Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN BENIGNA PROSTATE

HIPERPLASIA PADA Tn. D

Dosen Pembimbing:

Yanti Sutriyanti M.Kep

Disusun Oleh:

1. Bryan Janeri (P00320119004)


2. Refani Puspawati (P00320119021)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BENGKULU
PRODI KEPERAWATAN CURUP
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan Makalah yang berjudul
“Makalah Asuhan Keperawatan Benigna Prostate Hiperplasia”.

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah
Keperawatan Keluarga yang telah membantu kami dalam mengerjakan Makalah ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah memberi
kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah
ini.

Penulis mengakui bahwa ada banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari seluruh pihak senantiasa penulis harapkan demi
kesempurnaan Makalah penulis. Semoga makalah ini dapat membawa pemahaman
dan pengetahuan bagi kita semua tentang Makalah Asuhan Keperawatan Benigna
Prostate Hiperplasia.

Curup, Agustus 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
B. Etiologi
C. Tanda dan Gejala
D. Patofisiologi
E. WOC
F. Komplikasi
G. Pemeriksaan Penunjang

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
BPH sampai sekarang masih menjadi penyakit sistem perkemihan
urutan kedua di Indonesa setelah ISK. Penyakit BPH ini merupakan penyakit
yang menyebabkan penekanan pada uretra menembus prostat sehingga
berkemih menjadi sulit, mengurangi kekuatan aliran urine, atau menyebabkan
urine menetes (Corwin, 2009). Pada pasien BPH sering muncul keluhan nyeri,
pengeluaran urine tidak lancar, dan pembesaran prostat menunjukkan tanda
gejala BPH yang sering di keluhkan pasien. Gangguan-gangguan sistem lain
seperti saluran kemih yang terinfeksi karena kuman patogen berkembang
dalam kandung kemih disebabkan kembalinya urine dari kandung kemih ke
ginjal, hal tersebut terjadi karena pembengkakan kelenjar prostat atau BPH.
Ketidakmampuan melakukan pencegahan terjadinya pembesaran prostat
ketidakmampuan mengenal tanda gejala BPH mengakibatkan keparahan yang
mungkin terjadi (Barbara, 2010). Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah
cedera akut penyakit atau intervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat
dengan ukuran intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat) dan
berlangsung untuk waktu singkat (Smletzer, 2009).
Jumlah kematian pasien BPH disebagian besar negara maju pada tahun
1980-an adalah 0,5 sampai 1.5/100.000, kematian akibat BPH jarang di
Amerika Serikat. Insidensi BPH di Amerika diperkirakan sekitar 34,4 / 1000
jiwa pertahun. Di seluruh dunia, sekitar 30 juta pria memiliki gejala yang
berhubungan dengan BPH (Deters, 2013). Angka kejadian BPH di Indonesia
yang pasti belum pernah diteliti, tetapi sebagai gambaran di dua rumah sakit
besar di Jakarta dan Sumberwaras selama 3 tahun (1994-1997) terdapat 1040
kasus (Rahardjo, 2011).
Penyebab terjadinya BPH hingga saat ini belum diketahui secara pasti,
tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa BPH erat kaitannya dengan
peningkatan dihidrosteron (DHT) dan proses aging (penuaan) (Purnomo,
2011). Pembesaran prostate menyebabkan rangsangan pada kandung kemih
atau vesika, sehingga sering berkontraksi meskipun belum penuh. Adanya
pengangkatan jaringan prostate lewat uretra menggunakan resektroskop
(TUR-P) akan menyebabkan respon nyeri saat buang air kecil dan dapat
menyebabkan komplikasi yang lebih parah seperti gagal ginjal akibat
terjadinya aliran balikke ginjal. Selain itu dapat juga menyebabkan radang
perut akibat terjadinya infeksi pada kandung kemih (Andre,Tereence &
Eugene, 2011).
Metode dan teknik yang dilakukan perawat dalam upaya untuk
mengatasi nyeri antara lain dengan mengurangi faktor yang dapat menambah
nyeri, memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan tehnik distraksi,
tehnik relaksasi menganjurkan klien untuk nafas dalam dan mengisi paru-paru
dengan udara, menghembuskan secara perlahan, melemaskan otot-otot tangan,
kaki, perut dan punggung, serta mengulang hal yang sama sambil terus
berkonsentrasi hingga didapat rasa nyaman, tenang, dan rileks (Hidayat,
2012).
Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam menangani BPH adalah
dengan melakukan tindakan operasi terbuka atau dapat disebut dengan open
prostatectomi, tindakan yang dilakukan adalah dengan cara memberikan
sayatan pada bagian perut yang bawah sampai prostat tanpa membuka
kandung kemih selanjutnya akan dilakukan pengangkatan jaringan prostat
lewat uretra dengan menggunakan resektroskop yang terjadi pembesaran
(Sjamsu Hidajat, 2010).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Teori BPH ?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan BPH ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Konsep Teori BPH
2. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan BPH

D. Manfaat Penulisan
Mampu meningkatkan ilmu pengetahuan dalam pemecahan masalah
nyeri akut yang berhubungan dengan Benigna Prostate Hiperplasia (BPH).
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian

BPH adalah suatu kondisi yang sering terjadi sebagai hasil dari
pertumbuhan dan pengendalian hormon prostat (Yuliana elin, 2011). BPH
adalah pembesaran kelenjar prostat nonkanker (Corwin, 2009). BPH adalah
penyakit yang disebabkan oleh penuaan (Price&Wilson, 2005).
BPH adalah pembesanan prostat yang jinak bervariasi berupa
hiperplasia kelenjar atau hiperplasia fibromuskular. Namun orang sering
menyebutnya dengan hipertropi prostat namun secara histologi yang dominan
adalah hyperplasia (Sabiston, David C,2005).

