Anda di halaman 1dari 24

Modul Praktikum

Manajemen Jaringan Komputer dan


Sistem Jaringan Komputer

Laboratorium Jaringan Komputer


Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Nama :
NBI :
Kelas/Jam : /
Dosen Pembimbing :
TATA TERTIB

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

1. Dilarang pindah kelas tanpa persetujuan kalab atau aslab. Jika pindah kelas tanpa
persetujuan maka semua tugas dianggap 0
2. Penyampaian Materi tiap pertemuan akan share dalam bentuk video pada jam
dimulainya praktikum di Edmodo.
3. Tugas Akhir Materi diketik dan dijadikan pdf.
4. Pendahuluan ditulis tangan lalu scan dan dijadikan pdf.
5. Format Penamaan File "NBI_Nama_Kelas_Tugas_ke"
Contoh :
1461900050_DiazArfandy_Pagi_Pendahuluan_1
1461900050_DiazArfandy_Pagi_TA_1
6. Apabila salah menuliskan format penamaan file maka resiko ditanggung sendiri (
Triple check tugasnya sebelum diupload ke Edmodo)
7. Terindikasi plagiat (edit, copas, copas, copas dan copas) = 0
8. Jika Tugas tidak sesuai maka tidak diterima (misal : Pengumpulan Tugas
Pendahuluan 2 tapi yang dikirim Pendahuluan 1)
9. Waktu pengumpulan tugas yaitu Seminggu
10. Tidak ada revisi Tugas.
11. Segala bentuk keterlambatan tidak dianggap*
12. [*Tidak ada toleransi keterlambatan dengan alasan : Telat mendapatkan
informasi, Wa error, Hp dipake pacar, jaringan error, Paketan habis,
Ketiduran, Sedang dijalan, Listrik mati, dll…..]

B. LAPORAN

Apabila tidak mengumpulkan Laporan Akhir, maka dinyatakan tidak lulus praktikum,
atau nilai = “E”. Karena Laporan Akhir adalah sebagai bukti telah mengikuti
praktikum.
C. PENGUMUMAN NILAI

Apabila peserta merasa nilai salah harap melakukan konfirmasi kepada Asisten
Laboratorium, paling lambat satu minggu setelah diumumkan.

D. SANKSI
Terhadap pelanggaran TATA TERTIB diatas, Dosen atau Asisten Laboratorium
berhak menjatuhkan sanksi dengan peraturan yang berlaku :
1. Denda Administratif.
2. Sanksi Akademik.
FORMAT PENULISAN

TUGAS PENDAHULUAN DAN TUGAS PRAKTIKUM


Nama :
NBI :
Kelas :
Praktikum :

Tugas (pendahuluan/praktikum) ke- ACC ASLAB


Modul Praktikum I
Subnetting

Tujuan
Setelah praktikum dilaksanakan, praktikan diharapkan memiliki kemampuan :

1. Memahami bagaimana cara pembagian sebuah network menjadi


beberapa network (subnetwork).

Landasan Teori
Subnetting
Subnetting merupakan teknik memecah network menjadi beberapa subnetwork yang
lebih kecil. Subnetting hanya dapat dilakukan pada IP addres kelas A, IP Address kelas B dan
IP Address kelas C. Dengan subnetting akan menciptakan beberapa network tambahan, tetapi
mengurangi jumlah maksimum host yang ada dalam tiap network tersebut.
Dengan kelas-kelas IP address standar, hanya 3 kemungkinan network ID yang
tersedia; 8 bit untuk kelas A, 16 bit untuk kelas B, dan 24 bit untuk kelas C. Subnetting
mengizinkan anda memilih angka bit acak (arbitrary number) untuk digunakan sebagai
network ID.

