WAHID SULAIMAN
NIM S901408003
PASCASARJANA
PROGAM STUDI BIOSAINS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Purwoceng dengan sebutan ‘Viagra Jawa’ merupakan salah satu tanaman toga
tradisional yang dikenal berkhasiat sebagai obat perkasa kaum lelaki. Purwoceng ini
merupakan tanaman langka dan kini di budi daya menggunakan metode kultur in
vitro. Dalam bahasa latin Purwoceng disebut Pimpinella Alpina. Tumbuhan ini kali
pertama ditemukan di Pegunungan Alpen di Swiss dan di Indonesia sendiri tumbuhan
ini dapat ditemui di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat.
Purwoceng merupakan tanaman afrodisiak asli Indonesia , di Indonesia
terutama Jawa tengah, Pimpinella alpina Molk atau purwoceng telah digunakan
sebagai obat alternatif secara turun temurun untuk meningkatkan vitalitas pria. Arti
vitalitas adalah daya hidup, yang ditandai dengan kuat tenaga dan kemampuan seksual
yang memadai, oleh karena itu banyak dipakai oleh pria berusia 40 tahun ke atas
dengan atau tanpa lemah syahwat. Testostron (Te) adalah hormon androgen yang
mempunyai kontribusi peran sangat penting dalam peningkatan vitalitas pria.
Sementara luteinizing hormone (LH) dan follicle stimulating hormone (FSH) masing-
masing sebagai regulator steroidogenesis dan spermatogenesis. Namun sampai saat ini
pengaruh PAM terhadap peningkatan vitalitas dengan indikator peningkatan kadar Te,
LH, dan FSH masih belum jelas. (Taufiqurahman, 2009)
Purwoceng (Pimpinella purwatjan Molkenb.) telah banyak dikenal sebagai
tanaman pemangkit gairah seksual (aprodisiaka) dan obat alternatif untuk penyakit
disfungsi seksual. Tetapi, hingga saat ini pemerintah belum mengijinkan industri jamu
dan obat menggunakan simplisia purwoceng yang diperoleh bukan dari hasil
budidaya, dikarenakan status tanaman purwoceng masih tergolong langka (Ditjen
POM, 2000). Apabila tidak dilakukan upaya pelestarian dan kegiatan budidaya,
tanaman purwoceng kemungkinan akan punah.
BAB II
ISI
A. Purwoceng
Klasifikas iIlmiah :
Kerajaan : Plantae
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
Ordo :Apiales
Famili :Apiaceae
Genus :Pimpinella
B. Khasiat Purwoceng
Secara empiric Purwoceng adalah tanaman legendaris yang dijadikan obat
kuat oleh para raja atau kalangan istana di daerah Jawa. Di Indonesia tumbuhan atau
tanaman obat yang memiliki khasiat penambah stamina (aprosidiak) umumnya
digunakan atas dasar mitos, kepercayaan dan pengalaman. Namun khasiat tanaman
Purwoceng ini bukan sekedar mitos belaka karena studi sudah membuktikannya.
Purwoceng telah banyak dikenal sebagai tanaman pemangkit gairah seksual
(aprodisiaka) dan obat alternatif untuk penyakit disfungsi seksual. Purwoceng
merupakan tanaman obat asli Indonesia yang langka, berkhasiat sebagai aprodisiak
(meningkatkan vitalitas seksualitas pria). Secara turun temurun tanaman ini telah
digunakan oleh nenek moyang kita, dan secara ilmiah telah terbukti mampu
meningkatkan testosteron pada mencit (Taufiqurrachman, 2009). Hingga saat ini
pemerintah belum mengijinkan industri jamu dan obat menggunakan simplisia
purwoceng yang diperoleh bukan dari hasil budidaya, dikarenakan status tanaman
purwoceng masih tergolong langka (Ditjen POM, 2000). Apabila tidak dilakukan
upaya pelestarian dan kegiatan budidaya, tanaman purwoceng kemungkinan akan
punah. Kelangkaan purwoceng disebabkan karena persyaratan tumbuh yang spesifik
dan dipanen dengan mencabut seluruh tanaman. Hal ini dikarenakan bagian tanamana
yang dipercaya memiliki khasiat afrodisiak adalah bagian akar. Stigmasterol diduga
sebagai zat aktif yang memberikan khasiat pada tanaman purwoceng. Selain pada
akar, stigmasterol juga terdapat pada daun. ( Izatunafis 2008).
a. Senyawa Sterol
Struktur Kimia Sterol
1,2-siklopentanoperhidrofenantren.
Lemak sterol (bahasa Yunani: stereos, padat) adalah steroid tak jenuh dengan
kerangka kolestana yang mengandung gugus hidroksil-3b dan rantai
sisi alifatik dengan minimal 8 atom karbon yang terikat. Lemak sterol merupakan
kelompok penting di dalam steroid. Lemak sterol juga dikenal sebagai alkohol steroid,
sebuah subkelompok steroid dengan gugus hidroksil pada posisi ketiga dari cincin-A.
