Anda di halaman 1dari 86

© Copy right PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors - Jakarta.

BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

2-1 Mesin Diesel Mitsubishi


Seri mesin diesel Mitsubishi mempunyai 2 jenis
mesin, seri 4D6 dan seri 4D5, yang sama dalam
konstruksi dasarnya.

(1) Mekanisme utama


Konstruksi mesin diesel serupa dengan mesin
gasoline, tapi banyak bagian-bagian mesin diesel
mempunyai part-part yang bergerak
menggunakan kekuatan yang lebih besar, dan
dengan demikian bagian-bagian tersebut akan
menghasilkan tenaga yang lebih tinggi juga.
Karena penggunaan beban panas yang lebih
tinggi, cooling system dan lubrication system
mengalami banyak perbaikan.
1) Bagian-bagian utama berbeda dalam
kekuatannya.
-1 Cylinder block (disediakan liner)
-2 Piston, dll.
2) Bagian-bagian utama untuk
menyesuaikan beban panas yang lebih
tinggi.
-1 Oil jet
-2 Oil cooler, dll.

(2) Swirl chamber type combustion chamber


(Conical type)
Combustion chamber adalah komponen inti yang
langsung mempengaruhi jalannya mesin. Sub-
combustion chamber yang disebut conical swirl
chamber juga disediakan, dan berhubungan
dengan combustion chamber utama oleh
combustion jet.

- 11 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

- 12 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

4) Overhaul (Pemeriksaan teliti)


1) Perhatian dalam melaksanakan overhaul
Ketika mesin dibongkar dan dipasang kembali, perhatikan yang berikut ini.

- 13 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

- 14 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

- 15 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

5) Special tools (Mesin 4D56)

- 16 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

- 17 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

- 18 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

2-2 Pembongkaran dan Pemasangan kembali


2-2-1 TIMING BELT
(1) PEMBONGKARAN DAN PEMASANGAN KEMBALI

- 19 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

- 20 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

1) SERVICE POIN PEMBONGKARAN


x 11. MELEPASKAN TIMING BELT
Buat tanda di bagian belakang timing belt
yang menunjukkan arah perputaran sehingga
dapat dipasang kembali dengan arah yang
sama jika harus digunakan kembali.
Catatan:

x 13. MELEPASKAN INJECTION PUMP


SPROCKET
Lepaskan sprocket dengan menggunakan
special tool.
Catatan:

x 20. MELEPASKAN TIMING BELT “B”


Buat tanda di bagian belakang timing belt
yang menunjukkan arah perputaran sehingga
dapat dipasang kembali dengan arah yang
sama jika harus digunakan kembali.
Catatan:

- 21 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

x 21/22 MELEPASKAN SILENT SHAFT SPROCKET RIGHT/LEFT


Ketika melonggarkan nut dan bolt untuk dua silent shaft sprocket, pastikan untuk mengunci silent shaft
seperti yang diperlihatkan di bawah.

Catatan :

- 22 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

2) PEMERIKSAAN
x Timing Belt
Timing belt harus diperiksa dengan teliti, jika kerusakan yang berikut ini jelas, ganti timing belt dengan
yang baru.

-1 Karet permukaan belakang yang keras,


berkilap, tidak elastis, dan cukup keras
meskipun jika digaruk dengan kuku.

-2 Karet permukaan belakang yang retak


-3 Kanfas yang retak atau terpisah
-4 Dasar gigi yang retak
-5 Sisi yang retak

-6 Keausan abnormal pada sisi

-7 Keausan abnormal pada gigi


-8 Gigi yang hilang

- 23 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

x TENSIONER
Ganti tensioner pulley bila berputarnya tidak
lancar dan mempunyai play (gerak bebas)
yang terlalu besar atau yang menimbulkan
suara.

x TIMING BELT COVER


Berubah bentuk atau retak.
Seal yang bocor atau rusak.

Memo

- 24 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

3) TITIK SERVICE PEMASANGAN KEMBALI


x 24/15/14. PEMASANGAN CRANKSHAFT
SPROKET “B”/ FLANGE / CRANKSHAFT
SPROKET

Pasang dengan arah yang benar seperti yang


terlihat.

Perhatian!
x Perhatikan arah flange. Jika flange
dipasang dengan arah yang salah akan
merusak timing belt.

x 23. PEMASANGAN SPACER


Spacer yang harus dipasang dengan ujung
chamfered-nya menghadap ke arah silent
shaft. Jika spacer dipasang dengan arah yang
salah, akan merusak oil seal.

x 21 / 22. PEMASANGAN SILENT SPROKET,


RIGHT / SILENT SHAFT SPROKET, LEFT
Pasang silent sprocket kanan dan kiri. Dengan
silent shaft yang terkunci seperti yang terlihat
di samping. Kencangkan nut dan bolt sesuai
spesifikasi.

- 25 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

x PEMASANGAN FLANGE
Perhatikan bahwa kedua lubang dalam flange
dan lubang dalam injection pump sprocket
ditempatkan secara seimbang pada suatu
tempat. Saat memasang, tempatkan flange
dan sprocket seperti yang terlihat dalam
gambar.

Catatan

- 26 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

- 27 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

- 28 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

- 29 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

- 30 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

1) PEMERIKSAAN
x CAMSHAFT
Periksa secara visual permukaan camshaft
jourmal dan ganti camshaft tersebut, jika
kerusakan dan perubahan bentuk terjadi.

Nilai standar:
Inlet dan Exhaust : 36,95 – 37,15 mm
(1,456 – 1,463 in.)

Limit:
Inlet dan Exhaust : 39,4 mm (1,551 in.)

x ROCKER ARM
Periksa permukaan yang lebih licin
(permukaan yang berhubungan dengan cam).
Ganti jika kerusakan atau perubahan
bentuknya jelas.
Periksa kerusakan dan perubahan bentuk
lubang dang anti jika kerusakannya jelas.

x ROCKER SHAFT
Periksa lubang oil jika terjadi penyumbatan
dan bersihkan jika perlu. Ganti shaft tersebut
jika rusak atau berubah bentuk pada
permukaan shaft tempat rocker arms
dipasang.

