Anda di halaman 1dari 185

STUDI PUSTAKA: BANGUNAN TINGGI

RTA 3319 – STUDIO TEKNOLOGI BANGUNAN 4


Semester A – 2021/2022

Oleh
Jon Wilson Sihotang 190406073
Jimmy Tandy 190406077
Yohannes Seprial Duarsa Siagian 190406080
Wahyu Tirta Nugraha 190406083
Aidil Ikhsan 190406086

DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
2.1 Pengertian Bangunan Tinggi Selain itu bentuk- bentuk bangunan tinggi disesuaikan dengan lingkungannya, site tanah dan lain
sebagainya. Bentuk masa bangunan bertingkat tinggi juga harus memperhitungkan selain fungsi dan
High Rise Building atau bangunan tinggi merupakan istilah yang sering digunakan merujuk
kegunaannya, juga hal – hal lain yang berhubungan dengan beban/gaya yang terjadi serta kestabilan
kepada bangunan yang memiliki struktur menjulang tinggi atau bangunan dengan jumlah tingkat yang
bangunanya. Hal ini karena makin tinggi bangunan , pengaruh beban angin dan gempa menjadi masalah yang
banyak. High Rise building adalah tinggi banguna lebih dari sepuluh lantai, menggunakan sistem struktur
harus lebih dapat diperhatikan.
yang beraneka ragam, seperti struktur rangka dipadukan dengan system struktur lain. Menggunakan
sistem utilitas yang lengkap seperti alat transportasi vertikal, alat pemadam kebakaran dengan sistem 2.1 Sistem Struktur Bangunan Tinggi
prinkler, alat pembersihan gondola, dan lain – lain. 2.1.1 Sistem Struktur

Sejatinya penambahan ketinggian sebuah bangunan dilakukan untuk memperluas ruang fungsi Sistem struktur pada bangunan adalah gabungan struktur pada bangunan yang disusun dan dihubungkan

dari bangunan tersebut. Beberapa tipologi bangunan tinggi diantaranya adalah bangunan apartemen dan secara teratur baik secara discrete maupun menerus yang membentuk suatu totalitas kesatuan struktur. Bentuk

perkantoran. Hal ini karena dengan penambahan jumlah lantai maka akan mengurangi luas bijak bangunan dan sistem struktur rangka bangunan sangat berkaitan erat satu sama lainnya baik dalam arah

bangunan tersebut sehingga lebih sedikit memakan lahan. horizontal maupun vertikal. Suatu sistem struktur disebut baik bila dicapai hal-hal berikut:

Beberapa definisi mengenai bangunan tinggi: a) Bentuk dan denah struktur yang simetris .
b) Skala struktur yang proporsional .
1. Ketinggian bangunan melampaui panjangnya tangga terpanjang dari regu pemadam kebakaran.
c) Tidak adanya perubahan mendadak dari tahanan lateral.
2. Perbandingan antara luas total lantai terbangun (KLB) dengan luas lahan terbangun adalah tinggi. d) Tidak adanya perubahan mendadak dari kekakuan lateral.
e) Pembagian struktur yang seragam dan teratur.
3. Perbandingan tinggi dibanding dengan lebar bangunan melampaui lima dibanding satu.
f) Titik berat massa hampir sama dengan titik berat kekakuan.
Agar dapat disebut sebagai bangunan pencakar langit (skyscrapers) definisi pokok tergantung g) Tidak sulit dibangun, dan dalam batasan biaya yang memadai.
tiap negara karena banyak faktor yang memengaruhinya.Bangunan highrise juga dapat beberapa bentuk
penunjang secara horizontal atau secara vertikal. Secara horizontal bentuk bangunan bertingkat tinggi Beberapa sistem struktur yang sering dijumpai adalah sebagai berikut:
dapat berupa: a) Unsur linier: Kolom dan balok. Mampu menahan gaya aksial dan gaya rotasi.
1. Segitiga , segiempat , bujursangkar b) Unsur permukaaan:
• Dinding. Bisa berlubang atau berangka, mampu menahan gaya-gaya aksial dan rotasi.
2. Bulat, elips, trapesium
• Plat. Padat atau beruas, ditumpu pada rangka lantai, mampu memikul beban di dalam dan tegak
3. Segilima, segienam,segidelapan,dan segi banyak lurus terhadap bidang tersebut
c) Unsur Spasial: Pembungkus fasad atau inti (core), misalnya dengan mengikat bangunan agar berlaku
4. Kombinasi antara bentuk-bentuk di atas.
sebagai suatu kesatuan.
Secara vertikal bentuk bangunan bertingkat tinggi dapat berupa:

1. Makin keatas tetap sama besar 2.1.2 Tujuan Perencanaan Struktur


Sistem struktur pada bangunan tinggi dirancang dan dipersiapkan agar mampu:
2. Makin keatas mengecil
a) Memikul beban vertical baik statik maupun dinamik
3. Masa yang stabil b) Memikul beban horizontal, baik akibat angin maupun gempa
c) Menahan berbagai tegangan yang diakibatkan oleh pengaruh temperatur dan shinkage
d) Menahan external dan internal blast dan beban kejut (impact loads)
e) Mengantisipasi pengaruh vibrations dan fatigue.

2.1.3 Pemilihan Sistem Struktur


Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih suatu sistem struktur. Berikut adalah
parameter dalam pemilihan sistem struktur
a) Pertimbangan ekonomi, yang meliputi biaya konstruksi, nilai kapitalisasi, rentable space
variation dan cost of time variation.
b) Kecepatan pembangunan yang dipengaruhi oleh profil bangunan, pengalaman, metode dan
keahlian, material struktur, tpi konstruksi (cast-in-situ, precast atau kombinasi) serta local
Rigid Frame
contraction industry. Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)
c) Overall geometry, meliputi panjang, lebar dan tinggi bangunan.
d) Vertical profile-building shape. b) Rigid Frame and Core (Rangka Kaku dan Inti)
e) Pembatasan ketinggian (height restriction) Rangka kaku bereaksi terhadap beban lateral, terutama melalui lentur balok dan kolom.
f) Kelangsingan (slenderness), yaitu ratio antara tinggi terhadap lebar bangunan. Perilaku demikian berakibat ayunan (drift) lateral yang besar pada bangunan dengan ketinggian
g) Plan Configuration, yaitu depth-widht ratio dan degree of regularity (dapat dilihat pada tertentu. Akan tetapi, apabila dilengkapi dengan struktur inti, ketahanan lateral bangunan akan sangat
peraturan seperti UBC atau NEHRP). meningkat karena interaksi inti dan rangka. Sistem inti ini memuat sistem-sistem mekanis dan
h) Kekuatan, kekakuan dan daktilitas. transportasi vertikal.
Kekuatan berhubungan erat dengan material properties, kekaakuan meliputi kekakuan lentur,
kekakuan geser, kekakuan torsi dan daltilitas meliputi strain ductility, curvature ductility dan
displacement ductility.
i) Jenis/tipe pembebanan, yang ,eliputi beban gravitasi, beban lateral berupa beban angin dan
seismic serta beban-beban khusus lainnya.
j) Kondisi tanah pendukung bangunan .

2.1.4 Jenis-Jenis Sistem Struktur Bangunan Tinggi


a) Rigid frame (Rangka Kaku)
Rangka kaku tersusun atas rangka-rangka kaku yang disusun dalam bidang horizontal
dan vertikal. Dalam bidang horizontal terdapat balok dan gelagar. Kedua bidang ini disusun
dalam bentuk grid yang saling mengikat, sehingga menciptakan suatu struktur tinggi yang kaku.
Core and Rigid Frame
Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)
c) Truss/Braced Frame unit lainnya. Dalam contoh tersebut boks-boks ini di tumpukan seperti bata dengan “pola English

Gabungan rangka kaku (atau bersendi) dengan rangka geser vertikal akan memberikan bond” sehingga terjadi susunan balok dinding berselang-seling.

peningkatan kekuatan dan kekakuan struktur. Rancangan struktur dapat berdasarkan penggunaan e) Cantilevered Slab (Plat Kantilever)
rangka untuk menahan beban gravitasi dan rangka vertikal untuk beban angin, yang serupa Pemikiran sistem lantai dari sebuah inti pusat akan memungkinkan ruang bebas kolom yang
dengan rangka kaku dan inti. batas kekuatan platnya adalah batas besar ukuran bangunan. Besi akan banyak diperlukan, terutama
apabila proyeksi pelat adalah besar. Kekuatan pelat dapat ditingkatkan dengan menggunakan teknik-
teknik pratekan.

Trussed Frame
Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)
d) Self Supporting boxes (Kotak Berdiri Sendiri)

Cantilever Slab
Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)

f) Tube in tube (Tabung dalam Tabung)

Kolom dan balok eksterior ditempatkan sedemikian rapat sehingga fasad menyerupai dinding
yang diberi perlubangan (untuk jendela). Seluruh bangunan berlaku sebagai tabung kosong yang
terkantilever dari tanah. Inti interior (tabung) meningkatkan kekakuan bangunan dengan ikut memikul
beban bersama kolom-kolom fasad.

Self Supporting Boxes


Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)
Boks/kotak merupakan unit tiga dimensi prefabrikasi yang menyerupai bangunan dinding
pendukung pada gambar di bawah ini, apabila diletakkan di suatu tempat dan digabung dengan
h) Parallel Bearing Walls (Dinding Pendukung Sejajar)
Sistem ini terdiri dari unsur-unsur bidang vertikal yang dipraktekkan oleh berat sendiri,
sehingga menyerap gaya aksi lateral secara efisien. Sistem dinding sejajar ini terutama digunakan
untuk bangunan apartemen yang tidak memerlukan ruang bebas yang luas dan sistem-sistem
mekanisnya tidak memerlukan struktur inti.

Tube in tube
Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)

g) Bundled Tube (Kumpulan Tabung)


Sistem kumpulan tabung dapat digambarkan sebagai suatu himpunan tabung-tabung
Dinding Pendukung Sejajar
terpisah yang membentuk tabung multisel. Pada sistem ini kekakuan bertambah. Sistem ini Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)
memungkinkan bangunan mencapai bentuk yang paling tinggi dan daerah lantai yang paling i) Core and Facade Bearing Walls
luas.
Unsur bidang vertikal membentuk dinding luar yang mengelilingi sebuah struktur inti. Hal ini
memungkinkan ruang interior yang terbuka, yang bergantung pada kemampuan bentangan dari
struktur lantai. Inti ini membuat sistem-sistem transportasi mekanis dan vertikal serta menambah
kekakuan bangunan.

Tabung Majemuk
Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989) Core and Facade Bearing Walls
Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)
j) Flat Slab (Plat Rata)

Sistem bidang horizontal pada umumnya terdiri dari plat lantai beton tebal rata yang
ditumpu pada kolom. Apabila tidak terdapat penebalan plat dan atau kepala pada bagian atas
kolom maka sistem ini dikatakan sistem plat rata. Pada kedua sistem ini tidak terdapat balok
yang dalam (deep beam) sehingga tinggi lantai bisa minimum.

Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)


l) Suspension

Sistem ini memungkinkna penggunaan bahan secara efesien dengan menggunakan


penggantung sebagai pengganti kolom untuk memikul beban lantai. Kekuatan unsur tekan harus
dikurangi karena adanya bahaya tekuk, berbeda dengan unsur tarik, yang dapat 36 mendayagunakan
kemampuannya secara maksimal. Kabel-kabel ini meneruskan beban gravitasi ke rangka di bagian
Flat Slab atas yang terkantilever dari inti pusat.
Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)

k) Interspatial

Struktur rangka tinggi selantai yang terkantilever diadakan pada setiap lantai antara untuk
memungkinkan ruang fleksibel di dalam dan di atas rangka. Ruangan yang berada di dalam lantai
rangka digunakan untuk peralatan tetap, dan ruangan bebas pada lantai di atasnya dapat
digunakan untuk kegiatan lainnya.

Suspension
Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)
m) Staggered Truss (Rangka Selang-Seling) 2.1.5 Struktur Bangunan Tinggi Lainnya

Rangka tinggi selantai disusun sedemikian rupa sehingga setiap lantai bangunan a) Sistem Balok Tinggi
menumpang di bagian atas suatu rangka dan di bawah rangka di atasnya. Selain memikul beban
Seluruh fasad dapat dibangun sebagai suatu kesatuan balok dinding yang disupport oleh kolom
vertikal, susunan rangka akan mengurangi tuntutan kebutuhan ikatan angin dengan cara
dan membentang pada lantai dasar. Lihat gambar dibawah ini. Balok-balok fasad ini bisa sejajar dengan
mengarahkan beban angin ke dasar bangunan melalui balok-balok dan plat lantai.
sumbu memanjang bangunan (gambar a), dapat juga membentuk fasad pembungkus (fasade envelope)
apabila denah bangunan kurang lebih bujur sangkar (gambar b), atau bisa juga melintang bangunan
pada kedua arah sehingga membentuk sangkar tiga dimensi yang kaku (gambar c).

Balok tinggi yang hanya selantai dapat disusun sehingga menghasilkan ruang-ruang bebas di
satu atau lebih lantai. Balok-balok ini dapat digunakan pada dua fasad sejajar, atau pada keempat fasad
(gambar d, e) atau di dalam sangkar tiga dimensi (gambar f). Lantai tambahan dapat dibangun di atas
atap digantung dari sistem rangka lantai (gambar i). Rangka sejajar setinggi lantai bisa membentang
selebar bangunan secara selang seling (gambar g) atau dilapis sehingga tegak lurus terhadap satu sama
lain (gambar h).

Rangka selang seling


Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)
n) Belt-Trussed Frame and Core (Rangka Belt-Trussed dan Inti)
Belt truss mengikat kolom fasad ke inti sehingga meniadakan aksi terpisah
rangka dan inti. Pengakuan ini dinamai cap trussing apabila berada pada bagian atas
bangunan, dan belt trussing apabila berada di bagian bawahnya.

Sistem Balok Tinggi


Sumber: Schuller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)

Belt-Trussed Structure
Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)
Pengelompokan utama dibuat berdasarkan perbedaan perilaku strukturnya:
b) Sistem Gantung untuk bangunan tinggi a) Prinsip inti kaku (rigid core)
Sistem Gantung untuk bangunan tinggi memiliki banyak kelebihan, yaitu penggunaan b) Prinsip tiang utama (guyed mast)
bahan yang efisien karena kemampuannya untuk membentang. Dalam menggantung, semua bahan c) Prinsip Tensegrity
hanya dapat dipikul secara tarik sehingga tidak perlu mengurangi beban yang diizinkan akibat
Masing-masing kelompok tersebut dibagi lagi dalam hubungannya dengan hal-hal berikut:
ketidakstabilan lentur dan tekuk. Dengan demikian maka ukuran penampang batang tarik dapat
a) Jenis sistem penggantungan kabel
diperkecil. Karena kabel tidak kaku terhadap lenturan, maka struktur gantung akan bergerak b) Jenis sistem kabel
apabila ada perubahan pembebanan. Ketidakstabilan yang inheran di dalam sistem kabel c) Bentuk geometris

(ketidakstabilan aerodinamis) menyulitkan proses rancangan dan pelaksanaan, stabilisasi seluruh


bangunan adalah faktor rancangan yang menentukan. Selanjutnya konsentrasi tegangan yang tinggi
pada batang tarik akan menimbulkan masalah di tempat-tempat sambungan.

Gambar Prinsip Rangka Kaku


Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)

Skema Organisasi Pengelompokan Bangunan Tinggi


Sumber:Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)
Gambar Prinsip Rangka Kaku Gambar Prinsip Rangka Kaku
Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989) Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)

Kebanyakan bangunan gantung saat ini menggunakan prinsip inti kaku. Sebuah atau
beberapa inti memikul seluruh berat bangunan dan menahan lentur akibat angin dan efek
kantilever. Beberapa keterbatasan sistem ini adalah sebagai berikut:
a) Seluruh gaya lateral dipikul oleh inti
b) Gerak relatif antara penggantung dan inti harus diperhitungkan
c) Pondasi yang harus disediakan untuk inti cukup besar.
Kategori utama yang kedua untuk bangunan gantung tinggi menggunakan prinsip tiang
penggantung. Kabel-kabel dibuat pratekan dan diangker langsung ke tanah atau didukung oleh
sistem struktur lainnya. Tiang akan bereaksi terhadap tarikan dalam keadaan tekan dan
menstabilkan ruang, maka seluruh bangunan dibuat pratekan. Karena kabel dibuat prategang, maka
kabel tersebut akan menyerap gaya-gaya lateral dan menunjang lantai-lantai yang menggantung
serta memperoleh kembali bentuk semula.

Kategori ketiga, yaitu struktur tensegrity, merupakan sistem tertutup yang terdiri dari unsur
tarik yang menerus dan batang tekan individual (tak menerus). Seluruh sistem harus dibuat pratekan
agar menjamin kestabilan. Sampai saat ini prinsip ini telah diterapkan oleh para seniman atau di
telaah dalam bentuk model oleh para peneliti. Walaupun tensegrity menghasilkan pemecahan yang
optimum terhadap berat minimum bahan dan terdiri atas unsur-unsur yang berulang, konfigurasi
ruang yang rumit akan membatasi perancang dan pelaksananya. Sifat antigravitasi ini tidak hanya
menentang persepsi tradisional terhadap suatu bangunan, tetapi juga menuntut tinjauan kembali
yang menyeluruh terhadap proses membangun, penafsiran terhadap perilaku bangunan, dan juga
Gambar Prinsip Rangka Kaku terhadap metode pembuatan detail.
Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)
Gambar Bentuk Prinsip Tiang
Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989) Gambar Bentuk Prinsip Tiang
Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)

d) Bangunan Tinggi Pneumatik


Struktur ini biasanya merupakan pemecahan terhadap masalah yang berkaitan dengan ruang
serbaguna dimana banyak orang bisa ditampung pada ketinggian tertentu. Apabila diperlukan lebih dari
satu ketinggian, biasanya ruang dibagi secara vertikal dengan konstruksi konvensional. Tidak akan terjadi
struktur konvensional akan disatukan dengan struktur pneumatik.
Prinsip struktur pneumatik terletak pada selaput yang relatif tipis yang didukung oleh perbedaan
tekanan. Dengan kata lain, tekanan dari ruang yang dilingkupi lebih tinggi daripada tekanan atmosfer.
Perbedaan tekanan akan menyebabkan tarikan pada membran. Membran hanya bisa stabil apabila dalam
keadaan tarik. Gaya tekan yang diinduksi oleh gaya-gaya luar harus segera diatasi oleh peningkatan
tekanan internal atau dengan menyesuaikan bentuk membran apabila membran tersebut cukup fleksibel.
Tegangan yang terjadi pada membran harus berada di bawah batas yang diperbolehkan untuk membran
tersebut.
Ada dua jenis struktur pneumatik: yang didukung oleh udara dan yang dipompa. Struktur yang
didukung oleh udara menggunakan tekanan positif yang rendah (3-6 psf) untuk mendukung membran
Gambar Bentuk Prinsip Tiang
Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989) dengan luas tertentu. Udara harus dipasok secara terus menerus karena adanya kebocoran, terutama pada
pintu-pintu masuk bangunan. Gambar dibawah ini memperlihatkan struktur pneumatik.
diberi tekanan demikian, ujung atas yang diikat dapat mendukung beban dari atas ataupun

Gambar Struktur Pneumatik


Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)
digantung di bawahnya.

