Anda di halaman 1dari 24

1.1.

Pengertian Petrologi
Petrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang batuan, baik keterdapatannya maupun cara
terbentuknya dipermukaan bumi yang mencakup mengenai cara terjadinya, komposisi, klasifikasi
batuan serta hubungannya dengan proses-proses dan sejarah geologinya. 
Sedangkan petrogenesa adalah ilmu yang mempelajari tentang asal–usul batuan, sehingga dengan
demikian petrologi dapat lebih diperjelas lagi sebagai ilmu batuan yang secara luas meliputi
petrografi dan petrogenesa.
Adapun petrografi adalah merupakan cara tentang pendeskripsian batuan berdasarkan tekstur,
mineralogi dan susunan kimia dengan bantuan mikroskop. Dengan demikian petrologi merupakan
ilmu batuan secara luas meliputi petrografi dan petrogenesa. 
Batuan adalah bagian dari kerak bumi sebagai agregat mineral-mineral yang membangun bumi.
Pengetahuan tentang batuan sangat penting dalam mempelajari cabang-cabang geologi yang lain. 
Kerak bumi bersifat dinamis dan merupakan tempat berlangsungnya proses pembentukan batuan.
Karena sifatnya yang dinamis tersebutlah banyak proses-proses lain yang mempengaruhi batuan
tersebut sehingga suatu batuan dapat berubah menjadi batuan lain atau merupakan suatu siklus yang
berkesinambungan yang prosesnya masih berlangsung hingga sampai saat ini. 
Semua batuan yang ada di permukaan bumi akan mengalami pelapukan. Penyebab pelapukan
tersebut ada 3 macam:
1. Pelapukan secara fisika: perubahan suhu panas ke dingin dan sebaliknya akan berpengaruh
terhadap batuan. Hujan dapat membuat rekahan-rekahan di batuan menjadi berkembang sehingga
membuat batuan pecah menjadi partikel yang lebih kecil.
2. Pelapukan secara kimia: Bahkan air pun dapat bereaksi melarutan beberapa jenis batuan. Udara
yang terpolusi dapat menyebabkan “hujan asam” yang dapat menyebabkan pelapukan batuan secara
kimiawi. 
3. Pelapukan secara biologi: Pelapukan yang disebabkan oleh gangguan dari akar tanaman. Akar-akar
dapat menyebabkan timbulnya rekahan-rekahan di batuan dan lama kelamaan batuan akan terpecah
menjadi partikel-partikel yang lebih kecil. 
1.2. Maksud dan Tujuan
Petrologi merupakan suatu ilmu pengetahuan geologi, diberikan kepada praktikan dengan maksud
praktikan dapat gambaran tentang proses-proses pembatuan yang terjadi di dalam maupun
dipermukaan bumi. Adapun tujuan mempelajari petrologi ini adalah, antara lain :
• Dapat mengenal berbagai jenis batuan
• Mengetahui tekstur dan struktur dari suatu batuan
• Mengetahui komposisi mineral yang terkandung dalam suatu batuan, serta dapat mendeskripsikan
mineral-mineral yang terkandung tersebut
• Mengetahui nama batuannya dan dapat menafsirkan genesanya 

