Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN PADA NY.

P DENGAN TINDAKAN SECTIO

CAESAREA INDIKASI

CEPHALOPELVIC DISPROPOTION (CPD)

DI RUANG OPERASI RSU Dr.SLAMET GARUT

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Medikal Bedah (KMB)

Disusun oleh :

Nama : Astiani Fadilah Difani

NIM : KHGC18065

4B S1 Keperawatan

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKes KARSA HUSADA GARUT

2021/2022
BAB 1

SECTIO CAESAREA

1.1 Definisi
Sectio Caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewatinsisi pada
dinding abdomen dan uterus persalinan buatan. Sehingga janin di lahirkan melalui perut dan
dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat (Anjarsari,
2019).
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin denganmembuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut (Martowirjo, 2018).
Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan
utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sagita, 2019).

1.2 Etiologi
Adapun etiologi menurut (Manuba,1012) indikasi ibu dilakukan adalah ruptur uteri
iminen, perdarahan antepartum , ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah
fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram . Dari Sectio Caessarea beberapa faktor
penyebab Sectio Caessarea sebagai berikut :

1. CPD (Chepalo Pelvik Disproportion)


Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesua dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat
melahirkan secara alami . tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang
membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus di lalui janin ketika
akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelaian atau panggul
patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga
harus dilakukan tindakan oprasi .keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk
organ menjadi abnormal .
2. Preeklampsia
Preeklampsia dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung di
sebabkan oleh kehamilan ,sebab terjadinya masih belum jelas . setelah perdarahan dan
infeksi , Preeklampsia dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan
perinatal . karena itu diagnosa dini amalatlah penting , yaitu mampu mengenali dan
mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
3. KPD (Ketuban Pecah Dini )
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan di tunggu satu jam belum terjadi inpartu ,sebagian besar ketuban
pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu ,sedangkan di bawah 36 minggu.
4. Bayi Kembar (gameli)
Tidak selamanya bayi kembar di lahirkan secara sectio caesaria.hal ini karena
kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada
kelahiran satu bayi.selain itu , byai kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah
letak lintang sehingga sulit untuk di lahirkan secara normal .

5. Faktor hambatan jalan lahir


Adanya gangguan pada jalan lahir ,misalnya jalan lahir yang tidak memungkin
kan adanya pembukaan,adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir ,tali pusat
pendek dan ibu sulit bernafas.
6. Kelainan letak janin
Menurut (saiffudin 2012) kelainan pada letak janin dibagi 2 :
1) Kelainan pada letak kepala :
(1) Letak kepala tengah
Bagian terbawah adalah puncak kepala , pada pemeriksaan dalam teraba ubun-
ubun yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul ,kepala bentuknya
bundar,anak nya kecil atau mati,kerusakan dasar panggul.
(2) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi) , sehingga bagian kepala yang terletak paling
rendah ialah muka.hal ini jarang terjadi ,kira-kira 0,27 sampai 0,5% .
(3) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi,dahi berada pada penempatan dagu
biasanya dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak
belakang kepala .
2) Letak sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri.dikenal
beberapa jenis letak sungsang ,yakni presentasi bokong ,presentasi bokong kaki
sempurna ,presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki
(saifudin,2012)

1.3 Jenis – jenis operasi sectio caessarea


1. Sectio caesariatransperitonealis profunda
Sectio caesariatransperitonealis profunda dengan insisi di segmen bawah uterus ,insisi
pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau memanjang . Keunggulan pembedahan
ini adalah :
- Pendarahan luka insisi tidak seberapa banyak.
- Banyak peritonitis tidak besar
- Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya uteri dikemudian hari tidak besar karena
pada nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak mengalami kontraksi seperti
korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.
2. Sectio caesaria klasik atau sectio caesariakorporal
Pada sectio caesariaklasik ini di buat kepada korpusuteri , pembedahan ini yang agak
mudah dilakukan,hanya di selenggarakan apabila ada halangan untuk melakukan sectio
caesariaprofunda insisi memanjang pada segmen uterus.

