasi
parlementer. Di Prancis sebelum 1848 istilah radikal menunjuk seorang republik atau
pendukung hak pilih universal. Memasuki abad ke-19, pemaknaan radikalisme berubah
karena pengaruh bahwa manusia bisa mengontrol lingkungan sosial mereka melalui
tindakan kolektif, sebuah posisi yang dipegang oleh apa yang disebut radikal filosofis. Ini
membuat radikalisme lekat dengan para kaum Marxis atau kelompok ideologi lain, yang
notabene mendukung agenda perubahan sosial politik secara mendasar dan keras melalui
revolusi. Di Amerika, radikalisme berarti ekstremisme politik dalam bentuk apa pun, baik
kiri maupun kanan. Komunisme dianggap sebagai radikal kiri, sementara fasisme
dianggap sebagai radikal kanan. Berbagai gerakan pemuda di Amerika Serikat, yang
secara luas disebut radikal, dikaitkan dengan kecaman terhadap nilai-nilai sosial dan
politik tradisional. Radikalisme berasal dari bahasa Latin radix yang berarti akar. yakni
berpikir secara mendalam terhadap sesuatu sampai ke akarakarnya. Radikalisme
merupakan suatu paham yang menghendaki adanya perubahan, pergantian, dan
penjebolan terhadap suatu sistem di masyarakat sampai ke akarnya. Radikalisme
menginginkan adanya perubahan secara total terhadap suatu kondisi atau semua aspek
9
kehidupan masyarakat. Tentu saja melakukan perubahan (pembaruan) merupakan hal
yang wajar dilakukan bahkan harus dilakukan demi menuju masa depan yang lebih baik.
Namun perubahan yang sifatnya revolusioner sering kali “memakan korban” lebih banyak
sementara keberhasilannya tidak sebanding. Sebagian ilmuwan sosial menyarankan
perubahan dilakukan secara perlahanlahan, tetapi kontinu dan sistematik, ketimbang
revolusioner tetapi tergesagesa. Beberapa tahun belakangan ini marak terjadi kasus 15
yang berhubungan dengan ISIS (Islamic State of Iraq and Syiria). Problematika tersebut
sudah memasuki kancah internasional dan sudah diliput diberbagai media. ISIS
merupakan salah satu gerakan yang berpaham radikalisme. Orang-orang yang menganut
paham radikalisme menginginkan terbentuknya negara Islam dengan model tatanan yang
berbasiskan nilai-nilai ajaran Islam fundamental, yakni al-Qur’an, hadits, dan praktik
kehidupan sahabat nabi generasi pertama. Mereka menolak tatanan yang ada terutama
yang dinilai berasal dari Barat.. Kriteria radikal menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun
2018 disampaikan bahwa yang menjadi kriteria adalah; anti-Pancasila, anti kebhinekaan,
anti NKRI, dan anti Undang-Undang Dasar 45. Istilah radikalisme diindonesia 1.
Radikalisme ditujukan pada kelompok tertentu yang notabene bermaksud mengganti
Pancasila dan UUD 1945 dengan sistem lain. 2. Radikalisme digunakan untuk menyebut
aktivitas politik kelompok tertentu yang bersifat ekstrem, yang bukan saja tak segan
menggunakan cara-cara kekerasan, memaksakan kehendak, melainkan lebih jauh bahkan
tak jarang juga melakukan praktik terorisme. 3. Radikalisme merujuk pada kelompok
yang sebenarnya justru memiliki sikap dan nilai-nilai antidemokrasi

Pengertian Radikalisme Islam

Radikalisme Islam adalah sebuah gerakan berbasis Islam yang dimaksudkan untuk
melakukan pembaruan dalam masalah sosial, politik, atau keagamaan, dilakukan dengan
cara drastis, keras, dan tanpa kompromi kepada pihak-pihak yang dianggap musuh,
dengan satu prinsip bahwa hanya Syariat Islam yang mampu 16 mengatasinya sehingga
pendirian Negara Islam dan penerapan Syariat Islam menjadi ide perjuangannya.
Mengapa Islam Disebut Radikalisme Radikalisme Islam pada zaman dulu banyak
dilatarbelakangi oleh adanya kelemahan umat Islam baik pada bidang aqidah, syariah
maupun perilaku, sehingga radikalisme Islam merupakan ekspresi dari tajdid
(pembaruan), islah (perbaikan), dan jihad (perang) yang dimaksudkan untuk
mengembalikan muslim pada ruh Islam yang sebenarrnya

