Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Kawet dkk (2013), air adalah kebutuhan yang sangat penting dalam kelangsungan
hidup manusia, baik dalam pertanian, rumah tangga, industri serta perkantoran. Untuk
memenuhi kebutuhan air, sudah diadakan sistem penyediaan air bersih terutama di daerah
perkotaan maupun pedesaan. Laju pertumbuhan penduduk amat berpengaruh dalam
perencanaan air bersih. Semakin banyak penduduk semakin besar pemanfaatan air yg
diperlukan. Masyarakat pada daerah pedesaan atau pinggiran kota masih memanfaatkan air
permukaan seperti air sungai sebagai sumber air bersih yaitu untuk mandi, cuci, kakus.
Kebanyakan dari masyarakat menggunakan air sungai secara langsung dan tidak diolah terlebih
dahulu. Saat ini banyak sungai yang tercemar dan mengakibatkan penurunan kualitas air sungai
yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit (Asrini, 2017).

Banyak teknik pengolahan air bersih yang sekarang digunakan. Teknik pengolahan air bersih
terdiri tiga metode yaitu pengolahan secara fisika, kimia dan biologi. Salah satu proses dalam
pengolahan air secara kimia adalah koagulasi. Koagulasi adalah proses destabilisasi koloid
dalam air dengan menambahkan bahan kimia (koagulan). Koagulan yang ditambahkan untuk
menetralkan keadaan atau mengurangi partikel kecil yang tercampur dalam air melalui
pengendapan. Koagulan yang biasa digunakan adalah koagulan kimia, antara lain aluminium
sulfat atau tawas, polyaluminium klorida, ferri klorida, ferri sulfat dan polymer kation
(Wardani, 2017). Disamping itu, beberapa koagulan alami juga digunakan oleh sebagian
peneliti, diantaranya biji papaya, biji semangka, kacang hijau (Aprilion, 2015), biji durian
(Cristianty,2017), dan biji kelor (Setyawati,2018).

Sumber air yang biasa digunakan oleh masyarakat diantaranya adalah PAM, sumur gali, dan
sungai. Air sungai merupakan salah satu sarana yang paling umum digunakan oleh masyarakat
sebagai sumber air minum dan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Oleh karna itu air yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari harus memenuhi persyaratan yang di atur
dalam Permenkes RI. No. 32 tahun 2017 tentang standar baku mutu kesehatan lingkungan dan
persyaratan kesehatan air untuk keperluan higiene sanitasi, kolam renang, solus per aqua, dan
pemandian umum.
Dari penelitian yang dilakukan Dwirianti (2007) bahwa biji kelor yang telah dimanfaatkan
sebagai koagulan alami dapat menurunkan kekeruhan air lindi di tempat pengolahan akhir
(TPA) benowo, tanpa menurunkan ph. Selain menurunkan kekeruhan, biji kelor juga efektif
menurunkan kadar logam berat. Serbuk biji kelor tanpa kulit ari memberikan efisiensi
penurunan logam Cu2+ lebih besar dari pada yang berkulit air (Widarti dan Titah, 2007).

Zat padat yang terdapat di dalam air berukuran sangat kecil dan tidak dapat mengendap dengan
cepat, sehingga proses koagulasi-flokulasSi perlu dilakukan. Koagulasi merupakan proses
pembubuhan koagulan (bahan kimia) yang berfungsi menggumpalkan partikelpartikel dalam air
yang sangat kecil dan tidak dapat mengendap dan flokulasi merupakan proses terbentuknya
flok-flok dan endapan. Koagulasi dan flokulasi merupakan proses yang terjadi secara
berkelanjutan dengan bentuk pencampuran koagulan hingga proes pembentukan flok yang
dipengaruhi oleh proses pengadukan dan dosis koagulan. Variabel penentu atau parameter
proses tersebut dapat ditentukan dengan melakukan jar test (koagulasi-flokulais skala
laboratorium) (Oktaviasari dkk, 2016).

Pada penelitian sebelumnya sudah dilakukan pengolahan air dengan menggunakan membrane
keramik dari sekam padi dan tanah liat untuk menurunkan total coliform dan kekeruhan
(Saragih, 2018). Pada penelitian ini, saya akan membuat teknik pengolahan air bersih dengan
menggunakan koagulan alami dari biji kelor.