3. Sectio caesariaekstra peritonea


Sectio caesariaekstra peritoneal dibulu di lakukan untuk mengurangi bahaya injeksi
pembedahan ini sekarang tidak banyak lagi di lakukan,rongga peritorium tidak di buka ,
dilakukan pada pasien infeksi uterin berat.

4. Sectio caesariaHysteroctomi
Setelah Sectio caesaria,dilakukan Hysteroctomy dengan indikasi :
- Autonia uteri
- Plasenta accarete
- Myoma uteri
- Infeksi intra uteri berat

1.4 Manifestasi Klinik (Norma N,dkk,2013)

Manifestasi klinik klien dengan sectio caesarea,antara lain :


1.Kehilangan darah selama prosedur pembedahan 600–800ml
2. Terpasang Kateter : Urine jernih dan pucat
3. Abdomen lunak dan tidak ada disentri
4. Ketidak mampuan untuk menghadapi situasi baru
5. Balutan abdomen tampak sedikit noda
6. Aliran lochia sedang dan bebas bekuan, berlebihan dan banyak

1.5 Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada ibu dengan sectio caesarea menurut(mochtar 2005)
1.Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas di bagi menjadi
- Ringan, dengan suhu meningkat dalam bebrapa hari.
- Sedang, suhu meningkat lebih tinggi di sertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung
- Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
- Perdarahan : perdarahan banyak terjadi jika pada saat pembedahan cabang arteri uterine ikut
terbuka atau karena atonia uteri.

2. Komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing,embolismeparu yang sangat jarang
terjadi . Kurang kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa
terjadi ruptur uteri.Yang sering terjadi pada ibu bayi : kematian perinat
BAB II

CPD (CEPHALOPELVIC DISPROPOTION)

2.1 Definisi
Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah suatu bentuk ketidaksesuaian antara
ukuran kepala janin dengan panggul ibu. (Reader, 1997). Seksio sesarea yaitu suatu tindakan
untuk melahirkan bayi dengan berat diatas 500 gram, melalui sayatan pada dinding uterus
yang masih utuh. Seksio sesarea yaitu suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina untu melahirkan janin dari
rahim (Mochtar, 1998). Jadi post sektio caesarea dengan CPD adalah suatu tindakan yang
dilakukan untuk melahirkan janin melalui sayatan pada dinding uetrus dikarenakan ukuran
kepala janin dan panggul ibu tidak sesuai.

2.2 Etiologi
Menurut Hamilton (1999) CPD disebabkan oleh :
1. Panggul ibu yang sempit.
2. Ukuran janin yang terlalu sempit
Sedangkan penyebab dilakukan seksio sesarea menurut Prawirohadjo (2000) yaitu:
1. Disproporsi kepala panggul (CPD)
2. Disfungsi Uterus
3. Plasenta Previa
4. Janin Besar
5. Ganiat Janin
6. Letak Lintang
(Mochtar , 1998) menambahkan penyebab lain , yaitu:
1. Ruptur Uteri mengancam
2. Partus lama , Partus tak maju
3. Preeklamsi dan hipertensi
4. Mal presentasi janin
- Letak lintang
- Letak bokong
- Presentasi dahi dan muka
- Presentasi rangkap

2.3 Tanda Dan Gejala


CPD terjadi jika kepala janin terlalu besar sehingga tidak dapat melewati rongga
pelvis ibu. Hal ini mungkin terjadi jika kepala bayi terlalu besar seperti pada kasus-kasus
hidrosefalus, atau jika rongga pelvis terlalu kecil atau mengalami kelainan bentuk.
Kelainan bentuk bisa disebabkan oleh riketsia pada masa kanak- kanak atau gangguan
ortopedik lainnya.6 Jika kelainan yang sangat jelas seperti kelainan bentuk akibat
riketsia atau trauma tidak ditemui, CPD hanya bisa didiagnosis pada saat proses
persalinan berlangsung. Kala I persalinan mungkin memanjang atau kepala janin gagal
turun pada pemeriksaan luar dan dalam. Molase, yakni proses di mana tulang tengkorak
janin saling tumpang tindih, dapat terjadi. Cara mengenali CPD dibahas lebih lanjut pada
bab diagnosis dan tata laksana.