Lemak sterol bersifat amfipatik yang terbentuk dari acetyl-coenzyme A melalui
jalur HMG-CoA reductase. Biosintesis sterol selalu dianggap sebagai
proses eukariotik karena kekerapannya terjadi pada bakteri. Hanya diperlukan
dua enzim, squalene monooxygenase dan oxidosqualene cyclase untuk menghasilkan
sterol dari skualena. Sekresi sterol dilakukan oleh astrosit dalam bentuk partikel
lipoprotein berjenis kolesterol, desmosterol dan latosterol.
Lemak sterol nabati disebut fitosterol dan yang hewani disebut zoosterol. Jenis
zoosterol yang penting antara lain adalah kolesterol dan hormon steroid. Sedangkan
pada fitosterol dikenal kampesterol, sitosterol dan stigmasterol. Ergosterol adalah
lemak sterol yang ditemukan pada membran sel fungi yang berfungsi
layaknya kolesterol pada hewan. Sterol dapat dijumpai sebagai sterol bebas, ester
sterol (terasilasi), eter alkil steril (teralkilasi), sterol sulfat, dan steril glikosida yang
kemudiannya dapat terasilasi menjadi glikosida sterol berasil. Biosintesis sterol
hampir selalu ditemukan pada makhluk eukariota dan hampir tidak ditemukan pada
makhluk prokariota.
b. Fitosterol
Sterol pertama pada tumbuhan ditemukan pada sekitar tahun 1878 oleh Hesse
O. dari biji Calabar (bahasa Latin: Phytostigma venenosum) yang kemudian
disebut phytosterine, lalu stigmasterol. Kata Fitosterol baru diusulkan pada tahun
1897 untuk merujuk kepada semua jenis sterol nabati.Umumnya fitosterol terdiri dari
28 hingga 30 atom karbon mirip kolesterol kecuali pada rantai karbon 24 terdapat
tambahan karbon supernumerary baik berjenis chirality a atau b. Gugus alkil-24 ini
adalah ciri dari semua jenis fitosterol. Fitosterol pada tanaman merupakan turunan
dari sikloartenol, pada fungi merupakan turunan dari lanosterol. Keduanya merupakan
produk dari proses siklisasi skualena.
c. Stigmasterol
Struktur Stigmasterol
A. KESIMPULAN
Purwoceng merupakan salah satu tanaman obat tradisional yang dikenal berkhasiat
sebagai obat perkasa kaum lelaki. Karena itu, Purwoceng juga mendapat sebutan ‘Viagra
Jawa’. Purwoceng adalah tanaman legendaris yang dijadikan obat kuat oleh para raja
atau kalangan istana di daerah Jawa. Di Indonesia tumbuhan atau tanaman obat yang
memiliki khasiat penambah stamina (aprosidiak) umumnya digunakan atas dasar mitos,
kepercayaan dan pengalaman. Namun khasiat tanaman Purwoceng ini bukan sekedar
mitos belaka karena studi sudah membuktikannya.
B. SARAN
Tanaman Purwoceng popular dengan khasiatnya sebagai obat kuat. Di samping itu,
purwoceng juga ternyata memiliki khasiat lain yang sangat patut dimanfaatkan. Melihat
potensi yang dimiliki oleh tanaman purwoceng tersebut maka diharapkan hal tersebut
mampu di jadikan sebagai peluang usaha terutama bagi para framasis. Selain itu,
mengingat tanaman purwoceng yang cukup langka dan hanya tumbuh di dataran tinggi,
maka diharapkan agar semakin banyak petani yang mau membudidayakan tanaman
purwoceng sehingga tanaman ini bisa lebih mudah diperoleh dengan harga yang tidak
terlalu tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Agusta,A.2006 .Diversitas Jalur Biosintesis Senyawa Terpena Pada Makhluk Hidup Sebagai
Target Kerja Obat Antiinfektif.
(http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/8206141152.pdf Diakses 20 Juni 2015
Jam 15.00 WIB).
Rahardjo, M. 2003. Purwoceng tanaman obat aprodisiak yang langka. Warta Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Industri, 9 :4-7.
Rahardjo, M., S. Wahyuni, O. Trisilawati, dan E. Djauhariya. 2006. Ciri agronomis, mutu dan
lingkungan tumbuh tanaman obat langka purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk.)
Prosiding Seminar Nasional dan Pameran Tumbuhan Obat Indonesia XXVIII, Badan
LITBANG Pertanian, Puslitbangbun, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat,
Kerjasama dengan POKJANAS TOI dan Direktorat Tanaman Sayuran dan
Biofarmaka.
Rahardjo, M., Rosita S.M.D. dan I. Darwati. 2006. Pengaruh pemupukan terhadap
pertumbuhan, produksi dan mutu simplisia purwoceng (Pimpinella pruatjan
Molkenb). Jurnal Penelitian Tanaman Industri. 12 :73-79.
Rahardjo, M dan I. Darwati. 2006. Produksi dan Mutu Simplisia Purwoceng berdasarkan
lingkungan tumbuh dan umur tanaman. J. Bahan Alam Indonesia (The Indonesian
Journal of Natural Products). PERHIBA 5:310-320.
Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran. Jakarta
Penerbit Buku Kedokteran EGC.