Anda di halaman 1dari 7

BAB IX

Flame Sensor (Sensor Api)


Api merupakan hasil dari sebuah oksidasi cepat terhadap suatu material dalam proses
pembakaran kimiawi, yang menghasilkan panas, cahaya, dan berbagai hasil reaksi kimia lainnya.
Proses oksidasi yang lebih lambat seperti pengkaratan atau pencernaan tidak termasuk dalam
definisi tersebut. Api berupa energi berintensitas yang bervariasi dan memiliki bentuk cahaya
(dengan panjang gelombang juga di luar spektrum visual sehingga dapat tidak terlihat oleh mata
manusia) dan panas yang juga dapat menimbulkan asap. Warna api dipengaruhi oleh intensitas
cahayanya yang biasanya digunakan untuk menentukan apakah suatu bahan bakar termasuk
dalam tingkatan kombusi sehingga dapat digunakan untuk keperluan manusia (misal digunakan
sebagai bahan bakar api unggun, perapian atau kompor gas) atau tingkat pembakar yang keras
yang bersifat sangat penghancur, membakar dengan tak terkendali sehingga merugikan manusia
(misal, pembakaran pada gedung, hutan, dan sebagainya). Api dapat terjadi karena adanya tiga
unsur yaitu:
1) Unsur material yang mudah terbakar, seperti kertas, kayu, kain, dan gas
2) Udara sebagai zat pengoksidasi, misalnya oksigen, hidrogen, dan klorin
3) Unsur panas sebagai pemicu timbulnya api. Panas dapat timbul akibat terjadinya
gesekan, hubungan arus pendek listrik, reaksi kimia, dan lain-lain.

Ketiga unsur diatas apabila bertemu maka akan terjadi api, oleh karena itu disebut
segitiga api. Jika Salah satu unsur diambil, maka api akan padam dan inilah prinsip dari
pemadaman api. Prinsip segitiga api ini digunakan sebagai dasar untuk mencegah terjadinya
peristiwa kebakaran. Dari teori segitiga api maka ditemukan unsur keempat yang menyebabkan
timbulnya api. Unsur yang keempat ini adalah rantai reaksi. Pada teori ini dijelaskan bahwa saat
energi diberikan pada bahan bakar seperti hidrokarbon, beberapa ikatan antara karbon dengan
karbon yang lainnya akan terputus dan menghasilkan radikal bebas. Sumber energi tersebut juga
akan memutus rantai karbon dengan hidrogen sehingga menimbulkan radikal bebas yang lebih
banyak. Rantai oksigen dengan oksigen akan terputus dan menghasilkan radikal oksida. Pada
proses pemutusan rantai, terjadi pelepasan energi yang tersimpan di dalam rantai tersebut. Api
memancarkan panjang gelombang dengan rentang 100 nm –1100 nm, yang artinya api memiliki
panjang gelombang dari UV sampai infra merah.
Gambar 9.1. Spektrum Panjang Gelombang Cahaya
Sensor api memiliki fungsi untuk dapat membaca atau mengenali apabila di dekat area
sebuah sensor terdapat sebuat titik api dan dapat membedakan dengan benda atau media lain
didekatnya, karena api memiliki sebuah panjang spektrum gelombang hal ini dapat dimanfaatkan
untuk dapat sebuah sensor dapat mendeteksi ada tidaknya api.

Gambar 9.2. Panjang spektrum gelombang api

Satu atau lebih sensor radiasi optik digunakan untuk merancang detektor api optik, sensor
ini dapat dikonfigurasi pada untuk dapat membaca panjang gelombang UV, IR, kombinasi (UV /
IR), atau beberapa IR (Multi IR). Radiasi palsu dari banyak sumber pada lingkungan atau
industri dapat menghalangi spektrum api yang dapat membuat nyala api sulit dideteksi. Sebuah
sensor tidak boleh terpengaruh oleh lingkungan ini dan pada saat yang sama harus memiliki
kepekaan yang baik terhadap api. Beberapa sensor yang dapat digunakan untuk mendeteksi api
adalah, sebagai berikut :
1. IR Flame Detector

Flame detector ini menggunakan panjang gelombang IR pada api untuk


dapat membacanya. Contoh sensor yang biasa digunakan adalah menggunakan IR
phototransistor, Flame sensor terdiri dari phototransistor NPN silicon YG1006
yang mampu membaca dalam kecepatan tinggi dan sangat sensitif terhadap
radiasi inframerah. Sensor tersebut dibungkus dengan tabung hitam (lihat Gambar
dibawah ini) agar sensitif terhadap inframerah yang diterimanya.

