ث
FIQIH MAWARIS
SUB TEMA PEMBAHASAN
Pengertian ilmu Mawarits/ilmu Faraid
Hukum Mempelajari Ilmu Mawarots
Sebab-sebab mewarits
Penghalang-penghalang mewarits
Rukun Mawarits
Furudhul Muqaddarah
Ahli Warits
- Ahli Warits Ash-habul furudh
- Ahli Warits Ashobah
- Dzawil Arham
Hijab
Asal Masalah dan Tash-hihul masalah
Contoh pembagian Warits
Masalah ‘Aul dan Radd
Definisi Ilmu Mawarits
الفقه املتعلق باإلرث ومعرفة احلساب املوصل اىل معرفة ذلك ومعرفة قدر الواجب من
الرتكة لكل ذي حق
Ilmu fiqih yang berkaitan dengan pewarisan, mengetahui cara menghitung yang
dapat menyelesaikan pewarisan tersebut, mengetahui tentang bagian yang wajib
dari harta pusaka (waris) bagi masing-masing yang berhak (ahli waris).
(Muhammad As-Syarbiny)
تعلموا القرأن وعلموه الناس وتعلموا الفرائض وعلموها الناس فإين امرء مقبوض
والعلم مرفوع ويوشك أن خيتلف به إثنان يف الفريضة فال جيدان أحدا خيربها
Pelajarilah Al-Qur’an dan ajarkanlah kepada orang lain, pelajarilah ilmu
faraidh dan ajarkanlah kepada orang lain, karena aku adalah manusia yang
akan mati dan ilmu akan dicabut, dan akan timbul fitnah hingga Ketika ada
dua orang yang berselisih mengenai pembagian waris namun tidak ada
yang memutuskan perkara mereka. (H.R. Ahmad, Nasa’I dan Daruquthni)
Berdasarkan hadis di atas para ulama sepakat bahwa mempelajari ilmu
mawaris hukumnya adalah fardhu kifayah, namun bagi seorang hakim
yang memutuskan hal tersebut hukumnya fardhu ‘ain.
Sebab-sebab Mewaris
Nasab / Keturunan
Hubungan nasabiyah antara pewaris (mayyit) dengan ahli waris, hubungan
nasabiyah ini terdiri atas Al-Ashlu (Keturunan ke atas), Al-Far’u (keturunan
kebawah) al-Hawasyi (Keturunan menyamping).
Pernikahan
Hak saling mewarits antara suami dan istri yang didasari atas ekad
pernikahan yang sah dan selama masih berlangsungnya ikatan pernikahan.
Wala’
Kekerabatan secara hukum yang ditetapkan oleh syara’ antara orang yang
memerdekakan hamba sahaya dengan hamba sahayanya disebabkan adanya
pembebasan.
Penghalang Mewaris
Perbudakan
Berlainan Agama
Yang dimaksud berlainan agama adalah berlainan agama antara orang
yang mewaris (Ahli waris) dan yang diwaris ( mayyit ). Hal ini
didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim
كافر وال يرث الكافر املسلمKال يتوارث أهل امللتني بشيء ال يرث املسلم ال
Tidaklah saling mewaris sesuatu diantara dua orang yang berlainan
agama. Orang islam tidak bisa mewaris orang kafir dan orang kafirpun
tidak bisa mewaris orang islam. (H.R. Bukhari Muslim)
Syarat dan Rukun Mawaris
Syarat Mewaris
Meninggalnya Muwarris (orang yang mewariskan )
Hidupnya Ahli waris (orang yang mewaris)
Tidak ada penghalang
Rukun Mewaris
Muwarris (orang yang mewariskan )
Ahli Waris (orang yang mewaris)
Al-Mauruts (Harta pusaka/waris)
Ahli waris
Ahli Waris laki-laki
1. Anak laki-laki
2. Cucu laki-laki dari anak laki-laki ke bawah
3. Bapak
4. Kakek ke atas
5. Saudara laki-laki kandung
6. Saudara laki-laki sebapak
7. Saudara laki-laki seibu
8. Anak laki-laki saudara laki-laki kandung
9. Anak laki-laki saudara laki-laki sebapak.
10. Paman kandung
11. Paman sebapak
12. Anak laki-laki paman kandung
13. Anak laki-laki paman sebapak
14. Suami
15. Orang yang memerdekakan
Lanjutan …
Kelompok Kelompok
1/2 2/3
1/4 1/3
1/8 1/6
Ahli waris penerima bagian 1/2
1. Suami
Syarat : Jika tidak bersama far’ul mayyit ( anak atau cucu )
2. Anak perempuan
Syarat : Jika seorang diri dan tidak ada anak laki-laki yang menjadi ashobah.
