Anda di halaman 1dari 7

Izumi, Volume 4, No 2, 2015

p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi
KAJIAN SEMIOTIK: INTERPRETASI PUISI KUROFUNE KARYA
KINOSHITA MOKUTARO
Zaki Ainul Fadli*)
Program Studi Bahasa dan Sastra Jepang, Universitas Diponegoro,
Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Indonesia 50275

Abstrak
Artikel ini membahas mengenai interpetasi puisi dengan pendekatan semiotik. Sebagai objek kajian
adalah salah satu puisi dari sastrawan Jepang Kinoshita Mokutaro yang berjudul Kurofune. Dalam
membaca sebuah puisi, memecahkan kode-kode bahasa dan ungkapan konotatif yang terdapat dalam
puisi dapat bermanfaat untuk memahami puisi tersebut. Sajak dalam Kurofune akan dianalisis
dengan pendekatan semiotik dengan menggunakan teori dari Riffataere. Dalam teorinya, Riffataere
mengungkapkan bahwa makna sebuah puisi dapat lebih dipahami dengan pembacaan secara
heuristik dan hermeneutik. Dengan pembacaan tersebut, dapat ditemukan makna yang tersirat dari
sajak-sajak dalam sebuah puisi. Kata kurofune biasanya digunakan untuk menyebut kedatangan
kapal perang Amerika yang dipimpin oleh Komodor Perry yang tiba di Uraga, Jepang pada 1853.
Akan tetapi, dari analisis dapat diketahui bahwa kata kurofune dapat pula dimaknai sebagai
berakhirnya politik shakoku, yaitu politik isolasi dan dimulainya era baru bagi Jepang yang dinamai
dengan Restorasi Meiji.

Kata kunci:pendekatan semiotik; puisi; kurofune

Abstract
[The interpretation of Kinoshita Mokutaro’s Kurofune] This article discusses about the
interpretation of poetry with semiotic approach. As the object of this study is one of Kinoshita
Mokutaro’s poetries: Kurofune. Decoding the dramatic situation and connotation of a poetic text can
be helpful for its interpretation. The dramatic situation of Kurofune will be discussed with semiothics
theory from Riffaterre. In Riffaterre’s theory, poetry can be interpreted with heuristic and
hermeneutic’s reading. The purpose of this article is to know the poetry’s implied meaning. The terms
of Black Ships(Kurofune) commonly refer to the American steam-powered warships led by
Commodore Matthew Calbraith Perry which first arrived in Uraga in 1853. But as the result of the
analysis, the term kurofune can be also read as the end of shakoku and the beginning of new era
called the Meiji Restoration.

Keywords:semiotic approach; poetry; kurofune

dalam studi mengenai agama Kristen dan


1. Pendahuluan sejarah kesenian. Dia juga seorang profesor
Puisi adalah genre sastra yang memiliki di Universitas Tokyo.
karakteristik unik karena di dalamnya sering Kurofune (Black Ships) adalah sebutan
terdapat kata-kata konotatif dan kalimat yang populer untuk menyebutkan kedatangan
cenderung mampat. bangsa Eropa pada abad 16 dan 19. Akan
Kurofune adalah salah satu puisi sastrawan tetapi, terkadang dalam sebuah puisi tidak
Jepang yang mempunyai nama pena selalu kata-kata dimaknai secara denotatif.
Kinoshita Mokutaro. Mokutaro lahir di Dengan kata lain, puisi mengatakan satu hal
prefektur Shizuoka Jepang pada 1 Agustus dan memaksudkan untuk hal yang lain (a
1885. Nama aslinya adalah Tada Masao ( 太 poem says one thing and means another).
田正雄). Mokutaro adalah seorang penyair, Oleh karena itu, artikel ini berusaha untuk
pemain drama, dan sering berkontribusi menemukan makna yang tersirat dari puisi
------------------------------------------------------------------
Kurofune.
*)
Penulis Korespondensi.
E-mail: zaki.undip@gmail.com

Copyright @2015, IZUMI, ISSN 2338-249X 69


Izumi, Volume 4, No 2, 2015
p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

