Anda di halaman 1dari 16

Dasar Ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat

Penilaian Status Gizi

KELOMPOK :
1. Alma Adystia Elva
2. Bintang suati
3. Teguh Setiawan
4. M. Rolan Rahmatilah

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


EKA HARAP
PALANGKARAYA
2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta perlindungannya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Penilaian Status Gizi
ini dengan baik, meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Kami berterima kasih
kepada Ibu yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita, mengenai Penilaian Status Gizi. Makalah ini telah kami susun dengan
semaksimal mungkin. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Penilaian Status Gizi ini dapat
memberikan sedikit informasi kepada pembaca.

Palangkaraya, September 2021

Kelompok 4
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gizi atau makanan di perlukan manusia untuk pemeliharaan tubuh
Termasuk pertumbuhan dan pergantian jaringan yang rusak akibat kerja atau
Kegiatan fisik. Gizi merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
Meningkatkan kesegaran jasmani. Keadaan gizi dikatakan baik atau normal
Apabila terdapat keseimbangan antara kebutuhan hidup terhadap zat-zat gizi
Dengan makanan yang dikonsumsi, maksudnya jumlah energi dan zat gizi yang
Dikonsumsi tubuh sama dengan yang dibutuhkan oleh tubuh serta sama dengan
Energi yang dikeluarkan dari dalam tubuh.
Pola makan akan menentukan jumlah zat-zat gizi yang diperlukan oleh
Tubuh untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Tujuan adalah untuk
Meningkatkan derajat kesehatan, kualitas sumber daya manusia, taraf hidup,
Kecerdasan dan kesejahteraan rakyat pada umumnya. Peningkatan kualitas sumber
Daya manusia berkaitan erat dengan pangan dan gizi. Menurut Riyadi (2003) anak
Usia sekolah berada pada masa pertumbuhan yang sangat cepat dengan kegiatan
Fisik yang sangat aktif. Anak usia sekolah juga selalu ingin mencoba makanan
Yang mudah dijumpai dan baru dikenalnya seperti makanan jajanan yang dijual di
Sekitar sekolah, dilingkungan bermain bahkan makanan pemberian teman. Oleh
Karena itu, anak usia sekolah harus mendapatkan perhatian khusus mengenai makanan
yang dikonsumsi agar memperoleh makanan sehat dan bergizi yang
dapat memenuhi kebutuhan gizinya.

 Gizi sec. Umum > zat yang


Dibutuhkan oleh tubuh untuk
Pertumbuhan,Perkembangan,
Pemeliharaan dan memperbaiki
Jaringan tubuh.
 Gizi (nutrisi) > zat pada
Makanan yang dibutuhkan oleh
Organisme untuk pertumbuhan
Dan perkembangan yang
Dimanfaatkan secara langsung
Oleh tubuh yang meliputi protein,
Vitamin, mineral, lemak dan air.

Dari manakan zat gizi…?


 Keberadaan makanan tidak sekedar merupakan
Kebutuhan primer, namun menjadi bagian dari
PKebudayaan (tradisi).
 Makanan sebagai simbol.
 Zat gizi diperoleh dari makanan yang didapatkan
Dalam bentuk sari makanan dari hasil pemecahan
Pada sistem pencernaan.
 Zat gizi
 Organik
 Anorganik
 Air & mineral
 Lemak, vitamin. Karbohidart & protein

Macam-Macam Zat Gizi Berdasarkan Sumbernya


 Nabati : nabati adalah sumber zat gizi Yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
 Hewani : hewani adalah zat gizi yang Berasal dari hewan

Macam-Macam Zat Gizi Berdasarkan Jumlahnya


 Zat Gizi Makro (Makronutrisi) > zat gizi atau
Nutrisi yang diperlukan tubuh dalam jumlah Yang besar (gram), yaitu: protein, karbohidrat, Dan
lemak.
 Zat Gizi Mikro (Mikronutrisi) > zat gizi atau nutrisi Yang diperlukan tubuh dalam jumlah
yang Sedikit atau kecil. Yang termasuk zat gizi mikro Adalah air, vitamin dan mineral.

