Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH 2,4-DIKLOROFENOKSIASETAT (2,4-D) DAN BENZYL AMINOPURIN

(BAP) TERHADAP PERTUMBUHAN KALUS DAUN BINAHONG (ANREDERA


PENGARUH 2,4-DIKLOROFENOKSIASETAT (2,4-D) DAN BENZYL AMINOPURIN
CORDIFOLIA L.) SERTA ANALISIS KANDUNGAN FLAVONOID TOTAL
(BAP) TERHADAP PERTUMBUHAN KALUS DAUN BINAHONG (ANREDERA
CORDIFOLIALili
L.)Sugiyarto,
SERTA ANALISIS KANDUNGANKuswandi
Paramita Cahyaningrum FLAVONOID TOTAL
Fakultas Matematika
Lili Sugiyarto, dan IlmuCahyaningrum
Paramita Pengetahuan Alam UNY
Kuswandi
Jl. Colombo No. 1 Yogyakarta 55281
Fakultas Matematika
e-mail:dan Ilmu Pengetahuan Alam UNY
liloels@gmail.com
Jl. Colombo No. 1 Yogyakarta 55281
Abstrak e-mail:liloels@gmail.com

Tujuan
Abstrakpenelitian ini adalah untuk untuk mengetahui pengaruh penambahan beberapa
konsentrasi ZPT (zat pengatur tumbuh) pada media MS (Murashige and Skoog) terhadap
Tujuan penelitian
pertumbuhan kalusinidaun
adalah untuk dan
binahong untukkadar
mengetahui
flavonoidpengaruh penambahan
total. Metode beberapa
yang digunakan
konsentrasi
dengan ZPT (zatkalus
perbanyakan pengatur tumbuh)
dengan sumber pada media
eksplan MSbinahong
daun (Murashige and Rancangan
dengan Skoog) terhadapAcak
pertumbuhan kalus daun binahong dan kadar flavonoid total. Metode
Lengkap (RAL). Eksplan daun ditanam pada media MS yang mengandung konsentrasi yang digunakan 2,4
dengan
D berbedaperbanyakan
(1;2;3ppm), kalus dengan
0,5ppm sumber eksplan
IBA+0,5ppm BAP;daun binahong
0,5ppm IBA+1,0dengan
ppmRancangan
BAP ; 1,0Acak ppm
Lengkap
IBA+0,5 (RAL).
ppm BAP, Eksplan daun ditanam
masing-masing 15pada mediaParameter
ulangan. MS yang mengandung
yang diamatikonsentrasi
adalah waktu 2,4
D berbeda (1;2;3ppm), 0,5ppm IBA+0,5ppm BAP; 0,5ppm IBA+1,0 ppm BAP
muncul kalus, tipe kalus (warna dan tekstur kalus), persentase terntuknya kalus, diameter ; 1,0 ppm
IBA+0,5
kalus dan ppm
kadarBAP, masing-masing
flavonoid total. Hasil 15 ulangan.menunjukkan
penelitian Parameter yang diamati adalah
pertumbuhan waktu
kalus optimal
muncul kalus,ke-3
pada minggu tipeuntuk
kalussemua
(warnaperlakuan,
dan tekstur kalus), persentase
sedangkan memasukiterntuknya kalus,
minggu ke-4 diameter
eksplan yang
kalus dan kadar flavonoid total. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan
muncul kalus mengalami penurunan dan ada yang stagnan (tetap). Kadar flavonoid kalus optimal
total
pada
sampelminggu ke-3 untuk
daun segar semuadibandingkan
lebih tinggi perlakuan, sedangkan memasuki
dengan sampel kalus.minggu ke-4 eksplan yang
muncul kalus mengalami penurunan dan ada yang stagnan (tetap). Kadar flavonoid total
Kata
sampelkunci
daun: 2,4-D, BAP,tinggi
segar lebih pertumbuhan kalus,dengan
dibandingkan daun binahong, kadar flavonoid total
sampel kalus.
Kata kunci : 2,4-D, BAP, pertumbuhan kalus, daun binahong, kadar flavonoid total
Abstract
The aim of this research was to study the effect of various concentration of Plant Growth
Abstract
Regulator in MS (Murashige and Skoog) media on callus growth of binahong leaf and total
The aim ofcontent.
flavonoid this research was to used
The method studyinthetheeffect of various
propagation of concentration
callus was theofleaf
Plant Growth
explant of
Regulator in MS (Murashige and Skoog) media on callus growth of
binahong with a Completely Randomized Design (CRD). The leaf explants were planted binahong leaf and total
on
flavonoid
MS mediacontent. The method
with different 2,4-Dused in the propagation
concentrations of callus
(1;2;3 ppm), was IBA+0,5ppm
0,5ppm the leaf explant
BAP;of
binahong with a Completely Randomized Design (CRD). The leaf
0,5ppm IBA+1,0 ppm BAP ; 1,0 ppm IBA+0,5 ppm BAP, each with 15 repetition. The explants were planted on
MS media with
parameters different
observed 2,4-D
in this concentrations
research (1;2;3 ppm),
were initiation 0,5ppm
time, type, IBA+0,5ppm
colour, diameter,BAP;the
0,5ppm IBA+1,0 ppm BAP ; 1,0 ppm IBA+0,5 ppm BAP, each with
number of callus and total flavonoid content. The result showed that the optimum growth 15 repetition. The
parameters
of callus is observed
at 3 weeksin and
thisafter
research
that were initiation
it declined time, type,
or stayed colour,
stagnant. Thediameter,
result of the
the
number
analysis of variance (ANOVA) showed that there is no significant difference in thegrowth
of callus and total flavonoid content. The result showed that the optimum media
of callus
used is research.
in this at 3 weeks Theand after
total that itcontent
flavonoid declined or stayed
of fresh stagnant.
leaf sample The result
is higher than of the
callus
analysis
sample. of variance (ANOVA) showed that there is no significant difference in the media
used in this research. The total flavonoid content of fresh leaf sample is higher than callus
Keywords:
sample. 2,4-D, BAP, callus growth, binahong leaves, total flavonoid content
Keywords: 2,4-D, BAP, callus growth, binahong leaves, total flavonoid content
PENDAHULUAN tertarik untuk meneliti tanaman ini lebih
Binahong (Anredera cordifolia L.)
PENDAHULUAN mendalam, padahal
tertarik untuk berbagi
meneliti khasiatinisebagai
tanaman lebih
merupakan tanaman
Binahong obatcordifolia
(Anredera berpotensi
L.) obat telah diketahui.
mendalam, Bagiankhasiat
padahal berbagi dari tanaman
sebagai
mengobati
merupakan beberapa
tanaman jenis
obatpenyakit. Di
berpotensi binahong
obat telahhampir semuanya
diketahui. dapat
Bagian daridimanfaat-
tanaman
negara Eropabeberapa
mengobati maupun Amerika tanaman ini
jenis penyakit. Di kan, mulai
binahong dari semuanya
hampir batang, akar,
dapatbunga, dan
dimanfaat-
cukup dikenal,
negara Eropa tetapiAmerika
maupun para ahli belum
tanaman ini daun, akan dari
kan, mulai tetapi bagian
batang, akar,yang banyak
bunga, dan
cukup dikenal, tetapi para ahli belum daun, akan tetapi bagian yang banyak
23
23
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 19, Nomor 1, April 2014
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 19, Nomor 1, April 2014