Dalam artikel ini, konsep semiotik akan Dalam puisi, ketidaklangsungan


digunakan untuk menemukan makna yang ekspresi menduduki posisi yang utama.
terkandung dalam puisi Kurofune. Ratna Ketidaklangsungan ekspresi yang dimaksud
(2004) menyatakan bahwa sastra dalam disebabkan oleh adanya penggantian arti
bentuk karya atau naskah mengandung (displacing of meaning), penyimpangan arti
makna tanda-tanda, sesuatu yang lain yang (distorting of meaning), dan penciptaan arti
diwalikinya, sebagai tanda-tanda nonverbal. (creating of meaning). Riffaterre (1978: 2)
Makna tanda-tanda bukanlah milik dirinya menyatakan bahwa penggantian arti
sendiri, tetapi berasal dari konteks di mana ia disebabkan oleh penggunaan metafora dan
diciptakan, di mana ia tertanam (Ratna, 2004: metonimi, serta bahasa kiasan yang lain.
117). Tanda ini dikirimkan oleh pengirim Penyimpangan arti disebabkan oleh tiga hal,
(sender), yang bisa juga berarti penulis, yaitu ambiguitas (ketaksaan), kontradiksi,
kepada penerima (receiver), yaitu pembaca. dan nonsens. Sedangkan penciptaan arti
Oleh sebab itu, pemahaman suatu karya diciptakan melalui enjambement, homologue,
sastra tidak bisa dilepaskan dari kenyataan di dan tipografi.
luarnya, yaitu masyarakat di mana karya itu Hal kedua adalah pembacaan heuristik
hadir. dan pembacaan hermeneutik. Pembacaan
heuristik adalah pembacaan pada taraf
2. Metode Penelitian mimesis atau pembacaan yang didasarkan
Pendekatan yang digunakan dalam konvensi bahasa. Karena bahasa memiliki
penelitian ini adalah pendekatan semiotik. arti referensial, pembaca harus memiliki
Hal itu dilakukan mengingat semiotik kompetensi linguistik agar dapat menangkap
merupakan suatu pendekatan yang arti (meaning). Kompetensi linguistik yang
menekankan pada aspek penggalian makna dimiliki oleh pembaca itu berfungsi sebagai
terhadap tanda dalam suatu karya sastra. sarana untuk memahami beberapa hal yang
Endraswara menyebutkan bahwa tanda disebut sebagai ungramatikal
sekecil apa pun dalam pandangan semiotik (ketidakgramatikalan teks). Pembacaan ini
tetap diperhatikan (2003: 64). juga disebut dengan pembacaan semiotik
Pendekatan semiotik yang akan dipakai pada tataran pertama. Dalam pembacaan
adalah semiotik model Michael Riffaterre. pada tataran ini, masih banyak arti yang
Pendekatan semiotik model Riffaterre beraneka ragam, makna yang tidak utuh, dan
dipakai berdasarkan pertimbangan bahwa ketakgramatikalan. Untuk itu, pembacaan
semiotik Riffaterre lebih mengkhususkan pada tataran ini masih perlu dilanjutkan ke
pada analisis puisi. Riffaterre dalam bukunya pembacaan tahap kedua. Pembacaan tataran
Semiotics of Poetry (1978) mengemukakan kedua yang dimaksud adalah pembacaan
empat hal pokok sebagai langkah hermeneutik. Pada pembacaan ini, akan
pemerolehan makna, yaitu analisis terlihat hal-hal yang semula tidak
ketidaklangsungan ekspresi, pembacaan gramatikal menjadi himpunan kata-kata yang
heuristik dan hermeneutik, penentuan matriks ekuivalen (Riffaterre, 1978: 5–6).
dan model dan analisis interteksualitas. Tidak
semua konsep dan teori yang digunakan 3. Pembahasan
Riffaterre di atas akan digunakan untuk Penyair ingin mencurahkan perasaan
memaknai puisi Kurofune secara semiotik, dan isi pikirannya dengan setepat-tepatnya
tetapi hanya dua langkah pertama, yaitu seperti yang dialami hatinya. Selain itu, ia
analisis ketidaklangsungan ekspresi dan ingin mengekspresikannya dengan ekspresi
pembacaan heuristik dan hermeneutik. yang dapat menjelmakan pengalaman
jiwanya. Untuk itulah harus dipilih kata-kata
yang setepat-tepatnya. Penyair juga ingin
mempertimbangkan perbedaan arti yang
sekecil-kecilnya dengan cermat. Penyair

