Nama :
NBI :
Kelas/Jam : /
Dosen Pembimbing :
TATA TERTIB
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Dilarang pindah kelas tanpa persetujuan kalab atau aslab. Jika pindah kelas tanpa
persetujuan maka semua tugas dianggap 0
2. Penyampaian Materi tiap pertemuan akan share dalam bentuk video pada jam
dimulainya praktikum di Edmodo.
3. Tugas Akhir Materi diketik dan dijadikan pdf.
4. Pendahuluan ditulis tangan lalu scan dan dijadikan pdf.
5. Format Penamaan File "NBI_Nama_Kelas_Tugas_ke"
Contoh :
1461900050_DiazArfandy_Pagi_Pendahuluan_1
1461900050_DiazArfandy_Pagi_TA_1
6. Apabila salah menuliskan format penamaan file maka resiko ditanggung sendiri (
Triple check tugasnya sebelum diupload ke Edmodo)
7. Terindikasi plagiat (edit, copas, copas, copas dan copas) = 0
8. Jika Tugas tidak sesuai maka tidak diterima (misal : Pengumpulan Tugas
Pendahuluan 2 tapi yang dikirim Pendahuluan 1)
9. Waktu pengumpulan tugas yaitu Seminggu
10. Tidak ada revisi Tugas.
11. Segala bentuk keterlambatan tidak dianggap*
12. [*Tidak ada toleransi keterlambatan dengan alasan : Telat mendapatkan
informasi, Wa error, Hp dipake pacar, jaringan error, Paketan habis,
Ketiduran, Sedang dijalan, Listrik mati, dll…..]
B. LAPORAN
Apabila tidak mengumpulkan Laporan Akhir, maka dinyatakan tidak lulus praktikum,
atau nilai = “E”. Karena Laporan Akhir adalah sebagai bukti telah mengikuti
praktikum.
C. PENGUMUMAN NILAI
Apabila peserta merasa nilai salah harap melakukan konfirmasi kepada Asisten
Laboratorium, paling lambat satu minggu setelah diumumkan.
D. SANKSI
Terhadap pelanggaran TATA TERTIB diatas, Dosen atau Asisten Laboratorium
berhak menjatuhkan sanksi dengan peraturan yang berlaku :
1. Denda Administratif.
2. Sanksi Akademik.
FORMAT PENULISAN
Tujuan
Setelah praktikum dilaksanakan, praktikan diharapkan memiliki kemampuan :
Landasan Teori
Subnetting
Subnetting merupakan teknik memecah network menjadi beberapa subnetwork yang
lebih kecil. Subnetting hanya dapat dilakukan pada IP addres kelas A, IP Address kelas B dan
IP Address kelas C. Dengan subnetting akan menciptakan beberapa network tambahan, tetapi
mengurangi jumlah maksimum host yang ada dalam tiap network tersebut.
Dengan kelas-kelas IP address standar, hanya 3 kemungkinan network ID yang
tersedia; 8 bit untuk kelas A, 16 bit untuk kelas B, dan 24 bit untuk kelas C. Subnetting
mengizinkan anda memilih angka bit acak (arbitrary number) untuk digunakan sebagai
network ID.
FORMAT IP ADDRESS
IP address terdiri dari bilangan biner 32 bit yang dipisahkan oleh tanda titik setiap 8
bitnya. Tiap 8 bit ini disebut sebagai oktet. Bentuk IP address dapat dituliskan sebagai berikut
:xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx
IP Address dapat dipisahkan menjadi 2 bagian, yakni bagian network (net ID) dan
bagian host (host ID). Net ID berperan dalam identifikasi suatu network dari network yang
lain, sedangkan host ID berperan untuk identifikasi host dalam suatu network. Jadi, seluruh
host yang tersambung dalam jaringan yang sama memiliki net ID yang sama. Sebagian dari
bit-bit bagian awal dari IP Address merupakan network bit/network number, sedangkan
sisanya untuk host. Garis pemisah antara bagian network dan host tidak tetap, bergantung
kepada kelas network.