2.4 Faktor Predisposisi Terjadinya CPD


Beragam faktor risiko yang dapat memperbesar peluang terjadinya cephalopelvic
disproportion atau CPD adalah sebagai berikut: Ibu mengalami obesitas saat hamil.
Pernah menjalani persalinan dengan operasi caesar sebelumnya. Ada penumpukan air
ketuban yang terlalu banyak selama kehamilan (polihidramnion)

2.5 Klasifikasi Preeklampsia


Secara umum Cephalopelvic Disproportion (CPD) terbagi atas :
1. CPD Absolut
Tidak memungkinkan dilakukan persalinan normal pervaginam bahkan jika
mekanisme persalinan yang dilaksanakan sudah tepat. Di Negara barat, keadaan ini
jarang ditemui, namun terdapat beberapa penyebab CPD absolut antara lain : a.
Hidrosefalus fetal b. Kelainan pelvis kongenital (contoh: Robert’s atau Naegele’s
Pelvis) dimana salah satu atau kedua ruas os sacrum tidak ada sehingga
menyebabkan sempitnya pintu atas panggul. c. Kerusakan struktur pelvis yang
disebabkan kecelakaan lalu lintas pada masa muda. d. Distorsi pelvis akibat
osteomalasia
2. CPD Relatif
Hali ini berarti bayi yang dikandung besar namun dapat melalui rongga pelvis apabila
dilakukan proses persalinan yang benar. Namun jika, kepala janin defleksi atau gagal
berputar pada mid-kavitas dan tidak ada kemajuan persalinan, maka akan terjadi
persalinan abnormal. Definisi tersebut tidak termasuk perkiraan berat badan bayi atau
pengukuran rongga pelvis berdasarkan sinar X. CPD hanya dapat didiagnosis setelah
dilakukan persalinan percobaan. Hal ini berarti saat dilakukan observasi persalinan,
tidak ditemukan adanya kemajuan persalinan bahkan dengan induksi menggunakan
sintosinon. Seorang wanita dicurigai menderita CPD apabila tingginya kurang dari
5,2” (1,58 m). Wanita tersebut cenderung memiliki pelvis tipe ginekoid tetapi sering
juga memiliki bayi yang kecil. Pada bayi dengan presentasi kepala telah ditemukan bukti
bahwa pemeriksaan Pelvimetri sinar X atau CT Scan dapat membantu penatalaksanaan CPD.
Maka dapat dilakukan persalinan percobaan pervaginam pada wanita tersebut. Seluruh wanita
dengan posisi kepala bayi yang tinggi harus menjalani pemeriksaan ultrasound untuk
menyingkirkan kemungkinan penyebab lain seperti plasenta previa, fibroid uterus, dan kista
ovarium. Jadi saat pemeriksaan kasus tersebut tidak ditemui maka dapat diduga salah satu
penyebabnya adalah CPD

2.6 Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya penyakit ini berhubungan erat dengan penyebabkan
CPD itu sendiri, yaitu kapasitas panggul atau ukuran panggul yang sempit dan ukuran
janin terlalu besar.
Klien atas indikasi Cephalopelvic disproportion (CPD) dengan CV < 8½ perlu
di lakukan pembedahan yang biasa disebut dengan setio caesaria. Sectio caesaria
adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka perut dan dinding
uterus atau vagina atau suatu histerektomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim.
Dari sini pasien akan beradaptasi dengan keadaan akibat post anastesi dan luka post
SC.
Post anastesi dapat merdampak pada penurunan medulla oblongata sehingga
menyebabkan penurunan refleks batuk yang akan berdampak pada akumulasi secret,
pada keadaan ini pasien kemungkinan akan mengalami bersihan jalan napas tidak
efektif. Post anastesi juga dapat berdampak pada Penurunan kerja pons yang dapat
mengakibatkan penurunan kerja otot eliminasi dan penurunan perostaltik usus
sehingga mengakibatkan konstipasi.
Luka post SC dapat mengakibatkan terputusnya jaringan sehingga akan terjadi
rangsangan pada area sensori yang akan berdampak pada gangguan rasa nyaman
berupa nyeri. Luka post SC dapat mengakibatkan terbukanya jaringan sehingga
berisiko tinggi terjadi infeksi yang disebabkan oleh kurangnya proteksi terhadap
invasi bakteri.
Sedangkan untuk pasien yang memiliki CV > 8 ½ -10 cm, dapat dilakukan
persalinan percobaan, jika persalinan berhasil maka pasien akang mengalami preode
post partum atau nifas. Pada preode ini dapat terjadi distensi kabtung kemih yang
dapat mengakibatkan udem dan memar di uretra. Keadaan ini mengakibatkan
penurunan sensitivitas & sensasi kantung kemih dan pasien dapat mengalami
gangguan eliminasi urin. Namun, jika persalinan percobaan gagal maka penanganan
selanjutnya adalah dilakukannya SC.
Phatways
Ukuran panggul yang sempit
ukuran janin terlalu besar.
Komplikasi keduanya