Struktur yang dipompa dengan udara membentuk bagan-bagan struktur konvensional


(dinding, balok, kolom, busur, dsb). Kekakuan bagan-bagan tersebut dihasilkan melalui tekanan
Gambar Premis dasar Pohl
udara yang terdapat di dalam bentukan membran (30-40 psf). Saat ini terdapat dua jenis struktur Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)
yang dipompa, dapat dilihat pada gambar di bawah ini: sistem dinding ganda (dual wall system, Perlawanan tabung yang dipompa terhadap keambrukan oleh tegangan lentur, tekuk, atau
gambar b) dan sistem bertulang yang dipompa (inflated rib system, gambar a). torsi langsung bergantung pada rasio antara beban terhadap tekanan internal. Pada umumnya kolom
fleksibel akan ambruk apabila tekanan aksial dan momen lentur. Pohl menyarankan beberapa
pemecahan untuk masalah ini dalam hubungannya dengan masalah-masalah teknis lain yang
menyangkut bangunan tinggi. Kulit membran yang fleksibel dalam suatu bangunan tinggi
pneumatik adalah struktur sekaligus penutup bangunan. Sebagai struktur ia harus mampu menahan
beban seperti bangunan konvensional lainnya. Akan tetapi, teknologi masih belum menghasilkan
kulit fleksibel dan ekonomis yang cukup kuat untuk melakukan hal ini sendiri.

Sebagai penutup bangunan, kulit ini harus melindungi bangunan terhadap perolehan panas
Gambar Struktur Yang Dipompa (heat gain) dan kehilangan panas (heat loss), meneruskan cahaya, dan yang paling penting untuk
Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989) struktur pneumatik adalahh agar dapat membatasi keruntuhan pada permukaan untuk mencegah
hilangnya tekanan. Beberapa masalah lain yang belum terpecahkan berhubungan langsung dengan
Sampai saat ini struktur pompa lebih sering digunakan karena biayanya relatif murah,
faktor tekanan, termasuk kesulitan mekanis untuk masuk dan keluar, keamanan dalam
rancangan dan pengemasannya lebih sederhana, dan membran yang tersedia memadai. Akan tetapi,
hubungannya dengan pemeliharaan tekanan rancangan dan bahaya kebakaran, dan sifat serta
struktur ini mempunyai potensi paling besar untuk diterapkan pada bangunan tinggi, bukan hanya
penampilan bahan selaput yang memadai.
karena kemampuannya untuk menunjang struktur yang dihubungkan dengan struktur ini. Premis
dasar Phol dapat diterangkan melalui contoh tabung yang dipompa dan diikat pada kedua ujungnya
seperti pada gambar dibawah ini.
Apabila udara dipompakan ke dalamnya, tekanan internal akan menyebabkan kulit tabung
menerima tegangan tarik sementara kedua ujung yang diikat didorong sehingga menjauh. Dengan
Gambar 2.2.83 Skema Bangunan Tinggi Pneumatik Rancangan Pohl
Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)

e) Rangka Ruang diterapkan pada Bangunan Tinggi


Rangka ruang (space frame) terdiri dari suatu susunan tiga dimensi dari batang-batang
Gambar 4.1 Vehicle Assembly Building Cape Kennedy
lurus. Batang-batang ini dapat kaku atau dihubungkan dengan sendi, atau dapat pula berupa Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)
gabungan antara keduanya. Dalam suatu sistem sambungan sendi, beban yang terjadi ke
sambungan dari berbagai arah akan dilawan secara aksial. Contoh seperti gambar berikut.
Alfred T. Swenson merencanakan menara kantor apartemen 150 lantai. Rangka ruang
Lentur yang dihasilkan oleh efek sekunder. Rangka ruang adalah struktur paling kaku yang
eksternal ini memikul 100% dari beban gravitasi dan 65% dari baja struktur pada keliling
menggunakan bahan paling sedikit karena batang-batang bereaksi langsung terhadap beban.
bangunan, suatu langkah yang amat perlu untuk mengimbangi persoalan guling oleh angin terhadap
Rangka ruang dapat dirakit dari jumlah unsur prefab standar yang minim, dan Karena itu dapat
struktur yang demikian tinggi. Pipa-pipa baja di bagian dasar bangunan berdiameter 4 inci dengan
dibongkar (bergantung pada jenis sambungan) dan dapat digunakan kembali tanpa membuang
ketebalan dinding pipi 1½ inci. Bagian pipa yang kosong diisi air yang mengalir mengikuti prinsip
bahan. Keuntungan lain adalah potensinya untuk membagi ruang. Rangka ruang terutama
gravitasi ketika terjadi kebakaran sehingga mengendalikan suhu di dalam struktur rangka ruang.
digunakan sebagai sistem bentang panjang untuk atap datar di mana diperlakukan ruang bebas
Lihat gambar berikut.
kolom (Gelanggang renang, Pabrik, Bangsal pertemuan, dll.). Rangka ini dapat digunakan untuk
menara transmisi listrik dan kubah geodesi dengan perakitan ganda. Rangka ruang ini dapat
berfungsi pada bangunan tinggi; ia bisa menggantikan batang/ komponen standar konvensional
seperti dinding dan lantai (balok) atau dapat juga membagi ruang kehidupan dalam suatu cara
polihedral dan rapat.
Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)

f) Arsitektur Kapsul

Arsitektur kapsul merupakan suatu perkembangan baru dalam konstruksi bangunan tinggi.
Karena hanya terdapat beberapa contoh, salah satu kasus yang akan dibahas yaitu, Nakagin
Capsule Tower di Tokyo, Jepang, oleh Kisho Kurokawa. Kurokawa sendiri mengatakan, salah
satu sasaran yang arsitektur kapsul ingin mencapainya adalah produksi ruangan individual secara
massal 100%.

Gambar 4.2 Usulan Menara dari Swenson


Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)

Struktur tetrahedral yang direncanakan oleh Stanley Tigerman, merupakan contoh jenis
kedua, menggunakan sebuah rangka A tiga sendiri untuk memuat suatu lingkupan perkotaan.
Diharapkan bahwa kekuatan inheren dari bentuk tersebut dan pembagian ruangnya akan mampu
mengatasi keterbatasan pencakar langit vertikal yang ter-kantilever. Lihatlah gambar contoh
berikut.

Gambar 4.3 Rangka A usulan Tigerman


Gambar 5.1 Nakagin Capsule Tower di Tokyo, Jepang
Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989) dan memuat ruang lift, tangga, dan tangki air di bagian atas masing-masing menara. Menara-
menara ini berlaku sebagai inti pemikul beban lateral dan pemikul berat kapsul. Salah satu menara
mempunyai tinggi 175 kaki sedangkan yang lainnya 150 kaki.
Kurokawa menggunakan dua inti pusat dimana dikait 140 kapsul. Kapsul-kapsul ini
mengantilever dari dua inti yang terpisah dan tidak mendukung satu sama lainnya. Ruang bebas
vertikal dan horizontal di antara keduanya adalah masing-masing 12 dan 8 inci. Tinggi masing-
masing kapsul adalah 8 kaki, lebar 8 kaki, dan panjang 13 kaki serta mempunyai berat 4 ton tanpa
perabotan.

Gambar 5.2 Gambar Nakagin Capsule Tower di Tokyo, Jepang


Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)

Kapsul ini merupakan kotak rangka baja ringan yang di las. Pemasangan kotak ini hampir
sama dengan proses yang digunakan untuk membuat kontainer kapal yang besar. Sebuah jig Gambar 5.3 Kotak rangka Baja ringan

container yang telah diperbaiki menjadi dasar untuk semua pemasangan rangka permukaan dan Setiap kapsul dihubungkan dengan inti pada keempat sudutnya. Pada sudut-sudut di
pengelasan. Panel eksterior terbuat dari panel baja gelombang yang digalvanis dan diberi lapisan bagian bawah, kotak baja 4 inci di kantilever 6 inci dari dinding beton, sedangkan pada sudut-
anti karat. Untuk memenuhi persyaratan pencegah kebakaran, lapisan asbes tambahan diterapkan sudut di bagian atas, balok I 8 inci di kantilever 6 inci dari dinding beton. Kapsul ini dibuat pada
pada struktur utama dan panel-panel eksterior. Semua kapsul dibuat dengan cara prefabrikasi keempat dudukan tersebut.
dengan pertimbangan tanpa harus melalui jalan raya karena pabrik pembuatannya terletak 280
mil dari tapak proyek.

Kapsul-kapsul ini disusun mengelilingi dua menara beton berjarak 21 kaki satu sama lain,
2.1.6 Beban Pada Struktur Bangunan Tinggi barang, juga akibat ledakan dan benturan yang diterima oleh bangunan. Selanjutnya, gaya-gaya dapat terkurung
di dalam struktur (locked in stress) selama proses pembuatan dan pelaksanannya.
Beban yang diterima oleh struktur bangunan ditimbulkan secara langsung oleh gaya-gaya alami
atau pun manusia, maka dari itu dapat dikatakan ada dua sumber beban yang diterima oleh bangunan Sumber geofisik dan buatan untuk beban bangunan bergantung satu dengan yang lainnya. Massa,

yakni dari geofisik dan buatan manusia. ukuran, besaran, bentuk, dan bahan bangunan mempengaruhi gaya geofisik. Misalnya, apabila unsur-unsur
bangunan dikekang reaksinya terhadap perubahan suhu dan kelembaban, maka gaya-gaya akan diinduksi ke
dalam bangunan.

Berikut beban-beban struktur yang bekerja pada struktur bangunan tinggi, yaitu:

1. Beban Vertikal (Gravitasi)

a. Beban mati

Beban dapat digolongkan kedalam dua kelompok dan bergantung pada gaya gravitasi yang bekerja
pada struktur bangunan, yaitu statis dan dinamis. Beban dinamis merupakan beban yang bersifat sementara
dimana beban ini berubah seiring dengan perubahan waktu dan musim ataupun menurut fungsi ruangan pada
bangunan atau terletak pada struktur.

Beban mati dapat dikataka nsebagai gaya statis yang terjadi oleh berat unsur-unsur dalam struktur
bangunan. Gaya-gaya yang menghasilkan beban mati terdiri dari berat unsur pendukung beban dari bangunan,
lantai, penyelesaian langit-langit, dinding partisi tetap, penyelesaian fasad, tangki simpan, system distribusi
mekanis, dan seterusnya. Gabungan dari beban smeua unsur inilah yang menjadikan beban mati pada suatu
bangunan.

Gambar 2.2.1 Sumber Pembebanan pada Bangunan b. Beban hidup


Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)
Beban hidup berbeda dengan matik arena sifatnya yang berubah-ubah. Karena sifatnya yang berubah-
ubah sangat sulit unutuk memperkirakan secara tepat besar beban yang diterima oleh gedung.Perubahan beban
Gaya geofisik yang merupakan gaya yang dihasilkan oleh perubahan-perubahan yang selalu hidup tidak hanya terjadi sepanjang waktu, tetapi juga sebagai fungsi tempat, perubahan ini bisa berjangka
terjadi di alam dapat dibagi lagi menjadi gaya gravitasi, meteorologi, dan seismologi. Karena adanya pendek ataupun Panjang sehinga cukup mustahil untuk memperkirakan beban yang bekerja secara statis.
gravitasi bumi yang bekerja pada bangunan maka berat bangunan itu akan menghasilkan gaya struktur
Beban yang disebabkan oleh benda-benda yang berada di dalam ataupun di atas bangunan disebut
yang disebut beban mati, dan beban ini akan tetap terus bekerja pada bangunan sepanjang bangunan
dengan beban penghunian (occupancy load). Beban-beban ini mencakup beban oleh berat manusia, perabot,
berdiri. Perubahan dalam penggunaan bangunan berkolerasi terhadap gaya gravitasi sehingga
partisi yang dapat dipindahkan, lemari besi, buku, lemari arsip, perlengkapan mekanis (seperti komputer,
menghasilkan pembebanan yang berbeda pada periode waktu tertentu. Beban meteorologi berubah
business machines), kendaraan bermotor, perlengkapan industry, dan semua beban semi permanen atau beban
tergantung pada waktu, beban ini berwujud angin, suhu, kelembaban, salju, dan lain sebagainya. Beban
semnetara lainnya yang beroengaruh terhadap sistem bangunan, tetapi bukan merupakan bagian dari struktur
oleh gaya seismologi dihasilkan dari gerakan yang tak teratur dari bumi seperti gempa.
bangunan dan tidak dianggap sebagai beban mati. Karena adanya beban-beban yang dinamis ini maka hampir
Beban pada bangunan yang bersumber dari manusia merupakan gaya-gaya yang berasal dari tidak mungkin untuk memperhitungkan beban hidup secara statis yang terjadi pada struktur bangunan tinggi.
kendaraan bermotor, elevator (lift), mesin, dan sebagainya, atau juga berasal dari pergerakan manusia dan
Melalui adanya suatu penelitian terhadap masalah ini, mengatakan nilia beban yang dianjurkan untuk c. Penyebaran Gaya-Gaya Vertikal

berbagai penggunaan telah dikembangkan. Pada penyebaran gaya vertikal, membutuhkan bidang-bidang vertikal seperti jenis rangka tiang dan
balok (post and beam) atau biasa disebut sistem dinding. Sistem dinding ini dapat berupa rangka ataupun
Nilai-nilai beban yang dimaksud berupa beban merata ekuivalen dan beban terpusat yang telah
padat.
diketahui sebelumnya. Beban merata ekuivalen merefleksikan keadaan beban pemakaian sesungguhnya.
Nilai-nilai ini, yang ditetapkan berdasarkan perkiraan beban yang sesungguhnya akan terjadi pada
bangunan. Beban terpusat menunjukakn kemungkinan adanya aksi beban tunggal pada tempat-tempat
kritis seperti pada tangga, langit-langit, garasi, dan daerah-daerah bahaya lainnya yang akan mendapat
perlakuan gaya tekan terpusat yang tinggi.

Selalu ada hal-hal tak terduga yang harus dipertimbangkan pada perancangan struktur bangunan.
Perubahan pemakaian pada elemen bangunan seperti pada tangga yang pada waktu tertentu akan
digunakan oleh banyak orang ketika terjadi latihan kebakaran, pemakaian yang berdesakan, upacara,
ruangan yang dipakai secara beramai-ramai, atau kelebihan beban pada bagian-bagian bangunan yang
disebabkan oleh perubahan pemakaian ataupun perubahan susunan perabotan dan dinding sehingga akan
menimbulkan beban berlebih di daerah tertentu. Oleh karena itu peraturan faktor keamanan minimum
harus menjamin keadaan-keadaan yang tak terduga seperti diatas.

Beberapa peraturan yang harus diperhatikan terhadap beban hidup, yaitu:

- Apabila tidak terjadi beban terpusat, unsur-unsur struktur (kolom) dan lantai yang membentang
harus dirancang sedemikian rupa untuk mendukung/menopang beban merata atau beban
terpusat.

Gambar 2.2. Bidang Vertikal Sistem Dinding dan Sistem Tiang


Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)
Grid ruang yang diatur dengan lima trave dan proses yang telah dikembangkan untuk memperlihatkan
ragam susunan. Bidang-bidang vertikal ini bisa berupa berundak atau menerus, kedua sistem berundak
memperlihatkan mengenai berbagai macam kemungkinan susunan bentuk. Contoh-contoh yang menggunakan
bidang vertikal menerus kemudian dibagi lagi menjadi beberapa ruang menurut jumlah dan grid ruang tertentu.
Bidang vertikal menerus dibagi menjadi tiga menurut jumlah dan penempatan bidang-bidang c) Bidang-bidang yang dipusatkan pada bagian tengah bangunan.

pada grid ruang tertentu, yaitu:

a) Bidang-bidang disebar secara merata sepanjang bangunan atau dipusatkan dibagian


tengah.

Gambar 2.2. Pembagian Beban Pada Bagian Vertikal Bagian Tengah


Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)

Gambar 2.2. Pembagian Beban Pada Bidang Vertikal Bagian Tengah dan Luar Sumber: Schueller,
Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989) d. Penyebaran Gaya-Gaya Lateral

b) Bidang-bidang membentuk pembungkus luar untuk bangunan. Suatu jenis pengaku harus disediakan pada arah memanjang atau melintang suatu bangunan.
Gaya-gaya lateral disebarkan melalui lantai sebagai balok horizontal ke bidang-bidang vertikal
bangunan, setelahnya bidang-bidang vertikal meneruskan gaya/beban ke pondasi bangunan tersebut.
Gambar 2.2. Arah Penyebaran Beban Gaya Lateral

Gambar 2.2. Pembagian Beban Pada Bidang Vertikal Bagian Luar


Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)

Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)


Hanya dengan sambungan geser bidang horizontal (lantai) dan bidang vertikal (dinding) Dianggap bahwa sistem inti geser (shear core) tidak digunakan pada arah pendek bangunan.

dapat meneruskan gaya lateral. Sambungan sendi (rol) diantara bidang-bidang itu hanya Bergantung pada bentuknya, inti dapat menahan gaya lateral dari arah manapun, lihat gambar

meneruskan beban gravitasi. Besar tekanan pada tanah ditentukan dari jumlah dan jenis sistem berikut ini.

penyebaran lateral.

a) Sistem penyebaran lateral dasar


Suatu grid bangunan yang umum terlihat pada tengah-tengah gambar dibawah ini.

Gambar 2.2. Bentuk Core Menentukan Arah Penerimaan Beban Gaya Lateral
Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)

b) Bidang bangun interior vertikal yang tipikal


Bidang-bidang bangun vertikal yang biasa dijumpai dapat berupa sistem bidang tunggal
atau berupa sistem bidang tunggal atau berupa bagian dari sistem inti tiga dimensi.

