Anda di halaman 1dari 42

ِ ‫فِ ْقهُ ْال َم َوا ِر‬

‫ث‬
FIQIH MAWARIS
SUB TEMA PEMBAHASAN
 Pengertian ilmu Mawarits/ilmu Faraid
 Hukum Mempelajari Ilmu Mawarots
 Sebab-sebab mewarits
 Penghalang-penghalang mewarits
 Rukun Mawarits
 Furudhul Muqaddarah
 Ahli Warits
- Ahli Warits Ash-habul furudh
- Ahli Warits Ashobah
- Dzawil Arham
 Hijab
 Asal Masalah dan Tash-hihul masalah
 Contoh pembagian Warits
 Masalah ‘Aul dan Radd
Definisi Ilmu Mawarits
‫الفقه املتعلق باإلرث ومعرفة احلساب املوصل اىل معرفة ذلك ومعرفة قدر الواجب من‬
‫الرتكة لكل ذي حق‬
Ilmu fiqih yang berkaitan dengan pewarisan, mengetahui cara menghitung yang
dapat menyelesaikan pewarisan tersebut, mengetahui tentang bagian yang wajib
dari harta pusaka (waris) bagi masing-masing yang berhak (ahli waris).
(Muhammad As-Syarbiny)

‫علم يعرف به من يرث ومن ال يرث ومقدار كل وارث وكيفية التوزيع‬


Ilmu yang mempelajari tentang siapa yang berhak mendapat waris, dan siapa
yang tidak berhak, kadar yang diteroma bagi tiap-tiap ahli waris dan cara
pembagiannya.
(Hasbi As-Shidiqieqy)
Hukum Mempelajari Ilmu Mawarits
Rasulullah SAW bersabda :

‫تعلموا القرأن وعلموه الناس وتعلموا الفرائض وعلموها الناس فإين امرء مقبوض‬
‫والعلم مرفوع ويوشك أن خيتلف به إثنان يف الفريضة فال جيدان أحدا خيربها‬
Pelajarilah Al-Qur’an dan ajarkanlah kepada orang lain, pelajarilah ilmu
faraidh dan ajarkanlah kepada orang lain, karena aku adalah manusia yang
akan mati dan ilmu akan dicabut, dan akan timbul fitnah hingga Ketika ada
dua orang yang berselisih mengenai pembagian waris namun tidak ada
yang memutuskan perkara mereka. (H.R. Ahmad, Nasa’I dan Daruquthni)
Berdasarkan hadis di atas para ulama sepakat bahwa mempelajari ilmu
mawaris hukumnya adalah fardhu kifayah, namun bagi seorang hakim
yang memutuskan hal tersebut hukumnya fardhu ‘ain.
Sebab-sebab Mewaris
 Nasab / Keturunan
Hubungan nasabiyah antara pewaris (mayyit) dengan ahli waris, hubungan
nasabiyah ini terdiri atas Al-Ashlu (Keturunan ke atas), Al-Far’u (keturunan
kebawah) al-Hawasyi (Keturunan menyamping).
 Pernikahan
Hak saling mewarits antara suami dan istri yang didasari atas ekad
pernikahan yang sah dan selama masih berlangsungnya ikatan pernikahan.
 Wala’
Kekerabatan secara hukum yang ditetapkan oleh syara’ antara orang yang
memerdekakan hamba sahaya dengan hamba sahayanya disebabkan adanya
pembebasan.
Penghalang Mewaris
 Perbudakan

Seorang hamba sahaya tidak dapat mewaris dari keluarganya karena


dipandang tidak cakap untuk mengurus harta, dan tidak bisa
mewariskan karena dianggap tidak memiliki harta.
 Pembunuhan

Pembunuhan yang telah disepakati tidak dapat mewaris adalah


pembunuhan sengaja dan ada unsur permusuhan. Sedangkan
pembunuhan yang tidak sengaja diperselisihkan ulama; Imam
Syafi’i; semua jenis pembunuhan. Imam Hanafi; 1. pembunuhan
yang berdampak Qishah, 2. pembunuhan yang berdampak Kafarat.
Imam Malik ; pembunuhan yang disengaja dan ada unsur
permusuhan. Ahmad bin Hanbal; Pembunuhan yang dikenai qishash,
diyat dan Kafarat.
Lanjutan …