digunakan sebagai bahan obat herbal adalah Karakteristik kalus sendiri tergantung pada
bagian daunsebagai
digunakan (Manoi, 2009).
bahan obat herbal adalah komposisi
Karakteristikmedia
kalus pengulturan, khususnya
sendiri tergantung pada
Teknik
bagian daun in vitro
(Manoi, atau kultur jaringan
2009). zat pengatur
komposisi tumbuh,
media dan jeniskhususnya
pengulturan, eksplan.
merupakan salah
Teknik satu atau
in vitro teknik yangjaringan
kultur dapat Kalus dengantumbuh,
zat pengatur teksturdan kompak akan
jenis eksplan.
digunakan untuk satu
merupakan salah induksi
teknik kalus daun
yang dapat menghasilkan
Kalus dengan metabolit sekunder
tekstur yang lebih
kompak akan
binahong
digunakan untuk
untuk menghasilkan metabolit
induksi kalus daun banyak dibandingkan
menghasilkan metabolitkalus dengan
sekunder yangtekstur
lebih
sekunder.
binahong Kelebihan kultur jaringan
untuk menghasilkan dalam
metabolit meremah. Metabolit sekunder
banyak dibandingkan yang dihasil-
kalus dengan tekstur
produksi
sekunder. metabolit
Kelebihansekunder dibandingkan
kultur jaringan dalam kan dari kultur
meremah. kalus sekunder
Metabolit biasanya yang
lebih dihasil-
banyak
dengan
produksitanaman utuh
metabolit adalah dibandingkan
sekunder tidak adanya jenisnya, karenakalus
kan dari kultur seringkali
biasanyatimbul zat-zat
lebih banyak
keterbatasan iklim,utuh
dengan tanaman tidak memerlukan
adalah lahan
tidak adanya alkaloid
jenisnya, atau senyawa-senyawa
karena lainzat-zat
seringkali timbul yang
yang luas, iklim,
keterbatasan dan senyawa bioaktif lahan
tidak memerlukan yang sangat
alkaloidberguna untuk pengobatanlain
atau senyawa-senyawa (Hendar-
yang
dihasilkan
yang luas,secara
dan kontinyu
senyawa dalam
bioaktifkeadaan
yang yono
sangatdan Wijayani,
berguna 1994).
untuk pengobatan (Hendar-
yang terkontrol
dihasilkan secara(Collin dan Edward,
kontinyu 1998).
dalam keadaan Flavonoid
yono dan Wijayani, merupakan
1994). salah satu
Keberhasilan kultur
yang terkontrol jaringan
(Collin ditentukan
dan Edward, oleh
1998). komponen fitokimia
Flavonoid yang khas
merupakan salah pada
satu
beberapa faktor,
Keberhasilan antara
kultur lain ditentukan
jaringan komposisioleh
zat tumbuhan
komponen hijau, dan biasanya
fitokimia ditemukan
yang khas pada
pengatur
beberapa tumbuh, sumberlain
faktor, antara eksplan dan jenis
komposisi zat dalam bentuk
tumbuhan senyawa
hijau, dan campuran. Flavonoid
biasanya ditemukan
tanaman. Zat pengatur
pengatur tumbuh, tumbuh
sumber (ZPT)
eksplan dan yang
jenis merupakan
dalam bentuksenyawa
senyawapolifenol
campuran.yang terdiri
Flavonoid
sering
tanaman.digunakan dalam
Zat pengatur kultur
tumbuh jaringan
(ZPT) yang dari 15 atomsenyawa
merupakan Karbon dalam inti dasarnya
polifenol dan
yang terdiri
adalah auksin dandalam
sering digunakan sitokinin
kultur(Gunawan,
jaringan tersususun dalam
dari 15 atom konfigurasi
Karbon C6-C3-C6,
dalam inti dasarnyayaitu
dan
1992).
adalah Auksin dan Dichlorophenoxyacetic
auksin (2,4 sitokinin (Gunawan, dua cincin dalam
tersususun aromatik yang dihubungkan
konfigurasi oleh
C6-C3-C6, yaitu
acid),
1992).biasanya
Auksin digunakan untuk menginduksi
(2,4 Dichlorophenoxyacetic satuan tiga aromatik
dua cincin karbon yang
yangdapat maupun tidak
dihubungkan oleh
pembentukan
acid), biasanya kalus (Suryowinata,
digunakan 1996).
untuk menginduksi dapat
satuanmembentuk
tiga karboncincin
yang ketiga
dapat maupun tidak
Penelitian
pembentukanini kalus
bertujuan untuk mengetahui
(Suryowinata, 1996). dapat membentuk cincin ketiga
pengaruh
Penelitian penambahan
ini bertujuanbeberapa konsentrasi
untuk mengetahui METODE PENELITIAN
ZPT (zat pengatur
pengaruh tumbuh)
penambahan padakonsentrasi
beberapa media MS Penelitian
METODE dilakukan di Laboratorium
PENELITIAN
(Murashige and tumbuh)
ZPT (zat pengatur Skoog) pada
terhadap
media per-
MS Kultur Jaringan,
PenelitianFakultas MIPA,
dilakukan Universitas
di Laboratorium
tumbuhan
(Murashigekalus
anddanSkoog)
kadar flavonoid
terhadap total
per- Negeri Yogyakarta.
Kultur Jaringan, Bahan
Fakultas yang Universitas
MIPA, digunakan
daun binahong
tumbuhan kalusdandankadar flavonoid
kadar total.
flavonoid total adalah
Negeri eksplan daunBahan
Yogyakarta. binahong,
yang media MS
digunakan
Karakteristik
daun binahong pada
dan kadar setiaptotal.
flavonoid kalus (Murashige anddaun
adalah eksplan Skoog), dan ZPT
binahong, (2,4-D
media MS
berbeda-beda, terdapat pada
Karakteristik kalus dengan
setiap tekstur
kalus dan BAP dengan
(Murashige beberapadan
and Skoog), variasi
ZPT konsen-
(2,4-D
lembut (soft), dan
berbeda-beda, remahkalus
terdapat (friable),
dengankeras dan
tekstur trasi.
dan BAPUntuk sterilisasi
dengan beberapadigunakan bahan-
variasi konsen-
kompak (Thomas
lembut (soft), dan(friable),
dan remah Davey,keras
1975).
dan bahan
trasi. diUntuk
antaranya detergen,
sterilisasi aquadestbahan-
digunakan steril,
kompak
24 (Thomas dan Davey, 1975). bahan di antaranya detergen, aquadest steril,
24
Pengaruh 2,4-Diklorofenoksiasetat (Lili Sugiarto dan Paramita C.K.)
Pengaruh 2,4-Diklorofenoksiasetat (Lili Sugiarto dan Paramita C.K.)