IP Address versi 4 terdiri atas 4 oktet, nilai 1 oktet adalah 255. Karena ada 4 oktet
maka jumlah IP Address yang tersedia adalah 255.255.255.255. IP Address sebanyak ini
harus dibagi-bagikan keseluruh pengguna jaringan internet di seluruh dunia. Untuk
mempermudah proses pembagiannya, IP Address harus dikelompokan dalam kelas-kelas.
Pembagian kelas-kelas IP Address didasarkan pada dua hal, yaitu Network ID dan Host
ID dari suatu IP Address Setiap IP Address selalu merupakan pasangan network ID (Identitas
Jaringan) dan Host ID (Indentitas Host dalam suatu jaringan). Masing-masing komputer atau
router di suatu jaringan Host ID nya harus unik dan harus berbeda dengan komputer yang
lain.
• Kelas A
Bit Pertama :0
IP kelas A untuk sedikit jaringan dengan host yang sangat banyak. cara membaca IP
Address kelas A misalnya 113.46.5.6 ialah Network ID :113, Host ID = 46.5.6
• Kelas B
2 bit pertama : 10
Biasa digunakan untuk jaringan besar dan sedang. dua bit pertama selalu di set 10. 16
bit selanjutnya, network IP kelas B dapat menampung sekitar 65000 host.
• Kelas C
• Kelas D
Format : 1110mmmm.mmmmmmmm.mmmmmmmm.mmmmmmmm
Kelas ini digunakan untuk keperluan Multicasting. 4 bit pertama 1110, bit-bit
berikutnya diatur sesuai keperluan multicast group yang menggunakan IP Address ini.
Dalam multicasting tidak dikenal network bit dan host bit.
• Kelas E
Format : 1111rrr.rrrrrrrr.rrrrrrrr.rrrrrrrr
Contoh Pemecahan :
IP Address : 192.168.1.1/24
Network : 192.168.1.0/24
Kebutuhan Jaringan :
ID Jumlah Host
A 2
B 100
C 8
Hasil
• CIDR
Classless Inter-Domain Routing (disingkat menjadi CIDR) adalah sebuah cara
alternatif untuk mengklasifikasikan alamat-alamat IP berbeda dengan sistem klasifikasi
ke dalam kelas A, kelas B, kelas C, kelas D, dan kelas E. Disebut juga
sebagai supernetting. CIDR merupakan mekanisme routing yang lebih efisien
dibandingkan dengan cara yang asli, yakni dengan membagi alamat IP jaringan ke dalam
kelas-kelas A, B, dan C. Masalah yang terjadi pada sistem yang lama adalah bahwa
sistem tersebut meninggalkan banyak sekali alamat IP secara teoretis mendukung hingga
16 juta host komputer yang dapat terhubung, sebuah jumlah yang sangat besar. Dalam
kenyataannya, para pengguna alamat IP kelas A ini jarang yang memiliki jumlah host
sebanyak itu, sehingga menyisakan banyak sekali ruangan kosong di dalam ruang alamat
IP yang telah disediakan. CIDR dikembangkan sebagai sebuah cara untuk menggunakan
alamat-alamat IP yang tidak terpakai tersebut untuk digunakan di mana saja. Dengan cara
yang sama, kelas C yang secara teoretis hanya mendukung 254 alamat tiap jaringan, dapat
menggunakan hingga 32766 alamat IP, yang seharusnya hanya tersedia untuk alamat IP
kelas B.
Contoh Pemecahan :
Network : 192.168.1.0/24
Netmask : 255.255.255.0
Host Range : 192.168.1.1 – 192.168.1.254
Broadcast : 192.168.1.255
Sub Network 1
Network : 192.168.1.0/26
Netmask : 255.255.255.192
Host Range : 192.168.1.1 – 192.168.1.62
Broadcast : 192.168.1.63
Sub Network 2
Network : 192.168.1.64/26
Netmask : 255.255.255.192
Host Range : 192.168.1.65 – 192.168.1.126
Broadcast : 192.168.1.127
Sub Network 3
Network : 192.168.1.128/26
Netmask : 255.255.255.192
Host Range : 192.168.1.129 – 192.168.1.190
Broadcast : 192.168.1.191
Sub Network 4
Network : 192.168.1.192/26
Netmask : 255.255.255.192
Host Range : 192.168.1.193 – 192.168.254
Broadcast : 192.168.1.255
Tugas Pendahuluan
Sebelum praktikum dilaksanakan, peserta praktikum diwajibkan untuk
membaca teori pada halaman sebelumnya dan mengerjakan soal dibawah ini
pada folio bergaris.