Penelitian sebelumnya terkait dapat dilihat pada Tabel 1.1

I-2
Tabel 1.1 Studi Penelitian Terdahulu
Astrid Herawati, 2017 Pengaruh pH dan Dosis Untuk mengetahui dosis optimum Metode analisis yang dilakukan untuk mengukur
Riistika Asti, Bambang Koagulan Ekstrak Biji Kelor koagulan ekstrak biji kelor pada kadar protein dalam ekstrak biji kelor adalah
Ismuyanto, dalam Koagulasi Terhadap koagulasi limbah menggunakan Metode Analisis Kjeldhal sesuai
Juliananda, dan A.S. Pengurangan Kekeruhan dengan standar pengujian yang telah ditetapkan
Dwi Saptati N. Limbah Cair pada SNI 01-2891-1992 tentang Cara Uji Makanan
Hidayati dan Minuman.
Rusdi1, T. B. Purnomo 2014 Pengaruh Konsentrasi dan Untuk mengetahui kondisi operasi yang Metode Jar Test
Sidi1, Rian Pratama1 Waktu Pengendapan Biji Kelor tepat untuk mengoptimalkan kinerja biji
Terhadap pH, Kekeruhan, Dan kelor dalam menurunkan pH, kekeruhan
Warna Air Waduk Krenceng dan warna air waduk Krenceng.

Setiaty Pandia dan 2005 Pengaruh Massa dan Ukuran Untuk mengetahui perbandingan massa Proses penjernihan air dilakukan dengan dua
Amir Husin Biji Kelor pada Proses dan ukuran partikel biokoagulan(biji tahapan. Tahap pertama adalah proses koagulasi-
Penjernihan Air kelor) yang tepat terhadap jumlah air flokulasi dengan menambahkan koagulan biji kelor
dalam proses penjernihan air sungai. dengan berat tertentu kedalam bak pertama dan
dibiarkan beberapa saat untuk memberikan waktu
pengendapan flok. Kemudian air yang telah di
flokulasi di alirkan ke bak penyaringan untuk
memisahkan sisa sisa flok yang masih terdapat
dalam air baku.
Dimas Kreshna 2017 Study Penurunan Turbidity, Penelitian ini dilakukan untuk Menggunakan metode Jar Test
Wibawarto, Syafrudin, TSS, COD, Menggunakan Biji mengetahui pengaruh biji kelor sebagai
Winardi Dwi Nugraha Kelor(Moringa Oleifera) Sebagai nano biokoagulan
Nanobiokoagulan dalam terhadap presentase penurunan turbiditas,
Pengolahan Air Limbah TSS dan COD limbah domestik.
Domestik( Gray Water)
Hong, A.H, Burmamu, 2017 Removal of Heavy Metals from Penelitian ini dilakukan untuk Menggunakan Buck Scientific VGP 210 model
B.R, Umaru, A. B and Contaminated Water Using mengatahui pengaruh efektifitas Atomic Absorption Spectrophotometer(AAS)
Sadiq, U. M Moringa Olefeira Coagulant in koagulan biji kelor dalam menurunkan
Yola and Its Environs kadarlogam berat dalam air.

I-3
1.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraian sebelumnya, maka peneliti membahas rumusan
masalah, yaitu:
1. Apakah ada pengaruh serbuk biji kelor dalam menurunkan kadar kekeruhan dalam air
sungai?
2. Apakah ada pengaruh perlakuan variasi dosis serbuk biji kelor yang terlarut dalam air
sungai?
3. Variasi dosis manakah yang paling berpengaruh dalam menurunkan kadar kekeruhan
dalam air sungai ?

1.2 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui efektivitas serbuk biji kelor dalam menurunkan kadar kekeruhan dalam
air sungai.
2. Untuk mengetahui penurunan kekeruhan air sungai menggunakan serbuk biji kelor dengan
variasi dosis 10 ppm, 20 ppm, dan 30 ppm.
3. Untuk mengetahui variasi dosis manakah yang paling berpengaruh dalam menurunkan
kadar kekeruhan dalam air sungai.

1.3 Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup pada penelitian ini adalah :

1. Ruang lingkup wilayah studi penelitian ini adalah Kelurahan Syamad di


Kecamatan Lubuk Pakam.

2. Penelitan ini bersifat eksperimen dan pengujian yang dilaksanakan dalam skala
laborotarium.

3. Sampel air sungai di ambil dari salah satu sungai di Kelurahan Syamad di
Kecamatan Lubuk pakam.

4. Pengukuran kadar kekeruhan dalam penelitian ini dilaksanakan menggunakan


Metode Jar Test dengan perlakuan variasi dosis serbuk biji kelor.

I-4
1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini, sebagai berikut :

1. Sebagai salah satu alternatif bagi masyarakat dalam menurunkan kadar kekeruhan
dalam air sungai.
2. Memberikan masukan bagi pemerintah dalam membuat rancangan penyediaan air
minum dan air bersih.

3. Dapat menjadi sarana dalam pengembangan pengetahuan dan kemampuan terkait


dengan pencemaran udara dan pengendaliannya.

I-5

Anda mungkin juga menyukai