Selanjutnya kita pelajari sedikit teori subnetting IP address ini :


Alamat IP (Internet Protocol Address atau sering disingkat IP) adalah deretan angka
biner antar 32-bit sampai 128-bit yang dipakai sebagai alamat identifikasi untuk tiap
komputer host dalam jaringan Internet. Panjang dari angka ini adalah 32-bit (untuk IPv4 atau
IP versi 4), dan 128-bit (untuk IPv6 atau IP versi 6) yang menunjukkan alamat dari computer
tersebut pada jaringan Internet berbasis TCP/IP.

FORMAT IP ADDRESS
IP address terdiri dari bilangan biner 32 bit yang dipisahkan oleh tanda titik setiap 8
bitnya. Tiap 8 bit ini disebut sebagai oktet. Bentuk IP address dapat dituliskan sebagai berikut
:xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx
IP Address dapat dipisahkan menjadi 2 bagian, yakni bagian network (net ID) dan
bagian host (host ID). Net ID berperan dalam identifikasi suatu network dari network yang
lain, sedangkan host ID berperan untuk identifikasi host dalam suatu network. Jadi, seluruh
host yang tersambung dalam jaringan yang sama memiliki net ID yang sama. Sebagian dari
bit-bit bagian awal dari IP Address merupakan network bit/network number, sedangkan
sisanya untuk host. Garis pemisah antara bagian network dan host tidak tetap, bergantung
kepada kelas network.

PEMBAGIAN KELAS IP ADDRESS

IP Address versi 4 terdiri atas 4 oktet, nilai 1 oktet adalah 255. Karena ada 4 oktet
maka jumlah IP Address yang tersedia adalah 255.255.255.255. IP Address sebanyak ini
harus dibagi-bagikan keseluruh pengguna jaringan internet di seluruh dunia. Untuk
mempermudah proses pembagiannya, IP Address harus dikelompokan dalam kelas-kelas.

IP Address dikelompokan dalam lima kelas, yaitu kelas A, B, C, D, dan E.


Perbedaannya terletak pada ukuran dan jumlah. IP Address kelas A jaringan. IP Address
Kelas B digunakan untuk jaringan berukuran besar dan sedang. IP Address Kelas C untuk
pembagian jaringan yang banyak, namun masing-masing jaringan memiliki anggota yang
sedikit. IP Address Kelas D dan E juga didefinisikan, tetapi tidak digunakan dalam
penggunaan normal, kelas D diperuntukan bagi jaringan multicast, dan E untuk
Eksperimental.

Pembagian kelas-kelas IP Address didasarkan pada dua hal, yaitu Network ID dan Host
ID dari suatu IP Address Setiap IP Address selalu merupakan pasangan network ID (Identitas
Jaringan) dan Host ID (Indentitas Host dalam suatu jaringan). Masing-masing komputer atau
router di suatu jaringan Host ID nya harus unik dan harus berbeda dengan komputer yang
lain.

• Kelas A

Format : 0nnnnnnn.hhhhhhhh.hhhhhhhh.hhhhhhhh (n = Net ID, h = Host ID)

Bit Pertama :0

Panjang Net ID : 8 bit (1 oktet)

Panjang Host ID : 24 bit (3 oktet)

Oktet pertama : 0 – 127

Range IP Address : 1.xxx.xxx.xxx.sampai 126.xxx.xxx.xxx (0 dan 127 dicadangkan)

Jumlah Network : 126


Jumlah IP Address : 16.777.214

IP kelas A untuk sedikit jaringan dengan host yang sangat banyak. cara membaca IP
Address kelas A misalnya 113.46.5.6 ialah Network ID :113, Host ID = 46.5.6

• Kelas B

Format : 10nnnnnn.nnnnnnnn.hhhhhhhh.hhhhhhhh (n = Net ID, h = Host ID)

2 bit pertama : 10

Panjang Net ID : 16 bit (2 oktet)

Panjang Host ID : 16 bit (2 oktet)

Oktet pertama : 128 – 191

Range IP Address : 128.0.0.xxx sampai 191.255.xxx.xxx

Jumlah Network : 16.384

Jumlah IP Address : 65.534

Biasa digunakan untuk jaringan besar dan sedang. dua bit pertama selalu di set 10. 16
bit selanjutnya, network IP kelas B dapat menampung sekitar 65000 host.