Fungsi zat Gizi


1. sumber energi
2.Memperbaiki sel rusak Sebagai 3.Sumber pertumbuhan dan perkembangan
4.Mempertahankan fungsi pada organ tubuh
5.Menjaga keseimbangan pada metabolisme
6.Pengatur dan pendukung dari proses metabolisme
7.Membentuk sel pada jaringan tubuh

 Makanan Yang Seimbang


Makanan Yang Mengandung gizi sesuai yang dibutuhkan.
 Gizi kurang terjadi pada anak dengan pola makanYang buruk dan kandungan gizi tidak
seimbang.
 Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi Seseorang. Status gizi baik
(optimal) terjadi apabilaTubuh memperoleh zat gizi yang digunakan secara Efisien.
Pertumbuhan fisik + Perkembangan otak > Kesehatan

 Pembagian ilmu gizi


Ilmu gizi > ilmu gizi dasar > Ilmu gizi masyarakat > ilmu gizi olahraga > ilmu gizi klinik.

ILMU GIZI DASAR

 mempelajari makanan orang sehat dengan Tujuan menghasilkan status gizi yang baik
(berat Badan ideal, tidak terlalu kurus dan tidak terlalu Gemuk) dan kesehatan yang
optimal.
 Makanan bagi orang sehat adalah “menu sehat Dan seimbang” (well balanced diet) dan
Kuantitasnya cukup sehingga dapat memenuhi Kebutuhan tubuh, dapat bekerja dengan
baik, Tidak cepat lelah dan tidak mudah diserang Penyakit.

ILMU GIZI MASYARAKAT

 merupakan bagian dari Ilmu Kesehatan Masyarakat.


 Tujuan  1) mempelajari kecukupan makanan suatuMasyarakat/bangsa,sehingga Setiap
Anggota Masyarakat mempunyai status gizi yang baik danKesehatan optimal. 2)
mempelajari pencegahan Penyakit. Menyediakan kecukupan pangan bagiMasyarakat Dan
Meningkatkan Kesehatan Penduduknya, maka penyediaan pangan danSarana kesehatan
harus terjamin.
ILMU GIZI OLAHRAGA

 terdiri atas olahraga kesehatan & olahraga prestasi.


 Olahraga kesehatan  olahraga bagi orang sehat Agar dapat memelihara kesehatannya
dan Meningkatkan kebugaran jasmaninya (physical Fitness). Pengaturan makan sama
dengan orang Sehat.
 Olahraga prestasi > olahraga bagi atlet atau lahragawan profesional atau atlet amatir yang
Akan bertanding dalam suatu kejuaraan tertentu. Pengaturan makan mengikuti gizi
olahraga.

Ilmu gizi klinik

 ilmu yang mempelajari hubungan antara Pengaturan makanan bagi orang sakit dan upaya
Penyembuhannya. Pengaturan makanan Mencakup asupan makanan (food intake),
Pencernaan, penyerapan dan metabolisme zat Gizi yang terkandung dalam makanan itu.
Untuk Penyembuhan penyakit dibutuhkan pengetahuan Dasar Ilmu Kedokteran yang
menyangkut Diagnosis dan pengobatan penyakit.
Faktor yang memengaruhi status gizi

Faktor langsung: Asupan berbagai makanan dan

Penyakit.

Faktor tidak langsung:


 Faktor keluarga
 Produksi pangan
 Budaya
 Kebersihan lingkungan
 Fasilitas pelayanan kesehatan.

✓Peran gizi terhadap perkembangan anak

 Perkembangan mental, jasmani, produktivitas dan Intelektual cukup kuat.

 Pertumbuhan otak secara proliferatif (jumlah sel Bertambah) pada janin,> terjadi
pembelahan sel Yang sangat pesat. Bila masa itu asupan gizi ibunya Kurang, asupan gizi
pada janin juga kurang. Akibatnya Jumlah sel otak menurun, terutama cerebrum dan
Cerebellum, diikuti dengan penurunan jumlah protein,
Glikosida, lipid dan enzim. Fungsi neuro transmiterpun
Menjadi tidak normal. Kemampuan abstraktif, verbal
Dan mengingat anak lebih rendah daripada anak yang mendapatkan gizi baik.