- 31 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

2) POIN-POIN SERVICE PERAKITAN KEMBALI


x 17. PEMASANGAN CAMSHAFT
Untuk mendapatkan end play, ukur A dan B.
Ganti bagian-bagiannya jika melebihi limit.
End play = B – A

Nilai standar :
0,1 – 0,2 mm (0,0039 – 0,0079 in.)
Limit : 0,4 mm (0,016 in.)

x 11. PEMASANGAN CAMSHAFT OIL SEAL


Lumasi oil pada bibir oil seal. Dengan
menggunakan Camshaft Oil Seal Installer
(special tool), tekan camshaft oil seal yang
baru ke dalam Front bearing cap.

x 8 / 7. PEMASANGAN ROCKER ARM


EXHAUST / ROCKER ARM INLET

x 6. PEMASANGAN ROCKER SHAFT


Hadapkan sisi lubang oil tetap ke bawah.
Pasang rocker shaft dengan sisinya yang
mempunyai satu lubang oil harus menghadap
ke depan.

- 32 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

3) PENYETELAN VALVE CLEARANCE


Putar crankshaft searah jarum jam dan
cocokkan timing mark pada crankshaft
sprocket dengan mark pasangannya.

x Setel valve clearance yang valvenya dalam


keadaan posisi tertutup.
Nilai standar : pada mesin dingin
Intake (masuk) ……. 0.15 mm (0,0059 in.)
Exhaust (keluar) ….. 0.15 mm (0,0059 in.)

Catatan
Setelah mesin terpasang di kendaraan,
panaskan mesin. Kemudian periksa valve
clearancenya saat mesin panas dan setel jika
perlu.

Nilai standar : saat mesin panas


Intake (masuk) ……. 0.25 mm (0,0098 in.)
Exhaust (keluar) ….. 0.25 mm (0,0098 in.)

- 33 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

- 34 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

1) SERVICE POINT PEMBONGKARAN


x 1. MELEPASKAN CYLINDER HEAD BOLT
Dengan menggunakan special tool, kendorkan
cylinder head bolt.

Cylinder head bolt harus dikendorkan dengan


urutan-urutan seperti yang terlihat dalam
gambar. Kendorkan secara merata, sedikit
demi sedikit.

x 2. MELEPASKAN RETAINER LOCK


Dengan menggunakan special tool atau alat
lainnya yang sesuai, tekan valve spring.
Atur bagian-bagian yang terbongkar intake
dan exhaust sesuai dengan nomor silindernya.

Memo

- 35 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

2) PEMERIKSAAN
x CYLINDER HEAD
-1 Periksa cylinder head, sebelum
membersihkan, jika terjadi kebocoran air,
kebocoran gas, kerusakan dan keretakan.
-2 Bersihkan oil, kotoran, sealing compound, dan
sisa karbon yang menempel secara komplit.
Setelah membersihkan saluran oil,
semprotkan udara yang bertekanan untuk
meyakinkan bahwa bagian-bagian tersebut
tidak tersumbat.
-3 Periksa kerataan permukaan cylinder head
dengan menggunakan straightedge dalam
arah A sampai G seperti yang terlihat dalam
gambar.
Nilai standar : 0,05 mm (0,0020 in.)
Limit : 0,2 mm (0,008 in.)

x VALVE
-1 Jika valve stem aus atau rusak, ganti part
tersebut. Juga ganti valve jika ujung valve
stem (yang berhubungan dengan rocker arm
adjusting screw) sudah aus.

-2 Periksa permukaan valve seat contact apakah


baik. Jika tidak baik, bentuk kembali dengan
menggunakan valve refacer. Valve seat
contact harus dibentuk di tengah permukaan
valve seat. Jika margin-nya lebih kecil dari
pada service limit, ganti valve tersebut.
Nilai standar : 2,0 mm (0,80 in.)
Limit : 1,0 mm (0,040 in.)

- 36 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

x VALVE SPRING
-1 Ukur tinggi valve spring, jika nilainya lebih
kecil dari pada limitnya, ganti.

Nilai standar : 49,1 mm (1,9331 in.)


Limit : 48,1 mm (1,8937 in.)

-2 Ukur kemiringan spring dan jika melebihi limit,


ganti.

Nilai standar : 20 atau kurang


Limit : 40

x VALVE GUIDE
Ukur clearance di antara valve guide dan
valve stem. Jika melebihi limit ganti valve
guide atau valve stem, atau keduanya.

Nilai standar :
Intake (masuk) ……....... 0,03 – 0,06 mm
(0,0012 – 0,0024 in.)
Exhaust (keluar) ………. 0,05 – 0,09 mm
(0,0020 – 0,0035 in.)

Limit :
Intake (masuk) …… 0,10 mm (0,0039 in.)
Exhaust (keluar) …. 0,15 mm (0,0059 in.)

- 37 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

3) PROSEDUR PENGGANTIAN
x PROSEDUR PENGGANTIAN VALVE GUIDE
-1 Dengan menggunakan special tool dan
sebuah alat press, tekan valve guide ke arah
permukaan cylinder head gasket. Bor kembali
lubang valve guide untuk oversize valve guide
yang baru sesuai dengan diameternya.
CATATAN:
Jangan pasangkan lagi valve guide dengan
ukuran yang sama.

Diameter lubang valve guide :


0,05 O.S : 13,050 – 13,068 mm
(0,5138 – 0,5145 in.)
0,25 O.S : 13,250 – 13,268 mm
(0,5217 – 0,5224 in.)
0,50 O.S : 13,500 – 13,518 mm
(0,5315 – 0,5322 in.)

-2 Intake valve guide berbeda panjangnya


dengan Exhaust valve guide. Pastikan saat
memasangkan keduanya harus dalam posisi
yang benar.

-3 Dengan menggunakan special tool, tekan


(press-fit) valve guide tersebut, mulai dari
permukaan atas cylinder head.

- 38 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

x PROSEDUR PENGGANTIAN VALVE SEAT

-1 Potong valve seat (untuk penggantian) dari


dalam untuk menipiskan dindingnya.
Kemudian, lepaskan valve seat tersebut.
-2 Sebelum memasang valve seat, panaskan
cylinder head sampai kurang lebih 250°C
(482°F) atau dinginkan valve seat dalam
cairan nitrogen, untuk mencegah cylinder
head dari kebocoran.

Diameter lubang intake valve seat:


0.30 O.S : 43.300 – 43.325 mm
(1.7047 – 1.7057 in.)
0.60 O.S : 43.600 – 43.625 mm
(1.7165 – 1.7175 in.)
Diameter lubang exhaust valve seat:
0.30 O.S : 37.300 – 37.325 mm
(1.4685 – 1.4695 in.)
0.60 O.S : 37.600 – 37.625 mm
(1.4803 – 1.4813 in.)

x PROSEDUR MEMPERBAIKI VALVE SEAT


-1 Sebelum memperbaiki valve seat, periksa
jarak antara valve guide dan valve serta, jika
perlu, ganti valve guide tersebut.
Dengan menggunakan special tool atau seat
grinder, perbaiki untuk memperoleh lebar dan
sudut seat yang ditentukan.

