Anda di halaman 1dari 3

SEMANGAT JUANG GURU DI DAERAH TERTINGGAL

Sosok pahlawan yang bersenjata dengan kedermawanan ilmu dan sikapnya.


Pahlawan dengan rasa tulus untuk nasib anak bangsa kedepannya tidak pandang
lautan bahkan padang pasir sekali pun. Cukup baginya berbakti pada negara
dengan segala ilmunya dan sifat kasih sayangnya. Banyak yang bilang
merekalah orang tua di sekolah, patut kita patuhi dan teladani layaknya orang
tua di rumah. Guru adalah pahlawan bangsa, pahlawan bagi anak-anak bangsa.
Mendidik, mengajar, dan mengayomi anak-anak bangsa. Apa jadinya sebuah
bangsa tanpa sosok guru? Akankah maju bangsa itu? Tentu tidak. Seorang
presiden pun mampu memimpin bangsa nya yang begitu luas berkat kerja keras
dan doa seorang guru. Bayangkan suatu bangsa tanpa sesosok guru pun yang
mau menyebarkan ilmu pada warga-warganya, tentu tidak akan tercipta bangsa
yang makmur, sejahtera, adil dan tertib. Jangan sepelekan jasa guru. Jangan
bantah perintah guru. Ucapannya laksana doa yang menjadi buah yang sangat
manis kelak. Ucapannya laksana perisai bagi dewasa kita nanti.
Memperingati jasa-jasa dan ketulusan para guru di peringati setiap tanggal 25
November sebagai Hari Guru Nasional. Betapa berharganya jasa-jasa seorang
guru yang membuat suatu bangsa sejahtera dan membuat anak-anak bangsa
meraih cita-citanya kelak. Pesan yang disampaikan oleh guru sungguh berarti
bagi kita bahkan bisa memberikan pengaruh positif di hidup kita. Guru adalah
fasilitor, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan pemberi inspirasi
belajar bagi peserta didik. Sampai pentingnya peran dan tanggung jawab guru
dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan
dosen yang menyebutkan guru sebagai agen pembelajaran.
Sudahkah kita memaknai sebuah perjuangan seorang guru? Yang asa nya tidak
pernah layu bagai kembang yang terus bermekaran yang memamerkan harum
semerbak. Terkadang kita lupa siapa yang membuat kita bisa sesukses ini.
Terkadang kita lupa siapa yang memberi semangat untuk terus berjuang demi
cita-cita kita. Terkadang kita lupa berkat doa siapa-siapa saja yang membuat
kita berhasil. Kita melupakan seorang guru yang ikut andil di setiap perjuangan
kita. Yang ikut menengadahkan tangan untuk kesuksesan kita.
Ingat, bahwa seorang guru mampu mengajar dan mendidik puluhan bahkan
ratusan murid namun satu murid pun belum tentu bisa menghargai jasa-jasa
seorang guru. Mau jadi apa kita tanpa guru? Baca tulis pun belum tentu bisa.
Zaman dewasa ini menuntut guru untuk mampu dan bisa mengajar dan
mendidik peserta didik agar bisa bersaing di luar serta menuntut guru untuk
memiliki kualitas dalam mengajar dan mendidik. Itu semua di dukung oleh
tenaga pendidik yang menguasai bidang yang diampu sesuai dengan
pendidikannya serta meratanya jumlah tenaga pendidik di setiap daerah. Namun
nyatanya distribusi yang tidak seimbang atau tidak meratanya jumlah guru
negeri di daerah yang tertinggal menjadi salah satu faktor masih rendahnya
kualitas pendidikan negara kita.

Berdasarkan data Neraca Pendidikan Daerah, Kementerian Pendidikan dan


Kebudayaan (Kemendikbud) tahun 2020 terpotret satuan pendidikan dari
tingkat SD, SMP, SMA, dan SMK masih kekurangan sekitar 21.676 guru untuk
sekolah negeri.

Kekurangan terbanyak di jenjang pendidikan SMP sebanyak 9.659 guru negeri,


diikuti guru SD sebanyak 6.879, guru SMA 2.850, dan guru SMK 2.288.
Kekurangan guru sekolah negeri ini juga terlihat dari rasio guru PNS terhadap
siswa yang di beberapa daerah rasionya sangat tinggi.

Begitu mirisnya negara kita yang kekurangan guru. Jumlah peserta didik yang
tak terbatas tidak di dukung dengan adanya tenaga pendidik yang juga tidak
terbatas. Terlebih di daerah tertinggal.