B. Etiologi
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum
diketahui. Namun yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon
androgen. Faktor lain yang erat kaitannya dengan BPH adalah proses penuaan
(Purnomo, 2007). Ada beberapa factor kemungkinan penyebab antara lain :

1. Dihydrotestosteron
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen
menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostat
mengalami hiperplasi.
2. Perubahan keseimbangan hormon estrogen – testoteron

3. Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon


estrogen dan penurunan testosteron yang mengakibatkan
hiperplasi stroma.
4. Interaksi stroma – epitel
5. Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast growth
factor dan penurunan transforming growth factor beta
menyebabkan hiperplasi stroma dan epitel.
6. Berkurangnya sel yang mati
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan
lama hidup stroma dan epitel dari kelenjar prostat.
7. Teori sel stem
Menerangkan bahwa terjadinya poliferasi abnormal sel
stem sehingga menyebabkan produksi sel stoma dan sel epitel
kelenjar prostat menjadi berlebihan (Basuki B Purnomo,2008).

C. Tanda dan Gejala


Obstruki prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih
maupun keluhan di luar saluran kemih (Arora P. Et al,2006).
1. Gejala Iritatif Meliputi :
a. Nokturia (terbangun pada malam hari untuk miksi)
b. Perasaan ingin miksi yang sangat mendesak/tidak dapat
ditunda (urgensi)
c. Nyeri pada saat miksi (dysuria)
2. Gejala Obstruktif Meliputi :
a. Pancaran urine melemah
b. Rsa tidak puas sehabis miksi, kandung kemih tidak
kosong dengan baik.
c. Kalau mau miksi harus menunggu lama.
d. Volume urine menurun dan harus mengedan saat
berkemih.
e. Aliran urin tidak lancer/terputus-putus
f. Urine terus menetes setelah berkemih.
g. Waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensi
urin dan inkontinensia karena penumpukan berlebih.
h. Pada gejala yang sudah lanjut, dapat terjadi Azotemia
(akumulasi produk sampah nitrogen) dan gagal ginjal
dengan retensi urin kronis dan volume residu yang
besar.

3. Gejala generalisata seperti keletihan, anoreksia, mual dan muntah,


dan rasa tidak nyaman pada epigastrik. Berdasarkan keluhan
dapat dibagi menjadi :
a. Derajat I : Penderita merasakan lemahnya pancaran
berkemih, kencing tidak puas, frekuensi kencing
bertambah terutama pada malam hari.
b. Derajat II : Adanya retensi urin maka timbullah infeksi.
Penderita akan mengekuh waktu miksi terasa panas
(dysuria) dan kencing malam bertambah hebat.
c. Derajat III : Timbilnya retensi total. Bila sudah sampai
tahap ini maka bias timbulk aliran reflek ke atas, timbul
infeksi ascenden menjalar ke ginjal dan dapat
menyebabkan pielonfritis, heronefrosi
D. Patofisioologi
Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-40
tahun. Bila perubahan mikroskopik ini berkembang, akan terjadi perubahan
patologi anatomi yang ada pada pria usia 50 tahunan. Perubahan hormonal
menyebabkan hiperplasia jaringan penyangga stromal dan elemen glandular
pada prostat.Teori-teori tentang terjadinya BPH :
1. Teori Dehidrosteron (DHT)
Aksis hipofisis testis dan reduksi testosteron menjadi
dehidrosteron (DHT) dalam sel prostat menjadi faktor
terjadinya penetrasi DHT ke dalam inti sel yang menyebabkan
inskripsi pada RNA sehingga menyebabkan terjadinya sintesa
protein (Mitchell, 2009).
2. Teori Hormon
Pada orang tua bagian tengah kelenjar prostat
mengalami hiperplasia yamg disebabkan oleh sekresi androgen
yang berkurang, estrogen bertambah relatif atau absolut.
Estrogen berperan pada kemunculan dan perkembangan
hiperplasi prostat.
3. Factor Interaksi Stroma dan Epitel
Hal ini banyak dipengaruhi oleh Growth factor. Basic
fibroblast growth factor (B-FGF) dapat menstimulasi sel
stroma dan ditemukan dengan konsentrasi yang lebih besar
pada pasien dengan pembesaran prostat jinak. Proses reduksi
ini difasilitasi oleh enzim 5 areduktase. B-FGF dapat
dicetuskan oleh mikrotrauma karena miksi, ejakulasi dan
infeksi.

4. Teori kebangkitan kembali (reawakening) atau reinduksi dari


kemampuan mesenkim sinus urogenital untuk berploriferasi
dan membentuk jaringan prostat.
Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga
perubahan pada saluran kemih juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap
awal setelah terjadi pembesaran prostat, resistensi urin pada leher buli-buli
dan daerah prostat meningkat, serta otot detrusor menebal dan merenggang
sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Fase penebalan detrusor ini disebut
fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka detrusor menjadi lelah dan
akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi
sehingga terjadi retensi urin yang selanjutnya dapat menyebabkan
hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas.
Adapun patofisiologi dari masing-masing gejala yaitu :
1. Penurunan kekuatan dan aliran yang disebabkan resistensi
uretra adalah gambaran awal dan menetap dari BPH. Retensi
akut disebabkan oleh edema yang terjadi pada prostat yang
membesar.
2. Hesitancy (kalau mau miksi harus menunggu lama), terjadi
karena detrusor membutuhkan waktu yang lama untuk dapat
melawan resistensi uretra.

3. Intermittency (kencing terputus-putus), terjadi karena detrusor


tidak dapat mengatasi resistensi uretra sampai akhir miksi.
Terminal dribbling dan rasa belum puas sehabis miksi terjadi
karena jumlah residu urin yang banyak dalam buli-buli.

4. Nocturia (miksi pada malam hari) dan frekuensi terjadi karena


pengosongan yang tidak lengkap pada tiap miksi sehingga
interval antar miksi lebih pendek.
5. Frekuensi terutama terjadi pada malam hari (nokturia) karena
hambatan normal dari korteks berkurang dan tonus sfingter dan
uretra berkurang selama tidur.
6. Urgensi (perasaan ingin miksi sangat mendesak) dan disuria
(nyeri pada saat miksi) jarang terjadi. Jika ada disebabkan oleh
ketidak stabilan detrusor sehingga terjadi kontraksi involunter.
7. Inkontinensia bukan gejala yang khas, walaupun dengan
berkembangnya penyakit urin keluar sedikit-sedikit secara
berkala karena setelah buli-buli mencapai complience
maksimum, tekanan dalam buli-buli akan cepat naik melebihi
tekanan spingter.