CPD

CV>81/2-10 SC CV>81/2

Persalinan percobaan Post Anastesi Luka post SC

Berhasil Gagal penurunan penurunan jaringan jaringan


Medulla kerja pons terputus terbuka
Post partum nifas oblongata
Penurunan kerja merangsang proteksi
Distensi kantung kemih penurunan eliminasi otot area sensori kurang
Reflex batuk
Udeum dan memar penurunan gangguan invasi bakter i
Di uretra Akumulasi secret peristaltic rasa nyaman
Usus resiko
Penurunan sensitivitas Bersihan jalan nafas Nyeri infeksi
& sensasi kantung kemih tidak efektif konstipasi

Gangguan eliminasi urine

2.7 Prognosis CPD


Apabila persalinan dengan disproporsi sefalopelvik dibiarkan berlangsung
sendiri tanpa pengambilan tindakan yang tepat, timbul bahaya bagi ibu dan janin.
1. Bahaya pada ibu
a. Partus yang lama seringkali disertai pecahnya ketuban pada pembukaan
kecil, dapat menimbulkan dehidrasi serta asidosis, dan infeksi intrapartum.
b. Dengan his yang kuat, sedang kamajuan janin dalam jalan lahir tertahan, dapat
timbul regangan segmen bawah rahim dan pembentukan lingkaran retraksi
patologik (bandl)
c. Dengan persalinan tidak maju karena disproporsi sefalopelvik, jalan lahir pada
suatu tempat mengalami tekanan yang lama antara kepala janin dan tulang
panggul. Hal itu menimbulkan gangguan sirkulasi dengan akibat terjadinya
iskemiadan kemudian nekrosis pada tempat tersebut.
2. Bahaya pada janin
a. Partus lama dapat mengakibatkan kematian parinatal, apabila jika ditambah
dengan infeksi intrapartum
b. Prolapsus funikuli, apabila terjadi mengandung bahaya yang sangat besar bagi
janin dan memerlukan kelahirannya dengan segera apabila ia masih hidup.
c. Apabila ada disproporsi sefalopelvik kepala janin dapat melewati rintangan
pada panggul dengan mengadakan moulage. Moulage dapat dialami oleh
kepala janin tanpa akibat yang jelek sampai batas- batas tertentu, akan tetapi
apabila batas- batas tersebut dilampaui, terjadi sobekan pada tentorium
serebelli dan perdarahan intrakarnial.
d. Perlukaan pada jaringan diatas tulang kepala janin dan fraktur pada os
parietalis oleh tekanan promontorium atau kadang- kadang oleh simfisis pada
panggul