 Berlainan Agama
Yang dimaksud berlainan agama adalah berlainan agama antara orang
yang mewaris (Ahli waris) dan yang diwaris ( mayyit ). Hal ini
didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim
‫كافر وال يرث الكافر املسلم‬K‫ال يتوارث أهل امللتني بشيء ال يرث املسلم ال‬
Tidaklah saling mewaris sesuatu diantara dua orang yang berlainan
agama. Orang islam tidak bisa mewaris orang kafir dan orang kafirpun
tidak bisa mewaris orang islam. (H.R. Bukhari Muslim)
Syarat dan Rukun Mawaris
Syarat Mewaris
 Meninggalnya Muwarris (orang yang mewariskan )
 Hidupnya Ahli waris (orang yang mewaris)
 Tidak ada penghalang

Rukun Mewaris
 Muwarris (orang yang mewariskan )
 Ahli Waris (orang yang mewaris)
 Al-Mauruts (Harta pusaka/waris)
Ahli waris
 Ahli Waris laki-laki
1. Anak laki-laki
2. Cucu laki-laki dari anak laki-laki ke bawah
3. Bapak
4. Kakek ke atas
5. Saudara laki-laki kandung
6. Saudara laki-laki sebapak
7. Saudara laki-laki seibu
8. Anak laki-laki saudara laki-laki kandung
9. Anak laki-laki saudara laki-laki sebapak.
10. Paman kandung
11. Paman sebapak
12. Anak laki-laki paman kandung
13. Anak laki-laki paman sebapak
14. Suami
15. Orang yang memerdekakan
Lanjutan …

 Ahli Waris Perempuan


1. Anak Perempuan
2. Cucu perempuan dari anak laki-laki
3. Ibu
4. Nenek dari pihak bapak ke atas
5. Nenek dari pihak ibu ke atas
6. Saudara perempuan kandung
7. Saudara perempuan sebapak
8. Saudara perempuan seibu
9. Istri
10. Perempuan yang memerdekakan
Ash-habul Furudh dan Ashabah
 Ash-habul furudh adalah para ahli waris yang mendapat bagian
tertentu yang telah ditentukan oleh syara’ (Al-Qur’an).
 Ashabah adalah ahli waris yang tidak mempunyai bagian-bagian
tertentu, tetapi mengambil bagian yang tersisa setelah diambil bagian
ahli waris ash-habul furudh, atau mengambil seluruh harta waris
apabila tidak ada seorangpun ahli waris ash-habul furudh.
 Ahsabah terbagi menjadi tiga yaitu ;
- Ashabah bin Nafsi
- Ashabah bil Ghair
- Ashabah ma’al ghair
Ashabah bin Nafsi
 Ashabah bin Nafsi adalah semua ahli waris laki-laki selain suami dan
saudara laki-laki seibu.
 Ashabah bin Nafsi terdiri ;
1. Anak laki-laki
2. Cucu laki-laki dari anak laki-laki
3. Bapak
4. Kakek
5. Saudara laki-laki kandung
6. Saudara laki-laki sebapak
7. Anak laki-laki dari saudara laki-laki kandung
8. Anak laki-laki sebapak
9. Paman kandung
10. Paman sebapak
11. Anak laki-laki paman kandung
12. Anak laki-laki paman sebapak
Ashabah bil Ghair dan Ashabah ma’al Ghair
 Ashabah bil ghair adalah seseorang atau kelompok anak
perempuan Bersama seorang atau sekelompok anak laki-laki, dan
seorang atau sekelompok saudara perempuan dengan seorang atau
sekelompok saudara laki-laki, manakala kelompok laki-laki tersebut
menjadi ahli waris ashabah bin nafsi.
 Ashabah Ma’al Ghair adalah seorang atau sekelompok saudara
perempuan baik kandung maupun sebapak yang mewaris Bersama
seorang atau sekelompok anak perempuan atau cucu perempuan dari
anak laki-laki, manakala tidak ada anak laki-laki, cucu laki-laki dari
anak laki-laki, atau sebapak serta tidak ada saudaranya yang laik-
laki yang menjadikannya sebagai ahli waris ashabah bil-ghair.
Dzawil Arham
 Yang dimaksud dzawil Arham disini adalah seluruh kerabat yang tidak termasuk ahli
waris Ash-habul furudh dan bukan ahli waris Ashabah.