✓Status gizi (berdasarkan indeks massa tubuh


 Anak yang menderita Kekurangan Energi Protein (KEP) Dalam jangka panjang pada usia
muda mempengaruhi Sistem saraf pusat, terutama kecerdasan.
 Jaringan otak anak yang tumbuh normal akan Mencapai 80 – 90% jumlah sel otak orang
dewasa pada Umur 3-4 tahun
 defisiensi gizi menimbulkan hambatan pada Pertumbuhan sel otak, yang akan bersifat
permanen Sehingga menghasilkan seorang dewasa yang kapasitas Intelektualnya lebih
rendah dari yang seharusnya dapat Dicapai.

BAB 2
A.Status Gizi
Jahari (2002) mengungkapkan bahwa status gizi adalah keadaan Keseimbangan antara asupan (intake) dan
kebutuhan (requirement) zat gizi. Menurut Suhardjo dan Hadi Riyadi (1989) status gizi adalah tingkat
kesehatan seseorang atau Masyarakat yang dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi dinilai dengan
ukuran Atau parameter gizi. Almatsier (2003) menyatakan status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat
Konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi dibedakan antara status gizi buruk, Kurang baik dan lebih.
Menurut Becy (1993) status gizi adalah status kesehatan yang Dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan nutrien.
Status gizi baik (seimbang) bila jumlah asupan zat gizi sesuai dengan yang
Dibutuhkan. Status gizi tidak seimbang dapat dipresentasikan dalam bentuk gizi Kurang yaitu jumlah
asupan zat gizi kurang dari yang dibutuhkan, sedangkan status Gizi lebih bila asupan zat gizi melebihi dari
yang dibutuhkan.
Menurut Sutardjo (1990) status gizi mempunyai tiga konsep yang saling

Berkaitan antara satu sama lainnya yaitu :


1. Proses dari organisme dalam menggunakan bahan makanan melalui proses Pencernaan,
pertumbuhan, pertumbuhan fungsi organ tubuh dan produksi, proses Ini disebut gizi (nutrien)
2. Keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara pemasukan zat gizi dengan Pengeluaran oleh
mikroorganisme dipihak lain. Keadaan ini disebut nutriture
3.Tanda-tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh nutriture dapat terlihat Melalui variabel tertentu.

Hal ini disebut sebagai status gizi (nutritional status ).


1.Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi
Status gizi seseorang dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor langsung dan
Faktor tidak langsung. Faktor langsung dipengaruhi oleh asupan makanan dan
Kesehatan atau infeksi. Sedangkan faktor tidak langsung dipengaruhi oleh kebiasaan Makan, pemeliharaan
kesehatan, daya beli keluarga serta lingkungan fisik dan sosial. Kesemuanya faktor tersebut saling berkaitan
antara faktor yang satu dengan faktor
Yang lainnya (Supariasa, 2002).
1. Cara Penilaian Status Gizi

a. Penilaian status gizi secara tidak langsung Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat
dibagi menjadi 3 macam, Yaitu survey konsumsi, statistik vital, dan faktor ekologi
(Supariasa, 2002).

1) Survei Konsumsi Makanan


Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara
Tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang
Konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat digunakan untuk
mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi (Supariasa, 2002).
2.Statistik Vital
Penilaian status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisa data
Statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan Kematian akibat
penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan Gizi. Penggunaan cara ini dipertimbangkan
sebagai bagian dari indikator secara tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat (Supariasa, 2002).
3.Faktor ekologi Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi
Sebagi hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya.
Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti Iklim, tanah, irigasi dan lain
– lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat.
Penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar Untuk melakukan
program intervensi gizi (Supariasa, 2002).

b.Penilaian status gizi secara langsung


Penilaian ini dapat dibagi menjadi 4 penilaian yaitu secara antropometri,
Klinis, biokimia dan biofisika (Supariasa, 2002).