Jenis valve seat cutter yang tersedia.


Sudut Nomor alat
Cutter Intake/exhaust
45º MD998158
65º MD998165
30º MD998175

Setelah perbaikan, valve dan valve seat harus


dihaluskan (di-lapping) dengan lapping compound.

Hal-hal yang harus diingat ketika memperbaiki


kembali valve dan valve seat.

CATATAN
Jika memperbaiki kembali valve dan valve seat, laksanakan seperti yang dijelaskan di bawah ini:
x Jangan memutar valve dan valve seat terus menerus. Karena akan menghasilkan garis yang panjang
pada valve dan valve seat sehingga menyebabkan kebocoran kompresi.
x Untuk mencegah masalah ini, gosokan keduanya satu sama lainnya dengan memutar-mutar valve sekitar
seperempat putaran secara berlawanan, dan setengah putaran dari waktu ke waktu untuk mengubah
posisinya.

- 39 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

4) POIN SERVICE PERAKITAN KEMBALI


x PEMASANGAN VALVE STEM SEAL
Dengan menggunakan special tool, pasang
stem seal yang baru pada valve guide.

CATATAN:
Valve stem seal tidak dapat digunakan
kembali. Special tool tersebut harus
digunakan untuk memasang valve stem seal.
Pemasangan yang tidak pas dapat
mengakibatkan oil bocor melalui valve guide.

x PEMASANGAN VALVE SPRING


Arahkan ujung valve spring dengan tanda
warnanya ke arah spring retainer-nya.

x PEMASANGAN RETAINER LOCK


Dengan menggunakan special tool atau alat
yang sesuai, tekan valve spring untuk
memasangkan retainer lock.

- 40 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

x PEMASANGAN CYLINDER HEAD GASKET


Bersihkan kedua permukaan gasket cylinder
block dan cylinder head.
Pastikan bahwa sisi gasket seperti yang
terlihat dalam gambar saling berhadapan saat
pemasangan.

x PEMASANGAN CYLINDER HEAD BOLT


Dengan menggunakan special tool dan torque
wrench, kencangkan bolt dengan ururtan
seperti yang diperlihatkan dalam gambar.

Ulangi urutan pengencangan di atas beberapa


kali, dan kencangkan bolt menurut
spesifikasinya pada akhir urutan.

Catatan

- 41 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

- 42 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

1) POIN SERVICE PEMBONGKARAN


x MELEPASKAN OIL PAN
Perhatian:
x Hindari penggunaan pahat atau obeng
di antara oil pan dan cylinder block
saat melepaskan oil pan. Cara
pembonkaran demikian dapat
menyebabkan kerusakan pada
pinggiran oil pan.

x MELEPASKAN FLANGE BOLT


Lepaskan plug pada sisi kanan cylinder block.

Masukan obeng Philips ke dalam lubang plug


untuk mengunci silent shaft pada posisinya.
Lepaskan flange bolt.

- 43 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

2) PEMERIKSAAN
x SILENT SHAFT
Periksa lubang oil harus bersih dari penyumbatan.
Periksa jurnal apakah ada perubahan,
kerusakan, dan kontak dengan bearing. Jika
kerusakannya nyata, ganti silent shaft, bearing
atau front case assembly. Periksa oil clearance
silent shaft. Jika kerusakannya berlebihan, ganti
silent shaft bearing, silent shaft atau front case
assembly.

Nilai standar:
Front
Kanan… 0.02-0.06 mm (0.0008-0.0024 in.)
Kiri……. 0.02-0.05 mm (0.0008-0.0020 in.)
Rear…….. 0.05-0.09 mm (0.0020-0.0035 in.)

x FRONT CASE
Bagian front case harus bebas dari kerusakan
dan keretakan. Pasang oil pump gear ke
dalam front case dan pastikan gear tersebut
berputar dengan lancar tanpa adanya play
yang berlebihan. Permukaan front case dan oil
pump cover yang berhubungan dengan
permukaan sisi pump gear harus bebas dari
keausan (ridge wear).

x OIL PAN
Cek perubahan bentuk atau kerusakan
permukaan oil pan dan juga keretakannya.

- 44 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

3) PROSEDUR PENGGANTIAN SILENT


SHAFT BEARING
-1 Pasang special tool ke cylinder block untuk
menahan special tool lainnya ketika
melepaskan atau memasang bearing kanan.

-2 Keluarkan rear bearing dari cylinder block


dengan menggunakan special tool tersebut.

-3 Dengan menggunakan special tool tersebut,


tekan dan tempatkan bearing ke dalam
cylinder block.
Sebelum melakukan hal tersebut, lumasi
engine oil secukupnya kepermukaan bearing
dan juga kelubang bearing dalam cylinder
block.

-4 Ketika menekan dan menempatkan right


bearing ke dalam posisinya, pastikan lubang
oil dalam bearing harus lurus dengan lubang
oil dalam cylinder block.

- 45 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

4) SERVICE POIN PEMASANGAN KEMBALI


x PEMASANGAN OIL SEAL
-1 Lumasi engine oil ke permukaan luar oil seal
dan masukkan dengan socket wrench.

x PEMASANGAN SILENT SHAFT DRIVE


GEAR / SILENT SHAFT DRIVEN GEAR
-1 Pasang silent shaft drive dan driven gear ke
front lower case. Pastikan alignment mark
sejajar.

-2 Pasang special tool ke drive gear. Lumasi


engine oil ke permukaan luar special tool dan
drive gear shaft dan pasang drive gear seperti
yang terlihat.

x PEMASANGAN FRONT OIL SEAL


Pasangkan special tool ke crank shaft dan
lumasi engine oil ke permukaan luar alat
tersebut.
Dengan menggunakan special tool tersebut,
pasang front oil seal ke dalam front lower
case.

- 46 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

x PEMASANGAN FRONT LOWER CASE

x PEMASANGAN FLANGE BOLT


Masukkan obeng Philips ke dalam lubang plug
untuk menghalangi silent shaft.
Pasang flange bolt dan kencangkan menurut
spesifikasi.
Keluarkan obeng dan pasang plug tersebut.

x PEMASANGAN OIL PAN


-1 Bersihkan permukaan oil pan dan cylinder
block yang berpasangan.
-2 Gunakan sealant lebar yang berukuran 4 mm
(0,16 in.) ke sekeliling oil pan flange.
Specified sealant:
3M Part No. 8660 atau ekuivalen.
-3 Oil pan sebaiknya dipasang 15 menit setelah
pemasangan sealant.