Gambar 2.2. Derajat Kekakuan Sistem


Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)
Gaya-gaya lateral diteruskan sepanjang arah melintang bangunan, hal ini dapat
tercapai dengan distem struktur yang diperlihatkan disekitar lingkaran luar pada gambar
diatas. Sistem-sistem ini diatur berdasarkan derajat kekakuannya, mulai dari yang paling
sedikit kekakuannya yaitu rangka kaku (rigid frame, gambar a) sampai ke yang paling
kaku yaitu inri padat tertutup (closed solid core, gambar m).
Penyebaran lateral gaya-gaya sepanjang sumbu memanjang bangunan dapat dicapai
melalui berbagai cara:
• Melawan secara terus menerus melalui aksi rangka kaku atau truss.
• Memperkaku trave tertentu dari bangunan dengan rangka kaku atau dinding padat Gambar 2.2. Bidang Struktur Vertikal
Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)
(gambar n dan o).
Bidang-bidang struktur vertikal dapat dikelompokkan menjadi:
• Dinding padat (solid wall) • Pengakuan dapat dibangun sepanjang beberapa lantai.

• Rangka kaku (rigid frame)


• Dinding rangka (trused frame)
• Rangka campuran (mixed frame)
Jenis-jenis pengaku dasar untuk rangka diperlihatkan pada gambar diatas, mulai dari
yang paling kaku seperti latticed truss di bagian kiri, dan berakhir pada paling tidak kaku,
yaitu knee based frame di bagian kanan. Pemilihan jenis pengaku tidak hanya merupakan
fungsi dan tuntutan kekakuan, tetapi juga dari ukuran bukaan jendela yang diperlukan
untuk sirkulasi.

Prinsip pemecahan dasar pengakuan dikaitkan dengan trave bangun vertikal menerus
yang tipikal dapat dilakukan seperti:

• Setiap lantai bisa diperkaku penuh.

Gambar 2.2. Pengakuan Tiap Beberapa Lantai


Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)

• Pengaku K-vertikal dapat digunakna sepanjang kolom.

Gambar 2.2. Pengakuan Tiap Lantai


Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)
Gambar 2.2. Pengakuan Sepanjang Kolom
Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)
• Pengaku portal horizontal dapat digunakan sepanjang balok.

Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)


Gambar 2.2. Pengakuan Sepanjang Balok
Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)
Sistem pada gambar diatas menggunakan suatu bentuk kekakuan terhadap lentur-balok
d) Fasad struktural
yang langsung dihubungkan dengan kolom (rangka kaku), sistem rangka, atau dinding
Penggunaan pengaku lateral untuk bangunan tinggi tidak hanya terbatas pad inti
berlubang (perforated wall). Gambar tersebut memperlihatkan berbagai metode struktur
interna, dinding geser, dan rangka pengaku untuk melawan gaya-gay angin dan gempa.
menurut bentangan yang semakin kecil (dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan). Sistem
Semua sistem ini dapat disebut juga fasad eksterior sehingga dapat memenuhi fungsi
bentangan yang paling panjang, seperti balok plat (plate girder) dan Vierendeel truss serta
estetika maupun struktural. Untuk bangunan tinggi, pengakuan rangka akan menghambar
Warren truss, memungkinkan lebih banyak cahaya alami memasuki bangunan, akan tetapi
sirkulasi ruangan yang digunakan untuk kegiatan.
bentangan yang paling pendek (tabung berlubang) lebih kaku sehingga memungkinkan
bangunan menjadi lebih tinggi.

Balok plat atau balok rangka (truss spandrel) yang memiliki bentangan panjang tinggi
bangunan antara jendela ke jendela, flensnya setinggi jendela. Untuk Warren spandrel kabel-
kabel tarik ditambahkan diantara truss untuk meningkatkan ketahanan struktur fasad terhadap
angin. Sistem dinding berlubang yang terbuat dari plat beton atau baja tidak dilengkapi kolom
atau balok langsung, pembungkus dinding (wall envelope) berlaku sebagai dinding pendukung.

Struktur fasad tidak mesti seragam pada seluruh fasad, tetapi dikelompokkan di tempat
yang tepat untuk menahan gaya secara efisien. Rangka sabuk dan kepala (belt and cap)
sekeliling bangunan, misalnya ditempatkan pada lantai yang dapat mengikat unit bangunan
secara efisien ke dalam suatu kesatuan yang kohesif. Prinsip-prinsip yang diperlihatkan pada
Gambar 2.2. Pola berulang grid fasad struktur
Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989) keseluruhan struktur fasad bisa berupa rangka segitiga dan rangka keliling sampai inti eksterior
Gambar 2.2. Sistem struktur bidang vertikal dan rangka multilantai.
e) Ruang lantai dasar yang optimum sebaliknya, sistem tertutup melingkupi ruang geometris, bentuk-bentuk yang saring dijumpai

Biasanya bukaan pada lantai dasar tercipta dengan meniadakan beberapa unsur adalah bujursangkar, segitiga, persegi panjang, dan bulat.

pendukung bangunan atau dengan menambah sistem struktur yang mendukung bangunan Sistem dinding geser, baik di dalam maupun di luar bangunan, dapat disusun secara
diatasnya. Ada dua pendekatan dasar untuk mencapai ruang bebas di lantai dasar: simetris atau asimetris. Lingkaran luar gambar diatas mencakup hanya beberapa contoh dari
• Memikul unsur-unsur pendukung bangunan oleh struktur individual seperti: pilihan yang tak terhingga banyaknya untuk susunan dinding yang asimetris. Bentuk dan
- Rangka portal sepanjang lebar bangunan penempatan dinding geser mempunyai akibat yang besar terhdap perilaku struktural apabila
- Kolom garpu dua atau tiga yang mengumpulkan batang-batang tekan. Metode ini dibebani secara lateral.
berlaku sangat baik terhadap beban vertikal yang simetris, akan tetapi kurang
Inti yang diletakkan asimetris terhadap bentuk bangunan harus memikul torsi selain
sesuai untuk beban punter dan lateral yang tegak lurus, terhadap kolom karena
lentur dan geser langsung. Akan tetapi, rotasi dapat juga terjadi pada bangunan yang memiliki
momen lentur yang besar akan terjadi akubat aksi individual dari kolom.
susunan dinding geser simetris apabila angin bekerja pad afasad yang terbuat dari terkstur
• Meniadakan atau memperbaiki unsur fasad struktur pada pada lantai dasar:
permukaan yang berbeda (halus kasarnya permukaan) atau apabila angin tidak bekerja pada
Ciri-cirinya menggunakan balok penerus (transfer beam), rangka penerus (transfer
titik berat massa bangunan.
truss), dinding penerus (transfer wall), aksi busur tak langsungm pengumpulan
kolom, atau busur murni.
e. Susunan Dinding Geser
Dinding geser merupakan unsur pengaku vertikal yang dirancang untuk menahan gaya
lateral. Gambar dibawah ini memperlihatkan dinding geser sebagai dinding luar atau dalam,
ataupun berupa inti yang memuat ruang lift atau tangga.

Gambar 2.2. Rotasi Pada Dinding Geser Akibat Beban Angin


Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)

f. Perilaku Dinding Geser Yang Diberi Beban Vertikal


Lantai yang berlaku sebagai diafragma horizontal akan meneruskan beban lateral secara merata
ke dinding geser. Hal ini dianggap bahwa lantai cukup tebal dan tidak mempunyai bukaan besar atau
lantai sangat kaku dan tidak berubah bentuk. Penyebaran gaya lateral ke dinding geser merupakan
fungsi dari susunan geometris sistem dinding penahan. Apabila resultan gaya lateral melalui titik berat
dari kekakuam relatif bangunan, maka yang dihasilkan hanyalah reaksi translasi.
Dapat dilihat pada bangunan dinding geser murni. Pada bangunan dinding geser rangka kaku,
Gambar 2.2. Susunan Dinding Geser
Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989) sebagai perkiraan awal dianggap bahwa geser akan dipikul seluruhnya oleh inti. Ini adalah karena
kekakuannnya jauh melebihi kekakuan lateral rangka.
Susunan geometri sistem dinding geser tidak terbatas. Bentuk segitiga, persegi
panjang, sudut, kanal, dan flens lebar adalah contoh-contoh bentuk yang dikenal dalam Apabila susunan dinding geser itu asimetris, maka resultan gaya lateral tidak melalui titik berat
bahasa arsitektur. Sistem dinding geser pada dasarnya dapat dibagi menjadi sistem terbuka kekakuan bangunan. Yang terjadi adalah rotasi dari dinding geser ditambah dengan translasi.
dan tertutup. Sistem terbuka terdiri dari unsur linear tunggal atau gabungan unsur tidak Penyebaran tegangan bergantung pada bentuk sistem dinding geser.
lengkap melingkupi ruang geometris. Bentuk-bentuk ini adalah L,X,V, Y, T, dan H.
2. Beban Horizontal

a. Beban Angin

Gedung-gedung pencakar langit pertama tidak rentan terhadap beban lateral yang disebabkan oleh
pergerakan angin. Berat dinding batu yang besar memiliki berat yang besar pula sehingga pergerakan
angin pun tidak dapat menyaingi gaya-gaya gravitasi yang bekerja pada struktur bangunan tersebut.
Bahkan ketika sistem pendukung diganti oleh struktur rangka kaku pada akhir abad ke-18, gravitasi tetap
merupakan faktor penentu utama. Elemen-elemen struktural yang terkandung di dalam bangunan, kolom-
kolom berjarak rapat, unsur-unsur rangka yang masih dan tersusun berlapi-lapis, juga dinding partisi yang
berat masih menghasilkan bobot yang berat sehingga pergerakan angin tidak menjadi masalah yang
penting.

Gedung pencakar langit berdinding kaca pada akhir tahun 1950-an dengan ruang interior yang Gambar 2.2.2 Grafik Sifat Dinamis Angin
terbuka serta berat yang relatif kecil/ringan adalah gedung yang pertama kali dihadapkan dnegan masalah Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)

beban lateral berupa pergerakan angin. Dengan diperkenalkannya rangka baja ringan, berat tidak lagi
menjadi faktor yang membatasi ketinggian potensial bangunan. Akan tetapi, era bangunan dengan Kecepatan angin rata-rata pada umumnya linear terhadap ketinggian bangunan.Kecepatan rata-
material ringan seperti ini membawa persoalan baru yang perlu dipecahkan. Untuk mengurangi bobot rata angin juga dipengaruhi oleh kekasaran permukaan tanah karena pergerakannya dihambat oleh gaya
mati dan menciptakan ruang yang lebih besar dan fleksibel, dikembangkanlah balok-balok yang gesek. Semakin banyak pengaruh benda-benda sekitar seperti pepohonan, bentuk permukaan tanah, dan
membentang lebih panjang dan dinding partisi interior yang tidak berfungsi secara struktural untuk bangunan, semakin meningkat pula ketinggian tempat terjadinya kecepatan angin yang paling tinggi.
memikul beban dan dapat dipindah-pindahkan.Semua temuan ini menyebabkan kekakuan lateral menjadi Hal tersebut dapat dilihat pada ilustrasi di bawah ini.
sebuah pertimbangan penting sehingga kekakuan lateral ini menjadi lebih penting daripada kekuatan
bangunan tersebut. Aksi angin telah menjadi masalah yang besar bagi perancangan bangunan tinggi.

Untuk memperhitungkan pergerakan angin secara tepat merupakan hal yang cukup
mustahil.PErgerakan angin pada bangunan memiliki sifat yang dinamis dan dipengaruhi oleh faktor-
faktor lingkungan seperti kekasaran dan bentuk permukaan, bentuk kerampingan dan tekstur fasad
struktur itu sendiri serta peletakan bangunan yang berdekatan.

- Kecepatan angin

Kecepatan angin diobservasi pada ketinggian tertentu bangunan. Dari observasi tersebut
ditemukan adanya dua fenomena yaitu kecepatan angin yang rata-rata konstan dan kecepatan
Gambar 2.2.3 Ilustrasi Ketinggian Kecepatan Angin
angin yang sewaktu-waktu berubah. Maka dapat disimpulkan angin memiliki dua komponen, Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)
yaitu kecepatan statis dan dinamis. - Pembebanan angin dikaitkan dengan persyaratan bangunan

Persyaratan bangunan tinggi masih merefleksikan pendekatan yang statis terhadap pergerakan
angin yang relatif dinamis.Nilai tekanan angin ditentukan dari kecepatan angin rata-rata tahunan
maksimum dalam satuan mil per jam, 30 kaki di atas tanah, untuk rentang waktu 50 tahun. memperkirakan kedinamisan pergerakan angin dari efek hembusan ataupun dampak konteks fisik pada

Tekanan yang dihasilkan oleh angin pada sebuah bangunan dihitung menurut rumus: perilaku angin.

p = 0,002558 (CD) (V)2 - Topografi sebagai penentu tekanan angin

p = tekanan (psf) pada permukaan bangunan Sebuah studi yang dilakukan oleh Earth Sciences Building di Massachusettes Institute of
Technology menyatakan adanyua berbagai jenis aksi angin dan memberikan gambaran terhadap unsur
CD = koefisien bentuk
topografi yang mempengaruhi pergerakan angin. MIT Center terletak di tengah lapangan yang luas di
V = kecepatan rata-rata maksimun (mil per jam) sebelah utara Sungai Charles. Pada arah timur dan barat terdapat jajaran bangunan yang lebih rendah
berlantai empat sampai lima. Ketika itu diamati bahwa aliran udara bertekanan tinggi bertiup dari arah
sungai dan bergerak ke utara melalui lapangan tersebtu bahkan sebelum menara tersebut dibangun.

Sejak dibangun, MIT Center mengalami kecepatan angin yang luar biasa tingginya di sekeliling
dan melalui bangunan. Yang sangat kritis adalah gaya angin yang bertiup pada arkade setinggi 21 kaki
di dasar bangunan. Kadang-kadang kecepatan angin sedemikian rupa sehingga para pejalan kaki
mengalami kesulitan untuk berjalan di samping bangunan atau membuka pintunya. Selanjutnya, untuk
menjelaskan kejadian-kejadian ini dilakukan telaah terowongan angin dengan menggunakan model
berskala. Hasilnya direkam sebagai berikut.

Ketika masa udara positif bertekanan tinggi bergerak dari Sungai Charles melalui lapangan, ia
dihadang oleh MIT Center sehingga tercipta daerah bertekanan tinggi pada muka datangnya angin.
Penelitian terowongan angin (Gbr. 2.2.5) menunjukkan bahwa tekanan angin paling tinggi terjadi di
tengah-tengah nuka datangnya angin, dimana gerak angin hampir berhenti, berkurang sementara
kecepatan angin meningkat ke arah ujung permukaan.

Letak arkade penting mengingat bukaannya ditempatkan mengjadap arah datangnya angin pada
Gambar 2.2.4 Kecepatan Angin Maksimum
Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989) titik tekanan angin maksimum biasanya diamati (Gbr 2.2.5a). Selain itu, bukaan tersebut menciptakan
titik pelepasan (exit) massa udara bertekanan tinggi ke daerah yang berciri tekanan rendah karena
Kefisien bentuk CD bergantung pada bentuk bangunan dan kemiringan atap. Untuk bangunan letaknya pada bagian belakang bangunan (Gbr. 2.2.5c). Dalam memadukan temuan-temuan ini amatlah
persegi, CD = 1,3 termasuk efek tekanan yang bekerja pada muka datangnya arah angin (0,8) dan mudah untuk memahami mengapa kecepatan angin direkam arkade bangunan dan sekeliingnua kadang-
efek hisap yang terdapat pada muka belakang bangunan (0,5) dari struktur tersebut. Nilai-nilai kadang dua kali lipat kecepatan angin di daerah tersebut.
persyaratan tersebut adalah untuk bangunan yang memiliki denah persegi dan berdasarkan
kecepatan angin rata-rata sebesar 75 mph (miles per hour) pada ketinggian 30 kaki di atas tanah.

Untuk bangunan dengan denah heksagonal atau oktagonal, nilai tabular dapat dikurangi
dengan 20%. Untuk bangunan dengan denag berbentuk bulat atau elips, nilai tersebut dapat
dikurangi 40%. Pendekatan dengan persyaratan ini pada dasarnya tidak tepat untuk
(a) (b)
(a) (b)
Gambar 2.2.9 Arah Angin Dengan Pergeseran Bangunan (a)Pergeseran Satu
Arah;(b)Lentur Ganda
Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)

Lentur ganda dapat mengakibatkan dampak negatif ataupun positif terhadap gerak bangunan.
Pergeseran arah majemuk ini bias lebih kecil dibandingkan dengan apabila aliran udara yang sama
bekerja pada satu muka bangunan saja. Rancangan aerodinamis bangunan juga bias membantu
mengurangi pergeseran bangunan pada lentur ganda. Tekanan angin selalu terbesar apabila arah angin
(c) (d)
datang tegak lurus terhadap muka bangunan. Oleh sebab itu, apabila aliran udara menabrak permukaan
bangunan tidak tegak lurus, sebagian besar gaya angin disebarkan secara alami.

Meskipun demikian beban angin yang diinduksi oleh lentur ganda juga mengakibatkan
tegangan geser dan punter tambahan pada batang-batang struktur yang tidak menimbulkan pergeseran
satu arah.
(d)
Gambar 2.2.5 Catatan Tekanan Angin yang Direkam Berupa Isobar di MIT Center
- Tekanan angin
Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)
- Arah angin Tekanan angina berasal dari dua komponen yang telah dibahas diatas yaitu, kecepatan

rata-rata dan kecepatan embusan. Karena kecepatan statis rata-rata dibuat jangka waktu yang
Semua gerak bangunan sesuai dengan arah angina bertiup. Apabila massa udara yang
panjang, maka tekanan angina yang terjadi juga merupakan tekanan rata-rata dan menghasilkan
bergerak kearah tertentu membentur permukaan bangunan, maka terjadilah gaya guling. Gaya
lendutan yang kuat pada bangunan.
guling adalag tekanan angin, dan bisa menjadi semakin besar oleh adanya peningkatan kecepatan
angin atau olehh pertambahan luas permukaan penghalangnya.