3, Cucu perempuan dari anak laki-laki
Syarat : jika seorang diri, tidak ada anak si mayyit, tidak Bersama cucu laki-laki yang
menjadinya ashobah
4. Saudara perempuan kandung
Syarat : seorang diri, tidak Bersama saudara laki-laki kandung, tidak ada bapak dan
tidak ada far’ul mayyit
5. Saudara perempuan sebapak
Syarat : seorang diri, tidak ada saudara kandung, tidak Bersama saudara laki-laki
sebapak, tidak ada far’ul mayyit
Ahli waris penerima bagian 1/4 dan 1/8
Penerima 1/4
1. Suami
Syarat : jika ada far’ul mayyit ( anak atau cucu )
Penerima 1/8
Yang mendapat bagian 1/8 adalah istri atau para istri jika ada far’ul
mayyit.
Ahli waris penerima bagian 2/3
1. Dua orang anak perempuan atau lebih
Syarat : Tidak Bersama Anak laki-laki yang menjadikannya ashabah.
2. Dua orang cucu perempuan dari anak laki-laki
Syarat : tidak bersama Cucu laki-laki dari anak laki-laki yang menjadikannya
ashobah, tidak ada anak si mayyit.
3. Dua orang saudara kandung atau lebih
Syarat : Tidak Bersama saudara laki-laki kandung yang menjadikannya ashabah bil
ghair, dan tidak ada bapak dan far’ul mayyit.
4. Dua orang saudara sebapak atau lebih
Syarat : Tidak mewaris Bersama saudara laki-laki sebapak yang menjadikannya
ashabah bil ghair, dan tidak ada bapak dan far’ul mayyit.
Ahli waris penerima bagian 1/3
1. Ibu
Syarat : Tidak Bersama far’ul mayyit, tidak ada 2 orang saudara
atau lebih baik mewaris ataupu termahjub (terhalang)
13. Paman kandung, jika ada anak laki-laki saudara laki-laki sebapak
atau orang yang menghijab anak laki-laki saudara laki-laki itu.
14. Paman sebapak, jika ada paman kandung atau orang yang
menghijab paman sekandung itu.
15. Anak laki-laki paman kandung, jika ada paman sebapak atau
orang yang menghijab paman sebapak itu.
16. Anak laki-laki paman sebapak, jika ada anak laki-laki paman
kandung atau orang yang menjadi hijab anak laki-laki paman
sekandung itu.
17. Mu’tiq atau mu’tiqah (lelaki atau perempuan yang
memerdekakan), jika ada ahli waris ashabah.
Asal Masalah dan Tash-hihul Masalah
Asal Masalah
Asal masalah adalah Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK), yang dapat
dibagi oleh setiap penyebut furudhul muqaddarah para ahli waris ash-
habul furud.
Cara menentukan asal masalah adalah dengan memperhatikan jumlah
macam penyebut yang ada pada furudhul muqaddarah dalam masalah
pembagian waris yang akan di selesaikan. Cara menentukan masalah
dapat ditempuh melalui tiga cara yaitu; Tamatsul, Tadakhul, Tawafuq
dan Tabayun.
Tamatsul yaitu jika hanya ada satu macam penyebut baik hanya satu
pecahan maupun beberapa pecahan yang mempunyai penyebut yang
sama, maka asal masalahnya adalah angka penyebut itu sendiri.
Rincian Asal Masalah Tamatsul
Tawafuq, yaitu jika diantara bilangan-bilangan yang ada dapat dibagi oleh suatu bilangan
yang sama, maka masalahnya adalah hasil perkalian bilangan tersebut dibagi 2.