1. Penilaian Klinis
Penilaian status gizi secara klinis adalah metode yang sangat penting untuk Menilai status gizi masyarakat.
Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan Yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan
zat gizi. Hal ini dapat
Dilihat pada jaringan epitel (supervicial, ephitelial tissues) seperti kulit, mata, Rambut, mukosa oral, atau
organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh Seperti kelenjar tiroid. Penggunaannya untuk survei
klinis secara cepat (rapid
Cimical surveys) Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat, tanda-tanda Klinis umum dan
kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu Digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi
seseorang dengan melakukan Pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) atau gejala (symptom) riwayat penyakit
(Supariasa, 2002).
2.Penilaian biokimia
Penilaian status gizi secara biokomia adalah metode penentuan status gizi,
Pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratories yang dilakukan dalam Berbagai macam jaringan
tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan adalah: darah,
Urine, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
Penggunaannya untuk suatu peringatan bahwa kemungkian akan terjadi keadaan Malnutrisi yang lebih
parah lagi. Banyak gejala klinik yang kurang spesifik, maka Penentuan kimia faali dapat lebih banyak
menolong untuk menentukan kurang Gizi yang spesifik (Supariasa,2022)
2. Penilaian biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah penentuan status gizi dengan
Melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur Dan jaringan tersebut.
Umumnya metode ini digunakan dalam situasi tertentu Seperti kejadian buta senja epidemis (epidemic of
night blindnes) cara yang
Digunakan adalah tes adaptasi gelap (Supariasa, 2002).

3. Penilaian antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia ditinjau dari
Sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam Pengukuran dimensi
tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan Tingkat gizi. Antropometri secara umum
digunakan untuk melihat Ketidakseimbangan asupan protein dan energi (Supariasa, 2002). Antropometri
merupakan cara pengukuran terhadap pertumbuhan dan Merupakan cara yang penting untuk mengukur
status gizi serta menegakkan
Diagnosa kurangnya energi dan protein. Dalam indeks antropometri diperlukan Dua variabel, dimana kedua
variabel tersebut harus dapat saling membandingkan Dengan pembanding (penyebut) harus relatif konstant
terhadap yang dibandingkan Atau pembilang (Supariasa, 2002). Indeks antropometri yang digunakan yaitu
BB/U, TB/U, BB/TB.
A.Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran Massa tubuh. Massa tubuh sangat
sensitif terhadap perubahan-perubahan yang Mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi,
menurunnya nafsu makan Atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Maka BB adalah
parameter Antropometri yang sangat labil. Indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi
Seseorang saat ini (current Nutritional Status). Untuk mengetahui keadaan gizi Dan kesehatan yang ditinjau
dari ukuran BB maka digunakan alat yaitu timbangan injak dengan ketelitian 0,5 kg (Supariasa, 2002).
B.Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
Pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan Pertambahan umur.
Perumbuhan tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap Masalah kurang gizi dalam waktu yang pendek.
Pengaruh defisiensi zat gizi Terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama. Indeks
TB/U Ini menggambarkan status gizi masa lalu, juga lebih erat kaitannya dengan status Sosial-ekonomi.
Untuk mengukur tinggi badan yaitu dengan microtoise yang Digantungkan pada tembok dengan tinggi
minimal 2 meter dan membutuhkan Lantai yang rata (Supariasa, 2002). B.Berat Badan Menurut Tinggi
Badan (BB/TB)
Berat badan mempunyai hubungan yang linier dengan tinggi badan.
Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan
kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan Indikator yang baik untuk menilai status gizi saat kini
(sekarang), terlebih bila Data umur yang sangat sulit diperoleh (Supariasa, 2002).
Indeks BB/TB mempunyai beberapa keuntungan dan kelemahan.
Keuntungan indeks BB/TB adalah tidak memerlukan data umur dan dapat Membedakan proporsi badan
( gemuk, normal, kurus). Sedangkan kelemahannya Indeks BB/TB antara lain tidak dapat memberikan
gambaran apakah anak tersebut Pendek, cukup tinggi atau kelebihan tinggi badan menurut umurnya karena
faktor Umur tidak dipertimbangkan; dalam praktek sering mengalami kesulitan dalam Melakukan
pengukuran panjang badan atau tinggi badan pada kelompok balita; Membutuhkan dua macam alat ukur;
pengukuran relatif lama; membutuhkan dua Orang untuk melakukannya; sering terjadi kesalahan dalam
pembacaan hasil Pengukuran, terutama bila dilakukan oleh kelompok nonprofesional (Supariasa, 2002)
B.Pola Konsumsi
Menurut Hardinsyah dan Martianto (1992) konsumsi makanan adalah
Informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang dimakan seseorang atau kelompok Orang (keluarga /rumah
tangga) pada waktu tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi makanan, pemilihan bahan
makanan serta banyaknya pangan yang dimakan antara lain :
1. Jenis dan banyaknya pangan yang dikonsumsi dan tersedianya bahan
2. Tingkat pendapatan
3. Pengetahuan gizi
Perilaku konsumsi makanan remaja dan anak sekolah dapat dilihat pada
kebutuhan jajanan yang mungkin cenderung menjadi bagian dalam kehidupan
keluarga, terutama keluarga yang tinggal di kota. Mereka mempunyai kebutuhan yang
didorong oleh rangsangan dari dalam seperti bujukan teman, rayuan pedagang dan
sebagainya (Susanto,1993).
C. Serat
1. Definisi
Serat adalah komponen dimana paling banyak terdapat pada tumbuhan
yang dikonsumsi dan tidak dapat dicerna oleh sistem pencernaan manusia
(Saptorini, 2002). Menurut Edy Smith (2002) ada dua definisi serat makanan :
a) Serat makanan adalah polisakarida non pati, yaitu karbohidrat komplek yang
terbentuk dari beberapa gugusan gula sederhana yang tergabung menjadi satu.
b) Serat makanan adalah sisa yang tertinggal dalam kolon setelah makanan
dicerna atau setelah protein, lemak, hidrat arang, vitamin dan mineral dari
makanan yang berasal dari tumbuhan. Sisa tersebut disebabkan oleh karena
manusia tidak mempunyai enzim yang dapat mencerna serat tersebut.
Edy Smith (2002) mengungkapkan, ada dua istilah dalam
kepustakaan dalam kaitannya dengan serat :
a) Dietary fiber (serat makanan) ialah semua jenis serat yang tetap ada dalam
kolon setelah pencernaan, dari serat yang larut dalam air maupun yang
tidak larut dalam air.
b) Crude fiber (serat kasar) ialah serat tumbuhan yang tidak larut dalam air.
2. Sumber Serat
Sumber serat yang baik banyak terdapat dalam serealia, kacang-kacangan, Sayur dan
buah-buahan. Sedangkan jenis makanan hewani seperti daging, susu, Telur, mentega,
serta minyak merupakan makanan yang sangat sedikit sekali Mengandung serat. Serat
makanan yang bersumber dari sayuran banyak terdapat Pada batang, bunga, akar, dan biji
(Apandi,1984).