 Dzawil arham terdiri dari ;


1. Cucu perempuan dari anak perempuan dst
2. Cucu laki-laki dari anak perempuan dst
3. Anak perempuan dari saudara laki-laki kandung dst
4. Anak perempuan dari saudara laki-laki sebapak dst
5. Anak laki-laki dari saudara perempuan kandung dst
6. Anak perempuan dari saudara perempuan kandung dst
7. Anak laki-laki dari saudara perempuan dst
8. Kakek dari pihak ibu dst
ُ ‫فُ ُر ْو‬
‫ض ال ُمقَ َّد َر ِة‬
Ketentuan Furudhul Muqaddarah lihat
Q.S. An- Nisa : 11 - 12
Furudhul Muqaddarah

Kelompok Kelompok
1/2 2/3

1/4 1/3

1/8 1/6
Ahli waris penerima bagian 1/2
1. Suami
Syarat : Jika tidak bersama far’ul mayyit ( anak atau cucu )
2. Anak perempuan
Syarat : Jika seorang diri dan tidak ada anak laki-laki yang menjadi ashobah.
3, Cucu perempuan dari anak laki-laki
Syarat : jika seorang diri, tidak ada anak si mayyit, tidak Bersama cucu laki-laki yang
menjadinya ashobah
4. Saudara perempuan kandung
Syarat : seorang diri, tidak Bersama saudara laki-laki kandung, tidak ada bapak dan
tidak ada far’ul mayyit
5. Saudara perempuan sebapak
Syarat : seorang diri, tidak ada saudara kandung, tidak Bersama saudara laki-laki
sebapak, tidak ada far’ul mayyit
Ahli waris penerima bagian 1/4 dan 1/8
Penerima 1/4
1. Suami
Syarat : jika ada far’ul mayyit ( anak atau cucu )

2. Istri atau para istri


Syarat : Jika tidak ada far’ul mayyit ( anak atau cucu )

Penerima 1/8
Yang mendapat bagian 1/8 adalah istri atau para istri jika ada far’ul
mayyit.
Ahli waris penerima bagian 2/3
1. Dua orang anak perempuan atau lebih
Syarat : Tidak Bersama Anak laki-laki yang menjadikannya ashabah.
2. Dua orang cucu perempuan dari anak laki-laki
Syarat : tidak bersama Cucu laki-laki dari anak laki-laki yang menjadikannya
ashobah, tidak ada anak si mayyit.
3. Dua orang saudara kandung atau lebih
Syarat : Tidak Bersama saudara laki-laki kandung yang menjadikannya ashabah bil
ghair, dan tidak ada bapak dan far’ul mayyit.
4. Dua orang saudara sebapak atau lebih
Syarat : Tidak mewaris Bersama saudara laki-laki sebapak yang menjadikannya
ashabah bil ghair, dan tidak ada bapak dan far’ul mayyit.
Ahli waris penerima bagian 1/3

1. Ibu
Syarat : Tidak Bersama far’ul mayyit, tidak ada 2 orang saudara
atau lebih baik mewaris ataupu termahjub (terhalang)

2. Dua orang saudara seibu atau lebih


Syarat : tidak ada far’ul waris, tidak ada bapak atau kakek.
Ahli waris penerima bagian 1/6
1. Bapak
Syarat : ada far’ul mayyit
2. Ibu
Syarat : ada far’ul mayyit, ada beberapa saudara baik laki-laki maupun perempuan
baik mereka mewaris atau terhijab.
3. Kakek
Syarat : ada far’ul mayyit, tidak ada bapak atau kakek yang lebih dekat.
4. Nenek dari pihak bapak
Syarat : tidak ada bapak, ibu, atau nenek yang lebih dekat dengan mayyit baik dari
pihak bapak maupun pihak ibu.
5. Nenek dari pihak Ibu
Syarat : tidak ada ibu atau nenek dari pihak ibu yang lebih dekat dengan mayyit.
Lanjutan …