8. Hematuri biasanya disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah


submukosa pada prostat yang membesar.

9. Lobus yang mengalami hipertropi dapat menyumbat kolum


vesikal atau uretra prostatik, sehingga menyebabkan
pengosongan urin inkomplit atau retensi urin. Akibatnya terjadi
dilatasi ureter (hidroureter) dan ginjal (hidronefrosis) secara
bertahap, serta gagal ginjal.

10. Infeksi saluran kemih dapat terjadi akibat stasis urin, di mana
sebagian urin tetap berada dalam saluran kemih dan berfungsi
sebagai media untuk organisme infektif.
11. Karena selalu terdapat sisa urin dapat terbentuk batu endapan
dalam buli-buli, batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan
menimbulkan hematuri. Batu tersebut dapat pula menimbulkan
sistitis dan bila terjadi refluks dapat terjadi pielonefritis.
12. Pada waktu miksi pasien harus mengedan sehingga lama
kelamaan dapat menyebabkan hernia dan hemoroid.
Hiperplasi prostat adalah pertumbuhan nodul-nodul fibroadenomatosa
majemuk dalam prostat, pertumbuhan tersebut dimulai dari bagian periuretral
sebagai poliferasi yang terbatas dan tumbuh dengan menekan kelenjar normal
yang tersisa.Jaringan hiperplastik terutama terdiri dari kelenjar dengan stroma
fibrosa dan otot polos yang jumlahnya berbeda-beda. Proses pembesaran
prostate terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan pada saluran kemih
juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran
prostate, resistensi pada leher buli-buli dan daerah prostate meningkat, serta
otot destrusor menebal dan merenggang sehingga timbul sakulasi atau
divertikel. Fase penebalan destrusor disebut fase kompensasi, keadaan
berlanjut, maka destrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami
dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi/terjadi dekompensasi
sehingga terjadi retensi urin. Pasien tidak bisa mengosongkan vesika urinaria
dengan sempurna, maka akan terjadi statis urin. Urin yang statis akan menjadi
alkalin dan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri (Baradero, 2007).
Obstruksi urin yang berkembang secara perlahan-lahan dapat
mengakibatkan aliran urin tidak deras dan sesudah berkemih masih ada urin
yang menetes, kencing terputus-putus (intermiten), dengan adanya obstruksi
maka pasien mengalami kesulitan untuk memulai berkemih (hesitansi). Gejala
iritasi juga menyertai obstruksi urin. Vesika urinarianya mengalami iritasi dari
urin yang tertahan-tertahan didalamnya sehingga pasien merasa bahwa vesika
urinarianya tidak menjadi kosong setelah berkemih yang mengakibatkan
interval disetiap berkemih lebih pendek (nokturia dan frekuensi), dengan
adanya gejala iritasi pasien mengalami perasaan ingin berkemih yang
mendesak/ urgensi dan nyeri saat berkemih /disuria (Purnomo, 2011).
Tekanan vesika yang lebih tinggi daripada tekanan sfingter dan
obstruksi, akan terjadi inkontinensia paradoks. Retensi kronik menyebabkan
refluk vesiko ureter, hidroureter, heronefrosis dan gagal ginjal. Proses
kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi. Pada waktu miksi penderita
harus mengejan sehingga lama kelamaan menyebabkan hernia atau hemoroid.
Karena selalu terdapat sisa urin, dapat menyebabkan terbentuknya batu
endapan didalam kandung kemih. Batu ini dapat menambah keluhan iritasi
dan menimbulkan hematuria. Batu tersebut dapat juga menyebabkan sistitis
dan bila terjadi refluk akan mengakibatkan pielonefritis (Sjemsuhidajat &
Dejond,2005).
E. WOC BPH

https://images.app.goo.gl/Uy1DuHAjMuvjHJEb9
F. Komplikasi
Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik
mengakibatkan penderita harus mengejan pada miksi yang menyebabkan
peningkatan tekanan intra abdomen yang akan menimbulkan herniadan
hemoroid. Stasis urin dalam vesiko urinaria akan membentuk batu endapan
yang menambah keluhan iritasidan hematuria. Selain itu, stasis urin dalam
vesika urinaria menjadikan media pertumbuhan mikroorganisme, yang dapat
menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluks menyebabkan pyelonefritis
(Sjamsuhidajat, 2005).