2.8 Penanganan CPD


Dewasa ini 2 cara merupakan tindakan utama untuk menangani persalinan
pada disproporsi sefalopelvik yakni seksio sesarea dan partus percobaan.
Disamping itu kadang- kadang ada indikasi untuk melakukan simfisiotomi dan
kraniotomi, akan tetapi simfisiotomi jarang dilakukan, sedangkan kraniotomia
hanya dikerjakan pada janin mati.
1. Seksio sesarea
Seksio sesarea dapat dilakukan secara elektif atau primer, yakni sebelum
persalinan mulai atau pada awal persalinan dan secara sekunder, yakni sesudah
persalinan berlangsung selama beberapa waktu.
Seksio sesarea elektif direncanakan lebih dahulu dan dilakukan pada kehamilan
cukup bulan karena kesempitan panggul yang cukup berat, atau karena terdapat
disproporsi sefalopelvik yang nyata. Selain itu seksio tersebut diselenggarakan
pada
kesempitan ringan apabila ada fektor- faktor lain yang merupakan komplikasi,
seperti primigravida tua, kelainan letak janin yang tidak dapat diperbaiki,
kehamilan pada wanita yang mengalami masa infertilitas yang lama, penyakit
jantung dan lain- lain.
Seksio sesarea sekunder dilakukan karena persalinan percobaan dianggap
gagal, atau karena timbul indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas
mungkin, sedang syarat- syarat untuk persalinan pervaginam tidak atau belum
dipenuhi.
2. Persalinan percobaan
Persalinan percobaan adalah suatu penilaian kemajuan persalinan. Untuk
memperoleh bukti tentang ada atau tidaknya disproporsi sefalopelvik. Kemajuan
persalinan secara fisiologis dinilai dari pembukaan, tingkat turunnya kepala dan
posisi kepala dibandingkan pada satu titik tolak tertentu dan waktu tertentu.
Perubahan bisa terjadi bersamaan atau berurutan atau bergantian. Selama didapat
perubahan, walaupun hanya satu jenis gerakan saja, masih dapat dikatakan partus
maju. Syarat partus percobaan yaitu his normal dan adekuat, serviks lunak dan
anak dalam letak kepala. Pemeriksaan dilakukan dalam 2-4 jam dan waktu
ketuban pecah. Bila di dapatkan suatu inersia uteri atau distosia servikalis maka
partus percobaan tidak dapat dilakukan dan keadaan ini mesti diperbaiki dulu
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian

1) Identitas Ibu
Sering terjadi usia<18 atau >35 tahun. Status perkawinan pasien, dan pekerjaan.
Terjadi pada primigravida atau multipra dengan usia lebih tua (ambewati,2010)
2) Riwayat Kesehatan
Pada klien post sectio caesarea dengan indikasi CPD terdapat nyeri pada bekas luka
sectio caesaria. Pada umum nya pasien post sectio caesaria dengan indikasi CPD akan
mengalami keterbatasan aktifitasnya karena ada nyeri pada bagian abdomennya ada luka
bekas sayatannya, nyeri seperti diiris-iris atau ditusuk dengan skala nyeri 1 sampai 10.
3) Riwayat Penyakit
- Riwayat Kesehatan Sebelumnya Dalam riwayat kesehatan dahulu perlu dikaji apakah
klien pernah mengalami riwayat sectio caseria sebelumnya. Riwayat alergi terhadap
obat dan makanan. Serta ada tidaknya penyakit yang dapat memperberat keadaan
klien seperti: penyakit ginjal, anemia, vaskuler asensial, hipertensi kronik, dieabetes
melitus.
- Riwayat Kehamilan Yang Lalu Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
perlu diketahui tentang umur kehamilan, pemeriksaan kehamilan, informasi tentang
umur kehamilan, pemeriksaan kehamilan,imunisasi yang didapatkan, keluhan selama
kehamilan, pernah mengalami abortus atau tidak, melahirkan dimana, ditolong siapa
dan apakah ada penyulit selama kehamilan
- Riwayat persalinan sekarang Riwayat persalinan sekarang meliputi: hari, tanggal, jam
persalinan operasi sectio caesaria, penolong persalinan, penyulit persalinan
penanganan persalinan biasanya dilakukan sectio caesaria, keadaan bayi hidup atau
mati.
- Riwayat Keluarga Berencana Meliputi alat kontrasepsi yang digunakan, lama
penggunaan, keluhan selama penggunaa, jumlah anak yang direncanakan, pada klien
post sectio caesaria dengan indikasi CPD tidak ada hubunganya denga keluarga
berencana yang digunakan oleh klien

3.2 Pemeriksaan Fisik

A. Sistem pernafasan

Inspeksi : bentuk dada simetris atau tidak, ada otot bantu nafas, pola nafas reguler atau
ireguler biasanya terjadi perubahan akibat anastesi, frekuensi nafas normal 20-
24x/menit.Palpasi : kaji vocal vremitus klien, getarannya sama atau tidak.

Perkusi : suara normalnya didapat sonor.