Rinciannya sebagai berikut
1/4 dan 1/6 Asal masalahnya adalah 12
1/6 dan 1/8 Asal masalahnya adalah 24
1/2, 1/4 dan 1/6 Asal masalahnya adalah 12
1/2, 1/3, 1/4 dan 1/6 Asal masalahnya adalah 12
1/2, 1/3, 1/4 dan 1/8 Asal masalahnya adalah 24
1/2, 1/3, 1/4. 1/6 dan 1/8 Asal masalahnya adalah 24
1/2, 1/6 dan 1/8 Asal masalahnya adalah 24
1/2, 1/4 dan 1/6 Asal masalahnya adalah 12
1/3, 1/4. 1/6 dan 1/8 Asal masalahnya adalah 24
1/3, 1/6 dan 1/8 Asal masalahnya adalah 24
1/4, 1/6 dan 1/8 Asal masalahnya adalah 24
Lanjutan …
Penyelesaiannya adalah
Ibu = 1/6 x 12 = 2/12 2x2=4 4/24
Suami = 1/4 x 12 = 3/12 3x2=6 6/24
2 Anak laki-laki = Ashobah = 7/12 7 x 2 = 14 14/24
Pembagian Harta Waris
Masalah biasa/ Adilah
Dalam masalah adilah dimana jumlah saham semua ahli waris sudah
dapat diketahui dan bisa langsung dengan mengalihkan bagian para ahli
waris secara langsung dengan harta waris.
Contoh ; Ahli waris terdiri dari Istri, Bapak, Ibu dan anak laki-laki, harta
Rp. 84.000.000,- maka bagian mereka adalah ;
Asal Masalah = 24
Istri = 1/8 x 24 = 3/24 x Rp. 84.000.000,- = Rp. 6.000.000.-
Bapak = 1/6 x 24 = 4/24 x Rp. 84.000.000,- = Rp. 8.000.000.-
Ibu = 1/6 x 24 = 4/24 x Rp. 84.000.000,- = Rp. 8.000.000,-
Anak (L) = As. 24 – 11 = 13/24 x Rp. 84.000.000,- = Rp. 26.000.000,-
Lanjutan …
Asal Masalah = 12
Suami = 1/4 x 12 = 3
Ibu = 1/6 x 12 = 2
Bapak = 1/6 + As x 12 =2+0
2 Anak (P) = 2/3 x 12 = 8
Jumlah total = 15
Karena jumlah total saham 15 sedangkan asal maslahnya adalah 12
berarti mengalami kenaikan (‘Aul), maka asal masalahnya harus
dirubah menjadi 15.
Lanjutan …
Catatan :
‘Aul dapat terjadi hanya pada kasus pembagian waris yang asal masalahnya 6. 12. dan
24, dan juga apabila ahli waris terdapat suami atau istri.
Ar- Radd
نقصان يف عدد سهام أصل السأةل وزايدة من مقادر األنصباء
Adanya kekurangan jumlah saham daripada asalh masalah, dan adanya kelebihan
kadar bagian pada ahli waris.
Jelasnya, Radd adalah suatu masalah dalam pembagian harta waris yang jumlah
sahamnya lebih kecil daripada asal masalahnya, dan kasus ini terjadi manakala tidak ada
ahli waris yang mendapat bagian ashabah.
Ahli waris yang berhak mendapat bagian kelebihan saham (radd) Jumhur ulama sesuai
dengan pendapat Ali bin Abu Thalib adalah;
Contoh 3
Jika ahli wari ada salah satu suami atau istri, dan ahli waris hanya seorang
atau kelompok, maka sisa harta waris (radd) diberikan kepada selain
suami atau istri. Dengan demikian ahli waris penerima radd seakan-akan
sebagai ‘ashabah.
Contoh ahli waris terdiri dari suami, saudara pr seibu, maka;
Asal masalah 6
Suami = 1/2 x 6 = 3 menjadi 3/6
Sdr (pr) seibu = 1/6 x 6 = 1 menjadi 1/6 + 2/6 (sisa) = 3/6
Jumlah =4