alkohol 70%, clorox 10%, dan tissue. Tabel 1. Perlakuan Konsentrasi ZPT
Sedangkan
alkohol untukclorox
70%, sterilisasi
10%,alatdan
digunakan
tissue. No 1. Perlakuan
Tabel Perlakuan Jumlah
Konsentrasi ZPTEksplan
1 MS 15
aluminium foil sterilisasi
Sedangkan untuk dan kertas payung.
alat digunakan No Perlakuan Jumlah Eksplan
2 MS+1 ppm 2,4 D 15
1 MS 15
Pembentukan kalus akan
aluminium foil dan ditumbuhkan pada
kertas payung. 3 MS+2 ppm 2,4 D 15
2 MS+1 ppm 2,4 D 15
4 MS+3 ppm 2,4 D 15
media MS yang
Pembentukan mengandung
kalus 2,4 D dengan
akan ditumbuhkan pada 3 MS+2 ppm 2,4 D 15
MS+0,5 ppm
54 MS+3 ppm 2,4 D 15
konsentrasi berbeda
media MS yang (1;2;3ppm),
mengandung 2,4 D 0,5ppm
dengan IBA+0,5 ppm BAP
MS+0,5 ppm
5 MS+0,5 ppm 15
IBA+0,5ppm BAP; 0,5ppm
konsentrasi berbeda IBA+1,0
(1;2;3ppm), ppm
0,5ppm 6 IBA+0,5 ppm BAP 15
IBA+1,0 ppm BAP
MS+0,5 ppm
BAP ; 1,0 ppmBAP;
IBA+0,5ppm IBA+0,5 ppm IBA+1,0
0,5ppm BAP, masing-
ppm 6 MS+1,0 ppm 15
7 IBA+1,0 ppm BAP 15
IBA+0,5 ppm BAP
masing
BAP ; 1,015ppmulangan.
IBA+0,5 Sebelum
ppm BAP, ditanam,
masing- MS+1,0 ppm
7 Total 15
105
IBA+0,5 ppm BAP
terlebih
masing dahulu daun binahong
15 ulangan. Sebelumdisterilisasi
ditanam,
Total 105
dengan mencuci
terlebih dahulu daunbersih menggunakan
binahong disterilisasi
Kadar flavonoid total dianalisis
larutan
dengan detergen
mencuciselama 15 menit.
bersih Kemudian
menggunakan
menggunakan
Kadar Spektrofotometer
flavonoid total UV VIS
dianalisis
dibilas hingga selama
larutan detergen bersih 15menggunakan air
menit. Kemudian
berdasarkan
menggunakanmetode yang dilakukan
Spektrofotometer UVChang
VIS
mengalir, dan kemudian
dibilas hingga dimasukkan air
bersih menggunakan ke
et al. (2002).
berdasarkan Dalam
metode perlakuan
yang in Chang
dilakukan vitro,
dalam erlemmeyer
mengalir, sebelum dimasukkan
dan kemudian dimasukkan ke
dibutuhkan
et al. (2002).alat-alat
Dalam berupa
perlakuanbotol-botol
in vitro,
dalam erlemmeyer
LAF. Sterilisasi eksplan
sebelum dilakukan
dimasukkan ke
media dan tutup
dibutuhkan tahan panas
alat-alat aluminium
atau botol-botol
berupa
dengan menggunakan
dalam LAF. alkohol
Sterilisasi 70%,dilakukan
eksplan dilanjut-
foil.
mediaSelain itu juga
dan tutup tahanakan digunakan
panas pinset,
atau aluminium
kan dengan
dengan larutan clorox
menggunakan alkohol 10%. Eksplan
70%, dilanjut-
lampu bunsen,
foil. Selain scalpel,
itu juga akan petridish,
digunakan beaker,
pinset,
dibilas
kan dengan larutan aquadest
menggunakan steril sebanyak
clorox 10%. Eksplan
magnetic stirrer, autoklaf,
lampu bunsen, timbangan beaker,
scalpel, petridish, digital,
3dibilas
kali. menggunakan
Data diambil seminggu sekali
aquadest steril selama
sebanyak
label, almari Laminair
dan stirrer,
magnetic autoklaf, air flow (LAF).
timbangan digital,
43 kali.
minggu.
Data Variabel-variabel
diambil seminggu yang
sekali diamati
selama
label, dan almari Laminair air flow (LAF).
4adalah waktuVariabel-variabel
minggu. inisiasi kalus, morfologi kalus,
yang diamati
HASIL DAN PEMBAHASAN
diameter kalus,inisiasi
adalah waktu persentase terbentuknya
kalus, morfologi kalus.
kalus, Waktu
HASIL Munculnya Kalus
DAN PEMBAHASAN
diameterData bobot
kalus, persentase
persentase eksplankalus.
terbentuknya yang WaktuMunculnya
Munculnyakalus
Kaluspada media 2,4-D
munculData
kalusbobot persentase
dianalisis eksplan
varian pada yang
menurut 1 ppm Munculnya
adalah 3 hari
kalussetelah tanam 2,4-D
pada media (hst),
muncul kalus
Rancangan dianalisis
Acak Lengkapvarian pada menurut
(RAL). Analisis diikuti
1 ppm 2,4-D
adalah2ppm 5 hst
3 hari dan tanam
setelah 2,4D 3ppm,
(hst),
Rancangan Acak
dilanjutkan Lengkap
dengan (RAL).
uji DMRT Analisis
(Duncan’s sedangkan kalus
diikuti 2,4-D pada5media
2ppm kontrol
hst dan 2,4Dmuncul
3ppm,
Multiple Range
dilanjutkan Test)
dengan uji jika
DMRT
ada (Duncan’s
perbedaan pada 10 hstkalus
sedangkan dan pada
mediamedia
kombinasi
kontrolIBA dan
muncul
Multiple Range Test) jika ada perbedaan
antarperlakuan. BAP
pada setelah 10 hst
10 hst dan (Gambar
media 1).
kombinasi IBA dan
antarperlakuan. BAP setelah 10 hst (Gambar 1).