• Kelas C

Format : 110nnnnn.nnnnnnnn.nnnnnnnn.hhhhhhhh (n = Net ID, h = Host ID)

3 bit pertama : 110

Panjang Net ID : 24 bit (3 oktet)

Panjang Host ID : 8 bit (1 oktet)

Oktet pertama : 192 – 223

Range IP Address : 192.0.0.xxx sampai 255.255.255.xxx

Jumlah Network : 2.097.152

Jumlah IP Address : 254


Host ID adalah 8 bit terakhir, dengan IP kelas C, dapat dibentuk sekitar 2 juta network
yang masing-masing memiliki 256 IP Address Tiga bit pertama IP Address kelas C
selalu berisi 111 dengan 21 bit berikutnya. Host ID ialah 8 bit terakhir.

• Kelas D

Format : 1110mmmm.mmmmmmmm.mmmmmmmm.mmmmmmmm

4 Bit pertama : 1110

Bit multicast : 28 bit

Byte Inisial : 224-247

Deskripsi : Kelas D adalah ruang alamat multicast

Kelas ini digunakan untuk keperluan Multicasting. 4 bit pertama 1110, bit-bit
berikutnya diatur sesuai keperluan multicast group yang menggunakan IP Address ini.
Dalam multicasting tidak dikenal network bit dan host bit.

• Kelas E

Format : 1111rrr.rrrrrrrr.rrrrrrrr.rrrrrrrr

4 bit pertama : 1111

Bit cadangan : 28 bit

Byte inisial : 248-255

Deskripsi : Kelas E adalah ruang alamat yang dicadangkan untuk keperluan


eksperimental.

TEKNIK PEMECAHAN NETWORK


• VLSM
VLSM adalah pengembangan mekanisme subneting, dimana dalam VLSM dilakukan
peningkatan dari kelemahan subneting klasik, yang mana dalam clasik subneting,
subnet zeroes, dan subnet- ones tidak bisa digunakan. selain itu, dalam subnet classic,
lokasi nomor IP tidak efisien.

Perhitungan IP Address menggunakan metode VLSM adalah metode yang berbeda


dengan memberikan suatu Network Address lebih dari satu subnet mask. Dalam
penerapan IP Address menggunakan metode VLSM agar tetap dapat berkomunikasi
kedalam jaringan internet sebaiknya pengelolaan networknya dapat memenuhi
persyaratan :

1. Routing protocol yang digunakan harus mampu membawa informasi mengenai


notasi prefix untuk setiap rute broadcastnya (routing protocol : RIP, IGRP,
EIGRP, OSPF dan lainnya, bahan bacaan lanjut protocol routing : CNAP 1-2),

2. Semua perangkat router yang digunakan dalam jaringan harus mendukung


metode VLSM yang menggunakan algoritma penerus packet informasi.

Contoh Pemecahan :

IP Address : 192.168.1.1/24
Network : 192.168.1.0/24

Kebutuhan Jaringan :

ID Jumlah Host
A 2
B 100
C 8

Hasil

ID Network Netmask Host Alokasi Host Awal Host Akhir Broadcast


B 192.168.1.0 255.255.255.128/25 100 27-2=126 192.168.1.1 192.168.1.126 192.168.1.127
C 192.168.1.128 255.255.255.240/28 8 24-2=14 192.168.1.129 192.168.1.142 192.168.1.143
A 192.168.1.144 255.255.255.252/30 2 22-2=2 192.168.1.145 192.168.1.146 192.168.1.147