70 Copyright @2015, IZUMI, ISSN 2338-249X


Izumi, Volume 4, No 2, 2015
p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi
harus cermat memilih kata-kata karena kata- khusus, kurofune digunakan untuk menyebut
kata yang ditulis harus dipertimbangkan ekspedisi Komodor Perry yang datang ke
maknanya, kompisisi bunyi, dalam rima dan pelabuhan Uraga, Kanazawa pada 14 Juli
irama serta kedudukan kata itu di tengah 1853. Kata hitam menunjukkan warna hitam
konteks kata lainnya, dan kedudukan kata kapal dan uap berwarna hitam hasil
dalam keseluruhan puisi itu. Selain itu pembakaran batubara sebagai penggerak
penyair juga mempertimbangkan urutan kapal Amerika.
katanya dan kekuatan daya magis kata-kata Kapal digunakan untuk menampung
diberi makna baru dan yang tidak bermakna orang-orang yang pergi ke tujuan tertentu.
diberi makna menurut kehendak penyair. Berkaitan dengan kedatangan Perry sebagai
Karena begitu pentingnya kata-kata dalam langkah membuka Jepang dari politik isolasi,
puisi, maka bunyi kata juga dipertimbangkan Kurofune juga dijadikan sebagai simbol
secara cermat dalam pemilihannya (Waluyo, berakhirnya politik isolasi di Jepang. Oleh
1991:72). karena itu, kurofune bisa pula dimaknai
Berikut adalah puisi Kurofune karya sebagai restorasi Meiji yang membawa
Kinoshita Mokutaro. Jepang ke arah perubahan menuju era
modernisasi yang industri sebagai pilarnya.
黒船 Warna hitam yang keluar dari cerobong
kapal dapat dimaknai sebagai asap hitam
1 人も来よ、異船くる、 yang keluar dari cerobong-cerobong
2 いとくろく、烏に似たる。 pabrik/industri.
3 あら笑止、船なる人も
Baris 1 dan 2
4 皆黒し、帽も袴も。
1 人も来よ、異船くる、
5 このあまき葡萄の島に、
2 いとくろく、烏に似たる。
6 無花果の歓げる丘に、
7 何見ると千里鏡見る。 Dari saja di atas dapat dilihat adanya
8 懐疑の北国人は。 ketidakberlangsungan ekspresi yaitu adanya
penggantian arti yang disebabkan pemakaian
Kapal Hitam bahasa kiasan. Pada baris ke-2 terdapat
pemakaian metafora dalam kalimat
1 Orang-orang pun datang, kapal aneh “itokuroku, karasu ni nitaru” (sangat hitam,
datang mirip dengan gagak). Kalimat tersebut
2 Bak gagak yang hitam legam merujuk pada kalimat sebelumnya yaitu “hito
3 Oh menggelikan, kapal dan juga orang- mo kitaruyo, ayashibune ga kuru” (kapal
orang yang aneh dan juga orang-orang datang).
4 Semuanya hitam, topi juga hakamanya Dari dua kalimat tersebut ditemukan majas
5 Menuju pulau penghasil anggur yang simile (perbandingan) bahwa kurofune dan
manis ini orang-orang di dalamnya mirip dengan gagak
6 Menuju bukit dimana buah tin/ara ada karena sama-sama memiliki warna hitam
7 Apapun yang dilihat, mereka melihat legam.
dengan teropong Kata ayashibune atau kapal yang
8 Orang-orang negeri utara yang skeptis aneh menunjukkan pada terminologi
kurofune yang telah terdapat dalam judul dan
1) Pemilihan Diksi telah dibahas sebelumnya. Sedangkan kata
Judul puisi di atas adalah kurofune karasu( 烏 ) berarti burung gagak (corvus).
( 黒 船 ) yang berarti “kapal hitam”. Gagak termasuk binatang yang mempunyai
Terminologi ini diberikan untuk kapal dari kecerdasan yang luar biasa. Di dalam
negara-negara Barat yang datang ke Jepang kepercayaan terhadap Buddha di Tibet,
pada abad ke-16 dan abad ke-19. Secara Dharmapala (pelindung dharma) Mahakala