25
25
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 19, Nomor 1, April 2014
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 19, Nomor 1, April 2014

serupa juga disampaikan oleh Pierik (1987),


yang menyatakan
serupa juga bahwa
disampaikan 2,4-D (1987),
oleh Pierik dapat
menyebabkan elongasi
yang menyatakan sel, pembengkakan
bahwa 2,4-D dapat
jaringan dan pembentukan
menyebabkan elongasi sel, kalus. Muncul-
pembengkakan
nya kalusdan
jaringan padapembentukan
media 2,4-D kalus.
1 ppm Muncul-
adalah 3
hari setelahpada
nya kalus tanam (hst),
media diikuti
2,4-D 2,4-D
1 ppm 2ppm3
adalah
5hari
hstsetelah
dan 2,4D 3ppm,
tanam sedangkan
(hst), kalus2ppm
diikuti 2,4-D pada
media kontrol
5 hst dan muncul
2,4D 3ppm, pada 10kalus
sedangkan hst pada
dan
media kombinasi IBA dan
kontrol muncul BAP10setelah
pada 10
hst dan
hst.
mediaSenyawa 2,4-D
kombinasi IBAmerupakan salah satu
dan BAP setelah 10
Gambar 1. Grafik Hubungan Medium jenis auksin 2,4-D
hst. Senyawa yang merupakan
sangat efektif
salahuntuk
satu
Perlakuan dengan Hari Muncul Kalus (hst).
Gambar 1. Grafik Hubungan Medium menginduksi
jenis auksin pembentukan kalus seperti
yang sangat efektif untuk
Keterangandengan
Perlakuan gambar:Hari Muncul Kalus (hst).
yang terjadi pembentukan
menginduksi pada induksi kalus
kalus seperti
daun
P0 : MS (kontrol)
Keterangan gambar:
P1 : MS+1ppm 2,4-D binahong ini. Walaupun
yang terjadi auksinkalus
pada induksi yang daun
ber-
P0 : MS (kontrol)
P2 : MS+2ppm 2,4-D
P1 : MS+1ppm 2,4-D peran utama,
binahong terkadangauksin
ini. Walaupun sitokinin
yang juga
ber-
P3 : MS+3ppm 2,4-D
P2 : MS+2ppm 2,4-D
P4 : MS+0,5ppm IBA+0,5ppmBAP diperlukan untukterkadang
peran utama, proliferasisitokinin
kalus, namun
juga
P3 : MS+3ppm 2,4-D
P5 : MS+0,5ppmIBA+1ppm BAP
P4 : MS+0,5ppm IBA+0,5ppmBAP pada penelitian
diperlukan ini,proliferasi
untuk 2,4-D yangkalus,
lebih efektik
namun
P6 : MS+1ppmIBA+0,5ppmBAP
P5 : MS+0,5ppmIBA+1ppm BAP
untuk menginduksi
pada penelitian ini, kalus
2,4-Dlebih
yangcepat.
lebih efektik
P6 : MS+1ppmIBA+0,5ppmBAP
Penambahan 2,4-D dalam media
untuk menginduksi kalus lebih cepat.
kultur Penambahan
akan merangsang
2,4-Dpembelahan dan
dalam media Morfologi Kalus (Tipe Dan Warna)
pembesaran
kultur akan sel pada eksplan
merangsang sehingga dapat
pembelahan dan PadaKalus
Morfologi umur(Tipe
4 minggu setelah tanam,
Dan Warna)
memacu pembentukan
pembesaran dan sehingga
sel pada eksplan pertumbuhan
dapat dengan Pada
konsentrasi
umur 4 2,4-D
minggu(1setelah
dan 2 tanam,
ppm),
kalus
memacusertapembentukan
meningkatkan
dansenyawa kimia
pertumbuhan kalus
denganyang terbentuk 2,4-D
konsentrasi berwarna putih2bening,
(1 dan ppm),
alami flavonoid
kalus serta (Bekti dkk.,
meningkatkan 2003). kimia
senyawa Hal berair danterbentuk
kalus yang kompak, sedangkan
berwarna pada
putih bening,
alami flavonoid (Bekti dkk., 2003). Hal berair dan kompak, sedangkan pada
Tabel 2. Morfologi Kalus yang Terbentuk
Media
Tabel 2. Morfologi Tekstur kalus
Kalus yang Terbentuk Warna kalus
MS (Kontrol) kompak Putih bening, berair
Media Tekstur kalus Warna kalus
MS + 1 ppm 2,4-D kompak Putih bening, berair
MS (Kontrol) kompak Putih bening, berair
MS + 2 ppm 2,4-D kompak Putih bening, berair
MS + 1 ppm 2,4-D kompak Putih bening, berair
MS + 3 ppm 2,4-D remah Putih
MS + 2 ppm 2,4-D kompak Putih bening, berair
MS + 0,5 ppm IBA + 0,5 ppm BAP kompak Hijau
MS + 3 ppm 2,4-D remah Putih
MS + 0,5 ppm IBA + 1 ppp BAP kompak Hijau
MS + 0,5 ppm IBA + 0,5 ppm BAP kompak Hijau
MS + 1 ppm IBA + 0,5 ppm BAP kompak hijau
MS + 0,5 ppm IBA + 1 ppp BAP kompak Hijau