Aksi angin yang cukup besar ke satu muka bangunan atau lebih akan menyebabkan lentur
ganda pada bangunan (Gbr. a). arah angina utama dapat dibagi menjadi dua komponen yang
memperlihatkan aksi angina yang terjadi pada masing-masing muka bangunan.
(a) (b) Gambar 2.2.11 Arah Angin Yang Menalami Turbulensi
Gambar 2.2.10 (a) Steady (Static) Deffedtions; (b) Dynamic Movement Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)

Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)

Efek Venturi yang diperlihatkan pada gambar berikut, adalah jenis aksi anginn turbulen.
Kecepatan embusann yang dinamis menyebabkan tekanan angin dinamis setara yng Turbulensi terjadi ketika massa udara bergerak diarahkan melalui ruang sempit diantara dua bangunan
menghasilkan pergeseran tambahan yang kira-kira mengimbangi lendutan kuat dari tinggi. Kecepatan angin yang terjadi pada ruangan ini akan melebihi kecepatan aliran angin utama.
bangunan. Hal ini nyata sekali untuk bangunan pipih. Gerak dinamis demikian disebut
pukulan embusan. Gaya-gaya acak yang dihasilkan oleh aksi embusan menginduksi osilasi
bangunan yang pada umumnya sejajar terhadap arah angin.

- Turbulensi

Apabila massa udara yang bergerak menemui hambatan, seperti bangunan, maka ia
kan berlaku seperti cairan dengan bergerak ke sisi-sisinya, lalu mengikuti kembali aliran
udara utama. Kecepatan angina bertambah dengan bergeraknya massa udara yang lebih
besar melalui daerah yang luasnya konstan pada waktu bersamaan, dan terjadilah aliran
udara turbulen. Gambar 2.2.12 Efek Venturi
Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)
Pada aliran udara turbulen, aliran tekanan udara positif direkam sepanjang udara menyentuh
permukaan bangunan. Apabila permukaan banguna terlalu cekung atau aliran udara terlalu cepat, massa
udara akan meninggalkan permukaan bangunan sehingga tercipta ruang-ruang mati bertekanannegatif.
Vortice dan eddy adalah aliran udara melingkar yang dihasilkan oleh angin turbulen di daerah
bertekanan rendah ini. Aliran demikian diperlihatkan pada gambar berikut, pada muka bagian belakang
bangunan, sudut-
sudut tumpul pada arah dating angina akan memungkinkan transisi yang lebih halus mengalami punter pada bangunan. Pada beberapa restoran dibagian atas bangunan, minuman

bagi angin. anggur tidak lagi jernih ketika dihidangkan karena gerak angina menyebabkan timbulnya endapan
akibat guncangan. Pada saat-saat tertentu terjadi kerusakan-kerusakan perabot dan peralatan,
Vortice adalah aliran udara berkecepatan tinggi yang menikbulkan aliran atas
suara berderik dari ruang lift dan kebocoran udara sekitar jendela dapat diamati, dan deru angin
dan aliran isap yang dekat dengan bangunan. Apabila waktu getar Vortice sekitar
sekitar sisi bangunan dapat didengar.
bangunan mendekati frekuensi alami dari struktur, terjadilak osilasi. Gerak yang terjadi
umumnya tegak lurus terhadap arah datangnya angin.
Frekuensi getar adalah fungsi bentuk dan ukuran bangunan, dan sering kali
dapat dikurangidengan menggunakan dinding bertekstur kasar dan atau bentuk-bentuk
bangunan yang tak teratur. Walaupun eddy terbentuk serupa dengan vortices, eddy
merupakan aliran udara melingkar bergerak lambat yang menyebabkan hanya seedikit
gerak bangunan.

Gambar 2.2.14 Aksi Angin Terhadap Bangunan


Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)

Kejadian-kejadian aneh yang diamati di luar bangunan tinggi juga menyebabkan


ketidaknyamanan dan gangguan terhadap para penghuni dan tetangga. Perubahan- perubahan sifat
angin setempat seperti aliran vortex yang terbentuk pada bangunan tinggi telah menerbangkan cucian
dan gantungannya, merusak kebun, merobek pintu kendaraan yang terbuka, dan menebarkan debu ke
udara. Beberapa pernghuni gedung sulit menikmatibalkon di depan kamar kecuali pada har-hari yang
udaranya tenang. Lebih parah lagi, jendela dapat pecah atau disedot dari bangunan sehingga
menyebabkan luka-luka atau bahkan kematian pada orang-orang yang berjalan di bawahnya.

Daftar contoh di atas dapat terus diperpanjang. Akan tetapi, yang penting adalah bahwa
pemahaman pertimbangan toleransi terhadap manusia dan kegiatan-kegiatan yang berlangsung di
dalam dan di sekitar bangunan harus menjadi faktor utama dalam merancang bangunan tinggi masa
kini.
Gambar 2.2.13 Perbedaan Aliran Udara Vortice dengan Eddy
Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)
b. Beban Gempa
Wilayah Indonesia terdiri dari 6 wilayah gempa, dimana wilayah gempa 1 adalah
- Toleransi manusia terhadap angin
wilayahkegempaan paling rendah dan wilayah gempa 6 adalah wilayah kegempaan paling
Toleransi manusia terhadap gerak angina di dalam dan di luar bangunan telah tinggi.Pembagian wilayah gempa ini, didasarkan pada percepatan puncak batuan dasar
menjadi faktor yang semakin penting dalam perancangan bangunan tinggi. Ayun lateral akibatpengaruh gempa rencana dengan periode ulang 500 tahun dengan asumsi umur
berlebih yang dapat dipikul oleh sistem struktur bangunan masih harus dikurangi hingga bangunanadalah 50 tahun.
batas yangmemadai untuk penggunaan bangunan oleh manusia. Beberapa penghuni di
berbagai bangunan mengalami mabuk karena ayun bangunan, orang merasakan gerakan dan
Kerak bumi tidak statis, ia selalu bergerak konstan. Menurut teori geologitentang manusia, sebuah bangunan harus selamat dari gempa tanpa roboh.

tektonik lempengan, permukaan bumi terdiri dari beberapa lempengann batuan tebal
yang menagpung di atas mantel bumi yang cair. Lempengan-lempengan tektonik baru • Perilaku bangunan ketika terjadi gempa
dibentuk terus-menerus spanjang lembah yang curam didasar laut dimana bahan cair Karena pondasi adalah titik singgung antara bangunan dengan tanah, maka gerak seismic
dari interior bumi didorong keatas sehingga samudera baru membentuk tepi lempengan bekerja pada bangunan dengan menggoyang pondasi bolak-balik. Massa bangunan menahan gerak
samudera yang menyebabkan continental drift, yaitu lempengan-lempengan samudera ini, membangun gaya inersia pada seluruh struktur, aksi ini serupa dengan inersia lateral yang
didorong terhadap lempengan continental. dialami oleh seorang apabila kendaraan yang ditumpanginya tiba-tiba berhenti. Jelas bahwa hal ini
merupakan penyederhanaan yang berlebihan karena gerak seismic juga berlaku untuk meremukkan
pondasi dan menggoyangkannya bolak-balik. Bagaimanapun, gaya inersia vertical diabaikan karena
bangunan sudah dirancang untuk pembebanan vertical statis. Maka kita hanya mempertimbangkan
gaya-gaya horizontal yang sekiranya melebihi gaya-gaya angina yang bekerja pada struktur.
Kebiasaan mengabaikan gaya-gaya vertikal, terutama pada beas bangunan yang dekat kepada
patahanpermukaan dari suatu sesar, akhir-akhir ini sedang ditinjau kembali.
Untuk struktur yang hanya sedikit berubah bentuk, artinya menyerap sebagian energy,
besar gayanya akan kurang dari massa kali percepatannya. Akan tetapi, struktur yang sangat
fleksibel, yang mempunyai waktu getar alamiah yang mendekati waktu getar gelombang
permukaan, dapat mengalami gaya yang jauh lebih besar yang ditimbulkan oleh gerak
permukaan yang berulang-ulang. Dengan demikian besar aksi gaya lateral pada bangunan tidak
disebabkan oleh permukaan saja, tetapi oleh tanggapan dari struktur bangunan dan juga
pondasinya. Kaitan hubungan antara bangunan dan gerak permukaan ini dinyatakan oleh
spectrum respons.

Gambar 2.2.15 Beberapa Bentuk Patahan


Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)

Sebuah monitoring grid dapat melacak fokus dari gempa, yaitu letaknya jauh di bawah
kerak bumi di mana sumbernya bermula, dan episenter yang terletak di permukaan bumi langsung
diatas fokus. Jaringan ini juga merekam titik-titik yang mengalami intensitas gelombang yang
tinggi, yang pada umumnya terpusat di sekitar sesar dan dengan demikian bisa jauh dari episenter.
Gerak permukaan diukur oleh acelerograph, sebuah alat yang sangat sensitive terhadap gerakan Gambar 2.2.16 Pergeseran Bangunan Oleh Gempa
tanah yang sangat mungkin mempengaruhi struktur. Ia merekam tiga komponen percepatan Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)
permukaan, dua horizontal (seperti utara-selatann dan timur-barat), dansatu vertical. Percepatan
ini merupakan dasar dari rancangan bangunan tahan gempa, untuk menjamin perlindungan jiwa
• Gaya lateral pada bangunan Peningkatan geser yang berasal dari torsi horizontal harus diperhitungkan karena adanya

Uniform Building Code mensyaratkan bahwa bagian-bagian bangunan dan eksentrisitas antara pusat titik berat massa dengan titik pusat kekakuan. Geser torsi negative

sambungan- sambungannya dirancang berdasarkan rumus: diabaikan. Unsur-unsur penahan geser harus mampu melawan momen torsi yang setara dengan
geser satu lantai yang bekerja dengan eksentrisitas 5% dari ukuran bangunan masksimum pada
lantai tersebut.

• Guling
Dimana:
Setiap bangunan harus dirancang untuk menahan guling yang diakibatkan oleh angin atau
Fp = gaya lateral yang bekerja pada bagian tersebut
gempa, mana saja yang lebih berpengaruh. Momen dapat dihitung berdasarkan rumus
Z = faktor kemungkinan zone
distribusi beban segitiga. Akan tetapi, pembebanan didasarkan atas geser maksimum, dan
Wr = berat bagian tersebut
mungkin saja kurang pada saat-saat lainnya.
Cr = koefisien yang ditentukan dari tabel dibawah ini
Momen guling akibat gempa dapat dikurangi oleh koefisien:
Tabel 2.2 Nilai Koefisien dari Beberapa Bidang
Bagian Struktur Nilai Cp
1. Dinding pendukung dan 0,20
non-pendukung interior (gaya tegak permukaan)
dan eksterior
2. Dinding perapat 1,00
kontilever (gaya tegak permukaan)
3. Ornamen, ragam hias 1,00 Momen guling pada dasar bangunan adalah:
(gaya dari arah manapun)
4. Lantai dan atap yang 0,10
bertindak sebagai (arah manapun)
diafragma
5. Sambungan untuk panel 2,00
eksterior (arah manapun) Bangunan yang lebih tinggi dari 100 kaki:
6. Sambungan untuk 0,30
unsur-unsur struktur (arah horizontal manapun) Bangunan tersebut harus memiliki rangka ruang penahan momen lentur yang mampu
prefab selain dinding
menahan sekurang-kurangnya 25% dari gaya seismik yang diperlukan dari struktur
Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)
keseluruhan. Semua bangunan yang dirancang dengan faktor K sebesar 0,67 atau 0,80
Persyaratan Tambahan harus memiliki rangka lentur menahan momen dari baja struktur atau beton bertulang cor
• Pondasi Tiang Pancang setempat. Rangka beton bertulang harus memenuhi persyaratan khusus tertentu.
Pondasi Tiang Pancang atau Kaison harus disambung dengan pengikat sehingga masing-
masing mampu menahan tegangan tarik ataupun tekan dari gaya-gayahorizontal atau
Persyaratan Rancangan Lainnya
vertikal yang setara dengan 10% beban tiang pancang.
- Semua bagian bangunan harus dirancang dan dibangun sehingga berlaku sebagai suatu
kesatuan untuk menahan gaya-gaya horizontal kecuali apabila dipisahkan secara struktur
• Distribusi Geser Horizontal dengan suatu jarak yang cukup untuk mencegah sentuhan yang menyebabkan lendutan
Geser total pada bidang horizontal manapun akan disebar ke unsur-unsur sistem pelawan akubat gaya seismik atau angin.
gaya lateral berbanding lurus dengan kekakuan unsur-unsur tersebut. - Unsur batu atau beton yang menahan gaya lateral harus diperkuat
- Hanya beban hidup atap yang dapat diabaikan ketika mempertimbangkan akibat gaya
• Momen Torsi Horizontal seismik digabung dengan beban vertikal.
- Dinding beton atau batu harus diangker ke semua lantai dan atap yang peletakan 29 kolom menyatakan modul bangunan struktur horizontal. Balok -balok utama membentuk
memberikandukungan lateral untuk dinding, untuk gaya minimum 200 lb per kaki modul ini dan sekaligus merupakan bagian dari rangka bangun vertikal. Bergantung pada skala, modul
panjang dinding. ini dapat dibagi oleh balok anak yang membentuk suatu subsistem. Bentangan balok anak ini berkisar
- Partisi interior harus dirancang untuk gaya minimum sebesar 10 psf yang 20 dan 40 kaki dan berjarak 8 sampai 10 kaki dari as ke as. Sistem rangka lantai tipikal untuk bangunan
diterapkantegak lurus terhadap partisi rangka sedang sampai tinggi pada gambar b disusun menurut arah aliran gaya pada gambar a

a) Rangka melintang,
c. Penyebaran Gaya-Gaya Horizontal
b) Rangka memanjang,
Rangka Lantai merupakan hal utama dari bidang struktural.Rangka lantai dapat berpengaruh c) Rangka dua arah.
terhadap bentuk dan sistem struktur yang mengakibatkan perubahan pada rangka geometri bangunan
.Karena adanya arah aliran angin dan gaya gravitasi. Ketebalan lantai harus optimal karena berakibat pada
penambahan tinggi bangunan sehingga terjadi penambahan pada biaya arsitektur ,mekanis,dan struktur .
Ketebalan lantai yang optimal berhubungan pada pekerjaan ducting yang dimuat di dalam atau dibawah
rangka struktur.Oleh karena itu penggunaan lantai komposit lebih baik dan efektif karena berguna untuk
konstruksi yang optimal pada bangunan tinggi.

1. Sistem Rangka lantai

Beban gravitasi pada sistem rangka lantai dapatt diterus secara langsung oleh plat beton
atau melalui rangka lantai ke kolom atau ke dinding.Sistem rangka lantai yang diterus secara
langsung membagi beban menjadi dua aksi yaitu

• Aksi dua arah yaitu : Plat dua arah ,Plat rata ,Plat wafel
• Aksi satu arah yaitu : Plat padat, Pan Joist

Perbandingan sebenarnya untuk bentang berdasarkan kekakuan dan kekuatan berada pada
bentangan 20 -24m. Rumus praktis untuk menetukan perkiraan awal ketebalan lantai dimana

• d =(tebal lantai )
• L= (Bentangan )

d = L/15 (untuk open web joist rapat dan balok baja)

d = L/2 (untuk balok baja dan balok beton menerus dan plat beton satu arah sederhana) Dalam sistem rangka melintang, gaya-gaya gravitasi disebar ke rangka-rangka internal
yang membentang pada arah lebar bangunan. Dengan demikian, rangka-rangka ini harus
d = L/3( untuk plat beton menerus ,hollow core plate,balok rata,plat rata)
menahan tidak hanya gaya gravitasi, tetapi juga gaya lateral umum. Plat dapat membentang
Sistem-sistem ini dibagi lagi menjadi hubungan antara sistem lantai tipikal dengan rangka langsung ke balok rangka (Gambar 2.48a) apabila ditempatkan secara rapat dan beban yang
kaku dengan rangka kaku yang disusun pada grid modular horizontal dan antara sistem lantai dipakai kecil
tipikal dikaitkan dengan struktur inti pembungkus (core envelope structure). Pada struktur rangka
Dengan meningkatnya jarak antar rangka, balok anak harus disusun lebih rapat untuk
meneruskan beban gravitasi ke balok rangka. Pendekatan ini tipikal untuk struktur rangka.
Bangunan berlantai 18 (Gambar 2.2.50d) menggunakan balok anak yang diletakkan di tengah-
tengah trave struktur. Sistem lantai terdiri dari dek lantai baja komposit setebal 3 inchi yang
dilapis dengan beton ringan setebal 31 /4 inci. Balok anak bisa berjarak sepertiga atau
seperempat jarak trave struktur seperti yang digunakan pada bangunan berlantai 9 dan 10
(Gambar 2.2.50e dan f). Kedua bangunan menggunakan dek kisikisi baja dengan beton ringan
setebal 21 /2 inci sebagai sistem lantai. Rangka kaku 11 lantai (Gambar 2.2.50h) menggunakan
balok baja dengan plat lantai beton 21 /2 inci.