Potret perjuangan-perjuangan yang membuat kita malu karena kegigihan tenaga


pendidik yang mau dan ikhlas menyebrang lautan, melewati aliran sungai yang
deras karena terputusnya jembatan desa bahkan ada yang rela naik turun bukit
demi mengajar anak didiknya.

Banyak yang mengeluh tentang sulitnya tenaga pendidik di daerah 3T (Terluar,


Terdepan, Tertinggal). Sulitnya akses jalan menuju sekolah, minimnya tenaga
pengajar yang mumpuni di bidangnya yang sesuai dengan pendidikannya
membuat satu guru dituntut menguasai bidang lain yang bukan sesuai
pendidikannya dengan kata lain sekaligus mengajar satu bahkan tiga mata
pelajaran. Selain itu minimnya sarana dan prasarana yang menunjang
berjalannya proses belajar mengajar. Masih banyak bangunan sekolah - sekolah
yang tidak layak pakai yang tidak lekas diperbaiki oleh pemerintah atau pejabat
daerah sekitar. Tiang-tiang penyangga dan tembok yang di dominasi dengan
kayu sudah lapuk dan dimakan rayap. Kondisi seperti ini sangat membahayakan
bagi guru dan murid. Serta membuat was was tiba-tiba roboh saat proses belajar
mengajar.

Kisah-kisah juang seorang guru membuat kita prihatin akan kondisi yang belum
juga membaik. Khususnya di daerah 3T (Terluar, Terdepan, Tertinggal). Upaya
pemerintah tentu sedang di gencar-gencarkan agar merata kualitas pendidikan
antara kota dan desa.

Untuk mengatasi persoalan yang dihadapi guru dan meningkatkan layanan


pendidikan di daerah 3T tersebut, sejak tahun 2017 pemerintah sebenarnya
sudah mempunyai lima program afirmasi.
Program afirmasi tersebut antara lain Sarjana Mendidik di Daerah 3T (SM3T),
Guru Garis Depan (GGD) dan guru yang bertugas di daerah khusus, Sertifikasi
Keahlian dan Sertifikasi Pendidik bagi Guru SMA/SMK (Program Keahlian
Ganda), Pemberian Subsidi Bantuan Pendidikan Konversi GTK PAUD dan
DIKMAS, serta Diklat Berjenjang bagi Pendidik PAUD.

Program afirmasi bagi para guru di daerah 3T tersebut terus berlanjut dengan
program-program afirmasi lainnya, misalnya di tahun 2021 kebijakan afirmasi
rekrutmen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bisa diberikan
kepada guru daerah 3T.

Mahasiswa memegang karton bertuliskan kritik dalam unjuk rasa peringatan


Hari Guru Nasional di Jalan Sudirman depan Kantor Gubernur Sumatera Barat,
Kota Padang, Sumatera Barat, Kamis (25/11/2021). Mahasiswa menuntut
pemerintah pusat dan daerah untuk memperhatikan nasib guru, terutama guru
honorer, yang masih jauh dari kata sejahtera. Mereka juga mengkritisi kebijakan
pemerintah soal pengangkatan guru menjadi pegawai pemerintah dengan
perjanjian kerja (PPPK) alih-alih pegawai negeri sipil (PNS).

Upaya-upaya tersebut harus terus dilakukan secara konsisten. Apalagi


pemerintah memiliki agenda mencapai pendidikan berkualitas untuk semua
(SDGs ke-4), yang bertujuan menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan
merata serta meningkatkan kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua
pada tahun 2030.

Dengan target antara lain menjamin pendidikan dasar dan menengah serta
pendidikan kejuruan dan meningkatkan jumlah guru berkualitas. Menjadi
momentum untuk meningkatkan kualitas guru di daerah tertinggal agar tidak
semakin tertinggal.

Melihat tenaga pendidik di Indonesia khususnya di daerah 3T (Terluar,


Terdepan, Tertinggal) yang kesulitan dalam proses mengajar tentu membuat
kita merasa prihatin sekaligus bersyukur karena masih mendapatkan layanan
pendidikan yang layak. Semoga pemerintah bisa konsisten dalam menjalankan
program afirmasi. Sehingga tercapai kualitas tenaga pendidik dan peserta didik
yang sama dengan daerah non 3T.

Anda mungkin juga menyukai