Anda di halaman 1dari 2

/malas3 Nama : Alif hidayat Pai3

Resume bab 5 Masyarakat agama dalam prespektip antarpologi dan sosiologi agama
KAJIAN ANTROPOLOGI DAN SOSIOLOGI AGAMA
Kajian antropologi agama menyangkut jejaring sistem nilai dan norma (pranata atau
kelembagaan) yang jadi pedoman dalam budaya kehidupan masyarakat. Sementara itu,
ssiologi agama terkait dengan keorganisasian dalam kehidupan bersama sebagai wadah
masyarakat dalam melaksanakan hak dan kewajiban warganya di bidang nilai dan norma
(pranata atau kelembagaan) budaya yang berlaku pada masyarakat pendukung kebudayaan
tersebut.
LINGKUP FENOMENA KONSEP DOMAIN KEGIATAN KEAGAMAAN
Dalam temuan antropologi dan sosiologi agama di atas bahwa komponen pokok yang
terdapat dalam setiap agama itu yakni umat beragama; sistem keyakinan; sistem
peribadatan/ritual; sistem peralatan ritus; dan emosi keagamaan, semua menjadi satu kesatuan
tersistem dalam praktik keberagaaan umatnya. Semua masyarakat berkebudayaan, dogma
nilai, dan norma agama dipandang sebagai acuan tertinggi dari unsur kebudayaan lainnya.
Menentukan kedamaian dan konflik jika adanya intervensi dari luar ajaran tersebut. Bila
penganut suatu agama mewujudkan ini dalam wilayah yang agamanya pluralis, di mana
perilaku mereka dapat dipandang telah melewati batas toleransi penganut agama lain, maka
akan terpiculah kesenjangan yang mengundang konflik yang bisa memuncak dengan
kerusuhan.
PERBANDINGAN MASYARAKAT AGAMA: PAHAM INTERNAL DAN LINTAS
AGAMA
Pengembangan ilmu jiwa agama diperlukan penelitian yang luas dan mendalam dari masing-
masing umat beragama tentang: 1. Umat beragama. 2. Keimanannya 3. Ibadahnya. 4.
Peralatan ritusnya. 5. Emosi keagamaannya. Catatan: Di Indonesia ada kurang lebih 436 etnis
dan bahkan ribuan subsuku bangsa (dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai ke
Rote) yang kadang kala beda pertemuan, pengenalan, penafsiran dan penjabaran
keberagamaannya, sehingga sangat variatif dalam mewujudkan peribadatan dan perilaku
keberakhlakannya.
PERBANDINGAN KITAB SUCI BERBAGAI AGAMA
1. Al-Qur’ân; Injil/Bibel; Tripitaka; Manudarmacastra (Veda); Susi; dan lain-lain. 2. Isi Utuh
(bahasa; isinya) lintas agama. 3. Kategorisasi isi (jenisnya) lintas agama: akidah; ibadah
(ubudiyah); mu'amalah (sosiologinya); akhlaknya (moralnya); keilmuwan dan motivasi
pengembangannya. 4. Historis peruntukannya. Catatan: Nurcholish Madjid pernah
mengatakan: Islam is the best. Ini disadari atau tidak berimplikasi pada eksistensi teologi dari
monoteisme ke politeisme atau ke arah henoteisme. Karena roh “the best” merupakan
pengakuan eksistensi pelbagai hal hanya menyatakan adanya satu atau lebih yang terbaik, di
antaranya konsep teologi/ketuhanan.
PSIKOLOGI AGAMA DENGAN OBJEKNYA
Kesadaran beragama (religious counsciousness). 2. Pengalaman agama (religious
experiences). 3.Kesehatan mental dari pengamalan ajaran agama (mental
health).4.Keberanian melaksanakan sesuatu dalam kehidupan (amar ma’ruf dan nahi munkar:
courage). 5. Perubahan (conversion) dari perilaku agama (ke arah negatif atau positif) sesuai
pandangan yang bersangkutan.
KERUKUNAN UMAT BERAGAMA: INTERN UMAT BERAGAMA, ANTAR-UMAT
BERAGAMA DAN REGULASI PEMERINTAH/ PENGUASA
1. Bidang ubudiah. 2. Bidang muamalah. 3. Sarana dan parasarana peralatan ritus agama
seperti masjid; dan gereja. 4. Toleransi intern dan antar-umat beragama dan penyesuaian
dengan regulasi negara KESEHATAN DAN PERSPEKTIF AGAMA World Health
Organization (WHO) atau Persatuan Kesehatan Sedunia membuat definisi sehat sebagai
berikut: “Health is a state of physical, mental, social and spiritual wellbeing and not merely
the absence of disease and infirmity” (Sehat adalah terdapatnya kondisi yang prima pada
fisik, mental, sosial, dan spiritual dan tidak sekadar lepasnya seseorang dari penyakit dan
kelemahan). Bahkan di kalangan pelbagai konsorsium keilmuwan telah mengeksis dan
mengeksplisitkan “emosi” sebagai bagian dari unsur jiwa menjadi objek kajian tersendiri
dalam kesehatan sehingga berbunyi sebagai berikut: “Health is a state of physical, mental,
social, emotional and spiritual wellbeing and not merely the absence of disease and infirmity”
(Sehat adalah terdapatnya kondisi yang prima pada fisik, mental, sosial, emosi, dan spiritual
dan tidak sekadar lepasnya seseorang dari penyakit dan kelemahan). Di Indonesia dalam
UURI No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan didefinisikan sebagai berikut: “Kesehatan
adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.” Di sini menggambarkan
pada spiritual itu intinya ialah motivasi dan semangat hidup itu menjadi suatu keniscayaan
disandarkan pada nilai dan norma pada pedoman tertinggi budaya kehidupan itu ajaran suci
yang diajarkan dalam agama. Itulah sebabnya para ahli spiritual keagamaan mencoba
memahamkan kepada manusia kaitan jiwa agama dengan kesehatan.
jiwa agama dalam sosiologi agama dan antropologi agama memperlihatkan bahwa kerukunan
sesuatu yang mudah dicapai jika saling ada pemahaman atau sebaliknya konflik mudah
tersulut tatkala ada yang memancing pelecehan nilai atau norma agama untuk memicu
kekacauan. Silaturahmi dan kehangatan komunikasi intern dan lintas agama sangat efektif
untuk pencegahan dan menekan serta meredam konflik. Jiwa agama perlu dihargai dan
disosialisasikan pemahaman dan kearifan perbedaan ke dalamnya.

Anda mungkin juga menyukai