2. Pengakuan Horizontal

Aksi diafragma pada sistem lantai monolit pada umumnya terbukti tidak kritis. Akan
tetapi, apabila kekakuan diafragma lantai harus ditambahkan, terutama untuk sistem balok yang
dihubungkan secara sederhana berjarak lebar yang menggunakan batang-batang baja atau
potongan beton bertulang prefab. Gambar 2.2.51a sampai c menjelaskan berbagai jenis pengakuan
horizontal yang memperkokoh struktur lantai dan meneruskan beban lateral secara proporsional
ke suai angin pengaku vertikal (vertical braced bents, dinyatakan oleh garis-garis tebal). Rangka
lantai menghasilkan aksi komposit dari sitem dinding geser vertikal. Apabila kolom fasad tidak di
dukung secara lateral oleh balok-balok lantai dan perlu meningkatkan daya lawan torsi dari balok-
balok pengikat (sistem tabung), maka suai lantai dapat digunakan sepanjang keliling bangunan
yang membentang di antara dua balok melintang (Gambar 2.2.51d dan e).
3. Sistem-sistem lantai komposit

Pada umumnya, kekakuan dan kekuatan susunan unsur-unsur struktur akan meningkat sekali
apabila unsur-unsur tersebut berlaku sama-sama sebagai suatu kesatuan. Dengan kata lain, kekuatan unit
struktur komposit akan lebih tinggi daripada jumlah kekuatan unsur individualnya. Dalam aksi gabungan
ini, kelemahan suatu unsur diimbangi oleh kekuatan lainnya.
Pada konstruksi bangunan tinggi, berbagai jenis balok (baja profil, grider, truss, open web
joists, dsb) dirancang untuk bertindak secara komposit dengan plat beton ataupun dengan dek
komposit. Untuk aksi komposit dari plat atau balok, beberapa jenis sambungan geser diperlukan
untuk meneruskan geser memanjang antara kedua unsur. Hal ini mencegah terjadinya peleset di
antara plat dan flens balok, digunakan sebagai sambungan geser. Jenis sambungan geser lainnya
adalah balok spiral, sudut, dan kanal

a. Dek Lantai Komposit

Kebanyakan sistem dek ditutup dengan embossment dan tekukan untuk mengikut dek
tersebut ke plat beton. Karena beragamnya penampang dek dan alat sambungan geser dari
baja, maka suatu prosedur rancangan dek komposit yang umum belum dapat dikembangkan.
Rancangan ini dibuat berdasarkan tabel-tabel beban yang disediakan oleh pembuatnya.

b. Sistem rangka komposit

Rangka lantai pada World trade Center lihat gambar diatas (gambar b) menggunakan
sambungan geser yang terdiri dari batang tunggal menerus disambung pada setiap titik panel
Hal-hal berikut dapat ditambahkan pada persyaratan yang telah digariskan oleh Uniform
ke rangka dan dipusatkan pada plat lantai setebal 45 /6 inci. Dek gelombang baja setebal 1 1
Building Code:
/2 inci tidak berfungsi struktural, tetapi hanya sebagai perancah dan sebagai lantai kerja.
- Struktur yang dirancang untuk mrmiliki kelenturan, atau kemampuan untuk menjalani
Sistem stub-girder (gambar e) bersam plat membentuk rangka Vierendeel yang dimodifikasi.
perubahan elastis, akan mempunyai resistensi seismik yang meningkat.
Dek lantai komposit setebal 51 /4 inci berlaku secara komposit dengan stub beam yang di las
le balok utama - Karena gerak gempa menyebabkna pembalikan tegangan yang cepat pada unsur-unsur
struktur, maka struktur juga harus dapat menehan akibat kelelahan.
c. Balok Komposit
- Kesinambungan struktur dan bangunan keseluruhan seangan penting, yaitu apabilaunsur-
unsur individual runtuh.
- Pertimbangkan pemakaian peralatan-peralatan damping khusus,

- Massa bangunan harus tersebar merata, bangunan struktur yang ridak menerus harus
dihindari. Denah bangunan harus sederhana untuk mencegah getaran torsi dan
penumpukan tegangan pada pertemuan bagian-bagian bangunan. Contohnya dapat dilihat
dari gambar dibawah ini.

Gambar 2.2.17 Penumpukan Tegangan Torsi


Sumber: Schueller, Wolfgang, “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi”. (1989)

Karena struktur yang memiliki fleksibilitas yang menyolok mempunyai waktu


getar yang lebih lama dibandingkan dengan bangunan yang lebih kaku, maka ia akan
mengalami gaya yang lebih sedikit. Akan tetapi, bangunan yang terlalu fleksibel dapat
melentur cukup menyolok akibat angin dan gempa berkekuatan sedang sehingga
menyebabkan kerusakan non struktur dan ketidanyamanan psikologis para penghuni.
2.2 Utilitas Pada Bangunan Tinggi • Kebutuhan Boiler

2.2.1 Kebutuhan Air Bersih Jika kebutuhan akan air panas mencapai jumlah yang cukup besar, seperti pada hotel,

Perhitungan perkiraan kebutuhan air dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai maka air panas yang dihasilkan diperoleh dari Boiler, dengan kebutuhan air:

volume tangki penyimpanan air yang perlu disediakan dalam suatu bangunan dan kapasitas pompa yang
Vair-boiler = 20/liter/PK/jam
diperlukan.
Kebutuhan air dapat juga dihitung dengan pendekatan luasan bangunan, seperti tertera
• Kebutuhan Keseharian
pada Tabel 8.4. berikut ini :
Kebutuhan air bersih dapat dihitung berdasarkan :

- Jumlah sandar pemakaian rata-rata per hari per unit (orang, tempat duduk atau tempat tidur, dan
lai-lain), seperti terlihat pada Tabel 8.2. untuk air dingin dan Tabel 8.3 untuk kebutuhan air panas. Tabel 2.6 Kebutuhan Air per m2 Bangunan

- Jumlah dan jenis peralatan saniter yang digunakan (Tabel 8.5).

- Beban peralatan saniter (Tabel 8.6.)

Tabel 2.4 Kebutuhan Air Bersih (Air Dingin) per hari

Sumber: Juwana, Jimmy S, “Sistem Bangunan Tinggi” (2005)

Tabel 2.7 Jumah Peralatan Saniter Minimum

Sumber: Juwana, Jimmy S, “Sistem Bangunan Tinggi” (2005)

Tabel 2.5 Kebutuhan Air Panas per Hari

Sumber: Juwana, Jimmy S, “Sistem Bangunan Tinggi” (2005)

Sumber: Juwana, Jimmy S, “Sistem Bangunan Tinggi” (2005)


Tabel 2.8 Beban Peralatan Saniter

Sumber: Juwana, Jimmy S, “Sistem Bangunan Tinggi” (2005)

Catatan: Kebutuhan air adalah 1 liter/ menit untuk setiap daya buang. Peralatan saniter sebesar
12 liter/ menit

Atau jika dihitung berdasarkan pendekatan penggunaan peralatan saniter, maka kebutuhan air
dapat ditentukan berdasarkan Tabel 2.9.

Tabel 2.9 Kebutuhan Air Peralatan Saniter

Sumber: Juwana, Jimmy S, “Sistem Bangunan Tinggi” (2005)


2.2.2 Limbah
2.2.3 Penangkal Petir

a. Penangkal Petir Konvensional

Penangkal petir konvensional dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu :

- Franklin Lightning Rod (batang Franklin)


- Farady Cage (sangkar Farady)

Pada praktek di lapangan ada juga yang menggunakan gabungan dari kedua jenis tersebut, yang
pada hakekatnya mempunyai sifat :

1. Harus dapat mengalirkan petir dengan baik ke tanah. Gambar 2.3. Radius Perlindungan Sistem Franklin

2. Harus mempunyai daya hantar yang baik. - Farady Cage (sangkar Farady)
3. Harus dapat melindungi seluruh bagian dari bangunan yang dilindungi. Pada jenis batang Franklin, batang metal (konduktor) yang dipakai sebagai air termination
4. Harus tahan lama. dipasang vertikal, sedangkan pada jenis sangkar Farady ini batang konduktor tersebut dipasang
horizontal di atas atap bangunan atau di sepanjang pinggiran atap bangunan. Bangunan-bangunan
dengan konstruksi besi dan konstruksi beton bertulang pada dasarnya merupakan sangkar Farady,
- Franklin Lightning Rod (batang Franklin) juga yang bisa memungkinkan sebagai suatu sistem penangkal petir, yaitu seluruh konstruksi

Penemu jenis ini adalah Benjamin Franklin, komponennya terdiri dari sebuah batang
metal (tembaga) yang berujung runcing yang dipasang vertikal di puncak sebuah bangunan dan
kawat konduktor yang menghubungkannya dengan elektroda tanah. Franklin lightning rod
mempunyai daerah perlindungan berupa ruang kerucut atau silinder, sehingga untuk satu
penangkal tunggal kurang mencukupi untuk melindungi suatu bangunan yang mempunyai area
yang luas.

Jenis ini (batang tunggal) lebih tepat dipakai pada bangunan-bangunan yang menjulang
tinggi seperti menara, cerobong asap dan bangunan lain yang dapat terlingkupi oleh daerah
perlindungannya. Dengan begitu untuk bangunan yang luas, dibutuhkan lebih dari sebuah batang
konduktor vertikal (penangkal)

Metode ini sesuai digunakan untuk bangunan menara mesjid atau gereja,cerobong
asap,menara tower,antena pemancar radio , gedunggedung yang tinggi dimana area yang harus
dilindungi berbentuk kerucut dan juga biaya instalasinya tidak terlalu mahal. terhubung baik dengan elektroda pertanahan.

Gambar 2.3 Penangkal Petir Sistem Faraday


b. Penangkal Petir Radioaktif khrom atau nikel, atau yang digalvanisir bahan anti karat lainnya juga merupakan bahan yang
dijual pula di pasaran.
Penelitian terus berkembang akan sebab terjadinya petir , dan dihasilkan kesimpulan
bahwa petir terjadi karena ada muatan listrik di awan yang dihasilkan oleh proses ionisasi , maka - Air Termination

penggagalan proses ionisasi di lakukan dengan cara memakai Zat berradiasi misl. Radiun 226 dan Air Termination atau batang penangkal yang fungsinya sebagai ujung tombak untuk
Ameresium 241 , karena 2 bahan ini mampu menghamburkan ion radiasinya yang bisa menjemput kelebihan muatan dalam proses sambaran petir, terbuat dari bahan logam seperti telah
menetralkan muatan listrik awan. disebutkan, dipilih bahan logam yang masif (pejal). Bahan ini dibuat dalam bentuk silinder yang

Sedang manfaat lain adalah hamburan ion radiasi akan menambah muatan pada Ujung salah satu ujungnya lancip (bagian ujung atas) dan bagian ujung (bawah) berbentuk silinder

Finial / Splitzer dan bila mana awan yang bermuatan besar yang tidak mampu di netralkan zat dengan ukuran sama dengan ukuran pipa supportnya. Ujung atas sengaja dibuat lancip agar

radiasi kemuadian menyambar maka akan condong mengenai penangkal petir ini. diperoleh kerapatan muatan yang tinggi, sehingga muatan-muatan yang relatif lebih negatif dari
muatan awan lebih banyak terkumpul di bagian lancip itu dibandingkan dengan di bagian lainnya.
Keberadaan penangkal petir jenis ini sudah dilarang pemakaiannya , berdasarkan
kesepakatan internasional dengan pertimbangan mengurangi pemakaian zat beradiasi
dimasyarakat.

c. Penangkal Petir Elektrostatis


Prisip kerja penangkal petir Elektrostatis adalah dengan menarik lidah petir dari awan,
dimana anti petir elektrostatis yang terpasang akan menciptakan kondisi yang lebih bermuatan
listrik dari daerah sekitar (pohon, gedung, dll) sehingga luncuran dari awan akan langsung menuju
anti petir tersebut dan bukan ke arah bangunan atau pohon yang berada disekitarnya dalam
jangkauan radius anti petir tersebut terpasang (antara 40 s/d 150 meter)

Sistem penangkal petir elektrostatis baru akan bekerja apabila terjadi luncuran muatan
dari awan, pada saat luncuran dari awan semua struktur, pohon dan penyalur petir akan
melepaskan muatan positif, namun di karenakan kondisi yang di inginkan oleh lidah peitr tersebut
Gambar 2.3 Konstruksi Dasar Intalasi Penangkal Petir Menurut Frankiln
tercipta di penyalur petir yang terpasang.
- Down Feeder (Down Conductor)
d. Model dan Konstruksi Komponen Penangkal Petir Fungsi dari bagian ini adalah sebagai saluran arus petir yang menghubungkan antara Air
Bahan komponen penangkal petir harus dipilih dari jenis logam yang tahan karat. Pilihan termination dengan Ground elektroda. Seperti halnya komponen konduktor dalam sistem
ini diperlukan agar komponen tersebut memiliki kemampuan daya hantar yang baik (karena kelistrikan yang lain untuk keperluan down conductor ini juga dipilih bahan dan ukuran
oksida logam atau karat memiliki sifat yang lebih resistif), dan mampu bertahan dalam umur konduktor yang sesuai yaitu :
teknis yang lama. Bahan komponen yang selama ini biasa dipakai adalah tembaga, karena ditinjau a. Memiliki tahanan jenis yang kecil.
dari segi teknis memenuhi syarat, dan dari segi ekonomis harganya terjangkau. Tetapi dengan
b. Memiliki ukuran/luas penampang yang sesuai.
semakin majunya perkembangan teknologi bahan, bahan alumunium dan baja yang dilapisi
c. Memiliki umur teknis yang panjang (tahan cuaca, tahan karat) Dalam praktek di lapangan, biasanya bila satu atau lebih elektroda ternyata secara total
masih memiliki harga pentanahan yang terlalu besar, maka dipasang lagi (ditambah) beberapa
d. Mudah dikerjakan
elektroda, kemudian saling dihubungkan pararel satu sama lain. Selain untuk memperoleh harga
e. Secara ekonomis terjangkau resistansi yang lebih kecil, hubungan pararel beberapa elektroda ini juga akan meningkatkan
keandalan sistem pentanahan, sebab bila salah satu elektroda yang lain.
Konduktor yang biasa dipakai adalah jenis BC (Bare Copper) atau tembaga telanjang
ukuran 50 mm2 . Tetapi akhir-akhir ini mulai dikembangkan pula penggunaan alumunium
(ACSR) ukuran 90 mm2 . Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemasangan down conductor
penangkal petir ini adalah :

1. Bila ada sambungan, maka sambungan tersebut tidak boleh disolder, melainkan harus
diklaim dengan baik.

2. Bila ada pemasangan yang arahnya membelok, maka belokan tersebut tidak boleh patah
atau membentuk sudut lancip, melainkan harus berbentuk lengkung.

Pada bagian konduktor yang membentuk sudut lancip kerapatan listrik akan cenderung
mengumpul lebih banyak disitu dibanding dengan di bagian lain yang lurus atau lengkung, dan
pada keadaan demikian dikhawatirkan akan terjadi gradien tegangan yang lebih besar, sehingga
akan timbul loncatan (discharge) di bagian lancip tersebut.

- Ground Electroda

Komponen ini ditanam di dalam tanah dengan kedalaman tertentu, tergantung pada
struktur tanah dimana elektroda tersebut ditanam. Tujuannya adalah memperoleh harga resistansi
pertanahan maksimum tertentu yang disyaratkan untuk pentanahan penangkal petir bangunan
gedung maksimum 5 ohm, dan lebih kecil lebih baik. Secara umum dikenal ada beberapa tipe,
bentuk dan ukuran elektroda pentanahan, tetapi untuk keperluan bangunan gedung yang paling
banyak dipakai adalah tipe rod (batang ), tipe pita dan tipe lempengan.

Kedalaman penanaman elektroda dalam hal ini berpengaruh terhadap harga resistansi
pentanahan, dan kedalaman ini dipengaruhi pula oleh struktur tanahnya. Tanah pasir atau lumpur
berair yang mengandung garam, resistansi tanahnya lebih kecil jika dibandingkan dengan tanah
lumpur kering, bebatuan, kapur dan sebagainya. Sehingga pada tanah yang mengandung garam
tersebut cukup digunakan elektroda tipe rod, dengan kedalaman tanam yang cukup dangkal,
mislnya hanya pada kedalaman 2 – 6 meter. Dengan resistansi pentanahan yang cukup rendah,
diharapkan arus petir yang mengalir menuju ke tanah tidak terlalu mengalami hambatan, sehingga
proses netralisasi muatan listrik berlangsung cepat dan mudah.
2.3 Services Pada Bangunan Tinggi • Koridor dilengkapi dengan pencahayaan/iluminasi alami atau artifisial, sensor otomatis
hemat energi, dan pencahayaan/iluminasi darurat yang otomatis berfungsi pada keadaan
2.3.1 Sistem Transportasi
darurat.
Sistem transportasi pada bangunan dapat diartikan sebagai suatu sistem yang dapat • Koridor yang digunakan sebagai jalur evakuasi harus bebas dari segala macam
menghantarkan manusia atau benda-benda lain yang ada dalam suatu bangunan. Hal ini dapat penghalang yang mengganggu pergerakan pengguna Bangunan Gedung dan Pengunjung
memudahkan pergerakan dalam suatu bangunan. Berdasarkan pergerakannya, sistem transportasi dalam Bangunan Gedung.
bangunan bertingkat tinggi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sistem transportasi horizontal dan • Koridor pada hunian, jalan buntu dan rute penyelamatan harus diberikan proteksi terhadap
vertikal. kebakaran dan pada selasar penyelamatan harus mampu mengantisipasi penyebaran asap
pada tahap awal kebakaran.
1. Sistem Transportasi Horizontal
• Proteksi kebakaran pada koridor harus menerus dari titik masuk hingga keluar dan tidak
Transportasi horizontal adalah sistem transportasi yang memiliki pergerakan dalam satu
terputus oleh ruang lainnya.
lantai dengan presentasi kemiringan yang tidak lebih dari 10%. Transportasi horizontal terbagi
• Koridor yang berfungsi sebagai akses eksit harus dirancang tanpa jalan buntu yang
atas koridor dan konveyor.
panjangnya lebih dari 6 m.
a) Koridor • Jika diperlukan akses terpisah pada koridor maka diperlukan kompartemenisasi yang
dirancang sesuai dengan kebutuhan.
Menurut KBBI pengertian koridor adalah lorong dalam rumah; lorong yang
• Koridor yang berfungsi sebagai jalur evakuasi mengikuti ketentuan peraturan-
menghubungkan gedung yang satu dengan gedung yang lain. Dengan kata lain koridor adalah
perundangan tentang kebakaran
sebuah lorong di dalam suatu bangunan yang diapit oleh dua objek yang dapat menghubungkan
suatu ruang dengan ruangan lain dalam suatu bangunan. Menurut kementerian PUPR, dalam
perancangan suatu koridor perlu diperhatikan beberapa syarat sebagai berikut:

• Koridor harus memiliki lebar efektif yang cukup untuk dilewati oleh 1 orang pengguna
kursi roda paling sedikit 92 cm.
• Koridor harus memiliki lebar efektif yang cukup untuk dilewati oleh 2 orang pengguna
kursi roda paling sedikit 184 cm.
• Koridor harus memiliki lebar efektif yang cukup untuk sirkulasi 1 orang penyandang
disabilitas dan 1 orang pejalan kaki paling sedikit 152 cm.
• Koridor dengan railing harus memiliki lebar efektif yang cukup untuk dilewati oleh 1
orang pengguna kursi roda paling sedikit 112 cm.
• Koridor dengan railing harus memiliki lebar efektif yang cukup untuk dilewati oleh 2
orang pengguna kursi roda yang berpapasan paling sedikit 204 cm.
• Koridor dilengkapi dengan penanda atau penunjuk arah yang informatif dan mudah
terlihat terutama menuju pintu keluar dan pintu keluar darurat/eksit. Gambar 2.4 Lebar Efektif Koridor yang Direkomendasikan Untuk
Sirkulasi Satu Orang Penyandang Disabilitas Pengguna Kursi Roda
• Koridor jalan keluar dapat berupa balkon terbuka di luar bangunan gedung yang
terlindung dari hujan dan tempias.
Gambar 2.4 Lebar Efektif Koridor yang Direkomendasikan Untuk Gambar 2.4 Lebar Efektif Koridor dengan Pegangan Rambat (handrail) yang Disarankan
Sirkulasi Dua Orang Penyandang Disabilitas Pengguna Kursi Roda

Gambar 2.4 Lebar Efektif Koridor yang Direkomendasikan Untuk


Sirkulasi Satu Orang Penyandang Disabilitas dan Satu Orang Pejalan Kaki
Gambar 2.4 Lebar Efektif Koridor Tanpa Pintu Akses
dipahami terlebih dahulu bagaimana alur proses produksi yang nantinya akan dilewati conveyor,
serta tipe produk atau bentuk barang yang akan melewati Konveyor.