BAB II
BATUAN BEKU

2.1. Tinjauan Umum Batuan Beku


Batuan beku adalah merupakan kumpulan mineral-mineral silikat dari hasil penghabluran magma
yang mendingin. (W.T. Huang, 1962). Penggolongan batuan beku dapat didasarkan kepada tiga
patokan utama yaitu berdasarkan genetik batuan, berdasarkan senyawa kimia yang terkandung dan
berdasarkan susunan mineralnya. Pembagian yang berdasarkan genetik atau tempat terjadinya dari
batuan beku dapat dibagi atas batuan ekstrusi dan batuan intrusi.
Batuan ekstrusi terdiri dari semua material yang dikeluarkan kepermukaan bumi baik di daratan
maupun di bawah permukaan laut material ini mendingin dengan cepat, ada yang berbentuk padat
atau suatu larutan yang kental dan panas yang disebut lava. Magma yang mencapai permukaan bumi
melalui rekahan atau lubang kepundan gunung api sebagai erupsi, mendingin dengan cepat dan
membeku menjadi batuan beku luar.
Keluarnya magma dipermukaan bumi melalui rekahan dinamakan erupsi linear (fissure eruption),
pada umumnya magma basaltic yang vikositasnya rendah, sehingga dapat mengalir disekitar
rekahan, menjadi hamparan lava basalt. Sedangkan yang keluar melalui lubang kepundan dinamakan
erupsi sentral. 
Magma dapat mengalir melalui lereng, sebagai aliran lava atau tersembur ke atas bersama gas-gas
sebagai piroklastik, atau rempah gunung api. Lava terdapat dalam berbagai bentuk dan jenis
tergantung dari komposisi magmagnya dan tempat atau lingkungannya dimana pembekuan terjadi,
apabila membeku dalam permukaan air terbentuklah lava bantal (pillow lava), sesuai dengan
namanya bentuknya mirip dengan bantal.
Batuan intrusi adalah batuan hasil pendinginan magma yang menerobos kepermukaan bumi,
berbeda dengan kegiatan batuan ekstrusi pendinginannya sangat lamban (dapat sampai jutaan
tahun), memungkinkan munculnya kristal yang besar dan sempurna menjadi tubuh batuan intrusive.
Tubuh batuan beku dalam mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam, karena magma dapat
menguak batuan di sekitarnya atau menerobos melalui rekahan. 
Tiga prinsip dari tipe bentuk intrusi batuan beku berdasarkan bentuk dasar dan geometri adalah :
• Bentuk yang tidak beraturan pada umunya berbentuk diskordan dan biasanya memiliki bentuk yang
jelas di permukaan (batholit dan stock).
• Intrusi berbentuk tabular mempunyai dua bentuk yang berbeda yaitu yang mempunyai bentuk
diskordan (dike) dan yang berbentuk konkordan (silt dan lakolit).
• Tipe ketiga dari tubuh intrusi relatif memiliki tubuh yang kecil. Bentuk khas dari grup ini adalah
intrusi silinder atau pipa, sebagian besar sisa dari korok gunung api (vulcanik neck).

2.1.1. Asal Batuan Beku


Batuan beku berasal dari hasil pendinginan dan pembekuan magma, dimana magma ini merupakan
suatu lelehan pijar yang terdiri dari zat-zat yang mobil yang panas bersuhu antara 9000-12000
terbentuk secara alamiah yang merupakan senyawa silikat dan magma juga mengandung gas.
Magma berasal dari asteonosfer bumi, yaitu dibawah kerak bumi bagian bawah dan diatas mantel
bumi bagian atas. Magma dapat naik kepermukaan bumi adalah akibat gaya-gaya yang terjadi
didalam kerak bumi, yaitu pergerakan-pergerakan lempeng.
Lempeng yang bergerak saling menjauh akan mengakibatkan pemekaran kerak samudra sehingga
memberikan kesempatan magma yang diasteonosfer naik kepermukaan. Magma yang berasal dari
asteonosfer akan bersifat lebih basa daripada magma hasil dari pergesekan antara dua lempeng. Ini
dipengaruhi oleh komposisi dari masing-masing lempeng yang bergesekan.
2.1.2. Evolusi Magma
Magma utama atau magma primer dapat berubah komposisinya untuk menghasilkan suatu variasi
batuan beku. Ada empat cara yang mengakibatkan perubahan-perubahan tersebut, yaitu :
• Diffrensiasi Magma
Merupakan suatu proses dimana magma yang homogen terpisah dalam fraksi-fraksi dengan
komposisi yang berbeda-beda. Barth melakukan perubahan pada diagram yang dibuat oleh Bowen
yang menunjukkan adanya reaksi yang pokok, yaitu Discontinous series dan Continous series.

Temperatur Seri Reaksi Tak Menerus Seri ReaksiMenerus Jenis Batuan


Tinggi Awal Kristalisasi

Rendah Akhir Kristalisasi Olivin Anortit

Bitoenit 
Piroksen
Labradorit
Amfibol 
Andesin 
Biotit Oligoklas 

Albit

K-Felspar

Muskopit 

Kuarsa Ultramafik
Basa 
Intermedier 
Asam 
Gambar 2.1. Seri Reaksi Bowen dan Jenis Batuan Beku yang Terbentuk