6. Saudara Perempuan sebapak seorang atau lebih


Syarat : Jika Bersama saudara perempuan kandung yang mendapat bagian
½ yaitu Ketika tidak ada bapak, tidak ada far’ul mayyit, tidak ada saudara
kandung, dan tidak Bersama saudara laki-laki laki-laki sebapak.
7. Saudara laki-laki atau perempuan seibu
Syarat : Jika seorang diri, tidak ada far’ul mayyit, tidak ada bapak atau
kakek.
8. Cucu perempuan dari anak laki-laki.
Syarat : ada anak perempuan yang mendapat bagian ½ yaitu ketia anak
perempuan itu seorang diri dan tidak Bersama anak laki-laki, tidak
Bersama cucu laki-laki dari anak laki-laki yang menjadikannya ashabah
bil ghair.
HIJAB
‫منع خشص معني عن مرياثه لكه اوبعضه لوجود خشص أخر‬
Terhalanhgnya seseorang tertentu untuk menerima bagian waris, baik
seluruhnya maupun sebagiannya karena adanya seseorang (ahli waris)
lain. (Sayyid Sabiq)
Hijab ada dua macam;
1. Hijab Nuqshan, Terhalangnya seseorang dari menerima bagian yang
lebih besar kepada bagian yang lebih kecil karena adanya orang lain
yang menjadikan pengurangan tersebut.
2. Hijab Hirman, Terhalangnya seseorang dalam menerima bagian
waris secara keseluruhan karena adanya orang yang lebih dekat
daripadanya dengan mayyit.
Ahli Waris yang terkena Hijab Nuqshan
1. Suami dari 1/2 menjadi 1/4 jika ada far’ul mayyit
2. Istri dari 1/4 menjadi 1/8 jika ada far’ul mayyit
3. Ibu dari 1/3 menjadi 1/6 jika ada far’ul mayyit atau beberapa saudara
baik laki-laki semua atau perempuan semua maupun campuran, baik
kandung maupun sebapak atau seibu ataupun campuran, baik
mewaris ataupun tidak.
4. Cucu perempuan dari anak laki-laki dari 1/2 menjadi 1/6, Ketika ada
anak perempuan yang mendapat bagian 1/2. dan tidak Bersama cucu
laki-laki dari anak laki-laki.
5. Saudara perempuan sebapak dari 1/2 menjadi 1/6 Ketika ada saudara
perempuan kandung yang mendapat bagian 1/2 dan tidak ada saudara
laki-laki sebapak.
Ahli Waris yang terkena Hijab Hirman
1. Kakek, jika ada bapak atau kakek yang lebih dekat dengan mayyit
2. Nenek dari pihak bapak, jika ada bapak, ibu, atau nenek yang lebih dekat dengan
mayyit.
3. Nenek dari pihak ibu, jika ibu atau nenek dari pihak ibu yang lebih dekat dengan
mayyit
4. Cucu laki-laki dari anak laki-laki, jika ada anak laki-laki
5. Cucu perempuan dari anak laki-laki, jika ada anak laki-laki, atau 2 orang anak
perempuan atau lebih
6. Saudara laki-laki kandung, jika ada anak laki-laki atau cucu laki-laki dari anak laki-
laki.
7. Saudara perempuan kandung, jika anak laki-laki atau cucu laki-laki dari anak laki-
laki atau ada bapak.
8. Saudara laki-laki sebapak, jika ada anak laki-laki, atau cucu laki-laki dari anak laki-
laki, bapak, saudara laki-laki/perempuan kandung, yang menjadi ashabah ma’al
ghair.
Lanjutan …

9. Saudara perempuan sebapak, jika ada anak laki-laki, cucu laki-laki


dari anak laki-laki, bapak, saudara laki-laki kandung, atau saudara
perempuan kandung yang menjadi penerima ashabah ma’al ghair, atau
ada dua orang saudara perempuan kandung atau lebih yang mendapat
bagian 2/3
10. Saudara laki-laki atau perempuan seibu. Ketika ada far’ul mayyit, atau
ada bapak, kakek.
11. Anak laki-laki dari saudara laki-laki kandung, jika ada anak laki-laki,
cucu laki0laki dari anak laki-laki, bapak, kakek, saudara laki-laki
kandung, saudara perempuan kandung, saudara perempuan akndung
yang menjadi ashabah ma’al ghair, saudara laki-laki/perempuan
sebapak yang menjadi ashabah ma’al ghair.
12. Anak laki-laki saudara laki-laki sebapak, jika ada anak laki-laki
saudara laki-laki kandung.
Lanjutan …