Roller Conveyor adalah conveyor yang paling umum digunakan karena lintasan geraknya
tersusun dari beberapa tabung (roll) yang tegak lurus terhadap arah lintasannya dimana plat datar
yang ditempatkan untuk menahan beban vakan bergerak sesuai dengan arah putaran roll. Roler
conveyor ini bisa digerakkan dengan rantai atau belt ,ataupun dengan menggunakan gayagravitasi
tetapi harus juga diperhitungkan kemiringan maksimumnya.

Roller conveyor merupakan suatu sistem conveyor yang penumpu utama barang yang
ditransportasikan adalah roller. Roller pada sistem ini sedikit berbeda dengan roller pada
conveyor jenis yang lain. Roller pada sistem roller conveyor didesain khusus agar cocok dengan
kondisi barang yang ditransportasikan, misal roller diberi lapisan karet, lapisan anti.

Pada sistem geared atau gearless (yang masing-masing digunakan pada instalasi gedung
dengan ketinggian menengah dan tinggi), kereta elevator tergantung di ruang luncur oleh
beberapa steel hoist ropes, biasanya dua puli katrol, dan sebuah bobot pengimbang
(counterweight). Bobot kereta dan counterweight menghasilkan traksi yang memadai antara puli
katrol dan hoist ropes sehingga puli katrol dapat menggegam hoist ropes dan bergerak serta
menahan kereta tanpa selip berlebihan. Kereta dan counterweight bergerak sepanjang rel yang
vertikal agar mereka tidak berayun-ayun.

Gambar 2.4 Lebar Efektif Koridor dengan Pintu Akses

b) Konveyor

Konveyor adalah suatu sistem mekanik yang mempunyai fungsi memindahkan barang
dari satu tempat ke tempat yang lain. Konveyor banyak dipakai di industri untuk transportasi
barang yang jumlahnya sangat banyak dan berkelanjutan. Dalam kondisi tertentu, Konveyor
banyak dipakai karena mempunyai nilai ekonomis dibanding transportasi berat seperti truk dan
mobil pengangkut. Jenis Konveyor membuatpenanganan alat berat tersebut / produk lebih mudah
dan lebih efektif. Banyak konveyor dapat bergerak secepat 75 kaki / menit. Konveyor dapat
memobilisasi barang dalam jumlah banyak dan kontinyu dari satu tempat ke tempat lain.
Perpindahan tempat tersebut harus mempunyai lokasi yang tetap agar sistem conveyor
mempunyai nilai ekonomis. Kelemahan sistem ini adalah tidak mempunyai fleksibilitas saat
lokasi barang yang dimobilisasi tidak tetap dan jumlah barang yang masuk tidak kontinyu.
Gambar 2.4 Arah Gerak Sistem Roller Conveyor
Banyak sekali macam jenis dan kateristik conveyor untuk keperluan banyak macam
proses produksi. Sebelum memutuskan untuk mendesain suatu conveyor. Sebelumnya harus
Rumus untuk mencari kecepatan bahan pada roller conveyor: 1) Lift Penumpang

Passenger elevator atau lift penumpang ini paling banyak dibutuhkan untuksebuah
W = W1 + W2 + W3 Keterangan : W = Daya tahan total gedung. Bahkan bisa dikatakan lift yang harus ada untuk gedung bertingkat. Lift jenis ini
W1 = G 2 W1 = Tahanan karena gerak berputar (Rolling) bekerja untuk mengangkut penumpang, baik karyawan di sebuah gedung tersebut atau

W2 = G W2 = Tahanan gesekan ( fraction ) mereka yang bertamu di lokasi tersebut.

W3 = K G = Bobot dari material 2) Lift barang


K = Faktor koreksi ( 0,8/0,9 )
Lift barang ini juga disebut sebagai alat bantu material handling, khususnya di
G2 = Kecepatan Conveyor bangunan industri dan gedung komersial. Bangunan-bangunan tersebut pastinya
2. Sistem Transportasi Vertikal memerlukan sarana sirkulasi vertikal untuk mengangkut barang, selain daripada orang.
Transportasi vertical, adalah moda transportasi digunakan untuk mengangkut sesuatu
Perkiraan yang dapat digunakan dalam perencanaan bangunan ialah untuk setiap
benda dari bawah ke atas ataupun sebaliknya. Ada berbagai macam tipe transportasi vertikal di
5 lift yang terdapat di gedung tersebut, maka diperlukan 1 lift barang.
antaranya lift, travator, dan eskalator. Dari tipe pengangkut vertikal ini masing-masing
mempunyai fungsi angkut yang berbeda. Lift sering dijumpai di gedung perkantoran, travalator Lift barang sendiri terbagi menjadi dua, yaitu lift barang yang mengangkut barang

lebih banyak di bandar udara, sedangkan eskalator lebih banyak di pusat pertokoan besar atau saja dan lift barang yang mengangkut barang serta manusianya. Khususnya di jam-jam

mall sedangkan dumbwaiter lebih banyak digunakan di rumah sakit dan hotel. sibuk seringkali lift barang juga harus dapat melayani angkutan orang.

a) Lift Lift barang memiliki kapasitas yang berbeda, yaitu berkisar 1-5 ton dengan ukuran
dalamnya antara 1.60 x 2.10 m sampai 3.10 x 4.20 m. Lift barang ini digerakkan dengan
Lift adalah angkutan transportasi vertikal yang digunakan untuk mengangkut orang atau

kecepatan maksimum 1.5 – 2 m/detik atau rata-rata 0.25 –1 m/detik.


barang. Lift umumnya digunakan di gedung-gedung bertingkat tinggi; biasanya lebih dari tiga
atau empat lantai. Gedung-gedung yang lebih rendah biasanya hanya mempunyai tangga atau 3) Lift dumbwaiter
eskalator. Lift-lift pada zaman modern mempunyai tombol-tombol yang dapat dipilih
Lift ini termasuk ke dalam kategori service lift, yaitu lift yang fungsinya ditujukan
penumpangnya sesuai lantai tujuan mereka, Terdapat tiga jenis mesin, yaitu Hidraulik, Traxon
untuk kegiatan operasional pendukung. Lift dumbwaiter berbentuk box kecil dengan daya
atau katrol tetap, dan Hoist atau katrol ganda, Jenis hoist dapat dibagi lagi menjadi dua bagian,
angkat yang tidak terlalu berat. Lift ini banyak kita temui di restoran, café dan rumah sakit,
yaitu hoist dorong dan hoist tarik.
untuk mengantarkan atau menyajikan hidangan makanan atau minuman kepada pelanggan
Lift ini, sering disebut elevator, yang merupakan alat angkut untuk mengangkut orang atau pasien.
atau barang dalam suatu bangunan yang tinggi. Lift dapat dipasang untuk bangunan yang
Dumbwaiter ini menggunakan motor penggerak traksi MRL. Sangat yang cocok
tingginya lebih dari 4 lantai, karena kemampuan orang untuk naik turun dalam menjalankan
untuk digunakan dalam mengangkat barang-barang ringan seperti pakaian, makanan,
tuganya hanya mampu dilakukan sampai 4 lantai.
kertas dan barang-barang lainnya.
Lift terdiri dari beberapa jenis, yaitu lift penumpang, lift barang, lift pelayan
Dumbwaiter memiliki kapasitas antara 100-300 Kg. Lift dumbwaiter yang
(dumbwaiter), lift rumah sakit, dan lift observation elevator (lift pemandangan).
berkapasitas 100 Kg memiliki ukuran 600 x 800 mm. Sementara itu ukuran lift
dumbwaiter berkapasitas 300 kg memiliki dimensi 1000 x 1000 mm. Gerak lift ini
biasanya diatur dengan kecepatan 0,4 m/s.
4) Lift rumah sakit Berdasarkan cara kerjanya terdapat dua jenis lift yang umum digunakan, yaitu
jenis dengan motor penggerak (traction lift) dan jenis dengan dongkrak hidrolik
Lift ini digunakan rumah sakit khusus untuk mengangkut pasien, baik pasien yang
(hydraulic lift). Untuk lift dengan motor penggerak , peletakan mesin dapat berada
harus dibawa dengan kursi roda ataupun pasien yang dibawa dengan tempat tidur RS. Lift
diatas ruang seluncur ataut dibasemen. Kedua jenis peralatan ini dapat terlihat pada
ini memiliki ukuran yang disesuaikan dengan ukuran bed pasien. Lift rumah sakit ini
gambar dibawah.
dilengkapi dengan pegangan tangan (handrail) seperti pada ramp yang bisa dimanfaatkan
bagi pengguna kursi roda atau mereka yang difable.

5) Lift pemandangan

Lift ini berada pada bagian puar sebuah bangunan, dengan bagian menuju luarnya
terbuat dari kaca untuk memberikan penumpang sebuah pemandangan menuju luar
gedung.

Gambar 2.4 Lift Hidrolik

Kecepatan lif hidrolik antara 0.30 sampai 0.90 meter/detik dan kapsitas angkut
maksimumnya 10 ton (dengan tuas tunggal) dan dapat mengangkut sampai dengan
beban 50 ton ( dengan luas ganda). Lift hidrolik mempunyai karakteristik sebagai
berikut:

1. Tidak mengakibatkan tambahan beban dipuncak bangunan


2. Hanya digunakan untuk kecepatan yang relative rendah
3. Hanya digunakan untuk melayani lantai yang jumlahnya sedikit
4. Ada kemugkinan bau minyak merebak ke dalam kereta lif
5. Sangat baik untuk mangangkut beban berat
6. Alas lantai kereta dapat berada pada level bangunan secara tepat
Gambar 2.4 Bagian-Bagian Sebuah Lift/Elevator 7. Tidak membutuhkan beban pengimbang (counter weight)
8. Menimbulkan suara yang lebih berisik dibandingkan dengan lif yang
digerakan oleh motor traksi

Kecepatan lif dengan penggerak motor di atas adalah antara 2,5 sampai 9
meter/detik. Lantai kerta lif mempunyai perbedaan sekitar 6mm dengan permukaan lantai
Gambar 2.4 Tata Letak Konfigurasi Lift
bangunan. Lif dengan motor dibawah hanya dapat digunakan untuk melayani paling Sumber: Juwana, Jimmy S, “Sistem Bangunan Tinggi” (2005)
banyak delapan lantai dan biayanya sekitar 50% lebih mahal dibandingkan yang bermesin
diatas. Disamping itu, kecepatannya,juga terbatas (sekitar 1 meter/detik). Pada bangunan yang tinggi dan luas, jumlah lift yang diperlukan meningkat sebanding
dengan jumlah lantai yang dilayani. Jadi pada umumnya sebuah lift hanya melayani sekitar 12-
a.1) Tata Letak Lift
15 lantai, agar tidak melampaui batas tunggu dan jumlah waktu perjalanan yang disyaratkan.
Ruang luncur lift ditentukan dari jumlah dan konfigurasi tata letak lif dengan jumlah
a.2) Perancangan Lift
maksimal empat buah dalam satu deretan. Perlu diingat bahwa semua hambatan yang dapat
a) Waktu Perjalanan Bolak Balik (T)
mengganggu arus lalu lintas perlu dihilangkan. Tata letak lain yang juga sering dijumpai adalah
bentuk cul-de-sac ( jalan buntu ) dan melingkar . Buka tutup pintu lift merupakan bagian terbesar dari waktu yang diperlukan dalam
RTT,karenanya akan lebih baik untuk menggunakan pintu dengan kecepatan buka-tutup
yang tinggi atau menggunakan dan daun pintu. Dari hal tersebut diatas, maka RTT untuk
zona pelayannan , secara pendekatan terdiri dari:
• Pintu membuka dilobby lantai dasar , membutuhkan 2 detik.
• Orang /penumpang masuk dengan kecepatan 1,5 detik/orang. Jadi jika
kapasitas lif adalah ‘m’ , maka dibutuhkan 1,5 m detik.
• Pintu lif tertutup , membutuhkan waktu 2 detik.
• Pintu lif membuka di setiap lantai , membutukan 2(n-1) detik.
• Orang / Penumpang ke luar disetiap lantai membutuhkan 1,5 m detik.
• Pintu lif menutup di setiap lantai, membutuhkan 2(n-2) detik.
• Perjalanan bolak balik 2h(n-1)/ detik.

Maka jumlah waktu yang dibutuhkan :

Di mana:
h = jarak lantai ke lantai (m)
s = kecepatan rata-rata lif (m/detik)
n = jumlah lantai yang dilayani lif
m = daya angkut / kapasitas lift (orang)

Tabel Kecepatan Lift yang Direkomendasikan


Sumber: Juwana, Jimmy S, “Sistem Bangunan Tinggi” (2005)
b) Kebutuhan Ruang Lift
• Ruang lift
Secara umum kebutuhan luas ruang lift adalah :
- Luas ruang hancur, antara 0,30-0,36 m2/orang
Dalam rancangan biasa diambil nilai 0,36 m2/orang.
- Luas kereta lift (car lift), antara 0,18 – 0,22 m2/orang
Dalam rancangan biasa diambil nilai 0,20 m2/orang, dengan jarak antar kereta
kurang lebih 0,30 meter.

Untuk hotel,dapat digunakan dengan pertimbangan klasifikasi hotel, dan hal-hal


sebagai berikut:

- Untuk setiap 100 kamar perlu disediakan satu lift barang


- Untuk pelayanan yang memuaskan, setiap 75 kamar dilayani oleh satu lift
Tabel Rekomendasi kapasitas lift(kg) - Kapasitas lift yang digunakan minimal untuk 16 orang
Sumber: Juwana, Jimmy S, “Sistem Bangunan Tinggi” (2005)
- Lift yang digunakan harus mampu mengangkut barang bawaan tamu yang berat (
koper atau meja saji makanan )
- Ruang kamar tidak boleh berdekatan dengan ruang mesin lif.

Tabel Waktu tunggu ideal lift berdasarkan bangunan (detik)


Sumber: Juwana, Jimmy S, “Sistem Bangunan Tinggi” (2005)

Gambar 2.4 Dimensi Ruang Luncur Lif


Sumber: Juwana, Jimmy S, “Sistem Bangunan Tinggi” (2005)
b) Eskalator dan satu untuk roda trailer anak tangga (disebut sebagai lintasan roda trailer). Perbedaan
posisi dari lintasan-lintasan ini menyebabkan anak tangga-anak tangga muncul dari bawah
Eskalator adalah salah satu transportasi vertikal berupa konveyor untuk mengangkut
comb plate untuk membentuk tangga dan menghilang kembali ke dalam landasan
orang yang terdiri dari tangga terpisah yang dapat bergerak ke atas dan ke bawah mengikuti jalur
penopang.
yang berupa rail atau rantai yang digerakkan oleh motor.
Lintasan pembalikan di pendaratan atas menggulung anak tangga-anak tangga
Karena digerakkan oleh motor listrik, tangga berjalan ini dirancang untuk mengangkut mengelilingi bagian ujung dan kemudian menggerakkannya kembali ke arah yang
orang dari bawah ke atas atau sebaliknya. Untuk jarak yang pendek eskalator digunakan di seluruh berbeda. Lintasan overhead berfungsi untuk memastikan bahwa roda trailer tetap berada
dunia untuk mengangkut pejalan kaki yang mana menggunakan elevator tidak praktis. di tempatnya saat rantai anak tangga diputar kembali.
Pemakaiannya terutama di daerah pusat perbelanjaan, bandara, hotel, kampus dan fasilitas umum
lainnya.

Keuntungan dari eskalator cukup banyak seperti mempunyai kapasitas memindahkan


sejumlah orang dalam jumlah besar dan tidak ada interval waktu tunggu terutama di jam-jam
sibuk dan mengarahkan orang ke tempat tertentu seperti ke pintu keluar, pertemuan khusus dan
lain sebagainya.