10
Faktor Pemicu Munculnya Radikalisme Islam
Munculnya radikalisme dalam Islam dilatarbelakangi oleh beberapa faktor. Faktor-
faktor tersebut meliputi

(1) Ekspresi dari ajaran tajdid (pembaruan)

(2) Merupakan dampak dari pemikiran Hasan al-Banna pendiri Ikhwanul Muslim dan
Abul Aíla al-Maududi pendiri Jamaat-i Islami

(3) Frustrasi yang dialami dunia Islam akibat ketertinggalan dalam bidang ekonomi,
ilmu pengetahuan dan teknologi

(4) Buruknya kondisi ekonomi atau kemiskinan yang menimpa dunia Islam

(5) Perlakuan negara-nagara Barat yang dirasakan sebagai ketidakadilan oleh


masyarakat muslim

(6) Dampak dari ajaran Islam tentang dakwah, amar makruf nahi mungkar, jihad, dan
semacamnya yang ditafsir ekslusif

(7) Semangat Arabisme yang berhasil membangun kebencian terhadap negara-negara


Barat khususnya Amerika

(8) Reaksi revolusioner terhadap modernisasi dan globalisasi

(9) Faktor kepribadian, misalnya mental teroris

(10) Khusus radikalisme di Indonesia, kemunculannya dipicu oleh krisis


multidimensi di era Orde Baru di penghujung masa kekuasaan Presiden Suharto, yakni
represi politik, ketimpangan ekonomi, runtuhnya moralitas, dan ketimpangan sosial
lainnya.

ISU-ISU AKTUAL DALAM TERORISME


Terorisme adalah sebuah kejahatan transnasional yang menyangkut pada keamanan
dunia internasional. Berdasarkan General Assembly dari Article 2 UN Convention
Against Transnational Organized Crime, terorisme adalah seluruh kegiatan yang
mencakup secara tidak sah ataupun sengaja menyebabkan, mencoba atau mengancam: (a)
kematian atau luka tubuh yang serius terhadap seseorang atau (b) kerusakan serius pada
properti publik atau swasta, termasuk tempat penggunaan umum, fasilitas Negara Bagian
atau pemerintah, sistem transportasi umum, fasilitas infrastruktur atau lingkungan atau (c)
11
kerusakan pada properti, tempat, fasilitas, atau sistem yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan kerugian ekonomi yang besar, bila tujuan pelaksanaan
berdasarkan sifat atau konteksnya adalah untuk mengintimidasi suatu populasi, atau untuk
memaksa pemerintah atau organisasi internasional untuk melakukan atau tidak melakukan
tindakan apapun.Aksi terorisme juga dinilai sebagai pelanggaran terhadap hak asasi
manusia. United Nation menyebutkan bahwa terdapat 18 jenis kejahatan transnasional
yang ada di Asia Tenggara, salah satunya ialah terorisme. Terorisme mempunyai dampak
yang serius, baik untuk para korban, masyarakat luas maupun kedaulatan negara.
Terorisme menjadi ancaman bagi setiap negara, terlebih dewasa ini jaringan teroris sudah
melampaui batas negara seperti Al-Qaeda dan ISIS, karenanya diperlukan inisiatif bagi
masing-masing negara untuk menanggulangi isu terorisme baik di kancah nasional
maupun internasional, termasuk Indonesia. Pemerintah Indonesia menyadari bahwa untuk
menyelesaikan isu terorisme tidak bisa dilakukan hanya melalui pendekatan hard
approach seperti memperkuat tata aturan hukum dan lembaga penindakan terorisme
seperti pihak Kepolisian Republik Indonesia dan Densus 88, melainkandibutuhkan
lembaga khusus yang bertujuan melakukan pendekatan soft approach di dalam
masyarakat melalui tahap pencegahan masuknya 19 pemikiran-pemikiran radikalisme di
dalam masyarakat Indonesia. Maka dari itu, pada tahun 2010, Pemerintah Indonesia
kemudian melalui Peraturan Presiden (Perpres) No.46 Tahun 2010 membentuk Badan
Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT ). BNPT diharapkan bisa melakukan
pencegahan terhadap tindak kejahatan terorisme di Indonesia melalui mandat yang
diberikan kepadanya. Berdasarkan Peraturan Presiden No. 46 tahun 2010, Bab I Pasal 2
ayat 1 BNPT mempunyai tugas pokok:

a. menyusun kebijakan, strategi, dan program nasional di bidang penanggulangan


terorisme;

b. mengkoordinasikan instansi pemerintah terkait dalam pelaksanaan dan


melaksanakan kebijakan di bidang penanggulangan terorisme;

c. melaksanakan kebijakan di bidang penanggulangan terorisme dengan membentuk


Satuan Tugas yang terdiri dari unsur-unsur instansi pemerintah terkait sesuai dengan
tugas, fungsi, dan kewenangan masing- masing.

