Anda di halaman 1dari 9

1.

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam perkembangan industri saat ini, perusahaan manufaktur atau jasa pelayanan seperti
instansi memiliki persaingan yang ketat. Sebuah perusahaan sebaiknya menghasilkan produk
yang baik agar dapat bersaing. Hal ini membuat perusahaan maupun instansi harus
memaksimalkan sumber daya yang ada agar produk yang dihasilkan baik dan sesuai standar
sehingga perusahaan bisa mendapat keuntungan yang besar serta hubungan dengan konsumen
yang baik.

Kegiatan produksi dapat berlangsung dengan efektif apabila didukung oleh berbagai
sumber daya atau faktor-faktor produksi. Faktor-faktor produksi tersebut diantaranya yaitu
bahan baku, tenaga kerja untuk membantu proses produksi, gedung pabrik dan kantor,
maupun mesin dan peralatan untuk mengolahnya. Satu saja dari faktor-faktor produksi
tersebut bermasalah maka akan mengganggu kegiatan produksi di dalamnya.

Mesin yang mengalami kerusakan baik secara tiba-tiba maupun secara bertahap akan
mengakibatkan aktivitas produksi terhambat dan hal ini akan sangat merugikan pihak
perusahaan baik dari segi waktu, finansial serta buruknya hubungan dengan pihak luar
(konsumen). Perusahaan dapat meminimumkan kerusakan yang terjadi secara tiba-tiba
maupun kerusakan yang terjadi secara bertahap dengan perawatan mesin yang terjadwal
sehingga mesin selalu dalam keadaan siap berproduksi saat ada order yang datang.

Balai Besar Logam dan Mesin merupakan salah satu instansi pemerintah dibidang
penelitian dan pengembangan industri logam dan mesin dalam lingkungan Kementrian
Perindustrian. Balai Besar Logam dan Mesin berada di bawah dan bertanggungjawab
langsung kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri. Instansi Pemerintahan
ini mempunyai tugas melaksanakan kegiatan-kegiatan penelitian dan pengembangan tentang
teknologi, kondisi dan sistem penggunaan alat mesin produksi, proses dan metoda kerja,
pengetahuan untuk meningkatkan produktivitas industri logam mesin sesuai dengan
kebijaksanaan terknis yang diterapkan oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
Industri.

Balai Besar Logam dan Mesin merupakan lembaga non profit, tetapi pemerintah
menargetkan Balai Besar Logam dan Mesin menghasilkan pendapatan yang nantinya akan

1
masuk ke Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP). Balai Besar Logam dan Mesin memiliki
empat Workshop diantaranya, Workshop Pemesinan, Workshop Pengelasan, Workshop
Kalibrasi dan Workshop Pengecoran Logam.

Dari keempat Workshop yang ada di Balai Besar Logam dan Mesin, Workshop
Pemesinan merupakan Workshop yang menyumbangkan pendapatan paling kecil untuk Balai
Besar Logam dan Mesin. Berikut ini merupakan grafik hasil rekapitulasi PNBP semua
Workshop yang ada di Balai Besar Logam dan Mesin dalam periode Januari 2015 –
Desember 2015.

Gambar 1.1 Rekapitulasi PNBP Tahun 2015

Menurut grafik di atas terlihat bahwa Workshop Pemesinan memiliki PNBP yang paling
kecil diantara Workshop-Workshop yang lain. Kecilnya pendapatan yang didapatkan oleh
Workshop Pemesinan karena banyaknya order yang tidak bisa dikerjakan oleh Workshop
Pemesinan, hal ini karena sering rusaknya mesin-mesin yang ada di Workshop Pemesinan.

Dalam Workshop Pemesinan terdapat kegiatan-kegiatan produksi seperti pembuatan


mold, dies dan jig & fixture. Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian produksi,
pembuatan jig and fixture merupakan kegiatan produksi yang paling sering dikerjakan di
workshop pemesinan. Pada workshop pemesinan terdapat empat mesin yang digunakan
dalam produksi jig & fixture yaitu, Mesin Dufour, Hermle, Nikon dan Celtic 14. Tidak sedikit
order yang datang ditolak bagian produksi karena mesin yang dibutuhkan untuk
memproduksi order tersebut tidak siap atau dalam keadaan rusak (breakdown). Hal tersebut

2
FAKULTAS TEKNIK UNJANI
akan merugikan karena akan mengganggu target PNBP yang ditargetkan oleh Kementrian
Perindustrian dan berdampak pada hubungan dengan pihak luar (konsumen).