13. Paman kandung, jika ada anak laki-laki saudara laki-laki sebapak
atau orang yang menghijab anak laki-laki saudara laki-laki itu.
14. Paman sebapak, jika ada paman kandung atau orang yang
menghijab paman sekandung itu.
15. Anak laki-laki paman kandung, jika ada paman sebapak atau
orang yang menghijab paman sebapak itu.
16. Anak laki-laki paman sebapak, jika ada anak laki-laki paman
kandung atau orang yang menjadi hijab anak laki-laki paman
sekandung itu.
17. Mu’tiq atau mu’tiqah (lelaki atau perempuan yang
memerdekakan), jika ada ahli waris ashabah.
Asal Masalah dan Tash-hihul Masalah
 Asal Masalah
Asal masalah adalah Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK), yang dapat
dibagi oleh setiap penyebut furudhul muqaddarah para ahli waris ash-
habul furud.
Cara menentukan asal masalah adalah dengan memperhatikan jumlah
macam penyebut yang ada pada furudhul muqaddarah dalam masalah
pembagian waris yang akan di selesaikan. Cara menentukan masalah
dapat ditempuh melalui tiga cara yaitu; Tamatsul, Tadakhul, Tawafuq
dan Tabayun.
Tamatsul yaitu jika hanya ada satu macam penyebut baik hanya satu
pecahan maupun beberapa pecahan yang mempunyai penyebut yang
sama, maka asal masalahnya adalah angka penyebut itu sendiri.
Rincian Asal Masalah Tamatsul

 1/2 Asal Masalahnya adalah 2


 1/3 Asal Masalahnya adalah 3
 2/3 Asal Masalahnya adalah 3
 1/4 Asal Masalahnya adalah 4
 1/6 Asal Masalahnya adalah 6
 1/8 Asal Masalahnya adalah 8
 1/3 dan 2/3 Asal Masalahnya adalah 3
Lanjutan …

Tadakhul adalah apabila bilangan terbesardari penyebut dapat dibagi


(menghasilkan bilangan bulat) oleh angka penyebut yang lain maka
asal masalahnya adalah bilangan penyebut tersebut.
Rinciannya sebagai berikut ;
 1/2 dan 1/4 Asal Masalahnya adalah 4
 1/2 dan 1/6 Asal masalahnya adalah 6
 1/2 dan 1/8 Asal masalahnya adalah 8
 1/2 dan 1/6 Asal masalahnya adalah 6
 1/4 dan 1/8 Asal masalahnya adalah 8
 1/2 , 1/3 dan 1/6 Asal masalahnya adalah 6
 1/2 . 1/4 dan 1/8 Asal masalahnya adalah 8
Lanjutan …

Tawafuq, yaitu jika diantara bilangan-bilangan yang ada dapat dibagi oleh suatu bilangan
yang sama, maka masalahnya adalah hasil perkalian bilangan tersebut dibagi 2.
Rinciannya sebagai berikut
 1/4 dan 1/6 Asal masalahnya adalah 12
 1/6 dan 1/8 Asal masalahnya adalah 24
 1/2, 1/4 dan 1/6 Asal masalahnya adalah 12
 1/2, 1/3, 1/4 dan 1/6 Asal masalahnya adalah 12
 1/2, 1/3, 1/4 dan 1/8 Asal masalahnya adalah 24
 1/2, 1/3, 1/4. 1/6 dan 1/8 Asal masalahnya adalah 24
 1/2, 1/6 dan 1/8 Asal masalahnya adalah 24
 1/2, 1/4 dan 1/6 Asal masalahnya adalah 12
 1/3, 1/4. 1/6 dan 1/8 Asal masalahnya adalah 24
 1/3, 1/6 dan 1/8 Asal masalahnya adalah 24
 1/4, 1/6 dan 1/8 Asal masalahnya adalah 24
Lanjutan …