CATATAN
Lebar sealant sebesar 4 mm (0,16 in.) dapat
diperoleh dengan pemotongan nozzle tip dari
tabung sealant pada posisi seperti yang terlihat
dalam gambar.

- 47 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

- 48 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

1) POIN SERVICE PEMBONGKARAN

x Setelah cylinder head dilepaskan, lakukan pemeriksaan selanjutnya, dan kemudian lepaskan piston
dan con-rod.

-1 Periksa endapan karbon pada permukaan atas piston.


Penyebab utama: Kebocoran oil dari clearance antara piston dan cylinder.
-2 Periksa endapan-endapan disekitar intake valve pada cylinder head.
Penyebab utama: Kebocoran oil ke ruang pembakaran dari clearance antara valve guide dan valve
stem.
-3 Arahkan front mark (panah) pada permukaan atas piston.
-4 End play dalam connecting rod big end.

x MELEPASKAN CONNECTING ROD CAP


Tandai sisi connecting rod big end dengan
nomor cylinder untuk memudahkan
pemasangan kembali.

- 49 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

2) PEMERIKSAAN
x PISTON
Periksa sisi luar piston dari kelecetan,
perubahan, keretakan dan kerusakan. Ganti
jika perlu. Periksa lubang kembali oil pada oil
ring groove dan lubang oil pada piston boss
dari penyumbatan. Bersihkan jika perlu.
CATATAN:
Piston dan piston pin diganti satu set.
Periksa lubang piston pin dari perubahan dan
kerusakan. Ganti jika perlu.

x PISTON PIN
Piston pin harus ditekan perlahan ke dalam
lubang pin dengan tangan. Ganti piston pin
jika tidak dapat dimasukkan ke lubangnya
dengan mudah atau jika pemasangan piston
pin di lubangnya terlalu longgar.
CATATAN:
Piston dan piston pin diganti satu set.

x PISTON RING
-1 Periksa piston ring dari kerusakan, keausan
abnormal, dan patah. Ganti jika kerusakannya
terlihat. Jika piston diganti baru, piston ring
juga harus diganti.
-2 Periksa dari side clearance. Jika melebihi
limitnya, ganti ring atau piston, atau keduanya.

-3 Dalam jenis keystone, ukur clearance ring


dengan groove-nya seperti yang terlihat.

-4 Pasangkan piston ring pada cylinder bore.


Tekan piston ke bawah, sehingga puncak
piston berhubungan dengan ring, dan sudut
letak ring tepat dengan dinding silinder.
Kemudian, ukur end gap dengan thickness
gauge. Jika end gap berlebihan, ganti piston
ring.

- 50 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

x CONNECTING ROD BEARING


Periksa dengan mata permukaan bearing dari
keausan yang tidak rata, luka, goresan dan
perubahan.

Perhatian:
x Jangan mencoba membubut (undersize)
crankshaft yang berlapis special
treatment. Jenis crankshaft ini dapat
ditandai dengan warna penampilan abu-
abu kusam.

Ukur connecting rod bearing I.D dan


crankshaft pin O.D jika oil clearance melebihi
limit, ganti bearing dan crankshaft jika perlu.
Atau, bubut kembali crankshaft menjadi
undersize dan ganti bearing dengan ukuran
undersize. (bukan crankshaft special)

Nilai standar:
0,02 – 0,05 mm (0,0008 – 0,0020 in.)
Limit: 0,10 mm (0,0039 in.)

Memo

- 51 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

3) PROSEDUR PENGGANTIAN CONNECTING ROD


BUSHING
-1 Gunakan Connecting Rod Bushing Remover
and Installer (special tool), lepaskan bushing.

-2 Gunakan special tool, press (tekan) bushing


ke posisinya. Pada saat itu, pastikan bahwa
lubang oil pada bushing lurus dengan lubang
oil di connecting rod small end.

-3 Bubut bushing I.D sampai nilai standarnya.

Nilai standar bushing I.D:


29,015 – 29,025 mm (1,1423 – 1,1427 in.)
Paralel garis tengah Big-ke-small-end :
0,05 mm (0,002 in.)
Puntiran: 0,1 mm (0,004 in.)

- 52 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

4) SERVICE POINT PEMASANGAN KEMBALI


x PEMASANGAN CONNECTING ROD /
PISTON PIN / PISTON
-1 Pasangkan piston dengan connecting rod.
-2 Sejajarkan front marks dan masukkan piston
pin. Piston pin harus ditekan perlahan dengan
tangan ke dalam posisinya.
Ganti piston pin jika setelah dimasukkan
ternyata sangat longgar.

x PEMASANGAN SNAP RING


Pasang snap ring sesuai dengan arah yang
diperlihatkan dalam gambar.

x PEMASANGAN PISTON PIN NO.1 / PISTON


PIN NO.2 / OIL RING
Pasang oil ring expander dan oil ring pada
piston. Kemudian pasang piston ring No.2
diikuti dengan piston ring No.1. Pasang ring-
ring tersebut dengan sisi-sisinya yang
mempunyai tanda pembuat dan ukuran
menghadap ke atas (ke puncak piston).

- 53 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

x PEMASANGAN PISTON RING DAN


CONNECTING ROD ASSEMBLY
-1 Lumasi engine oil secukupnya ke permukaan
piston, piston ring, dan oil ring.
-2 Luruskan celah-celah piston ring (sisi rail dan
spacer) seperti yang diperlihatkan dalam
gambar.

-3 Masukkan piston dan connecting rod


assembly ke dalam cylinder dari atas cylinder
dengan tanda depan (panah) pada piston
menghadap ke arah camshaft sprocket.

-4 Tahan piston ring dengan menggunakan ring


band, masukkan piston assembly ke dalam
cylinder. Hindari pemasukan assembly secara
paksa dengan memukul gagang karena dapat
menyebabkan piston ring patah dan
crankshaft pin akan rusak.

x PEMASANGAN CONNECTING ROD CAP


-1 Periksa tanda yang dibuat saat
pembongkaran. Pasang bearing cap ke
connecting rod. Jika connecting rod tersebut
baru dan tidak mempunyai tanda buatan,
pastikan bahwa bearing locking notches
arahnya sama seperti dalam gambar.