• CIDR
Classless Inter-Domain Routing (disingkat menjadi CIDR) adalah sebuah cara
alternatif untuk mengklasifikasikan alamat-alamat IP berbeda dengan sistem klasifikasi
ke dalam kelas A, kelas B, kelas C, kelas D, dan kelas E. Disebut juga
sebagai supernetting. CIDR merupakan mekanisme routing yang lebih efisien
dibandingkan dengan cara yang asli, yakni dengan membagi alamat IP jaringan ke dalam
kelas-kelas A, B, dan C. Masalah yang terjadi pada sistem yang lama adalah bahwa
sistem tersebut meninggalkan banyak sekali alamat IP secara teoretis mendukung hingga
16 juta host komputer yang dapat terhubung, sebuah jumlah yang sangat besar. Dalam
kenyataannya, para pengguna alamat IP kelas A ini jarang yang memiliki jumlah host
sebanyak itu, sehingga menyisakan banyak sekali ruangan kosong di dalam ruang alamat
IP yang telah disediakan. CIDR dikembangkan sebagai sebuah cara untuk menggunakan
alamat-alamat IP yang tidak terpakai tersebut untuk digunakan di mana saja. Dengan cara
yang sama, kelas C yang secara teoretis hanya mendukung 254 alamat tiap jaringan, dapat
menggunakan hingga 32766 alamat IP, yang seharusnya hanya tersedia untuk alamat IP
kelas B.
Contoh Pemecahan :

Network : 192.168.1.0/24
Netmask : 255.255.255.0
Host Range : 192.168.1.1 – 192.168.1.254
Broadcast : 192.168.1.255

Di buat menjadi 4 Sub Network :

Sub Network 1
Network : 192.168.1.0/26
Netmask : 255.255.255.192
Host Range : 192.168.1.1 – 192.168.1.62
Broadcast : 192.168.1.63

Sub Network 2
Network : 192.168.1.64/26
Netmask : 255.255.255.192
Host Range : 192.168.1.65 – 192.168.1.126
Broadcast : 192.168.1.127

Sub Network 3

Network : 192.168.1.128/26
Netmask : 255.255.255.192
Host Range : 192.168.1.129 – 192.168.1.190
Broadcast : 192.168.1.191
Sub Network 4
Network : 192.168.1.192/26

Netmask : 255.255.255.192
Host Range : 192.168.1.193 – 192.168.254
Broadcast : 192.168.1.255

Tugas Pendahuluan
Sebelum praktikum dilaksanakan, peserta praktikum diwajibkan untuk
membaca teori pada halaman sebelumnya dan mengerjakan soal dibawah ini
pada folio bergaris.

1. Jelaskan apa yang di maksud dengan IP Address?


2. Apakah yang dimaksud dengan subnetting dan bagaimana prosesnya
(minimal 4)?
3. Sebutkan tujuan dan fungsi dari subnetting (minimal 5) !
4. Sebutkan dan jelaskan macam-macam kelas IP (minimal 4) !
5. Apa yang dimaksud dengan Network Address, Host Address, Broadcast
Address dan Subnet Mask !
6. Jelaskan dan sebutkan perbedaan dari Network ID dengan Host ID
(minimal 3) ?
7. Apa perbedaan antara VLSM dengan CIDR (minimal 3) !

Praktikum
Pada Praktikum kali ini kita akan mempraktekkan bagaimana cara
subnetting pada jaringan computer. Ikuti & Praktekkan Instruksi Assisten
Laboratorium.

Tahap Praktikum :

1. Mempelajari Subnetting.
Misalkan disebuah perusahaan terdapat 200 komputer (host).
Tanpa dilakukannya subnetting, seluruh komputer tersebut akan
terhubung menjadi sebuah jaringan tunggal. Sehingga performa
jaringan akan menurun apabila jaringan komputer tersebut padat.
Semisal perusahaan tersebut menggunakan IP kelas C dengan
netmask defaultnya sehingga rinciannya sebagai berikut.
Network Awal Perusahaan
Network : 192.168.1.0
Netmask : 255.255.255.0
Host Range : 192.168.1.1 - 192.168.1.254
Broadcast Address : 192.168.1.255
Misalkan diperusahaan tersebut terdapat 4 divisi yang berbeda.
Maka network tersebut akan kita pecah menjadi 4 buah
subnetwork.