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisa.
2. Analisis urin dan mikroskopik urin penting untuk melihat adanya sel
leukosit, sedimen, eritrosit, bakteri dan infeksi. Bila terdapat hematuri
harus diperhitungkan adanya etiologi lain seperti keganasan pada
saluran kemih, batu, infeksi saluran kemih, walaupun BPH sendiri
dapat menyebabkan hematuri. Elektrolit, kadar ureum dan kreatinin
darah merupakan informasi dasar dari fungsi ginjal dan status
metabolik. Pemeriksaan prostate spesific antigen (PSA) dilakukan
sebagai dasar penentuan perlunya biopsi atau sebagai deteksi dini
keganasan. Bila nilai PSA < 4 ng/ml tidak perlu biopsi. Sedangkan
bila nilai PSA 4-10 ng/ml, dihitung. Prostate specific antigen density
(PSAD) yaitu PSA serum dibagi dengan volume prostat. Bila PSAD >
0,15, sebaiknya dilakukan biopsi prostat, demikian pula bila nilai PSA
> 10 ng/ml (Sjamsuhidajat, 2005).
3. Pemeriksaan darah lengkap
Karena perdarahan merupakan komplikasi utama pasca
operatif maka semua defek pembekuan harus diatasi. Komplikasi
jantung dan pernafasan biasanya menyertai penderita BPH karena
usianya yang sudah tinggi maka fungsi jantung dan pernafasan harus
dikaji.Pemeriksaan darah mencakup Hb, leukosit, eritrosit, hitung jenis
leukosit, CT, BT, golongan darah, Hmt, trombosit, BUN, kreatinin
serum (Sjamsuhidajat, 2005).
4. Pemeriksaan Radiologis
Biasanya dilakukan foto polos abdomen, pielografi intravena,
USG, dan sitoskopi. Tujuan pencitraan untuk memperkirakan volume
BPH, derajat disfungsi buli, dan volume residu urin.Dari foto polos
dapat dilihat adanya batu pada traktus urinarius, pembesaran ginjal
atau buli-buli. Dapat juga dilihat lesi osteoblastik sebagai tanda
metastase dari keganasan prostat serta osteoporosis akibat kegagalan
ginjal. Dari pielografi intravena dapat dilihat supresi komplit dari
fungsi renal, hidronefrosis dan hidroureter, gambaran ureter berbelok-
belok di vesika urinaria, residu urin. Dari USG dapat diperkirakan
besarnya prostat, memeriksa massa ginjal, mendeteksi residu urin dan
batu ginjal (Sjamsuhidajat, 2005).
BNO /IVP untuk menilai apakah ada pembesaran dari ginjal
apakah terlihat bayangan radioopak daerah traktus urinarius. IVP
untuk melihat /mengetahui fungsi ginjal apakah ada heronefrosis.
Dengan IVP buli-buli dapat dilihat sebelum, sementara dan sesudah
isinya dikencingkan. Sebelum kencing adalah untuk melihat adanya
tumor, divertikel. Selagi kencing (viding cystografi) adalah untuk
melihat adanya refluks urin. Sesudah kencing adalah untuk menilai
residual urin (Sjamsuhidajat, 2005).
H. Asuhan Keperaeatan Teoritis
Menurut Nursalam (2008)asuhan keperawtan pada kasus BPH :
1. Pengkajian
a. Mengosongkan vasika urinaria, dan menurunya pancaran urin.
b. Gunakan indeks gejala untuk menentukan gejala berat dan
dampak terhadap gaya hidup.
c. Lakukan pemeriksaan rektal (palpasi ukuran, bentuk, dan
konsistensi) dan pemeriksaan abdomen untuk mendeteksi
distensi kandung kemih serta derajat Kaji gejala riwayat
adanya gejala meliputi serangan, frekuensi urinaria setiap hari,
berkemih pada malam hari, sering berkemih, perasaan tidak
dapat pembesaran prostat.
d. Lakukan pengukuran erodinamika yang sederhana,
uroflowmetry, dan pengukuran residual prostat, jika
diindikasikan.
2. Diagnose Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis tentang
respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan
atau proses kehidupan aktual ataupun potensial sebagai dasar
pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil tempat
perawat bertanggung jawab.
Diagnosa keperawatan yang muncul:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis yang ditandai dengan
klien susah BAK, BAK keluar sedikit-sedikit, klien kurang minum air putih.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
yang ditandai dengan klien sering merokok, klien kurang minum bahkan klien
mengatakan sering menahan BAK.
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Keperawatan Hasil
Nyeri akut Setelah dilakukan PEMANTAUAN NYERI
tindsakan keperawatan Observasi :
berhubungan
selama 1x24 jam a. identifikasi factor pencetus
dengan agen diharapkan Tingkat dan pereda nyeri.
Nyeri menurun dengan b. Monitor lokadi dan
pencedera
kriteria hasil : penyebaran nyeri.
fisiologis yang a. keluhan nyeri c. Monitor durasi dan
menurun frekuensi nyeri
ditandai dengan
b. meringis Terapeutik :
klien susah menurun. a. Sstur interval waktu
c. gelisah pemantauan sesuai dengan
BAK, BAK
menurun. kondisi pasien
keluar sedikit- d. kesulitan tidur Edukasi :
menurun a. Jelaskan tujuan dan
sedikit, klien
prosedur pemantauan nyeri.
kurang minum b. Informasikan hasil
pemantauan.
air putih.

Resiko infeksi Setelah dilakukan PENCEGAHAN INFEKSI


tindakan keperawatan Observasi :
berhubungan
selama 1x24 jam a. monitor tanda dan gejalan
dengan diharapkan Tingkat infeksi, lokasi dan
Infeksi menurun sistemik.
ketidakadekuatan
dengan kriteria hasil : Terapeutik :
pertahanan tubuh a. nyeri menurun a. batasi jumlah pengunjung.
b. Cuci tangan sesudah dan
primer yang
sebelum kontak dengan
ditandai dengan pasuen dan lingkungan
pasien.
klien sering
Edukasi :
merokok, klien a. Edukasi tanda dan gejala
infeksi
kurang minum
b. Ajarkan cuci tangan
bahkan klien dengan benar.
c. Ajarkan meningkatkan
mengatakan
asupan nutrisi.
sering menahan d. Ajarkan meningkatkan
asupan cairan.
BAK.
4. Implementasii Keperawatan
Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, kegiatannya meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama
dan sesudah pelaksanaan tindakan (Potter & Perry, 2005).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan penilaian dengan cara membandingkan
perubahan keadaan klien (hasil yang dimati) dengan tujuan dan kriteria
hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Potter & Perry, 2005).

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
FORMAT PENGKAJIAN LANSIA

Tanggal Pengkajian : 04 Agustus 2021


Nama : Tn.D
Tempat & Tanggal Lahir : Desa Teladan ,12 februari 1952
Umur : 70 tahun
Pendidikan Terakhir : SD
Agama :Islam
Status Perkawinan : Menikah
TB/BB : 170/68
Penampilan : Tampak kurus, badan bersih dan agak loyo, pucat.
Alamat : Desa Teladan
Orang Yang Dekat Di hubungi : Tn.A
Hubungan dengan Lansia : Anak
Alamat : Desa Teladan

A. DATA BIOGRAFI

B. RIWAYAT KELUARGA

1. Susunan anggota Keluarga

N NAMA L/P HUBUNG PENDIDI PEKERJA KETERA


o. AN KAN AN NGAN
KELUAR
GA
1 Tn.D L Ayah Sd Tani
2 Ny. L P Istri Sd IRT
3 Tn.A L Anak Sma Tani
4 Ny.L P Anak Sma Tani
5 Nn.S P Anak Sma Pelajar

2. Tipe / Bentuk Keluarga : Nuclear Family

C. RIWAYAT PEKERJAAN
Pekerjaan saat ini :Tani
Alamat pekerjaan : Desa Teladan
Berapa jarak dari rumah : 3 (Km)
Alat transportasi :Diantar anak menggunakan sepeda motor
Pekerjaan sebelumnya :Tani
Sumber pendapatan & Kecukupan : Sumber pendapatan klien dari bertani
terhadap Kebutuhan kopi, klien juga diberikan uang tambahan
oleh anaknya.