Cara kerja eskalator:

a) Pendaratan/Landing
Floor plate rata dengan lantai akhir dan diberi engsel atau dapat dilepaskan untuk
jalan ke ruang mesin yang berada di bawah floor plates. Comb plate adalah bagian antara
floor plate yang statis dan anak tangga bergerak. Comb plate ini sedikit miring ke bawah
agar geriginya tepat berada di antara celah-celah anak tangga-anak tangga. Tepi muka
gerigi comb plate berada dibawah permukaan cleat.

b) Landasan penopang
Landasan penopang (truss) adalah struktur mekanis yang menjembatani ruang
antara pendaratan bawah dan atas. Landasan penopang pada dasarnya adalah kotak
berongga yang terbuat dari bagian-bagian bersisi dua yang digabungkan bersama dengan
menggunakan sambungan bersilang sepanjang bagian dasar dan tepat dibawah bagian
ujungnya. Ujung-ujung truss tersandar pada penopang beton atau baja.

c) Lintasan
Sistem lintasan dibangun di dalam landasan penopang untuk mengantarkan lantai
anak tangga, yang menarik anak tangga melalui loop tidak berujung. Terdapat dua
lintasan: satu untuk bagian muka anak tangga (yang disebut lintasan roda anak tangga) Gambar 2.4 Bagian-Bagian Eskalator
2.3.2 Sistem Tata Udara
2.3.3 Sistem Telekomunikasi dan Keamanan kualitas dari suara-suara yang dikuatkan. Pengaturan tersebut meliputi pengaturan
microphone,kabel-kabel,prosesor dan efek suara,pengaturan console mixer, speaker,dan lain-lain.
a. Jaringan Kabel Telepon
● Sistem Tata Suara
Penggunaan jumlah telepon pada suatu bangunan pada umumnya tidak diketahui secara tepat dan
Sistem tata suara adalah kumpulan dari beberapa peralatan elektronik yang didesain untuk
oleh karenanya perlu dirancang secara terpadu dengan perancangan jaringan utilitas lainnya. Meskipun
memperkuat sinyal suara dan musik supaya dapat didengar oleh orang banyak (lebih dari satu
pada saat tahap rancangan jumlah telepon sudah diketahui, akan tetapi pada kenyataannya masih sering
orang) (dalam Stein, 1986).
terjadi penambahan jumlah dan perubahan jaringan layanan telepon setelah tahap tersebut . Oleh karena
itu, maka perancangan jumlah saluran telepon didasarkan pada prakiraan per satuan luas lantai yang akan Sistem tata suara berdasarkan jenis kegiatan yang dicakupnya dikelompokkan dalam beberapa

mempengaruhi alokasi kebutuhan ruangan untuk kebutuhan : kategori utama, antara lain:

• Layanan penerimaan telepon, berikut panel utama telepon. - Emergency Paging


Bahwa kepentingan pemberitahuan yang ditujukan kepada penghuni bangunan dalam
• Saluran vertikal (riser), pipa saluran, dan panel distribusi.
keadaan darurat adalah prioritas utama dari pengadaan sistem tata suara (sound system) jenis ini,
• Lemari untuk perlengkapan telekomunikasi sehingga fungsi emergency yang dapat melakukan by-pass dan over-ride terhadap seluruh fungsi-
fungsi lainnya merupakan sebuah persyaratan keselamatan kebakaran sesuai mandat pada NFPA
• Lokasi tempat penambahan sambungan.
101 tentang kode keselamatan Jiwa (Life Safety Code). Suatu Voice Alarm System diaplikasikan
• Ruang peralatan untuk perlengkapan khusus telekomunikasi. menggunakan metoda yang dapat memberikan pengumuman dan sinyal peringatan secara
• Sistem distribusi, termasuk pipa jaringan, kotak sambungan di lantai, dan lain-lain. otomatis. Suatu sistem tata suara, apabila berfungsi sebagai sistem evakuasi, maka persyaratan
kode keselamatan kebakaran harus terpenuhi, antara lain supervisi sistem, supervisi instalasi
Untuk dapat berfungsinya sistem telekomunikasi di dalam bangungan , diperlukan salurantelepon
pengkabelan dan cadangan penguat suara.
dari Telkom, yang mempunyai fasilitas hubungan keluar lokal (dalam kota), hubungan keluar interlokal
(DDD: Domestic Direct Dialling) atau hubungan keluar international (IDD: International Direct - Public Address
Dialling). Secara umum diketahui bahwa sistem Public Address adalah penguatan sinyal suara
secara elektronik melalui microphone, komponennya terdiri dari mixer, amplifier dan speaker.
Sistem dalam hubungan dimulai dari saluran Telkom ke fasilitas PABX (Private Automatic
Penggunaannya adalah untuk pemberitahuan informasi ataupun pengumuman tertentu yang
Branch Exchange), selanjutnya dihubungkan ke kotak hubung induk (MDF : Main Distribution Frame).
terdengar secara menyeluruh dalam sebuah bangunan seperti perkantoran, apartemen, sekolah,
Melalui kabel distribusi (DC: Distribution Cable) jaringan telepon disebarkan ke kotak terminal (JB:
mal dan lainnya.
Junction Box) yang ada pada tiap-tiap lantai bangunan. Dari kotak terminal ini jaringan teleponditeruskan
ke setiap pesawat telepon. - Car Call

b. Sistem Tata Suara Car-call sistem ini dipasang untuk melayani tamu, memanggil seseorang/sopir. Peralatan
car-call sistem ini terdiri dari paging microphone, amplifier, horn speaker, pengkabelan dan
● Tata Suara
peralatan lainnya yang diperlukan guna kesempurnaan sistem ini.
Suatu teknik pengaturan peralatan suara dan bunyi pada suatu acara pertunjukan, pertemuan,dll.
Tata suara memainkan peran penting dalam suatu bangunan. Tata suara erat kaitannya dengan - Background Music
pengaturan penguat suara agar bisa terdengar kencang tanpa mengganggu dan mengabaikan Dalam kondisi biasa sistem tata suara dapat diisikan latar belakang musik (background
music), suara dari radio maupun rekaman lainnya.
Sistem tata suara berdasarkan sistem pengoperasiannya dikelompokkan dalam dua kategori c. Jaringan Kabel Tata Suara

utama, antara lain: Jaringan tata suara pada bangunan tinggi biasanya digabungkan dengan sistem keamanan, system

(a) Sistem sederhana tanda bahaya, dan system pengatur waktu terpusat.

Sistem sederhana ini biasanya digunakan bangunan yang tidak terlalu kompleks dan Sistem tata suara biasanya diintegrasikan dengan sistem tanda bahaya, sehingga bila terjadi

bangunan-bangunan berlantai sedikit yang memerlukan sistem suara yang tidak kompleks.System kondisi darurat (kebakaran), sistem tanda bahaya mendapatkan prioritas (signal) dari sistem tata suara

sederhana ini bertujuan untuk suara dapat didengar oleh orang banyak dengan cara memperkuat untuk membunyikan tanda bahaya (sirine)atau program panduan evakuasi ke seluruh bangunan.(

sinyal suara dan musik. Pada system ini tidak memerlukan ruangan yang cukup luasuntuk operator Hartono,1998)

pengontrol suara. Peralatan utamanya pun sangat sederhana yaitu terdiri dari tape player, Sistem tata suara untuk daerah lobby, koridor, area parker, dan ruang administrasi selain
amplifier,microphone, speaker dan peralatan pengkabelan. digunakan untuk keperluan panduan evakuasi, digunakan pula untuk pemanggilan (‘paging’) atau untuk

(b) Sentral Program keperluan program music.

Sentral program ini akan melayani area perkantoran dan area produksi direncanakan untuk Jaringan sistem pengaturan jam terpusat (master clock) dimaksudkan agar di semua ruangan

dapat difungsikan dengan prioritas program sebagai evakuasi kebakaran dan paging/panggilan menunjukkan waktu yang sama, terutama pada bangunan yang digunakan oleh satu pengguna (single

saja untuk area produksi, sedangkan program background music dipasang untuk melayani tenant), seperti asrama, sekolah, atau corporate office.

perkantoran.

Peralatan utama sistem tata suara ini terdiri dari tape player, amplifier, zone selector,
unidirectional microphone, ceiling speaker, wall speaker, pengKabelan dan peralatan lainnya yang
diperlukan guna kesempurnaan sistem ini. Peralatan utama sistem tata suara ini ditempatkan diruang
control. Pemasangan instalasi tata suara adalah secara master di dalam ruang operator dimana terletak
pre-amplifier/ mixing pre-amplifier power amplifier program-program input serta switching control,
Kecuali itu ada pula penanganan terpisah secara fungsi tata suara misalnya untuk pemanggilan sopir.

Untuk menjamin bahwa program-program yang diperdengarkan ataupun pengumuman yang


disampaikan sesuai dengan yang dikehendaki maka diperlukan master Monitoring yang terletak pada
meja monitoring di ruang operator.

Sedangkan pada keadaan darurat (emergency) semua program dapat diputuskan termasuk sistem
tata suara pada departemen store lantai 3A, kemudian dapat disiarkan pengumuman melalui operator di
"Auxiliary Monitoring dengan "First Channel Priority" di meja monitoring ruang monitor. Master tata
suara harus mampu melayani seluruh grup speaker untuk keseluruhan bangunan.

Setiap interupsi harus didahului dengan suatu nada interupsi tertentu (chime signal yang
dibangkitkan dengan chime generator yang terpasang pada master sistem tata suara ataupun pada monitor
Gambar 2.4. Jaringan Instalasi Tata Suara
desk.
Perencanaan tata suara tidak terlepas dari persyaratan kebisingan yang disesuaikan dengan fungsi Jika nilai N, M, P, dan SPL1 speaker diketahui, maka diperoleh jarak penempatan sumber suara

bangunan, agar rasa nyaman penghuni/pengguna bangunan dapat tetap terpenuhi. (speaker).

Sebaliknya jika N, M, R dan SPL1 speaker diketahui, maka dapat ditentukan daya speaker yang
diperlukan.

d. Jaringan Kabel Komputer/Data/Mutimedia

Dengan adanya server komputer memungkinkan tersaji pelayanan yang beragam dalam suatu
bangunan, antara lain : untuk keperluan ruang kerja dengan penggunaan komputer personal, untuk
layanan jaringan local dengan beberapa terminal printer, untuk telecopier dan facsimile, untuk
dihubungkan dengan pesawat telepon ataupun untuk pengendalian lingkungan dan keselamatan.

Gambar 2. Tabel Tingkat Kebisingan

Agar tingkat suara/informasi dan sumber suara (loud speaker) dapat jelas didengar oleh manusia
normal, maka diperoleh persyaratan yang dirumuskan sebagai berikut :

N + M = 10 log P + SPL1 – 20 log R

Dimana :

N : kebisingan ruangan (dB) Gambar 2.4 Konfigurasi Layanan Jaringan Komputer

M : margin (dB) Selanjutnya, dengan bantuan modem, V-sat, atau antenna microwave, sistem
komputer/data/multimedia pada suatu bangunan dihubungkan dengan jaringan eksternal melalui provider
P : daya dari sumber suara (speaker) dalam Watt pada jarak 1 meter
atau fasilitas satelit.
R : jarak sumber suara (meter)
e. BAS (Building Automatic System)
SPL1 speaker diperoleh dari spesifikasi teknis speaker dan data ini digunakan untuk menentukan
Sistem otomasi bangunan (BAS – Building Automation System) diintegrasikan dalam suatu
daya speaker yang digunakan.
bangunan pintar (Intelligent building atau smart building). Integrasi sistem dari bangunan pintar ini
memberikan secara nyata penghuni/ pengguna bangunan semua kemampuan untuk memenuhi kebutuhan Komputer yang dihubungkan tidak mesti berasal dari jenis dan model yang sama dan dapat

suatu lingkungan kantor yang modern, seperti : dihubungkan secara memusat serta dapat memberikan layanan, berupa :

1. Telepon dan integrasinya dengan ruang kerja - Surat elektronik (e – mail)

2. Komputer personal - Transmisi data dan teks, serta grafik

3. Proses pembuatan teks dan tulisan - Akses dan eksternal

4. Berita/ pesan, baik berupa suara (voice mail), maupun dalam bentuk elektronik (e – mail) - Input dari alat baca optic (OCR – Optical Character Reader)

5. Facsimile - Pencetakan, baik melalui printer maupun plotter

6. Akses data melalui jaringan komputer (on – line database) - Mentransfer data untuk di edit

7. Teks video (videotext) - Piringan video laser

8. Konferensi jarak jauh (teleconference) - Keamanan jaringan

Sistem informasi pada bangunan pintar terdiri dari empat komponen utama : - Statistic pengelolaan jaringan

1. Telekomunikasi Media transmisi LAN dapat menggunakan kabel koaksial (coaxial cable) twisted pair atau
kabel fiber optik.
Telekomunikasi merupakan pusat pada bangunan yang mempunyai banyak penghuni/
pengguna, yang didasarkan pada penggunaan jaringan telepon. 15 Sistem yang umumnya digunakan 4. Jaringan Jarak Jauh

adalah PBX (Private Branch Exchange) atau PABX (Private Automatic Branch Exchange) atau sistem Jaringan keluar bangunan dapat menggunakan fasilitas jaringan kabel komunikasi (kabel
telekomunikasi, termasuk fasilitas SMS (Short Message Service). telepon), gelombang pendek (microwave), sinar infra merah atau satelit. Penggunaan microwave

2. Jaringan Data hanya digunakan jika lokasi berada pada radius sekitar 15 kilometer, sedang penggunaan cahaya infra
merah digunakan untuk lokasi yang dipisahkan oleh jarak yang sangat pendek (maksimum sekitar 7
Menghubungkan setiap komputer langsung pada jaringan komunikasi (telepon) akan
kilometer) dan harus bebas dari benda atau bangunan yang menghalangi sinar tersebut.
menyebabkan meningkatnya jumlah sambungan telepon yang perlu disediakan, mengingat bahwa
komputer tidak selalu digunakan untuk mengambil data dari luar yang membutuhkan modem dan Penggunaan jaringan telepon (jaringan Telkom) dapat menghubungi lokasi yang jauh, tetapi akan

saluran telekomunikasi. Penggunaan satu atau beberapa lease line yang dihubungkan dengan server menyebabkan melonjaknya tagihan penggunaan jasa telepon. Penggunaan satelit merupakan cara yang

akan lebih efisien, karena disimpan dalam server, demikian juga peralatan lainnya (printer atau plotter) paling hemat untuk melakukan transmisi jarak jauh dan dapat mencapai ratusan malah ribuan

juga dapat digunakan secara bersama – sama dalam satu jaringan penggunaan komputer yang terpadu. kilometer.

3. Local Area Network (LAN) Penggunaan komputer dalam sistem bangunan pintar merupakan gabungan dari dua teknologi
yang terpisah, yang otomatisasi bangunan dan teknologi informasi. Otomatisasi bangunan meliputi
LAN merupakan sistem piranti keras (hardware) dan piranti lunak (software) yang
sistem pengendalian dan pengelolaan energy, sistem keamanan dan sistem pendukung operasional
menyediakan sambungan untuk komunikasi suara dan data. LAN memungkinkan dihasilkannya suatu
bangunan. Sedang teknologi informasi menyediakan transmisi untuk pendeteksian, citra, suara,
jalur yang menghubungkan berbagai peralatan komputer dengan sangat cepat, efisien dan dapat
diandalkan.
jaringan radio dan integrasinya terhadap sistem pengendalian dan pengelolaan energy beserta sistem
keselamatan dan keamanan bangunan.

Dalam sistem bangunan pintar, dipadukanlah berbagai faktor yang mempengaruhi operasional
bangunan, termasuk kondisi lingkungan, arsitektur, mekanik dan elektrik. Pendekatan multidisiplin
ini dimaksudkan agar seluruh komponen bangunan dapat efisien, efektif dan fleksibel terhadap adanya
perubahan, yang meliputi : sistem otomatisasi perkantoran dan bangunan, sistem telekomunikasi,
prasarana konstruksi bangunan, perencanaan lingkungan dan rancangan ruang dalam.

e. Sistem CCTV (Close Circuit Television)

Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang pesat telah memicu berkembangnya
produk-produk teknologi yang memudahkan pekerjaan manusia, tidak terkecuali untuk security sistem
yang memiliki ruang lingkup yang luas dan sumber daya yang besar. Penggunaan security sistem yang
terintegrasi telah memberikan kemudahan dalam proses pengontrolan dan pemantauan lebih akurat dan
otomatis. Sistem CCTV dikembangkan merupakan bagian dari upaya untuk mempermudah pekerjaan
sekuriti sistem tersebut. Dan sistem CCTV ini menjadi bagian terpenting dari sistem pengamanan
gedung-gedung perkantoran, mall, bank, plaza, pelabuhan, bandara atau rumah pribadi dan lain-lain.

Sistem CCTV terdiri dari beberapa kamera yang ditempatkan pada tempat-tempat tertentu, Gambar 2.4 Gambar Skematik CCTV pada Gedung 4 Lantai

sehingga kejadian dalam ruangan atau objek dapat dipantau dengan monitor dan direkam. Sistem CCTV f. Sistem MATV (Master Antenna Television)
dengan teknologi komputer dapat diintegrasikan dengan sistem pengamanan yang lain, misalnya Sistem
Definisi MATV MATV adalah kepanjangan dari Master Antena Television, yaitu sebuah sistem
Alarm, Access Control, Sistem deteksi kebakaran, dan lain-lain.
distribusi signal RF yang melayani konsentrasi pada kumpulan televisi yang dipergunakan pada area
Dalam aplikasi sistem CCTV biasanya diaplikasikan pada pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut: apartemen, Hotel, rumah sakit dan perkantoran signal RF tersebut dapat diperoleh dari terestrial dan bisa
● Mengawasi keluar masuk orang ke dalam kantor, pabrik, bandara, gudang, apartemen dan juga dari satelite, bisa juga dari lokal content yang didistribusikan sendiri. MATV juga memiliki 2 jenis
lain-lain yaitu MATV Digital dan MATV Analog perbedaan tersebut hanya pada modulator dan Headend
● Mengawasi keluar masuk kendaraan dan mengawasi lokasi parkir kendaraan selebihnya sama. MATV berfungsi sebagai sarana informasi dan hiburan. Sistem MATV yang
● Mengamati stok produk dan material di gudang penyimpanan direncanakan adalah sistem master antena audio video, yaitu pendistribusian channel UHF dan VHF yang
● Mengamati lini produk di pabrik diterima antena TV (Optional) atau Matrix (TV Cable).
● Mengamati ruangan-ruangan yang dianggap penting.
Gambar 2.4 Diagram Sistem MATV
2.3.4 Sistem Keselamatan

Kondisi darurat merupakan salah satu faktor yang memaksa manusia untuk berusaha
menyelamatkan diri dari suatu penyebab tertentu. Kondisi darurat ini dapat berupa kondisi penyebab dari
alam seperti gempa maupun dari manusia itu sendiri (human false) seperti kebakaran.

Karena adanya kondisi tersebut maka dalam perancangan bangunan tinggi kita perlu
memperhatikan sistem tanggap daruratnya. Bangunan tinggi merupakan bangunan yang dirancang
vertikal dimana terdapat banyak lantai serta biasanya terdapat beragam fungsi pada bangunannya. Salah
satu contoh bangunan tinggi adalah apartemen.