Tugas Praktikum
1. Kerjakan sebuah kasus yang sama dengan rincian sebagai berikut
menggunakan metode CIDR.
Network Awal Perusahaan
Network : 192.xx.xx.0
Netmask : 255.255.255.0
Host Range : 192.xx.xx.1 sampai dengan 192.xx.xx.254
Broadcast Address : 192.xx.xx.255
Isikan xx menggunakan 2 digit terakhir dari NBI anda.

Lalu pecah network tersebut menjadi 32 buah subnetwork untuk


NBI Genap dan 16 buah subnetwork untuk NBI Ganjil, berikan 2
buah host setiap subnetwork masing-masing menggunakan ip host
awal dan host akhir dari subnet tersebut.
2. Kerjakan sebuah kasus yang sama dengan rincian sebagai berikut
menggunakan metode VLSM.
NBI Genap

ID Jumlah Host
A 15
B 12
C 55
D 30
E 8
F 32

ID Network Netmask Host Alokasi Host Awal Host Akhir Broadcast

NBI Ganjil

ID Jumlah Host ID Jumlah Host


A 1 G 33
B 4 H 17
C 8 I 9
D 5 J 7
E 15 K 2
F 13 L 30

ID Network Netmask Host Alokasi Host Awal Host Akhir Broadcast


Modul Praktikum II
Static Routing

Tujuan
Setelah praktikum dilaksanakan, praktikan diharapkan memiliki kemampuan :

1. Memahami perintah dasar dalam konfigurasi router dan setting jaringan.


2. Memahami bagaimana cara untuk mengatur konfigurasi routing.
3. Mampu mengkonfigurasi router mikrotik dengan Static Routing
Landasan Teori
Routing Protocol
Routing protocol sangat penting dalam mendesain jaringan komputer, sebagai
acuan dari penjalur (router) untuk menentukan jalur kemana ia akan meneruskan suatu paket
berdasarkan alamat tujuan (destination address). Routing protocol diterapkan pada
router dimana jalur-jalur routing akan ditentukan lewat routing table yang dibuat
berdasarkan routing protokol yang diaplikasikan. Routing table disimpan pada nvram
router.
Terdapat 2 jenis routing protocol, yaitu routing protocol static dan routing
protocol dynamic. Static routing protocol adalah jenis routing protokol yang statis,
maksudnya routing table tidak dipengaruhi oleh update routing table dari router lainnya dan
user harus mendefinisikan alur routing yang tetap secara spesifik. Sedangkan pada dynamic
routing protocol, routing table dipengaruhi oleh update routing table dari router lainnya
dan user tidak perlu mendefinisikan alur routing secara spesifik, tetapi user hanya
perlu untuk mendefinisikan alamat-alamat jaringan yang terhubung langsung pada
konfigurasi dynamic routing protocol.

Sebagian besar algoritma routing dapat diklasifikasikan menjadi satu dari dua
kategori berikut:

1. Distance vector
2. Link-state
Routing distance vector bertujuan untuk menentukan arah atau vector dan jarak
ke link-link lain dalam suatu internetwork. Sedangkan link-state bertujuan untuk

menciptakan kembali topologi yang benar pada suatu internetwork.

Algoritma routing distance vector secara periodik menyalin table routing dari
router ke router. Perubahan table routing ini di-update antar router yang saling
berhubungan pada saat terjadi perubahan topologi. Algoritma distance vector juga
disebut dengan algoritma BellmanFord.

Setiap router menerima table routing darirouter tetangga yang terhubung


langsung. Padagambar di bawah ini digambarkan konsep kerja dari distance vector.