D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP


Tipe tempat tinggal :Rumah pemanen
Jumlah Kamar :3
Jumalah Tongkat di kamar :Tidak ada
Kondisi tempat tinggal :baik
Jumlah orang yang tinggal :Laki-laki 2 Orang/Perempuan 3 Orang
Derajat Privasi :Seluruh anggota keluarga memiliki
Tetangga terdekat privasi yang baik
Alamat / Telepon : Terdapat tetangga dekat yang akrab

E. RIWAYAT REKREASI
Hobby / Minat : beliau mengatakan bahwa beliau hobby
Keanggotaan Organisasi memancing
Liburan Perjalanan : Tidak Ada
: Tidak ada

F. SISTEM PENDUKUNG
Perawat/Bidan/Dokter/Fisioterapi : Bidan desa
Jarak dari rumah : 500 m dari rumah
Rumah Sakit : 3 Km
Klinik : 5 Km
Pelayanan Kesehatan dirumah : tidak ada
Makanan yang dihantarkan : tidak ada
Perawatan sehari-hari yang dilakukan : tidak ada
keluarga
Lain-lain : ada tapi tidak satu desa dengan beliau

G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan Ritual : Sholat 5 waktu
Yang Lainnya : keluarga serinhg mengikuti pengajian
yang ada disekitar rumah.

H. STATUS KESEHATAN
Status kesehatan umum selama setahun : klien mengatakan sudah lebih dari 6
yang lalu bulan yang lalu susah BAK, minum air
putih kurang.

Status kesehatan umum selama 5 tahun : Saat BAK terasa nyeri, dan keluar urine
yang lalu sedikit-sedikit.

KELUHAN UTAMA : klien mengeluh setiap BAK merasakan nyeri, urine keluar
tidak lancar (sedikit-sedikit), saat dikaji klien mengatakan minum air putih kurang,
malam sering terbangun untuk BAK, pada saat setelah BAK klien mengatakan
kandung kemih tidak kosong secara sempurnah, bahkan klien mengatakan ketika
BAK merasa tidak puas, klien mengatakan warna urine kuning pekat, klien tampak
pucat, klien tampak meringis, klien tampak memen=gang perut bagian bawah seperti
menahan kesakitan.

OBAT-OBATAN :
No. Nama Obat Dosis Keterangan
1. Alfuzosin 3xsehari tablet dan tablet lepas
lambat

STATUS IMMUNISASI : (Catat tanggal terbaru)


Tetanus, Difteri : Klien tidak mengalami tetanus dan difteri
Influensa : Klien tidak mengalami influenza
Pneumothoraks : Klien memiliki sesak nafas

Alergi : (Catatan agen dan reaksi spesifik)


Obat-obatan : klien tidak memiliki alergi terhadap obat
Makanan :klien tidak memiliki alergi terhadap
makanan tertentu
Faktor Lingkungan : Tidak Ada

Penyakit yang diderita :


Hipertensi Rheumatoid Asthma Dimensia

I. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)


Indeks Katz :A
Oksigenasi : klien tidak terpasang oksigen
Cairan & Elektrolit : Klien sedang tidak di infus, klien kurang
minum air putih.

Nutrisi : Klien makan 3x sehari


Eliminasi : frekuensi BAK 2x/hari, warna kuning
pekat, nyeri saat BAK, BAK tidak puas.
:klien tidak beraktivitas yang berat berat
Aktivitas : Klien tidur jam 21:30 bangun jam 05
Istirahat & Tidur pagi
Personal Hygiene : Klien mandi 2x sehari pagi dan sore,
Seksual sikat gigi 2x sehari pagi dan sore
Rekreasi : tidak ada masalah seksual
Psikologis :klien tidak melakaun rekreasi
: baik
 Persepsi Klien : baik
 Konsep Diri :baik
 Emosi : baik
 Adaptasi : baik
 Mekanisme Pertahanan Diri : baik karena ada istri yang membantu.

Keadaan Umum : lemas, lesu dan pucat.


Tingkat Kesadaran : : Composmentis
Tanda-tanda Vital : Pols=70 /m,Temp=36,6 RR=24 Tensi=
100/70 mmHg

 Sistem Kardiovaskuler :Klien ada riwayat hipertensi


 Sistem Pernafasan : tidak ada kelainan pada sistem pernafasan
 Sistem Integumen : tidak ada gangguan
 Sistem Perkemihan : nyeri di saluran kencing.
 Sistem Muskulo Skeletal : tidak ada gangguan
 Sistem Endokrin : tidak ada gangguan
 Sistem Gastrointestinal : tidak ada gangguan
 Sistem Reproduksi : tidak ada gangguan
 Sistem Persarafan : tidak ada gangguan
 Sistem Penglihatan : tidak ada gangguan
: tidak ada gangguan
 Sistem Pendengaran
: tidak ada gangguan
 Sistem Pengecapan
: tidak ada gangguan
 Sistem Penciuman
: tidak ada gangguan
 Tactil Respon

K. STATUS KOGNITIF/AFEKTIF/SOSIAL

Short Porteble mental Status Questionnaire (SPMSQ) Jumlah kesalahan klien 1


berarti fungsi intelektual klien utuh.
Mini Mental State Exam (MMSE) : Klien dalam kesadaran Composmentis
Inventaris Depresi Beck : Nilai 4 berarti klien depresi tidak ada / minimal.
APGAR Keluarga : APGAR SCORE keluarga 9.