-2 Pastikan bahwa connecting rod big end side


clearance sesuai dengan spesifikasinya.

Nilai standar: 0.10-0.25 mm (0.0039-0.0098


in.)
Limit: 0.4 mm (0.016 in.)

- 54 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

- 55 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

1) SERVICE POINT PEMBONGKARAN


x Sebelum pembongkaran, periksa hal yang berikut ini.
-1 Crankshaft end play

x Selama pembongkaran, periksa yang berikut ini.


-1 Kondisi permukaan kontak crankshaft dengan rear oil seal
-2 Kondisi permukaan depan dan belakang main bearing.

Catatan

- 56 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

2) PEMERIKSAAN
x CRANKSHAFT
-1 Periksa crankshaft journal dan pin jika
terdapat goresan dan perubahan. Ganti jika
perlu.
-2 Oil clearance
x Gunakan Micrometer dan cylinder gauge.
Ukur diameter luar journal dan diameter dalam
crankshaft bearing. Jika perbedaan di antara
keduanya (oil clearance) melebihi limit, ganti
crankshaft bearing dan jika perlu, crankshaft.

Nilai standar:
0.02-0.05 mm (0.0008-0.0020 in.)
Limit: 0.1 mm (0.0039 in.)

x CRANKSHAFT OIL CLEARANCE (PLASTIC


GAUGE METHOD)
Crankshaft oil clearance dapat mudah diukur
dengan menggunakan plastic gauge, seperti
berikut ini:
-1 Potong plastic gauge sama panjang dengan
lebar bearing dan tempatkan di atas journal
secara parallel dengan sumbunya.
-2 Tempatkan crankshaft bearing cap di atasnya
secara perlahan-lahan dan kuatkan boltnya
dengan torque yang telah ditentukan.

-3 Ukur lebar plastic gauge yang tertekan pada


sisi terluasnya dengan menggunakan skala
yang tercetak pada kantong plastic gauge.

- 57 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

x CRANKSHAFT REAR OIL SEAL


-1 Periksa oil seal lip jika aus dan rusak.
-2 Periksa karet jika rusak atau mengeras.
-3 Periksa oil seal case jika retak dan rusak.

x RING GEAR (Kendaraan dengan transmisi


manual)
-1 Periksa gigi ring gear jika aus dan rusak. Jika
perlu ganti ring gear tersebut.
-2 Jika gigi ring gear aus atau rusak, juga periksa
starter motor pinion.
-3 Untuk mengganti ring gear, pukul ring gear di
beberapa titik pada sekeliling luar. Ring gear
tersebut tidak dapat di lepas jika dipanaskan.
-4 Untuk memasang ring gear, panaskan ring
gear sampai 260 - 280ºC (500 - 536ºF) untuk
pemasangan yang tepat.

x FLYWHEEL (Kendaraan dengan transmisi


manual)
-1 Periksa permukaan gesek clutch disc jika
terdapat keausan, goresan, dan perubahan.
Jika perlu ganti flywheel.
-2 Jika runout flywheel melebihi limit, ganti.
Limit: 0.13 mm (0.0051 in.)

x DRIVE PLATE (Kendaraan dengan


transmisi otomatis)
Periksa drive plate jikalau terdapat perubahan,
rusak atau retak.
Ganti jika perlu.

- 58 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

3) SERVICE POINT PEMASANGAN KEMBALI


x PEMASANGAN CRANKSHAFT BEARING
(BAGIAN ATAS)
-1 Bersihkan permukaan depan dan belakang
bearing dan permukaan bearing mounting
pada cylinder block dan susun bearing dengan
urutan posisinya.
-2 Ketika bearing dipasang, pastikan bahwa
bearing terpasang dengan kuat pada cylinder
block. (Periksa dan pastikan bahwa bearing
dalam keadaan kencang dan terkunci)

x PEMASANGAN CRANKSHAFT BEARING (BAGIAN


BAWAH)
-1 Pasang bagian bawah bearing dengan cara
yang sama seperti pemasangan bagian atas.

x PEMASANGAN BEARING CAP


-1 Pastikan nomor cap dan arah tanda panah
dengan tepat.

-2 Setelah pemasangan bearing cap, pastikan


bahwa crankshaft berputar dengan lancar dan
end play-nya tepat.
Jika end play melampaui limit, ganti crankshaft
bearing.
CATATAN:
Setelah masing-masing bearing cap bolt
dikencangkan, periksa untuk memastikan
bahwa crankshaft berputar dengan lancar.

Nilai standar:
0,05 – 0,18 mm (0,0020 – 0,0071 in.)
Limit: 0,25 mm (0,0098 in.)

- 59 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

x PEMASANGAN OIL SEAL


Dengan menggunakan special tool,
pasangkan crankshaft oil seal yang baru pada
oil seal case.

x PEMASANGAN OIL SEPARATOR


Pasangkan oil separator dengan cara dimana
lubang oil kearah bawah case (ditunjukkan
oleh panah dalam gambar).

Catatan

- 60 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

- 61 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

2) PEMERIKSAAN
x CYLINDER BLOCK
-1 Periksa hal-hal yang dapat terlihat dengan
mata dari goresan-goresan, karat dan korosi.
-2 Dengan menggunakan straightedge dan
thickness gauge, periksa kerataan block.
Nilai standard : 0,05 mm (0,0020 in.)
Limit : 0,1 mm (0,0039 in.)

-3 Jika kelengkungan berlebihan, perbaiki


sampai batas yang diperkenankan atau
diganti.
Cylinder block height (ketika masih baru) :
318,45 – 318,55 mm (12,5374 – 12,5413 in.)

-4 Periksa dinding-dinding cylinder dari goresan-


goresan dan perubahan. Jika kerusakan
tersbut terlihat jelas, perbaiki (di-boring ke
oversize) atau diganti.
-5 Dengan menggunakan cylinder gauge, ukur
cylinder bore dan cylindricity. Jika terlihat
sangat aus, perbaiki cylinder ke ukuran
oversize kemudian ganti piston dan piston
ring. Ukur pada titik seperti yang terlihat pada
gambar.
Nilai standard :
Cylinder I.D 91,00 – 91,03 mm (3,5827 –
3,5839 in.)
Cylindricity : 0,015 mm (0,0006 in.)

- 62 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

3) BORING CYLINDER
-1 Oversize piston yang digunakan harus
ditentukan berdasarkan diameter cylinder
yang terbesar.