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Seperti yang kita ketahui sumber utama energi berasal dari zat gizi. Energi yang
diperlukan tubuh untuk mengerjakan pekerjaan merupakan tambahan terhadap
energi metabolisme basal. Bila tubuh seseorang kekurangan energi maka
kemampuan fisiknya untuk melakukan aktivitas kerja akan berkurang sehingga
produktivitas kerja akan menurun.
2. Pekerja perlu mendapatkan asupan gizi yang cukup dan sesuai dengan jenis
atau beban pekerjaan yang dilakukannya. Kekurangan nilai gizi pada makanan
yang dikonsumsi tenaga kerja sehari-hari akan membawa akibat buruk terhadap
tubuh, seperti: pertahanan tubuh terhadap penyakit menjadi menurun, kemampuan
fisik kurang, berat badan menurun, badan menjadi kurus, muka pucat kurang
bersemangat, kurang motivasi, bereaksi lamban dan apatis dan lain sebagainya.
Dalam keadaan yang demikian itu tidak bisa diharapkan tercapainya efisiensi dan
produktivitas kerja yang optimal.
3. Manusia yang sehat dan mendapatkan makanan yang cukup, baik kualitas
maupun kuantitasnya maka akan memiliki kemampuan yang maksimal dalam
menjalani hidupnya. Kemampuan maksimal ini disebutkan kapasitas kerja orang
dewasa. Namun apabila energi yang diperoleh dari makanan tidak cukup, maka
orang akan bekerja dibawah kapasitas kerja seharusnya. Secara keseluruhan kandungan
energi yang rendah dalam makanan akan membawa dampak berupa
penurunan kegiatan otot, efisiensi kerja otot rendah dan lama waktu bekerja
berkurang. Dengan adanya gangguan ini maka kapasitas kerja secara keseluruhan
menjadi berkurang dan keadaan ini tentunya akan menyebabkan penurunan
produktivitas kerja (Sjahmien Moehji, 2003).
4. Penelitian lain dilakukan oleh Anisa Rosyida (2010) dengan judul penelitian
Tingkat Konsumsi Energi dan zat Besi (Fe), Status Gizi dan Produktivitas Kerja
Karyawan pada Bagian Produksi PT Air Mancur Palur, Karanganyar didapat hasil
hubungan tingkat konsumsi Fe (zat besi) dengan produktivitas pekerja pada sub
bagian Mesin Aduk-Param. Artinya, peningkatan tingkat konsumsi zat besi
membawa peningkatan jumlah yang dihasilkan dalam sehari (output/hari). Pekerja
yang mempunyai status gizi yang baik umumnya mempunyai kadar Fe yang baik.
5. Menurut penelitian oleh Asrianti (2011) dengan judul Pengaruh Obesitas
Terhadap Produktivitas Kerja, Kalangan pekerja tidaklah kebal terhadap berbagai
gangguan kesehatan, dan bahkan akibatnya akan lebih jauh berdampak kepada
dirinya sendiri maupun perusahaan tempatnya bekerja. Berbagai literatur telah
menjelaskan dengan gamblang bahwa obesitas berhubungan erat dengan
produktivitas kerja di mana pekerja dengan obesitas cenderung memiliki angka
absensi yang lebih tinggi dan produktivitas kerja yang lebih rendah. Untuk kondisi
yang lebih berat, tanpa perlu kita hitung secara matematis, sangatlah mudah bagi
kita untuk menduga besarnya dampak yang timbul bila gangguan seperti penyakit
jantung koroner ataupun stroke tersebut dialami oleh pekerja. Mulai dari biaya
pengobatan, kehilangan penghasilan sampai kemungkinan ketidakmampuan untuk
bekerja kembali merupakan hal yang sangat mengkhawatirkan. Perusahaan juga akan
mengalami kerugian besar karena mereka akan kehilangan seorang tenaga
produktif.
6. Pekerja yang melakukan pekerjaan berat pada umumnya membutuhkan kalori
yang lebih banyak. Dan membutuhkan zat-zat yang diperlukan oleh tubuh dengan