L. DATA PENUNJANG
1. Labvoratorium : tidak ada
2. radiologi : tidak ada

INDEKS KATZ

Indeks Kemandirian Pada Aktivitas Kehidupan Sehari-hari


Nama Klien : Tn.D Tanggal: 04 agustus 2021
Jenis Kelamin : L Umur : 70Tahun TB/BB :170 cm/68Kg
Agama : islam Gol Darah :A
Pendidikan : SD
Alamat : Ds. Teladan

SKORE KRITERIA
Kemandirian dalam hal makan, minum, berpindah, ke kamar
A kecil, berpakaian dan mandi

Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


B satu dari fungsi tersebut

Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


C mandi, dan satu fungsi tambahan

Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


D mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan

Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


E mandi, berpakaian, kekamar kecil dan satu fungsi tambahan

Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


F mandi, berpakaian, kekamar kecil, berpindah dan satu fungsi
tambahan

G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut

Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat di


Lain-lain klasifikasikan sebagai C, D, E atau F
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)

Penilaian ini untuk mengetahui fungsi intelektual Lansia.

Nama Klien : Tn.D Tanggal : 04 agustus 2021


Jenis Kelamin : L Umur :70 Tahun TB/BB :170cm/ 68 Kg
Agama : Islam Gol Darah : A
Pendidikan : SD
Alamat : Ds. Teladan

SKORE
B s No. PERTANYAAN JAWABAN
. 1. Tanggal berapa hari ini ? Hari rabu, Tgl
04-08- 2020
. 2. Hari apa sekarang ini ? Jumat
. 3. Apa nama tempat ini ? teladan
. 4. Berapa nomor telpon Anda ? Desa teladan
4.a. Dimana alamat Anda ?
(tanyakan bila tidak memiliki telpon)
. 5. Berapa umur Anda ? 62
. 6. Kapan Anda lahir ? 1959
. 7. Siapa Presiden Indonesia sekarang ? jokowi
. 8. Siapa Presiden sebelumnya ? jokowi
. 9. Siapa nama kecil ibu Anda ? siti
. 10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 Tidak bisa
dari setiap angka baru, semua secara menjawab
menurun ?
Jumlah Kesalahan Total 2

KETERANGAN :
1.      Kesalahan 0 – 2 Fungsi intelektual utuh
2.      Kesalahan 3 – 4 Kerusakan intelektual Ringan
3.      Kesalahan 5 – 7 Kerusakan intelektual Sedang
4.      Kesalahan 8 – 10 Kerusakan intelektual Berat

         Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 (satu) kesalahan bila subyek hanya
berpendidikan SD
         Bisa dimaklumi bila kurang dari 1 (satu) kesalahan bila subyek mempunyai
pendidikan lebih dari SD
         Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 (satu) kesalahan untuk subyek kulit hitam,
dengan menggunakan kriteria pendidikan yang lama.
Dari Pfeiffer E (1975)

MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)


Menguji Aspek - Kognitif dari Fungsi Mental

NILAI PASIEN PERTANYAAN


Maksimum
ORIENTASI
5 5
(Tahun, Musim, Tgl, Hari, Bulan, apa sekarang ? dimana
5 5 kita : (Negara Bagian, Wilayah, Kota) di RS, Lantai ?)

REGISTRASI
3
Nama 3 Obyek (1 detik untuk mengatakan masing-
3 masing) tanyakan klien ke 3 obyek setelah anda telah
mengatakan. Beri 1 point untuk tiap jawaban yang benar,
kemudian ulangi sampai ia mempelajari ke 3 nya
jumlahkan percobaan & catat. Percobaan :
……………………
PERHATIAN & KALKULASI
4 Seri 7's ( 1 point tiap benar, berhenti setelah 5 jawaban,
5 berganti eja kata ke belakang) ( 7 kata dipilih eja dari
belakang)
MENGINGAT
3 3 Minta untuk mengulangi ke 3 obyek diatas, beri 1 point
untuk tiap kebenaran.
BAHASA
7 Nama pensil & melihat (2 point)
9 Mengulang hal berikut tak ada jika ( dan atau tetapi) 1
point

30 27 Nilai Total
KETERANGAN :

Mengkaji Tingkat Kesadaran klien sepanjang Kontinum :


Composmentis, Apatis, Somnolens, Suporus, Coma.

Nilai Maksimum 30 (Nilai 21 / kurang indikasi ada kerusakan kognitif  perlu


penyelidikan lanjut)

INVENTARIS DEPRESI BECK


(Penilaian Tingkat Depresi Lansia dari Beck & Decle, 1972)

Nama Klien : Tn.D Tanggal :19 juni 2021


Jenis Kelamin : L Umur : 70Tahun TB/BB : 156 cm/ 60Kg
Agama :isalam Gol Darah : A
Pendidikan : SD
Alamat : Ds. Teladan

SKORE URAIAN

A KESEDIHAN

3 Saya sangat sedih/tidak bahagia, dimana saya tidak dapat menghadapinya

2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan tidak dapat keluar darinya

1 Saya merasa sedih/galau

0 Saya tidak merasa sedih

B PESIMISME
3 Merasa masa depan adalah sia-sia & sesuatu tidak dapat membaik
2 Merasa tidak punya apa-apa & memandang ke masa depan
1 Merasa kecil hati tentang masa depan
0 Tidak begitu pesimis / kecil hati tentang masa depan

C RASA KEGAGALAN
3 Merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat kegagalan
1 Merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Tidak merasa gagal

D KETIDAK PUASAN
3 Tidak puas dengan segalanya
2 Tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun
1 Tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Tidak merasa tidak puas

E RASA BERSALAH
3 Merasa seolah sangat beuruk / tidak berharga
2 Merasa sangat bersalah
1 Merasa buruk/tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Tidak merasa benar-benar bersalah

F TIDAK MENYUKAI DIRI SENDIRI


3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri

G MEMBAHAYAKAN DIRI SENDIRI


3 Saya akan bunuh diri jika saya punya kesempatan
2 Saya punya rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak punya pikiran tentang membahayakan diri sendiri

H MENARIK DIRI DARI SOSIAL


3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain & tidak perduli pada
mereka semuanya
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain & mempunyai sedikit
perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain

I KERAGU-RAGUAN
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik

J PERUBAHAN GAMBARAN DIRI


3 Merasa bahwa saya jelek / tampak menjijikan
2 Merasa bahwa ada perubahan yang permanen dalam penampilan
1 Saya khawatir saya tampak tua / tidak menarik & ini membuat saya tidak menarik
0 Tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk daripada sebelumnya

K KESULITAN KERJA
3 Tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat berkerja ± sebaik-baiknya

L KELETIHAN
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah biasanya

M ANOREKSIA
3 Saya tidak lagi punya nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya

KETERANGAN :
KETERANGAN :

PENILAIAN
0-4 Depresi Tidak Ada / Minimal

PENILAIAN
0-4 Depresi Tidak Ada / Minimal
5-7 Depresi Ringan
8 - 15 Depresi Sedang
16 + Depresi Berat

APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA

Alat Skrining Singkat Yang dapat digunakan untuk


mengkaji Fungsi Sosial lansia

Nama Klien : Tn.D Tanggal :19 juni 2021


Jenis Kelamin : L / P Umur : 70.Tahun TB/BB :156 cm/60Kg
Agama :Islam Gol Darah : A
Pendidikan : SD
Alamat : Ds. Teladan

NO. URAIAN FUNGSI SKORE

1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada 2


keluarga (teman-teman) saya untuk ADAPTATION
membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya.
2. Saya puas dengan cara keluarga (teman- 2
teman) saya membicarakan sesuatu dengan PARTNERSHIP
saya & mengungkap- kan masalah dengan
saya
3. Saya puas dengan cara keluarga (teman- 0
teman) saya menerima & mendukung GROWTH
keinginan saya untuk melakukan aktivitas /
arah baru
4. Saya puas dengan cara keluarga (teman- 1
teman) saya mengekspresikan afek & AFFECTION
berespons terhadap emosi-emosi saya
seperti marah, sedih / mencintai.
5. Saya puas dengan cara teman-teman saya 1
& saya menyediakan waktu bersama-sama. RESOLVE
PENILAIAN : 6
Pertanyaan-pertanyaan yang di Jawab : TOTAL

 Selalu : Skore 2
 Kadang-kadang : Skore 1
 Hampir Tidak Pernah : Skore 0

ANALISA DATA
(DX KMB)

No. DATA INTERPRESTASI MASALAH


SUBYEKTIF/OBYEKTIF (Etiologi) (Problem)
(Sign/Symptom)
1 2 3 4
1 Ds : agen pencedera Nyeri Akut
klien mengeluh setiap BAK fisiologis yang
merasakan nyeri, urine keluar ditandai dengan klien
tidak lancar (sedikit-sedikit), ,
susah BAK, BAK
pada saat setelah BAK klien
mengatakan kandung kemih keluar sedikit-sedikit,
tidak kosong secara klien kurang minum
sempurnah, bahkan klien
air putih.
mengatakan ketika BAK
merasa tidak puas, klien
mengatakan warna urine
kuning pekat.

Do :
saat dikaji klien mengatakan
minum air putih kurang,
malam sering terbangun untuk
BAK, klien tampak pucat,
klien tampak meringis, klien
tampak memen=gang perut
bagian bawah seperti menahan
kesakitan.

2 Ds : ketidakadekuatan Resiko Infeksi


klien mengatakan sudah lebih pertahanan tubuh
dari 6 bulan yang lalu susah
primer yang ditandai
BAK, minum air putih kurang.
dengan klien sering
Do : merokok, klien
klien tampak pucat, klien
kurang minum bahkan
tampak meringis, klien tampak
memegang perut bagian bawah klien mengatakan
seperti menahan kesakitan. sering menahan BAK.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis yang ditandai dengan
klien susah BAK, BAK keluar sedikit-sedikit, klien kurang minum air putih.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
yang ditandai dengan klien sering merokok, klien kurang minum bahkan klien
mengatakan sering menahan BAK.

INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Keperawatan Hasil
Nyeri akut Setelah dilakukan PEMANTAUAN NYERI
tindsakan keperawatan Observasi :
berhubungan
selama 1x24 jam a. identifikasi factor pencetus
dengan agen diharapkan Tingkat dan pereda nyeri.
Nyeri menurun dengan b. Monitor lokadi dan
pencedera
kriteria hasil : penyebaran nyeri.
fisiologis yang a. keluhan nyeri c. Monitor durasi dan
menurun frekuensi nyeri
ditandai dengan
b. meringis Terapeutik :
klien susah menurun. a. Sstur interval waktu
c. gelisah pemantauan sesuai dengan
BAK, BAK
menurun. kondisi pasien
keluar sedikit- d. kesulitan tidur Edukasi :
menurun a. Jelaskan tujuan dan
sedikit, klien
prosedur pemantauan nyeri.
kurang minum b. Informasikan hasil
pemantauan.
air putih.

Resiko infeksi Setelah dilakukan PENCEGAHAN INFEKSI


tindakan keperawatan Observasi :
berhubungan
selama 1x24 jam a. monitor tanda dan gejalan
dengan diharapkan Tingkat infeksi, lokasi dan
Infeksi menurun sistemik.
ketidakadekuatan
dengan kriteria hasil : Terapeutik :
pertahanan tubuh a. nyeri menurun a. batasi jumlah pengunjung.
b. Cuci tangan sesudah dan
primer yang
sebelum kontak dengan
ditandai dengan pasuen dan lingkungan
pasien.
klien sering
Edukasi :
merokok, klien a. Edukasi tanda dan gejala
infeksi
kurang minum
b. Ajarkan cuci tangan
bahkan klien dengan benar.
c. Ajarkan meningkatkan
mengatakan
asupan nutrisi.
sering menahan d. Ajarkan meningkatkan
asupan cairan.
BAK.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWTAN


No Diagnosa Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1 Nyeri akut PEMANTAUAN NYERI S : klien
Observasi : mengatakan nyeri
berhubungan
a. mengidentifikasi factor masih terasa
dengan agen pencetus dan pereda nyeri.
b. memonitor lokadi dan O : klien masih
pencedera
fisiologis yang penyebaran nyeri. terlihgat meringis,
c. memonitor durasi dan dan menahan sakit.
ditandai dengan
frekuensi nyeri
klien susah BAK, Terapeutik : A : maslah belum
a. Struktuk interval waktu teratasi
BAK keluar
pemantauan sesuai
sedikit-sedikit, dengan kondisi pasien P : intervensi
Edukasi : keselurahan
klien kurang
a. menjelaskan tujuan dan dilanjutkan.
minum air putih. prosedur pemantauan
nyeri.
b. menginformasikan hasil
pemantauan.
2 Resiko infeksi PENCEGAHAN INFEKSI S : klien
Observasi : mengatakan BAK
berhubungan
a. memonitor tanda dan masih tidak lancer
dengan gejalan infeksi, lokasi dan dan nyeri.
sistemik.
ketidakadekuatan
Terapeutik : O : klien masih
pertahanan tubuh a. membatasi jumlah terlihgat meringis,
pengunjung. dan menahan sakit.
primer yang
b. mencuci tangan sesudah
ditandai dengan dan sebelum kontak A : maslah belum
dengan pasuen dan teratasi
klien sering
lingkungan pasien.
merokok, klien Edukasi : P : intervensi
a. memberi edukasi tanda keselurahan
kurang minum
dan gejala infeksi dilanjutkan.
bahkan klien b. mengajarkan cuci tangan
dengan benar.
mengatakan
c. mengajarkan
sering menahan meningkatkan asupan
nutrisi.
BAK.
d. mengajarkan
meningkatkan asupan
cairan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
BPH sampai sekarang masih menjadi penyakit sistem perkemihan
urutan kedua di Indonesa setelah ISK. Penyakit BPH ini merupakan penyakit
yang menyebabkan penekanan pada uretra menembus prostat sehingga
berkemih menjadi sulit, mengurangi kekuatan aliran urine, atau menyebabkan
urine menetes (Corwin, 2009). Pada pasien BPH sering muncul keluhan nyeri,
pengeluaran urine tidak lancar, dan pembesaran prostat menunjukkan tanda
gejala BPH yang sering di keluhkan pasien. Gangguan-gangguan sistem lain
seperti saluran kemih yang terinfeksi karena kuman patogen berkembang
dalam kandung kemih disebabkan kembalinya urine dari kandung kemih ke
ginjal, hal tersebut terjadi karena pembengkakan kelenjar prostat atau BPH.
Ketidakmampuan melakukan pencegahan terjadinya pembesaran prostat
ketidakmampuan mengenal tanda gejala BPH mengakibatkan keparahan yang
mungkin terjadi (Barbara, 2010). Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah
cedera akut penyakit atau intervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat
dengan ukuran intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat) dan
berlangsung untuk waktu singkat (Smletzer, 2009).
Jumlah kematian pasien BPH disebagian besar negara maju pada tahun
1980-an adalah 0,5 sampai 1.5/100.000, kematian akibat BPH jarang di
Amerika Serikat. Insidensi BPH di Amerika diperkirakan sekitar 34,4 / 1000
jiwa pertahun. Di seluruh dunia, sekitar 30 juta pria memiliki gejala yang
berhubungan dengan BPH (Deters, 2013). Angka kejadian BPH di Indonesia
yang pasti belum pernah diteliti, tetapi sebagai gambaran di dua rumah sakit
besar di Jakarta dan Sumberwaras selama 3 tahun (1994-1997) terdapat 1040
kasus (Rahardjo, 2011).

B. Saran
Penulis berharap dengan adanya makalaah ini dapat menambah
wawasan para pembaca mengenai Asuhan Keperawatan Gerontik dengan
kasus BPH. Besar harapan penulius dengan adanya m,akalah ini dapat
meningkatkan pelayanan para perawat dan tenaga kesehatan pada klien
dengan kasus BPH, khusunya dalam melakukan tindakan pada klien BPH.
Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini dimasa yang akan dating.
DAFTAR PUSTAKA

Birowo P, Rahardjo D. Pembesaran Prostat Jinak. Jurnal Kedokteran & Farmasi


Medika. 2002. No 7 http://fkui.co.id/urologi/ppj.mht (diakses pada tanggal 15
Februari 2016)
Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta, ECG
Dr. Leonardo Paskah Suciadi.2010. Kesehatan Ginjal dan Saluran Kemih
Dr. Lyndon Saputra.2012. Renal dan Urologi disertai contoh kasus klinik Furqan
(2014). Evaluasi biakan urine pada penderita BPH setelah pemasangan kateter
menetap pertama kali
Ignatavicus, D.D and Marilyn, F.B., 1991. Medikal Surgical Nursing : A Nursing
Procces Approach. International Edition. Philadepia, W.B Saunders Company
Kirby, R, John F.P, Michael, K, Andrew, F.P and Louis, J.D., 2011. Shared Care For
Prostatic Disease. Oxford, ISIS Medical Media. Lab/UPF Ilmu Bedah, 2011.
Pedoman Diagnosis Dan Terapi. Surabaya, Fakultas Ilmu Kedokteran
AirlanggaRSUD. Dr. Soetomo.
Leveillee. Prostate Hyperplasia, Benign. 2016. http://www.emedicine.com. (diakses
15 Februari 2016).
Lismidar, H., 2009. Proses Keperawatan. Jakarta, Universitas Indonesia. Mery
Digiolino, Donna Jackson, Jim Keogh. 2014. Keperawatan Medikal Bedah.
Yokyakarta: Rapha
Patrick Pevey 2009. At A Glance Medicine. Jakarta: Erlangga
Price SA, Wilson LM. 2012. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit.
Edisi ke-6. Jakarta: EGC.Purnomo B. 2012. Dasar-dasar urologi. Edisi ke-3.
Jakarta: Sagung Seto.
Rosai J. 2004. Ackerman’s surgical pathology. Edisi ke-9. Philadelpia: Mosby.
Saputra L. 2009. Harrison manual kedokteran. Tangerang: Karisma.

Anda mungkin juga menyukai