Router B menerima informasi dari Router A. Router B menambahkan nomor


distance vector, seperti jumlah hop. Jumlah ini menambahkan distance vector. Router B
melewatkan table routing baru ini ke router-router tetangganya yang lain, yaitu Router C.
Proses ini akan terus berlangsung untuk semua router.
Algoritma ini mengakumulasi jarak jaringan sehingga dapat digunakan untuk
memperbaiki database informasi mengenai topologi jaringan. Bagaimanapun, algoritma
distance vector tidak mengijinkan router untuk mengetahuisecara pasti topologi
internetwork karena hanya melihat router-router tetangganya.

Setiap router yang menggunakan distance vector pertama kali mengidentifikasi


router-router tetangganya. Interface yang terhubunglangsung ke router tetangganya
mempunyai distance 0. Router yang menerapkan distance vector dapat menentukan jalur
terbaik untuk menuju ke jaringan tujuan berdasarkan informasi yang diterima
daritetangganya. Router A mempelajari jaringan lain berdasarkan informasi yang
diterima dari router B. Masing-masing router lain menambahkan dalam table routingnya
yang mempunyai akumulasi distance vector untuk melihat sejauh mana jaringan yang
akan dituju.Update table routing terjadi ketika terjadi perubahan toplogi jaringan. Sama
dengan proses discovery, proses update perubahan topologi step-by-stepdari router ke
router.

Tugas Pendahuluan
Sebelum praktikum dilaksanakan, peserta praktikum diwajibkan untuk
membaca teori pada halaman sebelumnya dan mengerjakan soal dibawah ini
pada folio bergaris.

1. Jelaskan apa yang di maksud dengan routing?


2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan routing protocol static dan jelaskan
cara kerjanya !
3. Sebutkan kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan metode static
routing (minimal 5)!
4. Sebutkan perbedaan antara routing statis dan routing dinamis (Min. 5) !
5. Apa yang dimaksud dengan routing tabel ? Apa fungsinya ? Bagaimana
melihat routing tabel di Mikrotik ? Apa hasilnya ?
Praktikum
Pada Praktikum kali ini kita akan mempraktekkan bagaimana cara
subnetting pada jaringan komputer beserta routingnya. Ikuti & Praktekkan
Instruksi Assisten Laboratorium.

Tahap Praktikum :

1. Melakukan pengalamatan IP pada PC & Router.


2. Melakukan Setting Routing Pada Router.

Tugas Praktikum
Buatlah simulasi Routing Static menggunakan VirtualBox.
Menggunakan desain jaringan seperti dibawah ini :

• NBI Ganjil
• NBI Genap

Apabila belum memiliki software VirtualBox/GNS3 dan ISO


Mikrotik, dapat di unduh di link berikut http://bit.ly/softwarejarkom

Untuk hasilnya silahkan screenshot step by step konfigurasi


beserta hasil ping tiap client.
Modul Praktikum III
Dynamic Routing RIP & Dynamic Routing OSPF

Tujuan
Setelah praktikum dilaksanakan, praktikan diharapkan memiliki kemampuan :

1. Memahami perintah dasar dalam konfigurasi router dan setting jaringan.


2. Memahami bagaimana cara untuk mengatur konfigurasi routing.
3. Mampu mengkonfigurasi router mikrotik dengan Dynamic Routing RIP
dan Dynamic Routing OSPF.

Landasan Teori

RIP (Routing Information Protocol)

RIP (Routing Information Protocol) mengirimkan routing table yang lengkap ke


semua interface yang aktif setiap 30 detik, RIP hanya menggunakan jumlah hop
untuk menentukan cara terbaik ke sebuah network remote, tetapi RIP secara default
memiliki jumlah hop maksimum yang di izinkan, yaitu 15 hop. Hal tersebut
berarti nilai 16 dianggap tidak terjangkau (unreachable). RIP bekerja dengan baik
di network-network yang kecil, tetapi RIP tidak efisien pada network yang besar
dengan link WAN yang lambat atau pada network yang memiliki jumlah router
yang banyak. RIP versi 1 menggunakan hanya classful routing, yang berarti semua
alat di network harus menggunakan subnetmask yang sama, hal tersebut
dikarenakan RIP versi 1 tidak mengirimkan update dengan informasi subnetmask
didalamnya. Kasus pada RIP versi 1 dapat ditanggulangi dengan menggunakan RIP
versi 2, pada versi ini menyediakan sesuatu yang disebut prefix routing, dan bisa
mengirimkan informasi subnetmask bersama dengan update-update dari route.
OSPF