Jenis-jenis Terorisme

12
Menurut Firmansyah (2011), beberapa tindak kejahatan yang termasuk dalam kategori
tindak pidana terorisme adalah sebagai berikut:

-Irrational Terrorism.

Irrational terrorism adalah teror yang motif atau tujuannya bisa dikatakan tak masuk
akal sehat, yang bisa dikategorikan dalam kategori ini misalnya saja salvation
(pengorbanan diri) dan madness (kegilaan). Pengorbanan diri ini kerap menjadikan para
pelaku teror melakukan aksi ekstrem berupa bom bunuh diri.

-Criminal Terrorism.

Criminal Terrorism adalah teror yang dilatarbelakangi motif atau tujuan berdasarkan
kepentingan kelompok agama atau kepercayaan tertentu dapat dikategorikan ke dalam
jenis ini. Termasuk kegiatan kelompok dengan motif balas dendam (revenge).

-Political Terrorism.

Political Terrorism adalah teror bermotifkan politik. Batasan mengenai political


terrorism sampai saat ini belum ada kesepakatan internasional yang dapat dibakukan.
Contoh; seorang figur Yasser Arrafat bagi masyarakat israel adalah seorang tokoh teroris
yang 20 harus dieksekusi, tetap bagi bangsa Palestina dia adalah seorang Freedom fighter,
begitu pula sebaliknya dengan founding father negara Israel yang pada waktu itu dicap
sebagai teroris, setelah israel merdeka mereka dianggap sebagai pahlawan bangsa dan
dihormati.

-State Terrorism.

Istilah state teorrism ini semula dipergunakan PBB ketika melihat kondisi sosial dan
politik di Afrika Selatan, Israel dan negara-negara Eropa Timur. Kekerasan negara
terhadap warga negara penuh dengan intimidasi dan berbagai penganiayaan serta
ancaman lainnya banyak dilakukan oleh oknum negara termasuk penegak hukum. Teror
oleh penguasa negara, misalnya penculikan aktivis. Teror oleh negara bisa terjadi dengan
kebijakan ekonomi yang dibuatnya. Terorisme yang dilakukan oleh negara atau aparatnya
dilakukan dan atas nama kekuasaan, stabilitas politik dan kepentingan ekonomi elite.

Bentuk Tindakan Terorisme


Menurut Nasution (2012), bentuk-bentuk tindakan terorisme adalah sebagai berikut:

13
a. Peledakan bom/pengeboman Pengeboman adalah taktik yang paling umum
digunakan oleh kelompok teroris dan merupakan aksi teror yang paling populer dilakukan
karena selain mempunyai nilai mengagetkan (shock value), aksi ini lebih cepat mendapat
respon karena korbannya relatif lebih banyak. Selain itu pengeboman juga sebagai salah
satu yang paling sering digunakan dan paling disukai karena biayanya murah, bahannya
mudah didapat, mudah dirakit dan mudah digunakan serta akibatnya bisa dirasakan
langsung dan dapat menarik perhatian publik dan media massa.

b. Pembunuhan Pembunuhan adalah bentuk aksi teroris yang tertua dan masih
digunakan hingga saat ini. Dengan model pembunuhan yang sering digunakan yaitu
pembunuhan terpilih/selektif, yaitu tindakan serangan terhadap target atau sasaran yang
dipilih atau pembunuhan terhadap figur yang dikenal masyarakat (public figure) dengan
sasaran pejabat pemerintah, pengusaha, politisi dan aparat keamanan. Semakin tinggi
tingkatan target dan semakin memperoleh pengamanan yang baik, akan membawa efek
yang cukup besar dalam kehidupan masyarakat.

c. Pembajakan Pembajakan adalah perebutan kekuasaan dengan paksaan terhadap


kendaraan dipermukaan, penumpang-penumpangnya, dan/atau barang-barangnya.
Dengan kata lain, pembajakan adalah kegiatan merampas barang atau hak orang lain.
Pembajakan yang sering dilakukan oleh para teroris adalah pembajakan terhadap sebuah
pesawat udara, karena dapat menciptakan situasi yang menghalangi sandera bergerak dari
satu tempat ke tempat yang lain, yang melibatkan sandera-sandera dari berbagai bangsa
dengan tujuan agar menimbulkan perhatian media atau publik.

d. Penghadangan Aksi terorisme juga sering menggunakan taktik penghadangan.