• Assimilasi
Evolusi magma dapat juga dipengaruhi oleh reaksi-reaksi dengan batuan sekitarnya (Wall Rock). Jika
magma yang menerobos kepermukaan yang temperature temperaturnya lebih tinggi daripada batuan
sekitarnya sehhingga akan mempengaruhi komposisi magma tersebut, sering terjadi terutama pada
magma plutonik karena letaknya yang jauh dari permukaan bumi.
• Proses Pencampuran
Proses Pencampuran terjadi antara dua batuan yang terbentuknya ditempat yang berbeda, seperti
batuan vulkanik dan batuan intrusi dangkal dapatjuga dihasilkan dari campuran sebagian kristalisasi,
yaitu kristalisasi magma. Contohnya adalah batuan Basalt, Andesit, dan Rhyolit di kolorado
dihasilkan dari pergantian erupsi yang cepat dari suatu lubang erupsi.
• Pembekuan magma
Mineral-mineral yang pertama terbentuk dari magma biasanya mineral yang anhydrous, pada
temperatur tinggi yang hanya mengandung sedikit bahan-bahan atau unsure volatile. Mineral-
mineral semacam ini disebut minera-mineral pyrogenetik. Setelah pembentukan mineral-mineral
tersebut maka sisa magma akan relatif kaya akan bahan-bahan volatile dan selanjutnya terbentuklah
hidroksil. Mineral seperti amphibol dan mika yang disebut hydratogenetik.

2.2. Komposisi Mineral


Secara garis besar mineral pembentuk batuan dibagi dalam tiga kelompok, yaitu mineral utama,
mineral skunder dan mineral tambahan.

2.2.1. Mineral Utama


Mineral-mineral utama penyusun kerak bumi disebut mineral pembentuk batuan, teruutama mineral
golongan silikat. Golongan mineral yang berwarna tua/gelap disebut mineral mafik yang kaya akan
unsur Mg dan Fe. Sedangkan golongan mineral yang berwarna muda/terang disebut mineral felsik
yang miskin akan unsur Mg dan Fe. 
Beberapa mineral hitam yang sering dijumpai adalah olivin, augit, hornblende dan biotit. Sedangkan
mineral putih yang sering dijumpai adalah plagioklas, k-feldspar, muskovit, kuarsa dan leusit.
Mineral-mineral mafik berwarna gelap hitam. Misalnya olovin, piroksin amphibol, biotit. Sedangkan
mineral-mineral felsik berwarna cerah misalnya plagioklas, k-feldspar, muskovit, kuarsa, felspatoit.
Mineral-mineral ini terbentuk langsung dari kristalisasi magma, dan kehadirannya sangat
menentukan dalam penamaan batuan Berdasarkan warna dan densitas dikelompokkan menjadi dua
yaitu :
1. Mineral Felsik (mineral bewarna terang dengan densitas rata-rata 2,5-2,7) yaitu :
• Kuarsa (SiO2)
• Kelompok feldspar,terdiri dari seri feldspar alkali (Kna) AlSi3O8 dan seri plagioklas, anorthoklas,
adularia dan mikrolin. Seri plagioklas terdiri dari albit, oligoklas, andesit, labradoriot, bitownit dan
labradorit.

2. Mineral mafik (mineral eromagnesia dengan warna gelap dan densitas rata- rata 3,0-3,6) yaitu :
• Kelompok olivine terdiri dari fayalite dan forsterite.
• Kelompok piroksen terdiri dari enstatit, hiperstein, augite, pigeonit, diopsid.
• Kelompok mika terdiri dari biotit muscovite plogopite.
• Kelompok ampibol terdiri dari anthofilit, cumingtonit, hornblende, rieberkit, tremolit, aktinolit,
gluacofan.

2.2.2. Mineral Sekunder


Mineral skunder adalah mineral-mineral yang dibentuk kemudian dari mineral-mineral utama oleh
proses pelapukan, sirkulasi air atau larutan dan metamorfosa.
Suatu contoh yang baik adalah mineral klorit yang biasanya terbentuk dari mineral biotit oleh proses
pelapukan. Mineral ini terdapat pada batuan-batuan yang telah lapuk dan batuan sedimen dan juga
pada batuan metamorf.

2.2.3. Mineral Tambahan


Mineral tambahan adalah mineral-mineral yang terbentuk oleh kristalisasi magma, terdapat dalam
jumlah yang sedikit sekali. Umumnya kurang dari 5% sehingga kehadiran atau ketidakhadirannya
tidak mempengaruhi sifat dan penamaan dari batuan tersebut.
Contohnya adalah mineral magnetit, suatu oksidabesi yang berwarna hitam mempunyai sifat
magnetit kuat dan terdapat dalam jumlah yang sedikit dalam batuan beku. Mineral-mineral
tambahan dari batuan beku adalah zircon, sphen, magnetit, ilmenit, hematite, apatit, pyriot, rutil,
corundum dan garnet.