Auskultasi : normal suara nafas vesikuler, adakan suara nafas tambahan seperti ronchi,
whezing, dan lain-lain.
B. Sistem Kardiovaskuler

Inspeksi : lihat ada atau tidaknya sianosis, anemis (jka terjadi syok akibat perdarahan post
partum).

Palpasi : kaji CRT normal kembali <2 detik, akral hangat, cek nadi normal 60-100x/menit
namun biasanya terdapat bradikardi pada post operasi dan takikardi (jika terjadi syok).

Perkusi : perkusi pada jantung normal didapatkan pekak.


Auskultasi : normal bunyi jantung S1 S2 tunggal, irama jantung reguler
C. Sistem Persyarafan

Inspeksi : pasien post op terlihat cemas, cek kesadaran dan nilai GCS (normal 4-5-6), wajah
tampak menyeringai tidak karena terasa nyeri pada luka bekas operasi. Biasanya terdapat
gangguan pola istirahat/tidur karena nyeri luka akibat bekas operasi yang dirasakan.
Palpasi : CRT <2 detik, nyeri pada luka bekas post operasi

D. Sistem Perkemihan

Inspeksi : lihat menggunakan cateter atau BAK spontan, biasanya terpasang cateter karena
hal itu merupakan salah satu prosedur operasi. Periksa pengeluaran lochea, warna, bau,
dan jumlahnya, cek warna urine dan baunya.
Palpasi : ada pembesaran bledder atau tidak, terdapat nyeri tekan atau tidak, biasanya ada
nyeri tekan.

E. Sistem Pencernaan
Inspeksi : lihat mukosa bibir kering atau lembab, adakan pasca operasi.
Palpasi : terdapat nyeri pada abdomen.
Perkusi : normal terdapat bunyi tympani dan redup bila terdapat cairan pada abdomen.
Auskultasi : hitung bising usus normal 5-15x/menit. Biasanya terjadi penurunan bising usus
menurun sehingga terjadi konstipasi.

3.3 Pemeriksaan Penunjang


Laboratorium: meliputi hemoglobin normalnya 12 sampai 16 mmHg, leukosit, hematokrit
37 sampai 47% trombosit 150.000 sampai 400.000/mmᵌ,keratin 0,6 sampai 1,1
miligram/liter dengan nilai kulitatif +2.