Identifikasi besarnya piston

Ukuran Tanda Identifikasi


0.25 mm (0.01 in.) O.S. 0.25
0.50 mm (0.02 in.) O.S. 0.50
0.75 mm (0.03 in.) O.S. 0.75
1.00 mm (0.04 in.) O.S. 1.00
Catatan
Tanda ukuran di-cap di atas piston.

-2 Ukur diameter luar piston yang digunakan.


Ukur diameter tersebut di daerah thrust
direction seperti yang diperlihatkan.

-3 Berdasarkan piston O.D. yang diukur hitung


dimensi akhir pemboran.
Dimensi akhir pemboran = Piston O.D. + (jarak antara piston O.D. dan cylinder) – 0.02 mm
(0.0008 in.)(honing margin)
-4 Bor semua cylinder untuk menghitung dimensi akhir pemboran
Perhatikan
x Untuk mencegah distorsi yang dapat terjadi akibat dari naiknya temperatur selama horning, bor
cylinder mulai dari No. 2 ke No. 4 ke No. 1 ke No. 3.
x Pusatkan cylinder pada bagian yang keausanya lebih kecil.
x Betulkan ketidakaturan pada bagian atas cylinder dengan ridge reamer sebelum pemboran.
-5 Kikir untuk dimensi penyelesaian akhir (final finish dimension) (piston O.D. + jarak antara piston O.D.
dan cylinder)
-6 Periksa clearance antara piston dan cylinder.
Clearance antara piston dan cylinder :
0.02 – 0.08 (0.00079 – 0.0031 in.)

Catatan
Ketika membor cylinder, borlah ke empat cylinder ke dalam ukuran yang sama. Jangan membor hanya satu
cylinder ke dalam satu ukuran oversize.

- 63 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

- 64 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

- 65 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

- 66 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

1) POIN SERVICE PEMBONGKARAN


x MELEPASKAN OIL PUMP OUTER GEAR /
OIL PUMP INNER GEAR
Sebelum melepaskan oil pump outer dan inner
gear, tandai outer gear untuk memastikan
bahwa gear tersebut dapat terpasang kembali
pada posisi dan arah yang benar.

Catatan

- 67 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

2) PEMERIKSAAN
x OIL PUMP GEAR
-1 Periksa gigi gear jika aus dan rusak.
-2 Pasang outer gear dan inner gear dalam front
lower case dan periksa apakah gear tersebut
berputar dengan lancar.
-3 Periksa jarak inner gear dari ujung sampai ke
sabit.
Nilai standard :
0.02 – 0.35 mm (0.0087 – 0.0138 in.)
Limit : 0.5 mm (0.020 in.)
Periksa jarak outer gear ujung sampai ke
sabit.
Nilai standard :
0.12 – 0.22 mm (0.0047 – 0.0087 in.)
Limit : 0.4 mm (0.016 in.)

-4 Periksa jarak sisi inner gear dan outer gear.


Nilai standard :
0.04 – 0.01 mm (0.0016 – 0.0039 in.)
Limit : 0.15 mm (0.006 in.)

-5 Periksa jarak lingkaran luar outer gear ke front


case (body clearance).
Nilai standard :
0.12 – 0.22 mm (0.0047 – 0.0087 in.)
Limit : 0.3 mm (0.012 in.)

-6 Periksa jarak lingkaran luar inner gear ke front


case (body clearance).
Nilai standard :
0.03 – 0.09 mm (0.0012 – 0.0035 in.)
Limit : 0.15 mm (0.006 in.)

- 68 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

3) POIN SERVICE PEMASANGAN KEMBALI


x PEMASANGAN OIL PUMP OUTER GEAR /
OIL PUMP INNER GEAR
Pasang outer gear, dengan memastikan gear
tersebut pada posisi dengan arah yang benar
sesuai dengan tanda yang dibuat selama
pembongkaran.

CATATAN:
Saat memasang gear, jangan lupa
menggunakan engine oil ke seluruh
permukaan gear.

- 69 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

- 70 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

- 71 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

- 72 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

1) PEMERIKSAAN
x DRIVE BELT
Lakukan pemeriksaan berikut ini, jika
kerusakannya jelas, ganti.
Goresan, kerusakan, keretakan, atau
pemisahan.

x FAN CLUTCH
Lakukan pemeriksaan berikut ini, jika
kerusakannya jelas, ganti.
Periksa bearing seals, jika terdapat
kebocoran oil. Periksa jika terdapat suara
yang aneh, saat berputar dan perubahan
bentuk.

x WATER PUMP
Lakukan pemeriksaan berikut ini, jika
kerusakannya jelas, ganti dengan water pump
assy.
Kebocoran air
Sealing yang jelek akan menyebabkan
kebocoran air pada lubang A.
Body water pump jika terdapat kerusakan
atau atau keretakan.
Impeller jika terdapat kerusakan atau
keretakan.
Bearing jika terdapat kerusakan; Shaft
harus berputar dengan lancar tanpa suara
aneh.

x THERMOSTAT
Ganti thermostat jika tidak dalam posisi
tertutup di bawah temperatur ruangan.
Ganti jika cacat, rusak atau pecah.
Periksa suhu pembuka katup dengan
memanaskan thermostat dalam air.

Nilai standar :
Bertanda : 76,5 …………… 76,5ºC (169,7ºF)
82 ………………… 82ºC (179ºF)
88 ………………… 88ºC (190ºF)

x WATER TEMPERATURE GAUGE UNIT


Letakan sensor dalam air dan tambahkan
suhu air untuk mengukur tahanannya. Ganti
jika pengukuran tersebut menyimpang jauh
dari spesifikasinya.

x Nilai standar:
Water temperature gauge element
104ȍ pada 70ºC (158ºF)
23.8ȍ pada 115ºC (239ºF)
Glow control element (hanya 4D5, 4D6)
24.8ȍ pada -20ºC (4ºF)
3.25ȍ pada -20ºC (68ºF)

- 73 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

2) SERVICE POINT PEMASANGAN KEMBALI


x PEMASANGAN WATER PUMP
-1 Perhatikan panjang bolt dan nomor kepalanya
ketika memasang bolt.
Panjang bolt :
A : 40 mm (1,57 in.)
B : 70 mm (2,76 in.)
C : 25 mm (0,98 in.)

x PEMASANGAN WATER PIPE / O-RING


Saat O-ring pada ujung depan water inlet pipe
yang diganti dengan yang baru, gunakan air
kepermukaan luarnya agar pemasukan ke
water pump body lebih mudah.
CATATAN
Jangan gunakan engine oil dan cairan lain ke
O-ring tersebut.

x PEMASANGAN WATER TEMPERATURE


GAUGE UNIT
Masukkan sealant kedalam ulir (threads).
Sealant yang ditentukan :
3M Nut Locking Part No.4171 atau yang
setara

x PEMASANGAN THERMOSTAT
Pastikan bahwa thermostat diletakkan dengan
benar bagian yang menonjol kearah
masuknya air.