Praktikum
Pada Praktikum kali ini kita akan mempraktekkan bagaimana cara
subnetting pada jaringan computer. Ikuti & Praktekkan Instruksi Assisten
Laboratorium.
Tahap Praktikum :
1. Mempelajari Subnetting.
Misalkan disebuah perusahaan terdapat 200 komputer (host).
Tanpa dilakukannya subnetting, seluruh komputer tersebut akan
terhubung menjadi sebuah jaringan tunggal. Sehingga performa
jaringan akan menurun apabila jaringan komputer tersebut padat.
Semisal perusahaan tersebut menggunakan IP kelas C dengan
netmask defaultnya sehingga rinciannya sebagai berikut.
Network Awal Perusahaan
Network : 192.168.1.0
Netmask : 255.255.255.0
Host Range : 192.168.1.1 - 192.168.1.254
Broadcast Address : 192.168.1.255
Misalkan diperusahaan tersebut terdapat 4 divisi yang berbeda.
Maka network tersebut akan kita pecah menjadi 4 buah
subnetwork.
Tugas Praktikum
1. Kerjakan sebuah kasus yang sama dengan rincian sebagai berikut
menggunakan metode CIDR.
Network Awal Perusahaan
Network : 192.xx.xx.0
Netmask : 255.255.255.0
Host Range : 192.xx.xx.1 sampai dengan 192.xx.xx.254
Broadcast Address : 192.xx.xx.255
Isikan xx menggunakan 2 digit terakhir dari NBI anda.
ID Jumlah Host
A 15
B 12
C 55
D 30
E 8
F 32
NBI Ganjil
Tujuan
Setelah praktikum dilaksanakan, praktikan diharapkan memiliki kemampuan :
Sebagian besar algoritma routing dapat diklasifikasikan menjadi satu dari dua
kategori berikut:
1. Distance vector
2. Link-state
Routing distance vector bertujuan untuk menentukan arah atau vector dan jarak
ke link-link lain dalam suatu internetwork. Sedangkan link-state bertujuan untuk
Algoritma routing distance vector secara periodik menyalin table routing dari
router ke router. Perubahan table routing ini di-update antar router yang saling
berhubungan pada saat terjadi perubahan topologi. Algoritma distance vector juga
disebut dengan algoritma BellmanFord.
Tugas Pendahuluan
Sebelum praktikum dilaksanakan, peserta praktikum diwajibkan untuk
membaca teori pada halaman sebelumnya dan mengerjakan soal dibawah ini
pada folio bergaris.
Tahap Praktikum :
Tugas Praktikum
Buatlah simulasi Routing Static menggunakan VirtualBox.
Menggunakan desain jaringan seperti dibawah ini :
• NBI Ganjil
• NBI Genap
Tujuan
Setelah praktikum dilaksanakan, praktikan diharapkan memiliki kemampuan :
Landasan Teori
OSPF merupakan routing protocol berbasis link state, termasuk dalam interior
Gateway Protocol (IGP). Menggunakan algoritma Dijkstra untuk menentukan jalur
tercepat dan terbaik pada jaringan (shortest path first). Pertama, sebuah pohon
jalur terpendek shortest path tree) akan di bangun, dan kemudian routing table akan diisi
dengan jalur jalur terbaik yang dihasilkan dari pohon tersebut. OSPF melakukan
coverage dengan cepat dan OSPF mendukung multiple route dengan cost (biaya) yang
sama, ke tujuan yang sama. Setelah antar router bertukar informasi maka akan terbentuk
database link state pada masing-masing router.
Praktikum
Pada Praktikum kali ini kita akan mempraktekkan bagaimana cara
melakukan routing OSPF. Ikuti & Praktekkan Instruksi Assisten
Laboratorium.
Tahap Praktikum :
• NBI Genap