Copyright @2015, IZUMI, ISSN 2338-249X 71


Izumi, Volume 4, No 2, 2015
p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

dapat berwujud sebagai gagak ketika turun Anggur (vitis) adalah sejenis buah
ke bumi. Di dalam kamus bahasa Jepang yang mempunyai rasa manis, berbentuk bulat
disebutkan bahwa meskipun ada yang kecil, dan berwarna hitam, hijau, biru tua,
menganggap bahwa gagak adalah burung kuning, atau merah tua. Anggur bisa dimakan
yang mengerikan karena suara dan warnanya langsung atau dibuat menjadi minuman jus
yang hitam legam, tapi ada pula kepercayaan atau wine. Anggur adalah buah yang relatif
yang mempercayai bahwa gagak adalah mahal. Wine yang terbuat dari anggur adalah
pelayan dewa dan memiliki kepandaian yang minuman yang merupakan simbol dari
luar biasa. kemewahan. Oleh karena itu, pulau anggur
Dalam sajak di atas, terdapat upaya manis dalam sajak di atas dapat dimaknai
membandingkan baris 1 dengan baris 2 yaitu bahwa Jepang adalah negara yang berharga.
kapal beserta orang-orang di dalamnya Menurut wikipedia, ichijiku adalah
dengan kalimat “hitam legam seperti gagak”. buah ara atau disebut juga buah tin. Pohon
Dalam pembahasan sebelumnya diketahui ara memiliki nama ilmiah Ficus Carica yang
bahwa kurofune dapat dimaknai sebagai dapat tumbuh di berbagai kondisi. Di dalam
simbol berakhirnya politik shakoku atau Bible, disebutkan bahwa Adam dan Hawa
politik isolasi dan era dimulainya restorasi menutupi tubuh mereka dengan daun ara
Meiji. Sedangkan orang-orang yang berada setelah mereka memakan buah larangan
di kapal tersebut diibaratkan mempunyai (Kejadian 3:7). Dalam kesenian, daun ara
kecerdasan yang luar biasa seperti gagak digunakan sebagai cover untuk menutupi alat
yang membawa serta ide-ide perubahan kelamin atau pose telanjang objek lukisan.
dalam restorasi Meiji. Kemudian dalam ajaran Buddha, ada
kepercayaan bahwa Buddha memperoleh
Baris 3 dan 4 pencerahan di bawah pohon bodhi, yaitu
3 あら笑止、船なる人も pohon ara suci yang besar.
4 皆黒し、帽も袴も。 Oleh karena itu, “ichijiku no furageru
oka ni” dapat dimaknai bahwa Jepang adalah
Dalam kalimat di baris 3 dan 4, negara yang suci, yang memiliki tradisi dan
disebutkan bahwa mereka mengenakan topi norma yang diagungkan.
dan hakama yang hitam. Dari sajak di atas Berdasarkan hal di atas, sajak di baris
dapat diketahui bahwa yang dimaksud ke-5 dan ke-6 yaitu “kono amaki budou no
dengan orang yang berada di kapal tersebut shima ni” dan “ichijiku no fugeru oka ni”
bukan orang asing/orang Barat, tetapi orang adalah tujuan orang-orang di dalam kurofune,
yang memakai hakama (袴) yang merupakan yaitu Jepang yang merupakan negara yang
pakaian Jepang. Oleh karena itu, dapat berharga, negara yang memiliki tradisi dan
disimpulkan bahwa orang yang berada di norma yang diagungkan.
kapal kurofune tersebut adalah orang Jepang.
Penyair merasa geli karena orang-orang Baris ke-7 dan ke-8
tersebut mengenakan hakama tetapi datang 7 何見ると千里鏡見る。
membawa sesuatu dari Barat (kurofune). 8 懐疑の北国人は。