- 74 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

- 75 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

- 76 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

(3) EXHAUST DAN INTAKE MANIFOLD


Periksa tiap bagian jika terdapat kerusakan
atau keretakan.
Periksa lubang vacuum, saluran air dan
saluran gas jika terdapat penyumbatan.
Dengan menggunakan straightedge dan
thickness gauge, periksa kebengkokan
permukaan cylinder head.
Nilai standard : 0,15 mm 0,0060 in.) max.
Limit : 0,3 mm (0,012 in.)

- 77 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

- 78 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

- 79 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

(3) PEMERIKSAAN PERANGKAT CHARGING


1) Arus dan Tegangan Output
-1 Kondisi pengukuran
x Beban listrik
Semua perlengkapan beban listrik standar
dinyalakan.
x Nilai spesifik :
Tegangan (Misalnya : 12 V untuk 4D56)
Amperage

-2 Latihan pengukuran.

- 80 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

2) Tegangan atur (regulated voltage)


-1 Kondisi pengukuran
x Beban listrik
Beban listrik semuanya dimatikan
Battery bermuatan penuh
x Nilai spesifik : 14.4V ± 0.3V

-2 Latihan pengukuran

- 81 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

- 82 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

2-2-15 SISTEM BAHAN BAKAR


(1) KONSTRUKSI DAN FUNGSI
Bahan bakar dihisap dari dalam tanki bahan bakar dengan menggunakan feed pump yang terdapat dalam
fuel injection pump, dan dimasukan ke dalam injection pump melalui penyaring bahan bakar (dengan built-
in sedimenter – water separator). Setelah bahan bakar dimampatkan oleh feed pump dan tekanannya
dikontrol oleh regulating valve yang terdapat dalam fuel injection pump, bahan bakar yang mengalir ke
dalam fuel injection pump itu dimampatkan oleh plunger dan dimasukkan ke dalam swirl chamber melalui
injection nozzle sesuai dengan urutan penginjeksian.
Di sisi lain, kelebihan bahan bakar dalam fuel injection pump housing dikembalikan ke dalam tanki bahan
bakar melalui return pipe di injection pump. Fuel injection pump didinginkan dan dilumasi oleh sirkulasi
bahan bakar seperti yang disebutkan diatas.
Lebih jauh lagi, kelebihan bahan bakar yang mengalir melalui nozzle holder juga dikembalikan ke dalam
tanki bahan bakar melalui fuel return pipe.

- 83 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

1) Fuel filter
Fungsi
x Fuel filter :
Untuk menyaring debu dan zat-zat lainnya keluar dari bahan bakar.

x Priming pump:
Bahan bakar dalam saluran bahan bakar disirkulasikan dengan menggerakkan priming pump pada fuel
filter assy dengan arah naik dan turun.
Priming pump digunakan untuk tujuan-tujuan berikut:
1) Untuk mengisi bahan bakar ke injection pump jika kehabisan.
2) Untuk mengeluarkan air dari fuel filter dan mengisi bahan bakar setelah air keluar.
3) Untuk mengeluarkan udara dari saluran bahan bakar.

x Sedimenter (water separator)


Dengan memanfaatkan berat jenis air yang lebih tinggi dari pada light oil, sedimenter mengendapkan
air pada dasar fuel filter. Jika volume air di sedimenter melebihi tingkatan tertentu, pelampung
(mempunyai magnet) dan lead switch memutus warning circuit untuk menyalakan fuel water level
warning lamp pada combination meter.

- 84 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

2) Fuel injection pump

Pompa jenis Bosch’s distributor (jenis VE) mengirimkan bahan bakar ke tiap cylinder sesuai dengan nomor
cylinder dengan satu plunger yang bergerak maju - mundur ketika pompa itu berputar sambil mengirimkan
bahan bakar. Pompa jenis ini menggabungkan governor, timer, feed pump, dan lain-lain dalam fuel injection
pump housing, sehingga ukurannya lebih kecil dan ringan dengan jumlah pemasangan part yang lebih
sedikit dibandingkan dengan straight type injection pump. Dengan kata lain, fuel injection pump ini
dikembangkan untuk kendaraan yang membutuhkan percepatan dan untuk memberikan perasaan
mengemudi seperti mesin bensin

- 85 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

3) Bagian-bagian komponen

1) Drive shaft 8) Fuel cut solenoid


Berputar setengah kali kecepatan mesin Menghentikan bahan bakar untuk
2) Feed pump mematikan mesin
Mengisi bahan bakar pada cylinder 9) Maximum speed adjusting screw
3) Plunger Untuk menyesuaikan kecepatan
Memampatkan bahan bakar dan juga maksimum
mendistribusikannya ke cylinder. 10) Idle speed adjusting screw
4) Timer Untuk menyesuaikan idle speed mesin
Mengontrol waktu penginjeksian 11) Full load adjusting screw
5) Governor Untuk menyesuaikan jumlah maksimum
Secara otomatis mengontrol bahan bakar pemasukan bahan bakar.
yang masuk 12) Wax element and Fast idle lever
6) Delivery valve Untuk menyesuaikan kemajuan fasa
Berfungsi untuk mengisap kembali bahan sesuai dengan temperatur cooling water
bakar untuk mencegah penetesan bahan dan mengontrol idle speed.
bakar dan juga mempertahankan kekedapan 13) Boost compensator
udara (tekanan internal) di delivery pipe. Mengontrol jumlah pemasukan bahan
7) Accelerator lever bakar sesuai dengan tekanan
Mengontrol jumlah bahan bakar yang masuk supercharging
sesuai dengan tingkatan langkah-langkah
pada accelerator pedal.

- 86 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

4) Feed pump (vane type)

x Kerjanya
Feed pump yang terdapat dalam fuel injection
pump menghisap bahan bakar dari fuel tank
dan memberikannya ke dalam fuel injection
pump melalui penyaring bahan bakar.

x Pengontrolan bahan bakar dalam fuel


injection pump housing
Tekanan bahan bakar dalam fuel injection
pump housing diatur secara proporsional
terhadap kecepatan putar fuel injection pump.