lebih kompleks agar tubuhnya tetap sehat. (Djoko Pekik Irianto, 2007)
7. Berbagai penelitian baik yang dilakukan di luar negeri maupun di Indonesia
menunjukkan bahwa keadaan defisiensi energi dapat menghambat aktivitas kerja
yang akan menurunkan produktivitas kerja. Hal ini disebabkan karena
kemampuan kerja seseorang sangat dipengaruhi oleh jumlah energi yang tersedia,
dimana energi tersebut diperoleh dari makanan sehari-hari dan bilamana jumlah
makanan sehari-hari tidak memenuhi kebutuhan tubuh, maka energi didapat dari
cadangan tubuh. Tubuh akan mampu menerima beban kerja dengan baik bila
energi yang disediakan terpenuhi. Energi tersebut didapatkan dari pembakaran
cadangan zat gizi yaitu karbohidrat, lemak dan protein.
8. Tenaga kerja wanita sangat rawan terhadap masalah gizi. Pekerja wanita
dituntut untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas kerja secara maksimal,
tanpa mengabaikan kodratnya sebagai wanita. Kekuatan fisik tubuh wanita rata–
rata sekitar 2/3 dari pria. Untuk wanita kekuatan otot yang optimal berada pada
usia 20-39 tahun dan akan berkurang sebanyak 20% pada usia 60 tahun. Poitrast
menyebutkan pada usia 20 rata–rata wanita mempunyai 65% kekuatan
mengangkat dibanding rata–rata pria serta kekuatan mendorong dan menarik
adalah 75% dari pria (A.M Sugeng Budiono dkk, 2003:147).
9. Status gizi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi
produktivitas kerja. Status gizi dan kondisi kesehatan yang baik akan sangat
mempengaruhi kesegaran fisik dan daya pikir yang baik dalam melakukan
pekerjaan, tenaga kerja yang ditunjang dengan status gizi yang baik akan bekerja
lebih giat, produktif dan teliti dalam bekerja. Sementara tenaga kerja dengan
status gizi kurang memiliki kemampuan fisik yang kurang, kurang motivasi dan
semangat, juga lamban dan apatis yang akhirnya akan mengurangi produktivitas
kerja (Matulessy dan Rachmat, 1997).
10. Batas normal klasifikasi berat badan penduduk Asia menurut IOTF, WHO
2000 adalah 18,5-22,9 Ancel Keys dalam Sjahmien Moehji (2003:75) menyatakan
adanya hubungan antara berat badan tenaga kerja dengan kapasitas kerjanya.
Apabila berat badan 10% dibawah berat badan seharusnya maka kapasitas kerja
akan turun 10% dibawah kapasitas kerja yang seharusnya. Jika berat badan 15%
dibawah berat badan seharusnya, maka kapasitas kerja akan menurun sampai 50%
dibawah kapasitas seharusnya.
11. Pada penelitian yang dilakukan Eko Haris Adrianto (2008) di PT. Perkebunan
Nusantara IX Boja Kabupaten Kendal, diketahui bahwa ada hubungan antara
kesegaran jasmani (p=0,033) dan status gizi (P=0,020) dengan produktivitas kerja.
Menurut peneliitian Lia Tri Astuti (2007) terhadap produktivitas kerja didapatkan
hasil sebesar (44,1%) tenaga kerja wanita tidak produktif dalam bekerja.
Sedangkan penelitian lain yang dilakukan oleh Novitasari (2005) menunjukkan
sebesar (80,9%) pekerja wanitanya kurang produktif. Hal ini sejalan dengan teori
Sugeng Budiono (2003:154) tentang hubungan status gizi dengan produktivitas
kerja yang erat bertalian, karena gizi merupakan suatu segi bagi kesehatan, seorang
tenaga kerja dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja
dan ketahanan tubuh yang lebih baik.
12. Gizi dengan kalori yang memadai menjadi syarat utama yang menentukan
tingkat produktivitas kerja. Antara kesehatan, ketahanan fisik dan produktivitas
kerja terdapat korelasi yang sangat nyata.