Ketidaksiapan mesin dalam menerima order yang datang terjadi karena downtime yang
tinggi pada setiap mesin. Berikut data yang menunjukkan frekuensi kerusakan dan downtime
yang terjadi pada periode Januari 2015 – Desember 2015:
60.00
200
50.00

150 40.00

30.00
100
20.00
50
10.00

0 0.00
1 2 3 4

Downtime (jam) Frekuensi Kerusakan


Persentase Downtime (%) Persentase Frek. Kerusakan (%)

Gambar 1.2 Rekapitulasi Data Downtime dan Frekuensi Mesin

Grafik di atas menunjukkan bahwa mesin Hermle memiliki frekuensi kerusakan dan
downtime yang paling tinggi dari mesin lainnya. Downtime mesin ini akan mengganggu
proses produksi karena proses produksi akan tertunda atau telat selesai dan order yang datang
tidak bisa dikerjakan yang berpengaruh pada pendapatan workshop pemesinan. Kurang
optimalnya jadwal pemeliharaan mesin membuat mesin rentan dengan kerusakan, meskipun
hanya gangguan kecil tapi akan berdampak pada kinerja mesin saat berproduksi.

Untuk mengukur kinerja mesin saat ini, peneliti menggunakan ukuran Overall
Effectiveness Equipment (OEE). Pengukuran kinerja dengan Overall Effectiveness Equipment
(OEE) terdiri dari tiga komponen utama pada mesin produksi yaitu Availability, Performance
Efficiency dan Quality Ratio. Dibawah ini ditunjukkan tabel hasil rekapitulasi dari
perhitungan Overall Effectiveness Equipment (OEE) yang dilakukan pada keempat mesin
dalam periode tahun 2015.

3
FAKULTAS TEKNIK UNJANI
100.00

90.00

80.00

70.00

60.00

50.00

40.00

30.00

20.00

10.00

0.00
Avaibility (%) Perfomance Efficiency Rate Of Quality (%) OEE (%)
(%)

Gambar 1.3 Rekapitulasi Efektivitas Kinerja Mesin Berdasarkan OEE

Menurut Gambar 1.3 di atas terdapat hasil dari nilai Availability, Performance Efficiency,
Quality Ratio serta nilai OEE. Nilai OEE mesin Hermle memperoleh nilai terendah yaitu
43,10%, yang menunjukkan bahwa keandalan mesin Hermle yang rendah berdasarkan tiga
rasio. Nilai tersebut berada dibawah standar yang telah ditetapkan oleh Japan Institute of
Plant Maintenance (JIPM) yaitu nilai Overall Effectiveness Equipment (OEE) 85%. Hal ini
memperkuat bahwa mesin Hermle sebagai mesin kritis. Untuk penjelasan perhitungan nilai
OEE terdapat pada Lampiran B.

Selain menghitung Overall Effectiveness Equipment (OEE), peneliti melihat kerugian


yang dialami mesin dengan pendekatan analisis Six Big Losses (Enam Kerugian Besar). Ada
enam kerugian yang berpotensi merugikan Workshop Pemesinan, enam kerugian tersebut
adalah Equipment Failure / Breakdown dan Set Up & Adjustment yang termasuk kedalam
Downtime Losses, Idling & Minor Stoppages dan Reduced Speed yang termasuk kedalam
Speed Losses, serta Process Defect dan Reduced Yield yang termasuk kedalam Defect Losses.

4
FAKULTAS TEKNIK UNJANI
Berikut rekapitulasi persentase nilai analisis Six Big Losses pada mesin Hermle:

Tabel 1.1 Rekapitulasi Persentase Six Big Losses Mesin Hermle


KATEGORI SIX BIG LOSSES LOSSES (%)
Idling & Minor Stoppages 41,85
SPEED LOSSES
Reduced Speed 21,87
DOWNTIME Setup/adjustment 13,28
LOSSES Breakdown 9,46
Reduced Yield 7,46
DEFECT LOSSES
Process Defect 3,49

Berdasarkan Tabel 1.1 di atas menunjukkan bahwa Speed Losses yang memiliki
persentase tertinggi yang terdiri dari Idling and Minor Stoppages dan Reduce Speed serta
Downtime Losses yang terdiri dari Breakdown dan Set-up & Adjustment. Speed Losses terjadi
karena mesin yang mengalami kerusakan dibiarkan menunggu dalam waktu yang cukup lama
untuk diperbaiki oleh bagian maintenance serta Downtime Losses terjadi karena rusaknya
mesin secara tiba-tiba, persiapan ulang mesin, penambahan oli dan maintenance yang
dilakukan di luar jadwal. Untuk penjelasan perhitungan nilai Six Big Losses terdapat pada
Lampiran C.