Tabayun adalah jika bilangan-bilangan penyebut tidak bisa dibagi oleh


bilangan penyebut terkecilnya atau bisa dibagi dengan bilangan yang
sama selain angka 1, maka asal masalahnya adalah hasil perkalian dari
bilangan-bilangan tersebut.
Rinciannya sebagai berikut;
 1/3 dan 1/2 Asal masalahnya adalah 6
 1/3 dan 1/4 Asal masalahnya adalah 12
 1/3 dan 1/8 Asal masalahnya adalah 24
 1/2, 1/3 dan 1/4 Asal masalahnya adalah 12
 1/2, 1/3 dan 1/8 Asal masalahnya adalah 24
 1/3, 1/4 dan 1/8 Asal masalahnya adalah 24
 1/2, 1/3, 1/4 dan 1/8 Asal masalahnya adalah 24
Tash-hihul Masalah
Tashhihul Masalah adalah Mencari angka asal masalah terkecil yang bisa menetapkan
saham-saham (bagian-bagian) ahli waris tanpa angka pecahan ( Hasanain Muhammad
Makhluf 1958:118)
Maksudnya upaya memperbaiki atau mendapatkan asal masalah baru pada masalah-
masalah yang terdapat hasil pembagian saham satu atau beberapa kelompoknya berupa
pecahan
Contoh : Ahli waris terdiri dari ibu, suami dan anak laki-laki, maka …
Asal masalah 12
 Ibu = 1/6 x 12 = 2/12
 Suami = 1/4 x 12 = 3/12
 Anak laki-laki = Ashobah = 7/12
Jika anak laki-laki terdiri dari dua orang atau lebih maka perlu penyelesaian lebih lanjut,
karena angka 7 jika dibagi dua maka tidak menghasilkan bilangan bulat. Karena itu agar
hasilnya tetap ekuivalen ( sama nilainya) semua saham dan asal maslah harus
dikalikan 2.
Lanjutan …

Penyelesaiannya adalah
 Ibu = 1/6 x 12 = 2/12 2x2=4 4/24
 Suami = 1/4 x 12 = 3/12 3x2=6 6/24
 2 Anak laki-laki = Ashobah = 7/12 7 x 2 = 14 14/24
Pembagian Harta Waris
Masalah biasa/ Adilah
Dalam masalah adilah dimana jumlah saham semua ahli waris sudah
dapat diketahui dan bisa langsung dengan mengalihkan bagian para ahli
waris secara langsung dengan harta waris.
Contoh ; Ahli waris terdiri dari Istri, Bapak, Ibu dan anak laki-laki, harta
Rp. 84.000.000,- maka bagian mereka adalah ;
Asal Masalah = 24
 Istri = 1/8 x 24 = 3/24 x Rp. 84.000.000,- = Rp. 6.000.000.-
 Bapak = 1/6 x 24 = 4/24 x Rp. 84.000.000,- = Rp. 8.000.000.-
 Ibu = 1/6 x 24 = 4/24 x Rp. 84.000.000,- = Rp. 8.000.000,-
 Anak (L) = As. 24 – 11 = 13/24 x Rp. 84.000.000,- = Rp. 26.000.000,-
Lanjutan …

Masalah di atas dapat diselesaikan dengan cara langsung mengalikan


furudhul muqaddarah masing-masing ahli waris dengan nilai harta,
kemudian sisanya diberikan kepada anak laki-laki yang mendapat bagian
ashobah …
 Istri = 1/8 x Rp. 84.000.000,- = Rp. 6.000.000.-
 Bapak = 1/6 x Rp. 84.000.000,- = Rp. 8.000.000.-
 Ibu = 1/6 x Rp. 84.000.000,- = Rp. 8.000.000,-
 Anak (L) = As.( mendapat sisa ) = Rp. 26.000.000,-
Al-‘AUL
‫زايدة يف عدد السهام عن أصل املسأةل ونقصان يف مقادير األنصباء إ ذا ضاق أصلها عن الفروض‬
Adanya kelebihan dalam saham-saham para ahli waris dari besarnya asal
masalah, dan adanya kekurangan dalam kadar penerimaan mereka karena
asal masalahnya tidak cukup untuk memenuhi faradh-fardh ash-habul furudh.
Jelasnya ‘Aul adalah adanya kelebihan jumlah saham daripada asal masalah,
dan dengan sendirinya terjadi pengurangan kadar (bagian) para ahli waris.
‘Aul adalah masalah Ijtihadiyah sebab tidak ada satu nash baik Al-Qur’an
maupun Hadits yang menerangkan masalah ini, masalah ‘Aul ini belum
pernah terjadi pada masa Rasulullah ataupun Abu bakar As-Shiddiq.
Masalah ‘Aul ini baru muncul pada masa Umar bin Khattab, dan pertama kali
yang memutuskan adalah Umar bin Khattab setelah bermusyawarah dengan
Zaid bin Tsabit dan Abbas bin Abdul Mutthallib. Tapi ada juga yang
berpendapat bahwa terjadi pada masa Ali bin Abu thalib dan diputuskan oleh
Ali bin Abu Thalib.
Contoh ‘Aul
Seorang meninggal dunia dengan ahli waris terdiri dari Suami, Ibu, Bapak
dan 2 orang anak perempuan.