Saran Untuk Tenaga Kerja


Tenaga kerja yang mempunyai status gizi normal hendaknya
mempertahankan dengan cara makan-makanan yang cukup sehingga
memperoleh semua zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan
sedangkan tenaga kerja yang mempunyai status gizi gemuk dan kurus
hendaknya menerapkan pola hidup sehat dengan cara makan makanan
yang cukup sesuai dengan jenis pekerjaan ukuran sedang yang
membutuhkan gizi senilai 3000 kalori per harinya sehingga memperoleh
semua zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan serta berolahraga
secara teratur.
3.2.2 Untuk Pimpinan
Hendaknya dilakukan upaya untuk memelihara dan meningkatkan
status gizi kerja dengan tidak mengganti jatah makan tambahan dengan
uang makan sehingga program gizi kerja dapat tercapai serta mengadakan
penyuluhan tentang kesehatan dan gizi secara teratur. Peningkatan motivasi kerja untuk
memperoleh produktivitas yang
tinggi, yaitu dengan peningkatan kualitas pengawasan dan pembayaran
atau gaji serta memberikan penilaian work performance indikator secara
rutin bagi karyawan sehingga dapat meningkatkan motivasi dalam bekerja.
3.2.3 Untuk Mahasiswa
Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang variabel yang
mempengaruhi produktivitas kerja misalnya beban tambahan akibat
lingkungan kerja seperti faktor fisik: penerangan dan suhu serta faktor
fisiologis yaitu sikap dan cara kerja terhadap produktivitas kerja. Bila
ingin melakukan penelitian yang berkaitan dengan tenaga kerja sebaiknya
menyesuaikan dengan waktu kosong pekerja sehingga dalam pengambilan
data tidak mengganggu proses dalam bekerja.

Anda mungkin juga menyukai