Hasil dari analisis Six Big Losses tersebut berguna untuk memudahkan peneliti dalam
menganalisis kerugian-kerugian yang dialami mesin Hermle yang nantinya akan dilakukan
penentuan item check untuk tindakan pemeriksaan oleh operator (Autonomous Maintenance).

Keterbatasan bagian maintenance membuat workshop pemesinan kewalahan dalam


menangani berbagai masalah mesin yang ada. Peraturan dari Kementrian Perindustrian
tentang penambahan pegawai baru (PNS) maupun Karyawan Harian Lepas (KHL) membuat
workshop pemesinan tidak bisa kapan saja mengontrak KHL jika sewaktu-waktu terdapat
mesin yang butuh pemeliharaan. Akibatnya jika terdapat beberapa mesin yang bermasalah
dalam waktu bersamaan maka harus ada mesin yang dibiarkan rusak, menunggu mesin yang
lain selesai diperbaiki. Maka dari itu perlunya penerapan Autonomous Maintenance dalam
sistem perawatan di workshop Pemesinan.

Dengan adanya masalah kerusakan mesin yang dapat merugikan tersebut, maka perlu
adanya kegiatan pemeliharaan mesin yang optimal. Program Replacement membuat
penggantian komponen kritis terjadwal dengan baik serta program Autonomous Maintenance
akan membuat operator bertanggungjawab memelihara mesin dan dapat mendeteksi gejala-

5
FAKULTAS TEKNIK UNJANI
gejala kerugian mesin sebelum menimbulkan kerusakan yang besar serta menyebabkan mesin
downtime.

I.2 PERUMUSAN MASALAH

Dari keempat Workshop yang ada di Balai Besar Logam dan Mesin, Workshop
Pemesinan merupakan penyumbang PNBP (Pendapatan Negara Bukan Pajak) yang
paling kecil. Order Jig & Fixture merupakan order yang paling banyak diterima oleh
Workshop Pemesinan tapi mesin yang digunakan untuk mengerjakan order tersebut
seringkali dalam keadaan tidak siap menerima order. Ketidaksiapan mesin dalam
menerima order karena tingginya frekuensi kerusakan mesin dan waktu downtime mesin.
Mesin Hermle menjadi mesin yang diteliti berdasarkan rekapitulasi frekuensi
kerusakan mesin dan waktu downtime mesin yang paling rendah serta diperkuat dengan
hasil perhitungan OEE (Overall Effectiveness Equipment) bahwa kinerja mesin Hermle
adalah yang paling rendah diantara empat mesin lainnya.
Berdasarkan analisis Six Big Losses untuk mengetahui kerugian yang dialami mesin,
diketahui bahwa tingginya Speed Losses terjadi karena mesin yang mengalami kerusakan
dibiarkan menunggu dalam waktu yang cukup lama untuk diperbaiki oleh maintenance
dan Downtime Losses terjadi karena rusaknya mesin secara tiba-tiba, persiapan ulang
mesin, penambahan oli dan maintenance yang dilakukan diluar jadwal. Hal tersebut
karena keterbatasan teknisi maintenance dalam menangani masalah mesin-mesin yang
ada.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa perumusan masalahnya adalah menyusun sistem
penjadwalan pemeriksaan untuk kegiatan Autonomous Maintenance dan perawatan
pencegahan berupa perawatan penggantian komponen kritis (Planned Maintenance)
untuk Mesin Hermle dengan kriteria meminimasi waktu downtime.

I.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menentukan interval perawatan pencegahan untuk mesin Hermle agar dapat


meminimasi waktu downtime.
2. Merancang penerapan Autonomous Maintenance untuk Mesin Hermle agar dapat
mencegah kerusakan mesin yang lebih besar.

6
FAKULTAS TEKNIK UNJANI
I.4 MANFAAT PENELITIAN

1. Instansi dapat mengetahui terdapat mesin kritis yang memiliki frekuensi kerusakan,
downtime tinggi dan kinerja mesin serta komponen kritis didalamnya.
2. Dapat mengetahui kapan penjadwalan pemeliharaan pencegahan sebaiknya dilakukan
sehingga dapat mengurangi kerusakan mesin yang lebih besar dan mendadak.
3. Aktivitas produksi dapat berjalan lancar dan kualitas produk yang optimal.
4. Kondisi mesin ideal saat menerima order produksi dari konsumen dan tidak ada order
yang ditolak karena mesin tidak dalam keadaan siap.
5. Operator mendapat pengetahuan lebih tentang pemeliharaan mesin yang
digunakannya.