MS + 1 ppm IBA + 0,5 ppm BAP kompak hijau
26
26
Pengaruh 2,4-Diklorofenoksiasetat (Lili Sugiarto dan Paramita C.K.)
Pengaruh 2,4-Diklorofenoksiasetat (Lili Sugiarto dan Paramita C.K.)

konsentrasi 3 ppm kalus yang muncul minggu ke-4, kemudian memasuki minggu
berwarna
konsentrasiputih
3 susu
ppmdankalus
remah.yang
Berdasarkan
muncul ke-5
mingguwarna kalus berubah
ke-4, kemudian memasukiwarnanya
minggu
tekstur
berwarnadan komposisi
putih susu dan selnya, kalus dapat
remah. Berdasarkan menjadi coklatkalusmuda
ke-5 warna dan warnanya
berubah akhirnya
dibedakan
tekstur danmenjadi kalusselnya,
komposisi yang kompak dan
kalus dapat kehitaman setelah muda
menjadi coklat di subkultur. Hal ini
dan akhirnya
remah. Kalus
dibedakan kompak
menjadi kalusmempunyai tekstur
yang kompak dan disebabkan adanya dimetabolisme
kehitaman setelah subkultur. senyawa
Hal ini
padat
remah.dan keras,
Kalus yang tersusun
kompak dari tekstur
mempunyai sel-sel fenol yang berlebihan
disebabkan pada jaringan
adanya metabolisme yang
senyawa
kecil
padat yang sangatyang
dan keras, rapat, sedangkan
tersusun kalus
dari sel-sel mulai terbentuk.
fenol yang Warna
berlebihan kalus yang
pada jaringan
remah mempunyai
kecil yang sangattekstur
rapat, lunak dan tersusun
sedangkan kalus kecoklatan terdapat Warna
mulai terbentuk. pada hampir
kalus semua
yang
dari
remahsel-sel dengan
mempunyai ruang
tekstur antar
lunak dansel yang
tersusun perlakuan
kecoklatan yang terbentuk
terdapat pada kalus dan semua
hampir sering
banyak. Perbedaan
dari sel-sel denganstruktur
ruang kalus
antar menimbul-
sel yang terangsang akibat
perlakuan yang sterilisasi
terbentuk kalus eksplan S.
dan sering
kan adanya
banyak. perbedaan
Perbedaan kemampuan
struktur mem-
kalus menimbul- Andaryani
terangsang (2010)
akibat dalam (Indaheksplan
sterilisasi dan Erma-
S.
produksi metabolit
kan adanya sekunder.
perbedaan Pada media
kemampuan mem- vitalini,
Andaryani2013).
(2010)Pada
dalampermukaan
(Indah dan bawah
Erma-
kombinasi IBA dansekunder.
produksi metabolit BAP, menghasilkan
Pada media kalus juga2013).
vitalini, terlihatPada
jaringan yang berair,
permukaan hal
bawah
kalus yang IBA
kombinasi kompak
dan dan
BAP,berwarna hijau.
menghasilkan ini karena
kalus juga permukaan bawahyang
terlihat jaringan langsung
berair,ber-
hal
Warna kalus kompak
kalus yang yang hijau
dandisebabkan
berwarna adanya
hijau. sentuhan dengan media
ini karena permukaan bawah dan berperan
langsung ber-
konsentrasi
Warna kalussitokinin (BAP)
yang hijau dalam adanya
disebabkan media. sebagai
sentuhanareadengan
penyerapan
mediamedia.
dan Foto kalus
berperan
Sitokinin
konsentrasiyang ditambahkan
sitokinin (BAP) mampu meng-
dalam media. pada
sebagaiminggu ke-8 dapat
area penyerapan dilihat
media. pada
Foto kalus
aktifkan proses-proses
Sitokinin yang metabolisme
ditambahkan dan
mampu meng- Gambar 2.
pada minggu ke-8 dapat dilihat pada
sintesis
aktifkan protein yang mampu
proses-proses menghambat
metabolisme dan Gambar 2.
perombakan butir-butir
sintesis protein klorofilmenghambat
yang mampu Wattimena Rerata Diameter Kalus
(1991) dalam butir-butir
perombakan (Wardani, 2004).
klorofilPenampakan
Wattimena RerataRerata diameter
Diameter Kalus tertinggi selama 8
kalus
(1991) pada
dalammedia 2,4-D
(Wardani, (1 Penampakan
2004). dan 2ppm), mingguRerata
pada media 2,4-D
diameter 1 ppm mencapai
tertinggi selama 8
awalnya berwarna
kalus pada putih (1
media 2,4-D bening hingga
dan 2ppm), 2,07 cm,pada
minggu diikuti 3 ppm
media dan1 ppm
2,4-D 2 ppm sekitar
mencapai
awalnya berwarna putih bening hingga 2,07 cm, diikuti 3 ppm dan 2 ppm sekitar