Dimana penghadangan tersebut biasanya telah dipersiapkan terlebih dahulu secara matang
oleh para teroris 22 dengan melakukan berbagai latihan-latihan terlebih dahulu, serta
perencanaan medan dan waktu. Oleh karena itu taktik ini disinyalir jarang sekali
mengalami kegagalan.

e. Penculikan dan penyanderaan Penculikan adalah salah satu tindakan terorisme yang
paling sulit dilaksanakan, tetapi bila penculikan tersebut berhasil, maka mereka akan
mendapatkan uang untuk pendanaan teroris atau melepaskan teman-teman seperjuangan
yang di penjara serta mendapatkan publisitas untuk jangka panjang. Sementara itu,
perbedaan antara penculikan dan penyanderaan dalam dunia terorisme sangatlah tipis.

14
Berbeda dengan penculikan, penyanderaan menyebabkan konfrontasi atau perlawanan
dengan penguasa setempat. Misi penyanderaan sifatnya kompleks dari segi penyediaan
logistik dan berisiko tinggi, termasuk aksi penculikan, membuat barikade dan
penyanderaan (mengambil alih sebuah gedung dan aksi mengamankan sandera).

f. Perampokan Taktik perampokan biasa dilakukan para teroris untuk mencari dana
dalam membiayai operasional-nya, teroris melakukan perampokan bank, toko perhiasan
atau tempat lainnya. Karena kegiatan terorisme sesungguhnya memiliki biaya yang sangat
mahal. Perampokan juga dapat digunakan sebagai bahan ujian bagi program latihan
personil baru.

g. Pembakaran dan Penyerangan dengan Peluru Kendali (Firebombing) Pembakaran


dan penyerangan dengan peluru kendali lebih mudah dilakukan oleh kelompok teroris
yang biasanya tidak terorganisir. Pembakaran dan penembakan dengan peluru kendali
diarahkan kepada hotel, bangunan pemerintah, atau pusat industri untuk menunjukkan
citra bahwa pemerintahan yang sedang berkuasa tidak mampu menjaga keamanan objek
vital tersebut.

h. Serangan bersenjata Serangan bersenjata oleh teroris telah meningkat menjadi


sesuatu aksi yang mematikan dalam beberapa tahun belakangan ini. Teroris Sikh di India
dalam sejumlah kejadian melakukan penghentian bus yang berisi penumpang, kemudian
menembak sekaligus membunuh seluruh penumpang yang beragama hindu yang berada
di bus tersebut dengan 23 menggunakan senapan mesin yang menewaskan sejumlah
korban, yaitu anak-anak, wanita dan orang tua seluruhnya.

i. Penggunaan Senjata Pemusnah Massal Perkembangan teknologi tidak hanya


berkembang dari dampak positifnya untuk membantu kehidupan umat manusia, akan
tetapi juga membunuh umat manusia itu sendiri dengan kejam. Melalui penggunaan
senjata-senjata pembunuh massal yang sekarang mulai digunakan oleh para terorisme
dalam menjalankan tujuan dan sebagai salah satu bentuk teror yang baru dikalangan
masyarakat.

Faktor Penyebab Tindakan Terorisme


Menurut Wahid dan Sidiq (2004), terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab
terjadi tindakan terorisme, antara lain yaitu sebagai berikut:

a. Kesukuan, nasionalisme dan separatisme Tindak teror ini terjadi di daerah yang
15
dilanda konflik antar etnis atau suku pada suatu bangsa yang ingin memerdekakan diri.
Menebar teror akhirnya digunakan pula sebagai satu cara untuk mencapai tujuan atau alat
perjuangan, sasarannya yaitu etnis atau bangsa lain yang sedang diperangi. Bom-bom
yang dipasang di keramaian atau tempat umum lain menjadi contoh paling sering. Aksi
teror semacam ini bersifat acak, korban yang jatuh pun bisa siapa saja.

b. Kemiskinan, kesenjangan, serta globalisasi Kemiskinan dan kesenjangan ternyata


menjadi masalah sosial yang mampu memantik terorisme. Kemiskinan memiliki potensi
lebih tinggi bagi munculnya terorisme. Dengan terjadinya kesenjangan dan kemiskinan
dapat menimbulkan terorisme, ini timbul karena merasa tidak adanya keadilan dalam
kehidupan.