Gambar 9.3. IR Phototransistor YG1006


Sensor ini dapat mendeteksi nyala api dalam rentang panjang gelombang 760
nm~1100 nm, dibawah ini merupakan grafik respon sensitivitas sensor terhadap
panjang gelombang yang diterimanya

Gambar 9.4. Grafik respon sensitivitas sensor terhadap panjang gelombang IR


Untuk memudahkan user menggunakan sensor infra merah ini sekarang sudah ada
suatu modul instrument penguat untuk membaca sensor sehingga akan
memudahkan kontroler untuk dapat mengaksesnya. Seperti gambar dibawah ini

Gambar 9.5. Modul sensor flame dengan komparator


Modul Sensor ini dapat mendeteksi api dari jarak maksimal mencapai 100
cm dan memiliki sudut pembacaan sekitar 60 derajat, Modul flame sensor ini
bekerja pada tegangan 3,3V sampai 5V, biasanya sensor ini memiliki output
digital dan analog yang dapat diatur jarak kesensitifan pembacaannya dengan
variable resistor yang terpasang pada modul ini karena pada modul ini
menggunakan komparator untuk membandingkan tegangan output sensor dengan
set point referensinya. Sensor ini memiliki karakteristik tegangan keluaran tinggi
saat tidak ada api dan keluaran rendah saat ada api dengan panjang gelombang
rendah. Sensor ini dapat mendeteksi gelombang inframerah yang dipancarkan
oleh api, sehingga sensor tersebut dapat digunakan sebagai pendeteksi kebakaran.
Lampu indikator LED mati atau logika Low (0) jika tidak mendeteksi api.
sedangkan jika sensor mendeteksi api, lampu indikator LED menyala atau logika
High (1)

2. UVtron flame detector

Sensor UVTron adalah sensor yang mendeteksi panjang gelombang


ultraviolet dari penggunaan efek photoelektrik dari logam dikombinasikan dengan
efek penggandaan gas. Sensor UVTron mampu mendeteksi api dengan cukup
baik dan tidak terpengaruh oleh cahaya lain selain cahaya dari ultraviolet itu
sendiri, karena sensor ini dapat beroperasi pada panjang gelombang sekitar 185
nm to 300, gambar dibawah ini menunjukkan grafik respon sensor uvtron dengan
membandingkan material pembuat elektrodenya
Gambar 9.6. Grafik Respon UVtron sensor terhadap gelombang UV dengan
Electrode berbeda - beda
Untuk menghasilkan data output yang baik, sensor ini perlu dihubungkan ke
driver circuit yang berfungsi sebagai filter dari sensor UVTron tersebut Bentuk
fisik sensor ini dapat dilihat pada gambar

Gambar 9.7. UVtron sensor dengan driver modulnya


Bentuk dari sensor UVTron ini seperti bohlam kecil atau tabung yang memiliki 2
kaki, yaitu Anoda (kaki lebih panjang) dan Katoda (kaki yang lebih pendek).
Sensor ini memiliki sensitivitas angular yang lebar (diperlihatkan pada Gambar
dibawah ini) sehingga dapat mendeteksi radiasi ultraviolet yang diemisikan dari
api tanpa terbatas oleh sudut deteksinya. Sensor ini dapat mendeteksi api pada
jarak 5 meter. Bentuk keluaran dari sensor ini berupa pulsa. Semakin besar
intensitas cahaya api yang diterima oleh sensor, maka semakin banyak pula
jumlah pulsa yang dihasilkan.

Gambar 9.8. Sudut Deteksi Sensor UVTron


Tabung UVTron akan bekerja ketika pada katoda diberikan sinyal
ultraviolet, fotoelektron akan dipancarkan dari katoda oleh efek fotoelektrik dan
dipercepat ke anoda menggunakan medan listrik. Ketika tegangan diberikan,
medan magnet meningkat, medan listrik semakin besar dan energi kinetik
elektron menjadi besar untuk mengionisasi molekul gas di tabung untuk
bertubrukan. Elektron yang dibangkitkan oleh ionisasi dipercepat yang membuat
elektron mengionisasi molekul lainnya sebelum mencapai anoda. Ion positif yang
dipercepat ke katoda dan bertubrukan menyebabkan elektron sekunder lainnya,
kejadian ini menyebabkan arus yang cukup besar di antara elektroda dan terjadi
pembuangan muatan

Gambar 9.9. Prinsip Kerja UVTron


Agar sensor UVTron dapat terhubung (terbaca) pada sistem kontrol, maka
diperlukan rangkaian pengkondisian sinyal yaitu modul driver C10807 yang
berfungsi mengubah respon dari UVTron menjadi pulsa yang dapat dikenali oleh
sistem mikrokontroler. Pada modul ini, power supply 5 volt diubah menjadi > 350
volt DC melalui bagian High Voltage Converter untuk mengaktifkan sensor
UVTron. Sedangkan Signal Processing Circuit berfungsi untuk mengatur jumlah
pulsa yang masuk dari sensor UVTron selama 2 detik yang akan direspon oleh
C10807 menjadi pulsa selebar 10 ms. Keluaran dangan pulsa selebar 10 ms ini
selanjutnya dapat dihubungkan langsung pada sistem mikrokontroler, sistem
mikrokontroler akan mendeteksi adanya perubahan kondisi input dengan periode
10 ms sebagai indikasi adanya nyala api dalam area 5 meter. Berikut ini adalah
spesifikasi driver UVtron dari hamatsu
Gambar 9.10. UVtron driver module hamatsu

Gambar 9.11. Spesifikasi UVtron driver module hamatsu

Anda mungkin juga menyukai