2.3. Tekstur Batuan Beku


Tekstur adalah kenampakan atau cirri batuan yang berkaitan dengan hubungan antara komponen
batuan baik yang kristalin maupun yang nonkristalin dan dapat mencerminkan cara terdapatnya
ataupun cara pembentukan batuan. Hal tersebut dikarenakan tekstur batuan beku menunjukkan
derajat kristalisasi, ukuran butir atau granularitas dan fabrik (kemas).

2.3.1. Derajat Kristalisasi (Degree of crystallinity)


Mencerminkan proporsi antara komponen kristalin dengan yang non-kristalin (amorf), dapat
dibedakan atas :
• Holokristalin, bila batuan disusun oleh seluruhnya Kristal
• Hipokristalin/merokristalin/mesokristalin, bila batuan disusun oleh
sebagian Kristal dan sebagian gelas
• Holohialin/hipohialiln/mesohialin, bila batuan seluruhnya disusun oleh gelas.

2.3.2. Ukuran Butir (Granularitas)


Ukuran butir batuan beku dibedakan atas : 
a. Fanerik,bila batuan mempunyai ukuran butir kasar, dibedakan atas :
• Fanerik sangat kasar, bila diameter berukuran > 3 cm
• Fanerik kasar, bila diameter berukuran 5 mm – 3 cm
• Fanerik sedang, bila diameter berukuran 1 mm – 5 mm
• Fanerik halus, bila diameter berukuran < 1 mm

b. Afanitik, bila batuan mempunyai ukuran butir halus hingga tidak bisa dibedakan dengan mata
kasar.

2.3.3. Fabrik (kemas)


Merupakan tekstur yang memperlihatkan hubungan geometri antara bentuk dan (peroporsi) butir-
butir penyusun batuan. Secara individu bentuk butir mineral dibedakan atas : 
• Euhedral, bila mineral dibatasi oleh bidang/bentuk kristal yang sempurna.
• Subhedral, bila mineral dibatasi oleh sebagian bidang/bentuk kristalnya.
• Anhedral, bila mineral tidak dibatasi oleh bidang/bentuk kristalnya.

Sedangkan fabrik (kemas) dibedakan atas :


a. Equigranular, bila batuan disusun oleh butiran-butiran mineral yang relatip seragam, dibedakan
atas :
• Panidiomorfik granular, bila batuan disusun oleh mineral yang berbentuk euhedral dan ukuran
butir relatip seragam
• Hipidiomorfik granular, bila batuan disusun oleh mineral yang berbentuk sub-hedral dan ukuran
butir relatip seragam
• Allotriomorfik granular, bila batuan disusun oleh mineral yang berbentuk anhedral dan ukuran
butir relatip seragam.
b. Inequigranular, bila mineral disusun oleh butiran-butiran mineral yang relatip tidak seragam,
seperti :
• Porfiritik, bila kristal/mineral yang berukuran besar (fenokris) tertanam dalam massa dasar
(matrix) kristal-kristal yang berukuran lebih kecil
• Vitroferi, seperti tekstur porfiritik tetapi masa dasarnya berupa gelas
• Grafik, tekstur yang umum pada batuan granitis dimana kwarsa tumbuh bersama k-feldspar
• Ofitik, tekstur dimana mineral besar diinklusi oleh mineral yang berukuran lebih kecil
• Diabasik, tekstur yang khas pada batuan diabasik dimana fenokris plagioklas hadir secara radial.
2.4. Struktur Batuan Beku
Struktur merupakan tekstur dalam skala besar yang hanya dapat dilihatjelas dilapakan. Seperti
struktur aliran lava yang dibedakan atas pillow lava, ropy, blocky lava maupun sheeting joint dan
columnar joint.
Macam-macam struktur batuan beku menurut Russel B. Travis (1995) meliputi :
1. Masif
Struktur dari batuan beku apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran atau jejak gas atau tidak
adanya menunjukkan fragmen batuan lain yang tertanam dalam tubuhnya.
2. Pillow Lava atau Lava Bantal
Merupakan struktur khas pada batuan vulkanik bawah laut membentuk struktur seperti bantal
3. Vesikuler
Merupakan struktur yang ditandai dengan adanya lubang-lubang dengan arah yang teratur. Lubang
ini terbentuk akibat keluarnya gas pada waktu pembekuan berlangsung
4. Skoria
Seperti vesikuler tetapi tidak menunjukkan arah yang teratur
5. Amiqdoloidal
Struktur dimana lubang-lubang keluarnya gas terisi oleh mineral-mineral skunder seperti zeolit,
karbonat dan bermacam silica
6. Zenolit
Struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen batuan yang masuk atau tertanam dalam
batuan beku.