c. Non demokrasi Negara non demokrasi juga disinyalir sebagai tempat tumbuh
suburnya terorisme. Di negara demokratis semua warga negara memiliki kesempatan
untuk menyalurkan semua pandangan politiknya, iklim demokratis menjadikan rakyat
sebagai representasi kekuasaan tertinggi dalam pengaturan negara, artinya rakyat merasa
dilibatkan dalam 24 pengelolaan negara, hal serupa tentu tidak terjadi di negara non
demokratis. Selain tidak memberikan kesempatan partisipasi masyarakat penguasa non
demokratis sangat mungkin juga melakukan tindakan represif terhadap rakyatnya.
Keterbatasan ini menjadi kultur subur bagi tumbuhnya awal mula kegiatan terorisme.

d. Pelanggaran harkat kemanusiaan Aksi teror akan muncul jika ada diskriminasi
antar etnis atau kelompok dalam masyarakat. Ini terjadi saat ada satu kelompok
diperlakukan tidak sama hanya karena warna kulit, agama, atau lainnya. Kelompok yang
direndahkan akan mencari cara agar mereka didengar, diakui, dan diperlakukan sama
dengan yang lain. Atmosfer seperti ini akan mendorong berkembang biaknya teror.

e. Radikalisme Ekstrimisme Agama Butir ini nampaknya tidak asing lagi, peristiwa
teror yang terjadi di Indonesia banyak terhubung dengan sebab ini. Radikalisme agama
menjadi penyebab unik karena motif yang mendasari kadang bersifat tidak nyata. Beda
dengan kemiskinan atau perlakuan diskriminatif yang mudah diamati, radikalisme agama
sebagian ditumbuhkan oleh cara pandang dunia para penganutnya. Kesalahan dalam
pemahaman jihad menjadikan teroris mengatas namakan jihad dalam tindak terorisme, ini
jelas sudah salah dalam pemahaman jihad karena mereka menganggap jihad adalah
berperang.

16
f. Rasa Putus Asa dan Tidak Berdaya Kondisi psikologis ini sangat rawan untuk
diprovokasi karena orang yang merasa terabaikan dalam lingkungan masyarakat,
menderita secara sosial ekonomi dan merasa diperlakukan tidak adil secara politis akan
dengan mudah diberikan sugesti untuk meluapkan kemarahan dengan cara kekerasan
untuk memperoleh perhatian dari masyarakat sekeliling maupun pemerintah yang
berkuasa.

17
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Secara etimologi fundamentalisme berasal dari kata fundamental yang berarti halhal
yang mendasar atau asas-asas. Sebagai sebuah gerakan (komunitas) keagamaan, fundamentalis
dipahami sebagai penganut gerakan keagamaan yang bersifat kolot dan reaksioner, yang
memiliki doktrin untuk kembali kepada ajaran agama yang asli seperti tersurat dalam kitab suci.
Gagasan dan posisi umat beragama yang mengacu pada istilah “fundamentalisme” tampaknya
masih perlu dielaborasi lebih jauh. Radikalisme berasal dari bahasa Latin radix yang berarti
akar. yakni berpikir secara mendalam terhadap sesuatu sampai ke akarakarnya. Radikalisme
merupakan suatu paham yang menghendaki adanya perubahan, pergantian, dan penjebolan
terhadap suatu sistem di masyarakat sampai ke akarnya. Radikalisme menginginkan adanya
perubahan secara total terhadap suatu kondisi atau semua aspek kehidupan 26 masyarakat.
Tentu saja melakukan perubahan (pembaruan) merupakan hal yang wajar dilakukan bahkan
harus dilakukan demi menuju masa depan yang lebih baik. Terorisme adalah sebuah kejahatan
transnasional yang menyangkut pada keamanan dunia internasional.

SARAN
masih merasa begitu banyak yang perlu dijabarkan mengenai Isu-Isu Actual
(Fundamentalisme, Radikalisme, Terorisme) dan pembahasannya berdasarkan perspektif lain.
Hal ini guna memperbanyak referensi mengenai paham pembahasan tersebut, mengingat dalam
beberapa tahun terakhir, di Indonesia banyak permasalahan yang di dasari oleh isu-isu actual
(fundamentalisme, radikalisme, terorisme).

18
DAFTAR PUSTAKA

https://brainly.co.id/tugas/19547484
https://www.referensimakalah.com/2012/01/pengertian-
fundamentalismeradikalisme_8767.html?m=1
https://www.referensimakalah.com/2012/01/karakteristik-
fundamentalismeislam_5890.html?m=1
https://media.neliti.com/media/publications/76812-ID-faktor-pemicu-munculnya-
radikalismeisla.pdf https://www.alinea.id/nasional/3-macam-radikalisme-di-indonesia-
b1XpS9pdd https://www.kajianpustaka.com/2020/09/terorisme.html?m=1

19

Anda mungkin juga menyukai