Baris 5 dan 6 Pada baris ke-7, terdapat kata


5 このあまき葡萄の島に、 “tohomegane miru” yang artinya melihat
6 無花果の歓げる丘に、 dengan teropong. Teropong biasanya
digunakan di kapal untuk melihat sesuatu
Pada sajak di baris 5 dan 6, yang jauh sebagai cara untuk mendapatkan
informasi dari tempat yang jauh demi
disebutkan tentang budou (葡萄) atau buah
antisipasi dan keamanan. Teropong juga bisa
anggur dan ichijiku (無花果) atau buah ara. dimaknai sebagai metode ilmu pengetahuan
yang selalu meragukan sesuatu sebelum
72 Copyright @2015, IZUMI, ISSN 2338-249X
Izumi, Volume 4, No 2, 2015
p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi
benar-benar diketahui sesuatu benar atau Dalam membaca puisi bahasa Jepang,
tidak. perlu diketahui terlebih dahulu subjek dari
Kata kaigi( 懐 疑 ) memiliki makna puisi ini. Dari pembacaan secara keseluruhan,
yang serupa dengan utagai ( 疑 い ) yang maka dapat dipahami bahwa subjek dari puisi
menurut kamus Kokugo mempunyai makna ini terdapat dalam bagian akhir dari puisi
sebagai berikut. yaitu dalam kalimat 懐疑の北国人は(orang-
1 “hakkiri shinai koto ni tsuite, warui hou ni orang dari negeri utara yang skeptis). Dalam
kangaeru koto” yang berarti memikirkan kalimat itu orang-orang dari negeri utara
sesuatu yang buruk/jelek terhadap sesuatu memakai topi dan hakama hitam dan datang
yang belum diketahui secara pasti. dengan menggunakan kapal hitam menuju ke
2 “hontou ka douka, ayashii to omou” yang daerah penghasil anggur yang manis dan
berarti mempunyai pemikiran yang bukit yang ditumbuhi pohon ara. Penyair
meragukan terhadap hal yang belum tentu juga menganggap bahwa kedatangan mereka
kebenarannya. sangat menggelikan. Untuk lebih jelasnya
Sedangkan 北 国 (Kitaguni atau terlihat dalam pembacaan secara heuristik
Hokkoku) bisa memiliki dua arti. Pertama sebagai berikut.
untuk menyebutkan negara-negara di sebelah
utara Jepang; dan yang kedua untuk 1 人も来よ、異船くる (異船がくる、人
menyebutkan daerah-daerah di sebelah utara もくるよ)
di Jepang yang beriklim dingin ekstrim. Dari Kapal aneh datang, orang-orang juga datang
からす に
pembahasan sebelumnya diketahui bahwa 2 (その船が)いとくろく、 烏 に似 た
mereka memakai hakama, karena itu dari

sajak tersebut dapat dimaknai bahwa orang-
Kapal itu terlihat hitam seperti hitamnya
orang yang berada di kurofune berasal dari
burung gagak
daerah sebelah utara Jepang, artinya apabila
kalimat tersebut dianggap sebagai pars 3 あら笑止、船なる人も
prototo, maka dapat berarti bahwa mereka Menggelikan(bodoh) sekali, mereka datang
adalah orang Jepang secara keseluruhan. kesini
Berdasarkan pengertian di atas, baris 4 皆黒し、帽も袴も
ke-7 dan ke-8 bermakna bahwa orang-orang Mereka yang memakai topi dan hakama yang
yang berada di kurofune selalu menggunakan hitam
teropong untuk melihat sesuatu yang jauh 5 このあまき葡萄の島に、
karena mereka memiliki sifat yang skeptis Mereka menuju pulau penghasil anggur yang
terhadap sesuatu. Hal ini juga manis ini
mengindikasikan mereka punya sifat kehati- 6 無花果の歓げる丘に、
hatian sekaligus curiga terhadap sesuatu yang Mereka menuju ke bukit yang ditumbuhi
belum diketahui kebenarannya.. pohon dan buah tin/ara ini
7 何見ると千里鏡(で)見る
2) Pembacaan heuristik Mereka melihat dengan teropong untuk
Dalam pembacaan heuristik, sajak melihat sesuatu yang jauh, apapun yang
dibaca berdasarkan struktur kebahasaannya. mereka lihat
Untuk memperjelas arti, bilamana perlu 8 懐疑の北国人は (その船に乗る人々
diberi sisipan kata, atau sinonim katakatanya である)
ditaruh dalam tanda kurung. Begitu juga,
Mereka adalah orang asing yang datang dari
struktur kalimatnya disesuaikan dengan
negeri-negeri utara, yang selalu melihat
kalimat baku (berdasarkan tata bahasa
dengan curiga.
normatif). Apabila diperlukan susunannya
dibalik untuk memperjelas arti (Pradopo,
1995:136 )

