Anda di halaman 1dari 6

Nama : Andelira Tisnawati

Kelas : 3C

NIM : P1337421019131

DIALOG KONSELING DAN KONSELOR

Kasus :

Seorang klien laki-laki paruh baya, menderita kanker, sering marah-marah dan berpotensi untuk
melakukan kekerasan setelah ditinggal pergi oleh istrinya dengan sebab yang tidak diketahuinya. Klien
menduga, istrinya meninggalkannya karena penyakit yang dideritanya. Klien tersebut merasa dirinya
sudah kalah dari istrinya dan tidak berguna. Dalam konseling klien seringkali memotong pembicaraan
konselor. sebagai konselor anda ingin membantu klien agar dapat mengontrol kemarahannya.

1. TAHAP WAWANCARA AWAL

Konseli : ”(konseli mengetuk pintu) Assalamualaikum Pak..”

Konselor : Waalaikum salam..(sambil berdiri). Mari silahkan masuk (menghampiri konseli sambil
menjabat tangan). Silahkan duduk.

Konseli : “Terima kasih bu..”

Konselor : “Kalau boleh saya tahu nama bapak siapa? Perkenalkan saya Ande

Konseli : “Nama saya bapak R’’

Konselor : ’’baiklah pak, apakah bapak kesini atas kemauan sendiri atau ada yang suruh..?”.
Menanyakan sifat kedatangan konseli

Konseli : “Saya kesini atas keinginan sendiri bu..”

Konselor : “Apakah sebelumnya bapak sudah pernah datang keruangan ini untuk memperoleh
konseling..?”. Menanyakan apakah konseli sudah pernah memperoleh konseling

Konseli : “Belum pernah bu..”

Konselor : “kalau begitu ibu akan menjelaskan sedikit tentang apa itu konseling, konseling itu
adalah suatu layanan yang berusaha untuk membantu seseorang yang sedang menghadapi masalah atau
sulit mengambil keputusan agar dia mampu untuk memecahkan masalahnya atau agar dia mampu untuk

1
mengambil keputusan yang tepat baginya. Nah apa bapak sudah mengerti..?”. Memberi informasi tentang
konseling

Konseli : “Iya bu ..”

Konseor : “Jadi peran saya disini sebagai konselor yaitu berusaha membantu bapak untuk
menemukan jalan keluar atas masalah yang bapak hadapi. Lalu bapak sendiri sebagai konseli sebaiknya
aktif dalam mengemukakan masalah dan latar belakang masalah serta mengkaji berbagai kemungkinan
jalan keluar. Nah apa sekarang bapak sudah mengerti?”. Memberi informasi tentang peranan konselor dan
konseli

Konseli : “Iya bu saya mengerti dan saya akan berusaha aktif dalam konseling ini. Tapi saya
tidak ingin kalau masalah saya ini diketahui oleh orang lain”.

Konselor : “Bapak tidak perlu khawatir, disini saya akan menjaga rahasia bapak. Sebab dalam
konseling itu memiliki kode etik yaitu asas kerahasiaan salah satunya. Jadi jangan ragu untuk
mengemukakan masalah bapak tanpa perlu merasa takut untuk diketahui orang lain”. Memberi informasi
tentang kode etik konseling

Konseli : “Syukurlah kalau begitu bu”.

Konselor : “Baiklah, disini terdapat 3 konselor yang dapat bapak pilih dan terserah bapak mau
pilih yang mana. Yang pertama ada Pak Yazri sarjana PPB UNM yang telah berpengalaman 3 tahun.
Yang kedua Ibu Nina sarjana PPB UNM yang telah berpengalaman 2 tahun, dan terakhir saya sendiri
sarjana PPB UNM yang berpengalaman baru 2 tahun. Silahkan pilih satu diantaranya..?”

Memberi informasi tentang konselor yang dapat dipilih

Konseli : “Saya memilih ibu saja karena saya merasa nyaman berkonsultasi dengan ibu”.

Konselor : “Terima kasih, lalu apa yang bapak harapkan setelah proses konseling ini?” Kontrak
tujuan

Konseli : “Saya berharap agar masalah yang saya hadapi dapat teratasi dan menemukan jalan
keluar yang terbaik.”

Konselor : “Begini, konseling ini membutuhkan waktu yaitu 1 kali pertemuan dengan durasi 45
menit, bagaimana apa bapak setuju.?”. Kontrak waktu

Konseli : ‘Iya bu, saya setuju (sambil menggangguk kepala)’

2
2. TAHAP EKSPLORASI MASALAH

Konselor : “Baiklah, kita akan memulai konselingnya. Coba ceritakan pada saya masalah apa yang
sedang bapak alami sekarang..? Melihat dari raut wajah bapak, sepertinya ada masalah yang perlu kita
bahas” . Mengajak Terbuka

Konseli : “Begini bu, saat ini saya sedang menghadapi banyak sekali permasalahan yang sulit
bagi saya”.

Konselor : “Apakah kiranya permasalahan tersebut, dapatkah saudara menceritakannya kepada


saya”.

Konseli : “ Tentu saja, begini... Saya menderita kanker, sering marah- marah dan berpotensi
melakukan kekerasan setelah istri meninggalkan saya dengan sebab yang saya tidak ketahui. Saya
mengira istri saya meninggalkan saya karena saya menderita kanker. Saya saat ini merasa tidak berguna.
Apa yang harus saya lakukan bu”?

Konselor : “ Kalau saya boleh tau, apa yang menyebabkan bapak bersikap demikian?’’