- 87 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

5) Fuel injection pump plunger


Mesin diesel memampatkan udara, dan menginjeksikan bahan bakar bertekanan tinggi secara langsung ke
dalam udara bersuhu tinggi dan bertekanan tinggi sehingga tercampur bersama-sama.
Fungsi plunger untuk memberikan dan mengirimkan fuel bertekanan.

6) Delivery valve
Ketika menginjeksikan bahan bakar, saluran bahan bakar terbuka untuk mengisi bahan bakar. Pada akhir
penginjeksian bahan bakar, tekanan bahan bakar di pipa injeksi secara cepat berkurang untuk
menghentikan bahan bakar dan mencegah penetesan pada injection nozzle.
Pada saat yang sama, delivery valve berfungsi untuk mencegah masuknya bahan bakar karena arus balik
(counter-flowing) dan untuk meratakan tekanan internal pipa masuk secara konstan.

- 88 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

7) Fuel injection governor


x Kebutuhan fuel injection governor
Mesin bensin menyesuaikan output torque
mesin dengan mengontrol jumlah campuran
dengan throttle valve, sedangkan mesin diesel
menyesuaikannya dengan mengontrol jumlah
bahan bakar yang diinjeksikan. Dengan
demikian, governor dipasang untuk
mengontrol kestabilan engine torque.

x Prinsip pelaksanaan
Governor mengontrol bahan bakar yang
diinjeksikan dalam jumlah yang sesuai dengan
terbukanya akselerator pedal dan kecepatan
mesin.

<Ketika pedal akselerator diinjak>


Governor lever diputar berlawanan arah jarum
jam pada shaft-nya saat tumpuan (fulcrum)
bersama governor spring dan control sleeve
digerakkan untuk meningkatkan bahan bakar
yang masuk.

<Ketika mesin dipercepat>


Flyweight dibuka dan governor lever diputar
searah jarum jam pada shaft-nya saat
tumpuan (fulcrum) mengerakkan control
sleeve untuk mengurangi jumlah bahan bakar
yang diinjeksikan.

8) Injection timing control (Timer)


x Kebutuhan timer
VE type injection pump menggunakan
hydraulic automatic timer, yang mengontrol
waktu penginjeksian bahan bakar secara
otomatis sesuai dengan kecepatan mesin.

x Fuel injection control selama percepatan mesin (Hydraulic timer)

- 89 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

9) Boost compensator
Boost compensator, dalam mesin dengan
turbocharger, digunakan untuk meningkatkan
jumlah bahan bakar yang diinjeksikan agar
ouput torque meningkat. Hal ini berhubungan
dengan meningkatnya jumlah udara yang
disalurkan ke cylinder oleh turbocharger.

- 90 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

(2) INJECTION NOZZLE


1) Outline
Injection nozzle berfungsi untuk menguraikan
bahan bakar yang ditekan oleh injection pump
dan diinjeksikan ke dalam combustion
chamber. Karena kondisi atomisasi bahan
bakar mempunyai pengaruh yang besar pada
kondisi pembakaran, ada beberapa struktur
yang telah diteliti dan dikembangkan, dan
struktur tersebut berbeda satu sama lainnya
tergantung dari jenis combustion chamber dan
proses pembakarannya.
Nozzle holder berfungsi untuk menyetel
tekanan katup buka plunger dengan nozzle tip
yang ditetapkan pada titik tertentu pada
holder.
Injection nozzle yang merupakan suatu jenis
valve otomatis dilumasi oleh light oil dari
bahan bakar, dan nozzle tip serta plunger
perlu ditangani dalam satu pasangan karena
injection nozzle diproduksi dengan ukuran
sangat presisi (toleransinya 1/1000 mm).

2) Throttle type nozzle


Throttle type nozzle, salah satu dari pin type
nozzle mempunyai ciri-ciri struktural yaitu
nozzle dan needle-nya panjang, dan type ini
dalam menurunkan “diesel knocking” dengan
mengurangi injeksi bahan bakar pada langkah
awal agar dapat mengurangi jumlah bahan
bakar dalam periode pembakaran yang
tertunda (delayed firing).
-1 Ketika plunger diangkat, terdapat gap ¨d1
dan penginjeksian dimulai. (Gambar
dibawah)
-2 Ketika plunger diangkat lebih jauh, gap ¨d1 menjadi lebih lebar, akan tetapi bahan bakar yang
diinjeksikan tidak meningkat karena gap ¨d2 sama kecil seperti yang terlihat dalam gambar.
(Gambar tengah)
-3 Jika plunger pin diangkat lagi dimana bentuk liniernya melewati titik A (terlihat di gambar kanan),
bahan bakar utama mulai diinjeksikan.

- 91 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

(3) INJECTION NOZZLE HOLDER


1) PEMBONGKARAN DAN PEMASANGAN KEMBALI

- 92 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

2) POIN SERVICE PEMBONGKARAN


x PEMBONGKARAN RETAINING NUT
Jepit dengan ringan retaining nut pada sebuah
vise dengan penahan yang halus. Tahan
retaining nut dengan box wrench dan
longgarkan nozzle holder body dengan
menggunakan deep socket.

3) PEMERIKSAAN
x PEMERIKSAAN NOZZLE TIP
Periksa plunger tip “A” jikalau terdapat
perubahan bentuk dan patah. Jika “A” rusak
atau patah, ganti.

x PEMERIKSAAN DISTANCE PIECE


Periksa permukaan yang berhubungan
dengan nozzle holder body dengan
menggunakan minimum.

x PEMERIKSAAN PRESSURE SPRING


Periksa spring jika terdapat kelemahan dan
patah.

4) POIN SERVICE PEMASANGAN


KEMBALI

x PEMASANGAN KEMBALI RETAINING NUT


Sambil menahan retaining nut dengan box
wrench, kencangkan nozzle holder body
dengan torque yang ditentukan dengan deep
socket.

- 93 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

5) PENGECEKAN INJECTION NOZZLE


x PENYETELAN INJECTION PRESSURE

- 94 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

- 95 -
BAB 2
PERAWATAN DIESEL ENGINE

(2) PENYETELAN KECEPATAN IDLING

Kondisi penyetelan :
Suhu pendingin : 80ºC sampai 90ºC
Lampu dan accessories : OFF
Transmission : N (Netral) atau P (Parking)

Sebelum penyetelan, cek injection timing dan


valve clearance, dan setel jika perlu.

Spesifikasi

Rpm Idle : 750 ± 50 rpm

Penyetelan Idle speed

- 96 -

Anda mungkin juga menyukai