(A) (B) (C) (D) (E)


Gambar
(A)2. Morfologi Kalus
(B) dengan Mikroskop
(C) Stereo (A) 1 (D)
ppm 2,4-D; (B) 2 ppm
(E) 2,4-D;
(C) 3 ppm 2,4-D; (D) 1 ppm IBA+0,5 ppm BAP; (E) 0,5 ppm IBA+0,5 ppm BAP
Gambar 2. Morfologi Kalus dengan Mikroskop Stereo (A) 1 ppm 2,4-D; (B) 2 ppm 2,4-D;
(C) 3 ppm 2,4-D; (D) 1 ppm IBA+0,5 ppm BAP; (E) 0,5 ppm IBA+0,5 ppm BAP

27
27
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 19, Nomor 1, April 2014
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 19, Nomor 1, April 2014

1,8 cm, sedangkan pada media kombinasi kalus mengalami penurunan dan ada yang
diameter kalus kurang
1,8 cm, sedangkan darimedia
pada 0,3 cm. Hal ini
kombinasi stagnan (tetap). Persentase
kalus mengalami kalus
penurunan danyang
adarendah
yang
menunjukkan bahwa darisenyawa
diameter kalus kurang 2,4-D
0,3 cm. Hal ini pada eksplan
stagnan (tetap).daun binahong
Persentase kaluskebanyakan
yang rendah
sebagai ZPT tunggal
menunjukkan bahwamampu menginduksi
senyawa 2,4-D pada eksplan daun binahong kebanyakan
kalus
sebagai daun binahong
ZPT tunggal paling
mampu banyak
menginduksi Gambar 4. Grafik Persentase Eksplan yang
Muncul Kalus
dibandingkan
kalus daun yang kombinasi
binahong paling IBA dan
banyak Gambar 4. Grafik Persentase Eksplan yang
Muncul Kalus
BAP. Konsentrasi
dibandingkan yang2,4-D yang digunakan,
kombinasi IBA dan 1
ppm
BAP.lebih optimal2,4-D
Konsentrasi dibandingkan dengan 21
yang digunakan,
dan
ppm3.lebih optimal dibandingkan dengan 2
dan 3.

Gambar 4. Grafik Persentase Eksplan


yang Muncul Kalus
Gambar 4. Grafik Persentase Eksplan
yang Muncul Kalus
terkontaminasi oleh bakteri, yang meng-
hambat tumbuhnya
terkontaminasi kalus,
oleh sehingga
bakteri, perlumeng-
yang lebih
hati-hati dan meningkatkan
hambat tumbuhnya kebersihan
kalus, sehingga dan
perlu lebih
kesterilan bekerja
hati-hati dan pada waktu di
meningkatkan dalam LAF.
kebersihan dan