Copyright @2015, IZUMI, ISSN 2338-249X 73


Izumi, Volume 4, No 2, 2015
p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

3) Pembacaan hermeneutik 4. Simpulan


Pembacaan heuristik kemudian Puisi biasanya terdiri dari kata-kata
diulang kembali dengan bacaan retroaktif dan yang termasuk second order language system,
ditafsirkan secara hermeneutik berdasarkan karena itu dibutuhkan sebuah cara tertentu
konvensi sastra puisi, yaitu sistem semiotik untuk memahaminya. Pembacaan heuristik
tingkat kedua. Konvensi sastra yang dan hermeneutik dapat dimanfaatkan untuk
memberikan makna itu diantaranya konvensi menemukan makna yang tersembunyi dalam
ketaklangsungan ekspresi sajak yang telah puisi.
diungkapkan sebelumnya. Dalam menafisr puisi, dimungkinkan
Dari pembahasan sebelumnya, dapat berbagai lapis tafsir yang bermuara dari
diketahui bahwa subjek dari puisi tersebut pemakaian kata-kata yang konotatif dan
adalah 北 国 人 yang berarti orang dari bermakna ganda yang terdapat di dalamnya.
belahan utara Jepang. Apabila pemilihan Dalam studi semiotik, hal ini sah karena sifat
diksi 北 国 人 bisa dianggap adalah puisi yang polyinterpretable.
pemakaian pars prototo, maka kata tersebut Kurofune atau Black Ships adalah
dimaknai sebagai orang Jepang secara umum. sebutan populer untuk menyebutkan
Orang Jepang yang diibaratkan pandai seperti kedatangan bangsa Eropa pada abad 16 dan
gagak dan datang dengan menumpang kapal 19. Puisi Kurofune karya Kinoshita
hitam yang dapat dimaknai sebagai restorasi Mokutaro dapat pula dimaknai sebagai
meiji yang mengarahkan Jepang ke arah era berakhirnya politik shakoku, yaitu politik
modernisasi dan industrialisasi. Berikut isolasi dan dimulainya era baru bagi Jepang
pembacaan heurmeneutik secara lengkap yang dinamai dengan Restorasi Meiji
pada puisi Kurofune.

Kapal Hitam

Baris 1 dan 2
Orang-orang datang bersama ide perubahan
yang ingin merubah Jepang ke arah
modernisasi (restorasi Meiji). Mereka adalah
orang-orang yang pintar.

Baris 3 dan 4
Orang-orang tersebut adalah orang Jepang
juga, tetapi mereka datang bersama sesuatu
yang asing sehingga terasa menggelikan bagi
yang melihatnya.

Baris 5 dan 6
Mereka ingin melakukan suatu perubahan di
Jepang, negara yang berharga, negara yang
memiliki tradisi dan norma yang diagungkan.
Baris 7 dan 8
Mereka adalah orang yang berilmu, yang
selalu meragukan sesuatu sebelum benar-
benar mengetahui kebenarannya.

74 Copyright @2015, IZUMI, ISSN 2338-249X


Izumi, Volume 4, No 2, 2015
p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi
Daftar Pustaka Daftar Laman
Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi https://ja.wikipedia.org/wiki/北国
Penelitian Sastra. Yogyakarta: https://ja.wikipedia.org/wiki/カラス
Pustaka Widyatama. https://ja.wikipedia.org/wiki/イチジク
Pradopo, Rachmat Djoko. 1995. Beberapa https://ja.wikipedia.org/wiki/葡萄
Teori Sastra, Metode Kritik, dan https://en.wikipedia.org/wiki/Black_Ships
Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka http://www.home.ix.netcom.com/~kyamazak
Pelajar. /lit/_Jpoet/Kinoshita_Mokutaro.htm

Ratna, Nyoman Kuta. 2004. Teori, Metode, Kamus elektronik


dan Teknik Penelitian Sastra. Kamus Kokugo (Casio Ex-word XD-D2800)
Jogjakarta: Pustaka Pelajar.
Riffataere, Michael. 1978. Semiotics of
Poetry. Bloomington: Indiana
University Press.

Copyright @2015, IZUMI, ISSN 2338-249X 75

Anda mungkin juga menyukai