Apartemen merupakan salah satu jenis hunian yang biasanya terdapat di perkotaan. Bangunan
tersebut memiliki fungsi hunian yang terdiri dari banyak ruangan sebagai tempat hunian dan disusun
secara vertikal. Jika terjadi suatu kondisi darurat pada bangunan tersebut, maka akan sangat banyak
jumlah jiwa yang perlu diselamatkan, sehingga bangunan Apartemen harus memiliki akses evakuasi
terhadap kondisi darurat yang baik. Hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan jalur evakuasi
pada bangunan tinggi:

1. Analisis Sirkulasi

Pola penataan ruang sangatlah berpengaruh pada aksesibilitas jalur evakuasi pada suatu
bangunan, sehingga dalam merancang sirkulasi bangunan tinggi perlu diperhatikan pola
sirkulasinya agar jalur evakuasi dapat terhubungan antara satu dengan yang lainnya.

a. Analisis Sirkulasi Ruang Dalam


Pada denah tersebut diperlihatkan susunan unit ruang hunian yang membentuk suatu jalur
akses di bagian tengah bangunan atau disebut dengan koridor. Koridor yang ada pada bangunan
ini tersusun secara double loaded corridor (koridor yang berwarna hijau). Ujung dari koridor
adalah tangga kebakaran. Terlihat pada gambar yang bertanda merah (lihat gambar 1). Jarak antar Gambar 1. Koridor Apartemen
Sumber: Pensil Design Konsultan
tangga kebakaran adalah 20m. Ujung dari tangga kebakaran berada di lantai dasar dan langsung
menuju ruang luar.(lihat gambar 1)
b. Analisis Sirkulasi Ruang Luar

Pada ruang luar bangunan memiliki 2 jalur aksesibilitas menuju assembly point yang
terdapat pada kawasan ini (berwana hijau pada gambar). Bangunan apartemen ini memiliki
tatanan ruang luar dengan system linear. Terlihat pada garis merah pada gambar. (lihat gambar
2)
Gambar 3. Dimensi Koridor
Gambar 2. Sirkulasi Ruang Luar Apartemen Sumber: Pensil Design Konsultan
Sumber: Pensil Design Konsultan
b. Tangga Kebakaran
2. Analisis Sarana Jalur Evakuasi
a. Koridor
Tangga 1

Pada peraturan yang dibuat Mentri PU (Pekerjaan Umum) tentang koridor menjelaskan
bahwa koridor minimal harus mempunyai lebar 1,20 m sehingga lebar koridor pada (gambar 3)
telah memenuhi standart Mentri PU yakni berukuran 1,56 m.

Tangga 2

Tangga 4 Tangga 3

Gambar 4. Tangga Darurat


Sumber: Pensil Design Konsultan
Pada gambar 4 dapat dilihat bahwa setiap tower terdapat 4 tangga kebakaran yang berada 4 Lebar minimum 120 cm o
pada ujung bangunan. Menurut Keputusan Menteri Pekerjaan Umum nomor 02/ kpts/ 1985 5 Di dalam dan di depan tangga di beri alat
tentang Ketentuan Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Gedung, bahwa penerangan sebagai penunjuk arah ke
jarak antar pintu kebakaran maksimum 25 m. Pada gambar 5 ini jarak antar tangga kebakaran o
tangga dengan daya otomatis atau
adalah 20m. emergency.

Gambar 5. Radius Tangga Darurat


Sumber: Pensil Design Konsultan
Gambar 6. Syarat Tangga Darurat
Sumber: Pensil Design Konsultan

No Persyaratan 1 2 3 Ket c. Titik Kumpul (Assembly Point)

1 Tangga terbuat dari kostruksi beton/ baja 1 = tidak ada dan Pada gambar 7 titik kumpul berada pada ruang kosong antara bangunan dapat dilihat pada
o
yang memiliki tahan Api selama 2 jam. tidak gambar dibawah yang ditandai warna hijau. Besaran ruang yang dimiliki oleh area berkumpul
2 Memiliki tebal dinding beton minimum memenuhi 2 = Ada namun pada kawasan ini adalah ±1.792 m2 cukup luas sehingga dapat menampung 2240 penghuni dalam
15cm. Serta memiliki tahan api selama 2 o tidak keadaan darurat.
jam. memenuhi 3= Ada

3 Bahan bahan finishing seperti lantai dari dan memenuhi

bahan yang tidak mudah terbakan dan tidak o


licin. Susunan tangga terbuat dari besi
7. Pintu harus bewarna merah
b. Signage
Menurut standar SNI, penggunaan signage sangatlah penting, guna memberi petunjuk
kepada pengguna bangunan agar dapat dengan cepat menyelamatkan diri saat keadaan darurat.
Tanda “Exit” memiliki ukuran standar yang telah ditentukan oleh SNI. Disetiap tanda “Exit”
terdapat tanda panah yang mengarah ke jalur evakuasi, tanda panah tersebut harus menyala.
Setiap tanda “exit” harus diterani oleh lampu. Tulisan yang terdapat pada tanda “Exit” dapat
disesuaikan dengan bahasa lokal di setiap daerah namun tetap mudah untuk dilihat dan dipahami.
Assembly point

Gambar 7. Assembly Point Pada Bangunan


Sumber: Pensil Design Konsultan Gambar 8. Syarat Petunjuk Arah
Sumber: Pensil Design Konsultan

3. Analisis Prasarana Jalur Evakuasi


c. Pengeras Suara
a. Pintu Kebakaran

Pengeras suara dapat digunakan pada bangunan tinggi guna memberitahukan keadaan
Dalam SNI (Standar Nasional Indonesia), setiap pintu dan setiap jalan masuk utama yang
darurat kepada pengguna bangunan sebagai informan dan sirine. Speaker yang biasa digunakan
dipersyaratkan untuk melayani sebagai sebuah eksit harus dirancang dan dibangun sehingga jalan
merupakan Horn Speaker yang biasa digunakan ditempat parkir, pengeras suara juga hanya
dari lintasan ke luar dapat terlihat jelas dan langsung. Pintu Kebakaran ini hanya ada pada tangga
dipasang 2 buah disetiap lantai (warna hijau) dan pengeras suara harus dipastikan dapat berfungsi
yang besar. Dengan memiliki tinggi 2.2 m, serta bermaterialkan besi. Adapun persyaratan yang
dengan baik. Horn Speaker memiliki radius suara minimal 500 meter dan maksimal 1 kilometer
telah di tulis di dalam SNI yaitu:
dari letak pengeras suara sehingga disarankan untuk memasang speaker dengan jarak radius
maksimal 2 kilometer per speakernya.
1. Pintu harus berbahan besi, dapat bertahan sekurang kurangnya 2 jam
2. Harus dilengkapi minimal 3 engsel
3. Harus di lengkapi dengan alat pintu penutup otomatis (door closer)
4. Harus di lengkapi dengan Tuas atau tangkai pembuka pintu yang berada di ruang
tangga
5. Pintu di lengkapi dengan tanda peringatan “TANGGA DARURAT – TUTUP
KEMBALI”
6. Dilengkapi dengan kaca tahan api (minimal 1m2) dan diletakan disetengah bagian atas
pintu
Peralatan dan komponen sprinkler system gedung terdiri dari (Menurut
Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan,
Peraturan Menteri Pekerja Umum No. 26/PRT/M/2008) :
a. Komponen sprinkler system terdiri dari :
2) Kepala sprinkler
3) Tabung berbentuk deflector
4) Tabung berisi cairan atau bentuk segel
5) Pendeteksi kebakaran
b. Persediaan air
c. Pompa dan perlengkapannya
d. Jaringan linstrik

Gambar 9. Letak Pengeras Suara


Sumber: Pensil Design Konsultan
d. Alat Kebakaran
1. Sprinkle
Sprinkler adalah suatu alat pemancar air untuk pemadaman kebakaran yang
mempunyai tudung berbentuk deflector pada ujung mulut pancarnya, sehingga air dapat
memancar kesemua arah secara merata . Sistem sprinkler harus dirancang untuk memadamkan
kebakaran atau sekurang-kurangnya mampu mempertahankan kebakara untuk tetap tidak
berkembang sekurang-kurangnya 30 menit sejak kepala sprinkler pecah. Rancangan harus
Gambar 10. Kepala Sprinkle
memperhatikan klasifikasi bahaya, interaksi dengan sistem pengendalian asap dan sebagainya
Sumber: Jimmy S Juwono, 2005
(Menurut Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan, Peraturan Menteri Pekerja Umum No. 26/PRT/M/2008 : 9).
Syarat jumlah Perletakan Sprinkle pada gedung tinggi adalah:
• Jumlah maksimum kepala sprinkler menurut jenis bahaya mencakup :
kebakaran ringan, sedang, berat. • Air
• Disesuaikan dengan klasifikasi bangunan dan tinggi jumlah • Halon
lantai ruangan yang dilindungi oleh sprinkler. • Karbondioksida (CO2)
Jenis Bahaya Kebakaran Jumlah Kepala Sprinkle (buah) • Busa (Foam)
Ringan 300 • Pemadam Tepung
Sedang 1000 Berdasarkan lokasi perletakan APAR:
Berat 1000 • Memberikan distribusi merata
• Kebutuhan jumlah kepala sprinkler dapat diperoleh secara empiris • Mudah dicapai/dijangkau
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐵𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛𝑎𝑛
∑= 25
• Bebas dari hambatan (terbuka)

• Saluran air bagi sprinkler harus mempunyai tekanan yang cukup • Dekat sirkulasi normal

untuk mencapai titik terjauh instalasi kepala sprinkler, yaitu antara • Dapat segera dilihat
0,5 – 2,0 kg/cm2. • Terdapat disetiap lantai dan pintu keluar
• Aliran sumber catu air untuk splinker harus mencukupi untuk • Jarak antar APAR maksimal 23m
dapat mengalirkan air sekurang-kurangnya 40 – 200 liter/menit 3. Penangkal Petir
perkepala sprinkler menurut jenis dan tingkat bahaya kebakaran yang Gambar 11. Penangkal Petir

diproteksi.
• Jarak sprinkle dengan dinding tidak boleh lebih dari 2,3m untuk
kebakaran ringan dan tidak boleh lebih dari 2m untuk kebakaran
sedang/berat.
• Apabila gedung tidak dilengkapi dengan langit-langit maka sprinkle
tidak boleh berjarak lebih dari 1,5m dari dinding
• Letak sprinkle tidak boleh tertahan/dihalangi oleh kolom, hindari
kolom sejauh 0,6m dan letakkan sprinkle tambahan berjarak 2m dari
sisi kolom yang berlawanan.
2. APAR (9kg-15kg)
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) berfungsi sebagai alat pemadaman
awal pada peristiwa kebakaran yang masih kecil. Meskipun suatu bangunan Sumber: Jimmy S Juwono,2005
sudah tersedia sistem proteksi kebakaran namun pemyediaan alat pemadam Petir adalah suatu gejala listrik di atmosfir yang timbul bila terjadi
api ringan tetap penting. Selain peralatan pemadam kebakaran yang banyak kondensasi dari uap air dan ada arus udara naik yang kuat.
menggunakan air, penyediaan tabung pemdam api juga sangat Instalasi penangkal petir adalah suatu sistem dengan komponen-
diperlukan untuk membantu melakukan pemadaman. Alat pemadam api omponen dan peralatan-peralatan yang secara keseluruhan berfungsi
yang bisa digunakan dalam pemadaman berupa tabung yang isinya untuk menangkap petir dan menyalurkannya ke tanah, sehingga semua
dari bangunan beserta isinya atau benda-benda yang dilindungunya terhindar
dari bahaya sambaran petir (Hartono Poerbo. 2005)
Syarat pemasangan penangkal petir pada bangunan:
• Electroda pita dipasang minimum 0,5-1m diatas tanah
• Electroda batang ditancap lurus kedalam tanah sedalam +2m
• Electroda plat di letakan 5cm diatas tanah
• Radius antar penangkal petir maksimal 40m

Tempat yang tidak terhindar dari sambaran petir:


• Lapangan luas
• Taman/pepohonan
• Daerah pinggiran hutan
• Gedung tanpa instalasi penangkal petir
• Tempat yang basah/berair
BAB III
STUDI KASUS Lokasi : Batam, Indonesia
3.1 Hotel Ozon International Status : Sedang dibangun
Arsitek : Tony, S.T.

Hotel Ozon adalah bangunan komersil yang menggunakan struktur gabungan yaitu Core Structure dan DENAH LANTAI 1
Rigid Frame. Hotel Ozon dedesain dengan adanya core wall yang terletak di bagian tengah dan sudut
bangunan. Core Wall difungsikan sebagai area lift dan tangga darurat bagi pengunjung, dan karyawan.
Akibat beban lateral, Rigid Frame akan bergeser membentuk jajarangenjang,sedangkan Core Structure
berperan seperti penopang inti,yaitu sebagai inti yang menahan beban pada bangunan.
DENAH PENUTUP ATAP
TAMPAK DEPAN
TAMPAK SAMPING KIRI
TAMPAK SAMPING KANAN
TAMPAK BELAKANG
POTONGAN 1
POTONGAN 2
3.2 Apartemen di Kota Malang
Bangunan yang dirancang adalah bangunan apartemen yang termasuk dalam kategori
bangunan tinggi. Sehingga bangunan rentan terhadap beban. Baik beban mati maupun beban
hidup, beban angin serta seismic. Sehingga dibutuhkan pondasi yang kuat terhadap momen.
Pondasi yang cocok dengan hal – hal di atas adalah pondasitiang pancang.

2. Struktur Utama (Mains Strucuture)

Struktur utama yang digunakan


dalam perancangan ini adalah system
struktur inti untuk mendambah
kekuatan bangun serta system rangka
baja yang dikombinasikan dengan
system rangka beton. Sebagai
penerapan konstruksi tahan api pada
bangunan karena kondisi baja yang
akan meleleh jika terkena panas tinggi.
3.3 Hotel Swiss-Bellin Surabaya a. Deformasi mode geser untuk sistem rangka kaku

Hotel Swiss-Bellin adalah sebuah hotel yang terdiri atas 14 lantai utama yang terletak di Kota Surabaya Pada struktur rangka kaku, sudut deformasi (lendutan) paling besar terjadi pada dasar struktur
dimana terjadi geser maksimum.
Nama Gedung : Swiss Bellin Hotel Darmocentrum Surabaya
Lokasi : Jl. Bintoro no. 21 – 25 Surabaya b. Deformasi mode lentur untuk dinding geser (Gambar
Fungsi : Gedung perhotelan
Pada struktur dinding geser, sudut deformasi (lendutan) paling besar terjadi padaaz bagian atas
Jumlah Lantai : 14 lantai dengan lantai semi – basement dan atap baja bangunan sehingga sistem dinding geser memberikan kekakuan paling kecil pada bagian atas
bangunan.
Tinggi gedung : 64,60 meter c. Deformasi mode untuk gabungan sistem rangka kaku dengan dinding geser
Panjang gedung: 38,50 meter
Lebar gedung : 30 meter
Material : Beton bertulang
Sistem struktur : Sistem ganda

Sistem struktur yang digunakan adalah sistem struktur ganda. Sistem ganda (dual system)
merupakan salah satu jenis struktur yang baik sebagai sistem struktur yang tahan gempa. Sistem ganda
digunakan pada perancangan gedung tingkat tinggi di daerah atau zona gempa menengah hingga kuat.
Semakin tinggi suatu gedung, penggunaan sistem rangka saja kurang ekonomis karena untuk menahan
gaya lateral akibat beban gempa akan menyebabkan dimensi elemen struktur balok dan kolom yang
dibutuhkan akan semakin besar. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kekakuan dan kekuatan struktur
terhadap gaya lateral, digunakan sistem struktur yang mengombinasikan sistem rangka kaku dengan
dinding geser, yang disebut sebagai sistem ganda (dual system).
Kerja sama antara sistem rangka penahan momen dengan dinding geser merupakan suatu keadaan
khusus, dimana dua struktur yang berbeda sifat dan perilakunya digabungkan dan menghasilkan struktur
yang lebih ekonomis dan kuat.
Pada struktur kombinasi ini, dinding geser dan kolomkolom struktur akan dihubungkan secara
kaku (rigid) oleh balok-balok pada setiap lantai bangunan. Dengan adanya hubungan yang kaku antara
balok, kolom, dan dinding geser menyebabkan adanya interaksi antara dinding geser dan struktur rangka
yang menyeluruh pada bangunan, sehingga keduanya dapat bekerja bersamaan dalam menahan beban
yang bekerja, mulai dari beban gravitasi sampai beban lateral. Selain itu, sistem ganda mengakibatkan
simpangan lateral yang terjadi semakin berkurang seiring dengan peningkatan jumlah lantai pada struktur.
Semakin tinggi suatu struktur gedung, semakin kecil simpangan yang terjadi. Besar simpangan
secara keseluruhan yang terjadi pada sistem rangka kaku dengan dinding geser didapatkan dengan cara Gambar penggabungan 2 struktur rangka kaku dan dinding geser
menggabungkan perilaku dari kedua elemen.
Gambar: Tampak Utara
Gambar: Tampak selatan
Gambar: Tampak Timur
Gambar: Tampak Barat

Gambar: Potongan A-A
Gambar: Potongan B-B
3.4 Hotel Fave, Medan

Fave Hotel merupakan hotel bintang 3 yang berada di kawasan Kota Medan. Hotel ini dirancang oleh
studio MAT dengan arsitek bernama Tony, ST dan dibantu oleh:
• Freddy Kirana, S.T
• Dwie Kurnia, S.Ars
• Meliana, S.T
• Firda, S.T
• Kevin Jovinsie S.Ars
• Juliana S.Ars
Dan bangunan ini didesign oleh:
• Deby Khairil
• Intan Sriwahyuni Panjaitan
• Mhd Rakha Ramadhan
• Elsya
3.5 Studi banding Hotel Golden Tulip, Bojonegoro

3.5.1 Sistem Struktur dan Konstruksi

Sistem struktur yang dipakai pada Hotel Golden Tulip Essensial adalah Buckling Restrained
Braced Frames. Struktur Buckling restrained braces (BRB) merupakan pengembangan dari
sistem rangka pengaku konsentrik (CBF) yaitu bresing yang didesain memiliki kapasitas tekan
yang sama dengan kapasitas tariknya. Masalah tekuk menjadi perhatian dalam desain struktur.
Tekuk menyebabkan hilangnya kekuatan tekan sehingga pengecekan kapasitas tekan dari suatu
elemen struktur menjadi satu hal yang paling diperhatikan. Masalah tekuk pada bresing dapat
diselesaikan apabila bresing memiliki ketahanan terhadap gaya tekan yang diterima. Khususnya
pada struktur yang memikul beban gempa bolak balik. Hal ini di akomodasi dengan kehadiran
buckling restrained brace.

Gambar Buckling restrained


braces untuk rehabilitasi
bangunan beton bertulang
(a)Tampak Global (courtesy of
SIE,Inc); (b) detail sambungan
(courtesy Engineers &
Associates, Inc)

3.5.2 Gambar kerja Hotel Golden Tulip


Gambar Denah Basement

Anda mungkin juga menyukai