Gambar 3. Grafik Rerata Diameter Kalus kesterilan bekerja pada waktu di dalam LAF.
Selama 8 Minggu Kadar Flavonoid Total
Gambar 3. Grafik Rerata Diameter Kalus
Selama 8 Minggu Kadar Kadar flavonoid
Flavonoid Total total dari sampel
Persentase Kalus yang Muncul kalus daun
Kadar binahong
flavonoid bertekstur
total dari kompak
sampel
Persentase
Persentase kalus Muncul
Kalus yang yang muncul ter- (2,4-D 2 ppm)
kalus daun diperoleh
binahong 0,0019%,kompak
bertekstur sampel
tinggi Persentase
pada mediumkalus1 yang
ppm muncul
2,4-D dan
ter- kalus
(2,4-Dtekstur
2 ppm)remah (2,4-D0,0019%,
diperoleh 3 ppm) sampel
sekitar
kombinasi 0,5 medium
tinggi pada ppm IBA+0,5
1 ppmppm2,4-D
BAP yang
dan 0,0017%, dan remah
kalus tekstur sampel(2,4-D
daun sekitar
3 ppm)0,015%.
sekitar
mencapai 100%,
kombinasi 0,5 diikuti 2ppmppm
ppm IBA+0,5 BAP2,4-D
yang Dari hasil dan
0,0017%, analisis ternyata
sampel daun kadar
sekitarflavonoid
0,015%.
mencapai 80%,
100%,3 perlakuan
diikuti 2 media
ppm dengan
2,4-D total
Dari sampel daun masih
hasil analisis relatif
ternyata kadarlebih tinggi
flavonoid
ZPT yang mencapai
mencapai 60%, dan terakhir
80%, 3 perlakuan kontrol
media dengan dibandingkan dari masih
total sampel daun dua sampel kalus.tinggi
relatif lebih Dan
yang hanya
ZPT yang 20%. 60%,
mencapai Persentase kaluskontrol
dan terakhir yang dari dua sampel
dibandingkan kalus
dari duayang berbeda
sampel tekstur
kalus. Dan
muncul optimal20%.
yang hanya pada minggu ke-3,kalus
Persentase sedangkan
yang juga tidak
dari dua berbeda
sampel kalusnyata.
yang Robbins et al.
berbeda tekstur
memasuki minggu
muncul optimal ke-4
pada eksplan
minggu yang
ke-3, muncul
sedangkan (1992) dalamberbeda
juga tidak (Bekti dkk.,
nyata.2003),
Robbins et al.
memasuki minggu ke-4 eksplan yang muncul
28 (1992) dalam (Bekti dkk., 2003),
28
Pengaruh 2,4-Diklorofenoksiasetat (Lili Sugiarto dan Paramita C.K.)
Pengaruh 2,4-Diklorofenoksiasetat (Lili Sugiarto dan Paramita C.K.)

Tabel 3. Kadar Flavonoid Total Kalus Daun yang muncul tertinggi pada medium 1 ppm
Binahong
Tabel 3. Kadar Flavonoid Total Kalus Daun 2,4-D dan kombinasi
yang muncul tertinggi0,5 ppmmedium
pada IBA+0,5
1 ppm
Binahong Kadar flavonoid
Sampel BAP
2,4-D yang mencapai 0,5
dan kombinasi 100%,
ppm diikuti
IBA+0,5 2 ppm
total %)
Kadar flavonoid
Kalus media 2,4D 2
Sampel 0,0019 2,4-D mencapai
BAP yang 80%,100%,
mencapai 3 perlakuan
diikuti 2media
ppm
total %)
ppm (kompak)
Kalus media 2,4D 2 0,0019 dengan ZPT yang mencapai
2,4-D mencapai 80%, 3 60%, dan terakhir
perlakuan media
Kalus media 2,4D 3 0,0017
ppm (kompak)
ppm (remah) kontrol yangyang
dengan ZPT hanya 20%. Pertumbuhan
mencapai kalus
60%, dan terakhir
Kalus media 2,4D 3 0,0017
Daun 0,015
ppm (remah) optimal padahanya
kontrol yang minggu
20%.ke-3 untuk semua
Pertumbuhan kalus
Daun 0,015
perlakuan, sedangkan
optimal pada memasuki
minggu minggusemua
ke-3 untuk ke-4
menyatakan bahwa untuk menghasilkan
eksplan yang
perlakuan, muncul
sedangkan kalus minggu
memasuki mengalami
ke-4
fenol secara inbahwa
menyatakan vitro, tidak hanya
untuk dibutuhkan
menghasilkan
penurunan dan muncul
eksplan yang ada yangkalus
stagnan (tetap).
mengalami
zat
fenolpengatur tumbuh
secara in vitro, tidaksaja,
hanyatetapi juga
dibutuhkan
Kadar total flavonoid
penurunan dan ada sampel
yang daun lebih(tetap).
stagnan tinggi
diperlukan
zat pengaturunsur lain saja,
tumbuh seperti
tetapi kasein
juga
dibandingkan dengan sampel daun
Kadar total flavonoid kalus.lebih tinggi
hidrolisis,
diperlukan asam amino,
unsur laindan seperti
NH4NO3 kasein
untuk
Perlu dengan
dibandingkan dilakukan
sampelpenelitian
kalus. lebih
membantu pertumbuhan
hidrolisis, asam kalus
amino, dan NHdan
4NOproduksi
3 untuk
lanjut dengan
Perlu menggunakan variasi konsen-
dilakukan penelitian lebih
senyawa
membantukimia.
pertumbuhan kalus dan produksi
trasi
lanjutZPT yangmenggunakan
dengan berbeda untukvariasi
menghasilkan
konsen-
senyawa kimia.
kalus yangyang
trasi ZPT kandungan flavonoid
berbeda untuk totalnya
menghasilkan
KESIMPULAN
lebih
kalus tinggi
yangdari daun segar.flavonoid totalnya
kandungan
Waktu inisiasi pembentukan kalus
KESIMPULAN
lebih tinggi dari daun segar.
daun binahong
Waktu pada media
inisiasi 2,4-D 1 ppmkalus
pembentukan dan
DAFTAR PUSTAKA
2daun
ppmbinahong
relatif lebih
padacepat
mediayaitu 3 dan
2,4-D 5 (hst).
1 ppm dan
DAFTAR
Bekti, R.,PUSTAKA
Solichatun, E. Anggarwulan.
Penambahan 2,4-Dcepat
2 ppm relatif lebih (1 dan
yaitu2 3ppm)
dan 5dalam
(hst). 2003. Pengaruh asam 2,4-diklorofenok-
Bekti, R., Solichatun, E. Anggarwulan.
media dapat2,4-D
Penambahan menginduksi kalus dalam
(1 dan 2 ppm) daun siasetat (2,4-D) terhadap pembentukan
2003. Pengaruh asam 2,4-diklorofenok-
dan pertumbuhan kalus serta kandungan
binahong bertipe
media dapat kompak dan
menginduksi berwarna
kalus daun siasetat (2,4-D) terhadap pembentukan
flavonoid kultur kalus acalypha indica
dan pertumbuhan kalus serta kandungan
putih bening
binahong dan kompak
bertipe berair, dan
dankalus pada
berwarna L. Biofarmasi. Vol. 1, No. 1, ISSN:
flavonoid kultur kalus acalypha indica
1693-2242.
media 2,4-D dan
putih bening 3 ppm bertipe
berair, dan remah dan
kalus pada L. Biofarmasi. Vol. 1, No. 1, ISSN:
1693-2242.
Chang, C.C., Yang, M.H., Wen, H.M.,
berwarna putih.
media 2,4-D Sedangkan
3 ppm bertipe pada
remahmedia
dan
Chern, J.C. 2002. Estimation of total
kombinasi IBA Sedangkan
berwarna putih. dan BAP, pada
kalus media
yang Chang, C.C., Yang, M.H., Wen, H.M.,
flavonoid, content in propolis by two
Chern, J.C. 2002. Estimation of total
muncul bertipe
kombinasi IBAkompak
dan dan
BAP,berwarna
kalus hijau.
yang complementary colorimetric methods. J
flavonoid, content in propolis by two
Food. Drug Anal.Vol. 10, 178-182.
Rerata
muncul diameter tertinggidan
bertipe kompak selama 8 minggu
berwarna hijau. complementary colorimetric methods. J
Food.
Collin, Drug
H.A. Anal.Vol.S.10,
& Edward, 178-182.
1998. Plant cell
pada
Reratamedia 2,4-Dtertinggi
diameter 1 ppm mencapai
selama 8 2,07 cm,
minggu
culture. UK: BIOS Scientific Publisher.
diikuti 3 ppm dan1 2ppm
ppm sekitar 2,07
1,8 cm, Collin, H.A. & Edward, S. 1998. Plant cell
pada media 2,4-D mencapai
culture. UK:
Gunawan, L.W.BIOS Scientific
1992. TeknikPublisher.
kultur
sedangkan padadan
diikuti 3 ppm media kombinasi
2 ppm sekitar diameter
1,8 cm, jaringan tumbuhan. Bogor: PAU IPB.
Gunawan, L.W. 1992. Teknik kultur
kalus kurang
sedangkan darimedia
pada 0,3 cm. Persentase
kombinasi kalus
diameter jaringan tumbuhan. Bogor: PAU IPB.
29
kalus kurang dari 0,3 cm. Persentase kalus
29
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 19, Nomor 1, April 2014
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 19, Nomor 1, April 2014