Asal Masalah = 12
 Suami = 1/4 x 12 = 3
 Ibu = 1/6 x 12 = 2
 Bapak = 1/6 + As x 12 =2+0
 2 Anak (P) = 2/3 x 12 = 8
Jumlah total = 15
Karena jumlah total saham 15 sedangkan asal maslahnya adalah 12
berarti mengalami kenaikan (‘Aul), maka asal masalahnya harus
dirubah menjadi 15.
Lanjutan …

 Suami = 3/15 x harta


 Ibu = 2/15 x harta
 Bapak = 2/15 x harta
 2 Anak (P) = 8/15 x harta

Catatan :
‘Aul dapat terjadi hanya pada kasus pembagian waris yang asal masalahnya 6. 12. dan
24, dan juga apabila ahli waris terdapat suami atau istri.
Ar- Radd
‫نقصان يف عدد سهام أصل السأةل وزايدة من مقادر األنصباء‬
Adanya kekurangan jumlah saham daripada asalh masalah, dan adanya kelebihan
kadar bagian pada ahli waris.
Jelasnya, Radd adalah suatu masalah dalam pembagian harta waris yang jumlah
sahamnya lebih kecil daripada asal masalahnya, dan kasus ini terjadi manakala tidak ada
ahli waris yang mendapat bagian ashabah.
Ahli waris yang berhak mendapat bagian kelebihan saham (radd) Jumhur ulama sesuai
dengan pendapat Ali bin Abu Thalib adalah;

‫لك وارث من الرجال والنسا مردود عليه إ ال الزوج او الزوجة‬


Setiap ahli waris laki-laki maupun perempuan berhak menerima radd (pengembalian
sisa harta) kecuali suami atau istri.
Dengan demikian yang berhak menerima adalah; anak perempuan, cucu perempuan dari
anak laki-laki, ibu, nenek dari bapak, nenek dari pihak ibu, saudara perempuan kandung,
saudara perempuan sebapak, saudara laki-laki seibu dan saudara perempuan seibu.
Contoh - contoh
 Contoh 1
Mayyit meningglkan ahli waris hanya seorang ibu maka ;
Ibu mendapat bagian 1/3 dan sisanya 2/3 diberikan kepadanya (ibu) lagi sebagai bagian sisa
harta (sebagai radd) dengan demikian maka ibu mendapat bagian 1/3 + 2/3 (radd) = 3/3
( seluruh harta waris.
 Contoh 2
Jika ahli waris tidak ada suami atau istri, dan ahli waris terdiri beberapa orang atau kelompok
maka cara penyelesaiannya seperti masalah ‘aul, yakni jumlah saham dijadikan asal
masalahnya.
Contoh ahli waris terdiri 1 anak perempuan, cucu perempuan dari anak laki-laki, dan ibu.
Asal masalah 6
1. Anak (pr)= 1/2 x 6 = 3 menjadi 3/5
2. Cucu (pr) dari anak (L) =1/6 x 6 = 1 menjadi 1/5
3. Ibu =1/6 x 6 = 1 menjadi 1/5
Jumlah =5
Lanjutan …

 Contoh 3
Jika ahli wari ada salah satu suami atau istri, dan ahli waris hanya seorang
atau kelompok, maka sisa harta waris (radd) diberikan kepada selain
suami atau istri. Dengan demikian ahli waris penerima radd seakan-akan
sebagai ‘ashabah.
Contoh ahli waris terdiri dari suami, saudara pr seibu, maka;
Asal masalah 6
 Suami = 1/2 x 6 = 3 menjadi 3/6
 Sdr (pr) seibu = 1/6 x 6 = 1 menjadi 1/6 + 2/6 (sisa) = 3/6
Jumlah =4

Anda mungkin juga menyukai