3.4 Diagnosa Keperawatan


Menurut (Sarwono,2012) Pada post sectio caesaria dengan indikasi CPD:
1. Nyeri akut berhubungan dengan luka post oprasi
2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringa/kulit rusak
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri akut
3.5 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri akut Tujuan: setelah dilakukan 1. Kaji tanda-tanda vita 1. Pada klien dengan
berhubungan tindakan keperawatan 1x24 (tekanan darah, gangguan nyeri
dengan luka jam diharapkan nyeri pada respirasi, nadi, suhu) menyebabkan gelisah
post op klien berkurang atau hilang perhatikan adanya serta tekanan darah dan
dengan kriteria hasil: perubahan perilaku nadi meningkat
1. Adanya penurunan (bedakan antara 2. Skala nyeri dapat
skala nyeri 1-3 berarti kegelisahan karena menunjukkan kualitas
nyeri ringan, skala kehilangan darah nyeri yang dapat di
nyeri 4-6 berarti nyeri berlebihan karena nyeri) rasakan klien
sedang, skala nyeri 7- 2. Kaji skala nyeri klien (0- 3. Selama 12 jam pertama
10 berarti nyeri berat. 10) paksa partum kontraksi
2. Tampak rileks/dapat 3. Perhatikan nyeri tekan uterus kuat dan teratur
beristirahat dengan uterus dan adanya dan ini berlanjut
tepat karakteristik nyeri selama 2-3 hari
3. Ibu mengerti penyebab 4. Ubah posisi klien (sesuai berikutnya meskipun
nyerinya dengan kenyamanan frekuensi dan
4. Tanda-tanda Vital klien) kurangi intensitasnya di
dalam batas normal. rangsangan yang kurangi.
. berbahaya dan berikan 4. Merelaksasikan oto dan
gosokan mengalihkan perhatian
punggung,anjurkan dari sensasi nyeri,
penggunaan teknik meningkatkan
distraksi kenyamanan dan
5. Kolaborasi pemberian menurunkan distraksi
analgesik sesuai dengan tidak Menyenangkan
advis dokter. 5. Pemberian analgesik
dapat menurunkan rasa
nyeri, kenyamanan
yang memperbaiki
status psikologi dan
meningkatkan
mobilitas
2. Resiko tinggi Tujuan: setelah dilakukan 1. Anjurkan dan gunakan 1. Membantuu mencegah
terhadap tindakan keperawatan selama teknik mencuci tangan atau membatasi
infeksi 1x24 jam diharapkan resiko dengan cermat dan penyebaran infeksi
berhubungan tinggi infeksi tidak terjasi pembuangan pengalas 2. Tanda-tanda ini
dengan dengan kriteri hasil: kotoran, pembalut menandakan infeksi
trauma 1. Mendemonstrasikan perineal dan linen luka yang biasanya di
jaringan/kulit teknik-teknik untuk dengan Tepat sebabkan oleh bakteri
rusak menurunkan resiko- 2. Perhatikan luka oprasi 3. Demam setelah pasca
resiko dan atau dan kaji warna oprasi hari ke 3
meningkatkan kemerahan, edema, leukosit dan
penyembuhan nyeri, eksudat atau takikardiamenunjukkan
2. Menunjukan luka bebas gangguan penyatuan infeksi, peningkatan
dari drainasepurulen pada daerah lika oprasi suhu sampai 38.3°C
dengan tanda awal 3. Kaji suhu, nadi dan dalam waktu 24jam
penyembuhan jumlah sel darah putih pertama
(misalnya penyatuan 4. Lakukan perawatan mengidentifikasi
tepi-tepi luka) lukadengan teknik adanya infeksi
3. Uterus lunak atau tidak aseptic 4. Dengan teknik aseptik
ada nyeri tekan dapat memperkecil
4. Dengan aliran dan kemungkinan
karakter lokhea normal masuknya kuman
5. Tidak demam dalam luka infeksi
6. Urine jernih kuning
pucat

3. Hambatan Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan pada 1. Mencegah terjadinya


mobilitas keperawatan selama 1x24 jam pasien untuk kekakuan pada otot
fisik dapat melakukan mobilisasi memulai setelah post op
berhubungan Kriteria hasil: menggerakkan 2. Membantu
dengan Nyeri 1. Pasien sudah mampu ekstremitas bawah, melenturkan otot
Akut mika/miki mika miki, duduk, ektremitas tubuh
2. Pasien mampu duduk sampai jalan dalam trauma ekstremitas
3. Pasien sudah berjalan jarak dekat bawah agar kembali
dengan jarak 5-10 2. Motivasi pasien agar seperti semula
meter mau bergerak 3. Mencegah terjadinya
4. Pasien sudah mampu 3. Batasi aktivitas nyeri berat sampai
memenuhi kebutuhan pasien yang terlalu terbukanya jahitan luka
mandiri seperti BAK, berat post
BAB, menggosok gigi 4. Bantu pasien dalam 4. Mengistirahatkan
dikamar mandi melakukan aktivitas pasien decara optimal
5. Kekuatan otot kembali mandiri pasien yang dengan mencegah
normal. belum bisa terjadinya resiko jatuh
dilakukan sendiri. dan pendarahan pada
5. Kolaborasi dengan luka SC
dokter dan tim medis 5. Membantu
dalam pemberian mempercepat proses
terapi farmakologi kesembuhan pasien
Patways

CPD

Harus dilakukan sectio


caesarea

Insisi bedah
Kejang pada ibu Ansietas
Terputusnya inkontunitas
jaringan Pasien lelah
Fisiologis Fisiologisa
Nyeri
Kurangnya Estrogen meningkat
informasi Ibu tidak tahu merawat
Prolaktin meningkat bayi
Ansietas Perawatan insisi abdomen
Pembendungan laktasi Defisit pengetahuan
K urang pengetahuan
Air susu ibu tidak tentang perawatan
keluar Defisit perawatamn diri
Resiko tinggi infeksi
Menyusui tidak
efektif
Pristaltik usus menurun

Belum flatus

konstipasi

Anda mungkin juga menyukai