I.5 PEMBATASAN MASALAH DAN ASUMSI

Agar masalah yang diteliti tidak keluar dari fokus penelitian maka perlu ada
pembatasan masalah dan asumsi sebagai berikut:

A. Pembatasan Masalah
1. Pilar TPM yang digunakan yaitu Planned Maintenance dan Autonomous
Maintenance.
2. Perawatan pencegahan (Planned Maintenance) yang dilakukan adalah dalam
bentuk penggantian komponen (Replacement).
3. Pemilihan Mesin Hermle sebagai mesin yang diteliti berdasarkan tingginya
frekuensi kerusakan mesin, tingginya waktu downtime mesin dan rendahnya
kinerja mesin Hermle.
4. Penentuan komponen kritis berdasarkan frekuensi kerusakan tertinggi.
5. Data kerusakan mesin yang digunakan pada periode Januari 2015 – Desember
2015.
6. Aspek Quality Ratio dalam analisis kerugian mesin menggunakan alat analisis
Six Big Losses tidak diperhatikan.
7. Aspek teknis dalam pelaksanan kegiatan perawatan, seperti peralatan yang
digunakan, tata cara pembongkaran mesin dan lain-lainnya tidak termasuk ke
dalam pembahasan.

7
FAKULTAS TEKNIK UNJANI
B. Asumsi
1. Keterampilan tenaga kerja dibagian maintenance dianggap baik dan merata.
2. Komponen yang telah mendapatkan perawatan kondisinya baik seperti
semula.
3. Mesin akan kembali normal pada kondisi optimal setelah tindakan
pemeriksaan dan perawatan pencegahan.

I.6 SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, pembatasan masalah, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai konsep dan teori-teori yang akan dijadikan
sebagai landasan atau kerangka berpikir dalam menganalisis segala permasalahan yang ada
serta mendukung tujuan penelitian yang dilakukan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini merupakan jembatan yang menghubungkan dasar teori yang terdapat pada bab
II dengan bab IV yang merupakan pelaksanaan penelitian. Pada bab ini akan ditampilkan
kerangka berpikir penelitian yang dilakukan dari awal hingga akhir. Metode penelitian
disusun berdasarkan kondisi yang ada pada tempat penelitian yang didasari oleh teori-teori
pada bab II.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini merupakan pelaksanaan penelitian. Pada bab ini diuraikan hasil dari
pengumpulan data yang telah dilakukan. Data-data tersebut kemudian diolah sehingga akan
didapatkan hasil pengolahan data yang dapat dianalisis. Hasil itu akan dianalisis sehingga
dapat memberikan makna.

BAB V ANALISIS

8
FAKULTAS TEKNIK UNJANI
Pada bab ini hasil yang diperoleh dari bab IV akan dianalisis sehingga hasil
pengolahan data akan memberikan makna. Analisis yang dilakukan pada bagian ini
merupakan pelengkap dari analisis-analisis yang telah dilakukan di bab IV.

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan dilakukan dua hal yaitu hasil analisis akan digunakan sebagai basis
untuk menarik kesimpulan dari seluruh rangkaian penelitian, guna menjawab tuntutan dari
tujuan penelitian serta memberikan saran bagi perusahaan maupun bagi penelitian
selanjutnya.

9
FAKULTAS TEKNIK UNJANI

Anda mungkin juga menyukai

  • Form Biodata NSS 20216
    Form Biodata NSS 20216
    Dokumen5 halaman
    Form Biodata NSS 20216
    Billy Fernando Silangit
    Belum ada peringkat
  • Cover Letter
    Cover Letter
    Dokumen2 halaman
    Cover Letter
    Billy Fernando Silangit
    Belum ada peringkat
  • Cover Letter PT. Gunung Raja Paksi TBK
    Cover Letter PT. Gunung Raja Paksi TBK
    Dokumen2 halaman
    Cover Letter PT. Gunung Raja Paksi TBK
    Billy Fernando Silangit
    Belum ada peringkat
  • Injeksi
    Injeksi
    Dokumen28 halaman
    Injeksi
    Billy Fernando Silangit
    Belum ada peringkat
  • Materi
    Materi
    Dokumen11 halaman
    Materi
    Billy Fernando Silangit
    Belum ada peringkat
  • Materi
    Materi
    Dokumen10 halaman
    Materi
    Billy Fernando Silangit
    Belum ada peringkat
  • Materi
    Materi
    Dokumen12 halaman
    Materi
    Billy Fernando Silangit
    Belum ada peringkat
  • Proses Stock Preparation
    Proses Stock Preparation
    Dokumen10 halaman
    Proses Stock Preparation
    Billy Fernando Silangit
    Belum ada peringkat
  • Materi
    Materi
    Dokumen12 halaman
    Materi
    Billy Fernando Silangit
    Belum ada peringkat