OSPF merupakan routing protocol berbasis link state, termasuk dalam interior
Gateway Protocol (IGP). Menggunakan algoritma Dijkstra untuk menentukan jalur
tercepat dan terbaik pada jaringan (shortest path first). Pertama, sebuah pohon
jalur terpendek shortest path tree) akan di bangun, dan kemudian routing table akan diisi
dengan jalur jalur terbaik yang dihasilkan dari pohon tersebut. OSPF melakukan
coverage dengan cepat dan OSPF mendukung multiple route dengan cost (biaya) yang

sama, ke tujuan yang sama. Setelah antar router bertukar informasi maka akan terbentuk
database link state pada masing-masing router.

Gambar tersebut menunjukkan sebuah rancangan yang sederhana yang khas


OSPF. Perhatikan bahwa setiap router terhubung ke backbone yang disebut area 0, atau
area backbone. OSPF harus memiliki sebuah area 0, dan semua router harus terhubung
ke area ini jika memungkinkan, tetapi router – router yang menghubungkan area –
area lain ke backbone di dalam sebuah Autonomous System disebut Area Border
Routers (ABRs). Meskipun demikian paling sedikit satu interface harus berada di area 0.

OSPF bekerja didalam sebuah autonomous system, tetapi juga menghubungkan


banyak autonomous system bersama. Router yang menghubungkan beberapa AS
bersama disebut sebuah Autonomous system Border Router (ASBR).
Tugas Pendahuluan
Sebelum praktikum dilaksanakan, peserta praktikum diwajibkan untuk
membaca teori pada halaman sebelumnya dan mengerjakan soal dibawah ini
pada folio bergaris.

1. Ada berapa jenis routing dinamis? sebutkan dan jelaskan (minimal 3) !


2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan routing protocol RIP dan jelaskan
cara kerjanya !
3. Algoritma apa yang digunakan routing protocol RIP dan jelaskan !
4. Sebutkan kelebihan dan kelamahan dari protocol routing RIP !
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan routing protocol OSPF dan jelaskan
cara kerjanya !
6. Algoritma apa yang digunakan routing protocol OSPF dan jelaskan !
7. Sebutkan kelebihan dan kelamahan dari protocol routing OSPF !
8. Apa yang dimaksud dengan routing tabel ? Apa fungsinya ? Bagaimana
melihat routing tabel di Mikrotik (RIP dan OSPF) ? Apa hasilnya ?

Praktikum
Pada Praktikum kali ini kita akan mempraktekkan bagaimana cara
melakukan routing OSPF. Ikuti & Praktekkan Instruksi Assisten
Laboratorium.

Tahap Praktikum :

1. Melakukan pengalamatan IP pada PC & Router.


2. Melakukan Setting Routing Pada Router.
Tugas Praktikum
1. Buatlah simulasi Dynamic Routing OSPF menggunakan virtualBox.
Menggunakan desain jaringan seperti dibawah ini :
2. Buatlah simulasi Routing RIP menggunakan virtualBox.
Menggunakan desain jaringan seperti dibawah ini :
• NBI Ganjil

• NBI Genap

Apabila belum memiliki software VirtualBox/GNS3 dan ISO


Mikrotik, dapat di unduh di link berikut http://bit.ly/softwarejarkom
Untuk hasilnya silahkan screenshot step by step konfigurasi
beserta hasil ping tiap client.

Anda mungkin juga menyukai