Konseli : “begini bu (menunduk dan terdiam)

Konselor : “ teruskan pak..’’

Konseli : “Saya merasa kurang percaya diri dan tidak yakin pada diri saya sendiri”.

Konselor : “ kenapa bapak merasa tidak yakin?”

Konseli : “ Saya merasa malu, gelisa dan takut ketika mau melakukan kekerasan pada istri saya
bu!!”.

Konselor : “Begini pak, menurut saya..perasaan tidak percaya diri pada diri sendiri itu adalah hal
yang wajar ketika sedang dalam masalah tetapi jangan sampai perasaan tersebut menguasai pikiran bapak
’’

Konseli : “ saya sudah berusaha bu untuk tidak tidak merasa ragu tapi perasaan itu sering muncul
saat saya mengetahui bahwa istri saya meninggalkan saya tanpa sebab yang saya ketahui’’

Konselor : “ Lalu kenapa bapak ingin melakukan hal tersebut..? “Apa tujuan bapak sebernarnya?
”.

3
Konseli : “Saya berkeinginan melakukan tindakan tersebut,? “karena saya tidak ingin istri saya
meninggalkan saya walaupun saya terkena kanker, saya ingin istri saya menemani saya dan mensupport
saya agar saya bersemangat untuk sembuh dari penyakit yang saya derita. ”

Konselor : “ Menurut saya, ketika bapak sedang dalam masalah tidak seharusnya bapak
berkeinginan untuk melakukan kekerasan apalagi kepada istri bapak ’’

Konseli : “ Tetapi istri saya tidak seharusnya meninggalkan saya kan buk? Disaat keadaan saya
seperti ini!’’

Konselor : “ Begini pak, menurut saya..coba bapak temui istri bapak dan berusaha membicarakan
permasalahan yang sedang bapak hadapi saat ini dengan baik baik agar menemukan jalan keluar atas
permasalahan bapak”

Konseli : “ Tetapi apakah istri saya masih mau untuk bertemu dengan saya?’’

3. TAHAP MEMPERSONALISASI

Konselor : “ saya yakin bapak bisa untuk diajak berbicara dan bertemu dengan bapak’’

Konseli : “ Tetapi saya sedih karena semua ini bu..”

Konselor : “ Bapak merasa sedih karena berbagai kekurangan yang bapak miliki telah
menghilangkan harapan yang bapak inginkan..?” Mempersonalisasi arti (personalisasi tema umum)

Konseli : “Ya bu, saya merasa terganggu karena sering kepikiran masalah ini. Setiap saya
mencoba untuk bisa bersikap relaks,, tapi saya selalu merasa tegang dan takut.”

Konselor : “ Bapak merasa jengkel karena istri bapak meninggalkan bapak?”. Personalisasi
pengalaman

Konseli : “Benar bu, beberapa waktu yang lalu saya sudah mencobanya tapi tetap saja saya
merasa tegang dan takut istri saya tetap meninggalkan saya.”

Konselor : “Bapak merasa sangat marah karena kamu masih tetap belum bisa bersikap yakin pada
diri sendiri?” personalisasi implikasi

Konseli : “Benar bu..”

Konselor : “Bapak merasa kecewa karena merasa ragu pada diri sendiri ?” mengonseptualisasikan
kekurangan

4
Konseli : “Sebenarnya saya ingin mencobanya lagi tapi saya sudah tidak tahu lagi harus berbuat
apa?”

Konselor : “Tadi bapak mengatakan kalau ingin mencobanya lagi tapi kok sekarang bapak tidak
tahu harus berbuat apa?”. mengonfrontasikan kekurangan

Konseli : “Iya betul bu. Tapi seharusnya saya tidak boleh tinggal diam dalam menghadapi
masalah ini. Saya akan bertindak dan melakukan suatu usaha bagaimana caranya agar saya bisa bersikap
relaks sebelum dan selama mengatasi masalah ini”

Konselor : “ bagus kalau begitu pak, saya nyakin saudara bisa melakukannya. Dengan usaha yang
bapak yakini saya nyakin bapaak pasti bisa menyelesaikan masalah bapak”

Konselor : “Iya bu trimakasih atas saran dan dorongan yang ibu berikan kepada saya, mulai
sekarang saya akan terus berusaha dan percaya diri agar apa yang di ingin kan saya nantinya tercapai dan
membuahkan hasil’’

4. TAHAP MENGEMBANGKAN INISIATIF

Konselor : “Iya pak, sekarang bagaimana dengan perasaan saudara sekarang? Apakah sudah lebih
membaik atau belum?”

Konseli : “Sekarang saya merasa lebih baik dari sebelumnya, karena saya termotivasi oleh
dorongan dan perkataan yang ibu berikan kepada saya”

Konselor : “Bagus sekali jika saudara sudah merasa lebih baik dari sebelumnya”

Konseli : “Iya bu, ini semua juga berkat ibu”

Konselor : “Kalau begitu apakah masih ada yang ingin dibicarakan lagi?”

Konseli : “ Saya kira cukup bu, sekarang saya merasa lega dan lebih baik”

Konselor : “kalau begitu konseling ini bisa diakhiri sekarang”

Konseli : “Ooh iya bu, trimakasih atas semua yang telah ibu berikan kepada saya”

Konselor : “Iya sama – sama semoga apa yang kita bicarakan biasa bermanfaat dan menjadikan
sebuah pelajaran kedepannya”

Konseli :”Iya bu trimakasih, saya mohon pamit bu, “selamat siang bu”

5
Konselor : “ iya selamat siang”

Anda mungkin juga menyukai