Hendaryono, D.P.S & Wijayani, A. 1994. Pierik, R.M.L. 1987. In vitro culture of higher
Teknik kultur jaringan. Yogyakarta: plants. Martinus Nijhoff Publishers.
Hendaryono, D.P.S & Wijayani, A. 1994. Pierik, R.M.L. 1987. In vitro culture of higher
Kanisius. Dordrecht. The Netherlands. p71.
Teknik kultur jaringan. Yogyakarta: plants. Martinus Nijhoff Publishers.
Kanisius.
Indah, P.N. dan Ermavitalini, D. 2013. Dordrecht.M.The
Suryowinata, Netherlands.
1996. Pemuliaan p71.
tanaman
Induksi kalus daun nyamplung (calo- secara in vitro. Yogyakarta: Kanisius.
Indah, P.N. dan Ermavitalini, D. 2013. Suryowinata, M. 1996. Pemuliaan tanaman
phyllum inophyllum Linn) pada
Induksi kalus daun nyamplung (calo- secara
Thomas, E.indan
vitro. Yogyakarta:
Davey, Kanisius.
M.R. 1975. From
beberapa kombinasi konsentrasi 6-
phyllum inophyllum Linn) pada single cell to plant. London: Wykehan
benzylaminopurine (BAP) dan 2,4- Thomas, E. dan Davey, M.R. 1975. From
beberapa kombinasi konsentrasi 6- Publisher ltd.
dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D). single cell to plant. London: Wykehan
benzylaminopurine (BAP) dan 2,4-
Jurnal Sains dan Seni Pomits. Vol. 2, Publisher
dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D).
No. 1, 2337-3520. Wardani, D.P.,ltd.Solichatun, dan Setyawan,
Jurnal Sains dan Seni Pomits. Vol. 2, A.D. 2004. Pertumbuhan dan produksi
Wardani, D.P., Solichatun, dan Setyawan,
Manoi, F.1,2009.
No. 2337-3520.
“Binahong (Anredera cord- saponin kultur kalus talinum paniculatum
A.D. 2004. Pertumbuhan dan produksi
ifolia) sebagai obat”. Warta Penelitian gaertn pada variasi penambahan asam 2,4-
Manoi, F. 2009. “Binahong (Anredera cord- saponin kultur kalus talinum paniculatum
dan Pengembangan Tanaman Industri. diklorofenoksi asetat (2,4-D) dan kine-
ifolia) sebagai obat”. Warta Penelitian gaertn pada variasi penambahan asam 2,4-
Vol. 15, No. 1, 3-5. tin. Biofarmasi. Vol. 2. No. 1, 35-43.
dan Pengembangan Tanaman Industri. diklorofenoksi asetat (2,4-D) dan kine-
Vol. 15, No. 1, 3-5. tin. Biofarmasi. Vol. 2. No. 1, 35-43.

30
30

Anda mungkin juga menyukai