2.5. Klasifikasi Batuan Beku


2.5.1. Klasifikasi berdasarkan tempat terjadinya.
Berdasarkan tempat pembentukan magma, maka batuan beku dibedakan atas dua yaitu :
• Batuan beku vulkanik (ekstruksif), yaitu batuan yang terbentuk dari hasil pembekuan magma yang
membeku di permukaan (di luar)
• Batuan beku plutonik (intrusive), yaitu batuan yang terbentuk dari hasil pembekuan magma yang
membeku di dalam. 

2.5.2. Klasifikasi Berdasarkan Kimiawi


Klasifikasi batuan beku berdasarkan kimiawinya dapa dilihat dari kandungan SiO2-nya. Maka batuan
beku dapat diklasifikasikan atas
1) Batuan Beku Asam
Batuan beku diklasifikasikan sebagai batuan beku asam apabila batuan beku tersebut memiliki
kandungan SiO2 lebih besar dari 66 % (> 66 %). Batuan beku asam tersusun atas mineral kwarsa,
orthoklast, palgioklast Na, terkadang terdapat biotit, muskovit dalam jumlah yang sangat kecil.
Batuan beku asam umumnya akan berwarna cerah apabila kelimpahan mineral kwarsa dan
orthoklast di dalam batuannya. Contoh dari batuan ini adalah granite, riolite, granudiorite.
2) Batuan Beku Intermedier
Batuan beku intermedier mengandung SiO2 antara 52 % - 60 %, terutama tersusun oleh mineral
plagioklast, hornblende, dan kwarsa. Sedangkan biotit dan orthoklast dalam jumlah kecil. Warna dari
batuan ini juga masih cerah, tetapi tidak secerah dari batuan beku asam. Contohnya adalah andesit,
diorite, seanite.

3) Batuan Beku Basa


Batuan beku basa mengandunu 45 % - 52 % SiO2. batuan ini tersusun dari magma asal yang bersifat
basa. Warna dari batuan beku ini akan terlihat lebih gelap, karena mineral-mineral mafik sudah
sangat jarang terbentuk pada batuan golongan ini. Batuan beku basa terdiri dari mineral-mineral
seperti olivine, plagioklast Ca, dan hornblende. Contoh batuannya adalah gabro, basalt, dan diabas.
4) Batuan Beku Ultrabasa
Pada batuan ini kandungan SiO2 lebih kecil dari 45 % (< 45 %). Warna batuan ini gelap, lebih gelap
dari batu beku basa. Batuan ini tersusun oleh mineral-mineral olivine, piroksine, serpentine. Hanya
satu atau dua macam mineral saja yang hadir pada suatu batuan. Mineral lain yang mungkin hadir
adalah plagioklast Ca dalam jumlah yang kecil. Contoh batuannya adalah dunit, piroksinite,
peridotite, serpentinite.

2.5.3. Klasifikasi Berdasarkan Mineralogi


Klasifikasi batuan beku berdasarkan mineraloginya yaitu berdasarkan mineral-mineral yang
terkandung dalam batuan tersebut.

Gambar 2.2. Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Mineralogi


2.5.4. Klasifikasi Yang Digunakan Laboratorium Petrologi
Klasifikasi batuan beku yang dipakai di laboratorium yaitu sama dengan klasifikasi batuan beku yang
berdasarkan kimiawinya, yaitu :
Batuan beku asam
Batuan beku intermedier
Batuan beku basa
Batuan beku ultra basa

2.5.5. Klasifikasi Berdasarkan Tekstur dan Komposisi Mineral


Klasifikasi batuan beku berdasarkan tekstur dan komposisi mineralnya dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
Gambar 2.3. Bagan Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Tekstur dan Komposisi Mineral
2.6. Tahap Penentuan Batuan Beku
• Menentukan derajat kristalisasinya, ukuran butir, fabrik (kemas), kemudian menentukan struktur
batuan tersebut
• Menentukan struktur yang terdapat pada batuan tersebut
• Mengamati persentase kehadiran mineral-mineral penyusun batuan tersebut 
• Menentukan genesa batuan tersebut.

2.7. Tahap Penamaan Batuan Beku 


2.7.1. Tahap Penamaan Batuan Beku Asam.
Ciri-cirinya:
• Kandungan SiO2 >60%
• Indeks warna 0-10%
• Mereupakan mineral-mineral felsik
• Kandungan mineral orthoklas dan kwarsa melimpah
• Plagioklas ada
• Biotit dan hornblende ada

Nama batuannya: 
- ukuran fanerik
• jika orthoklas > plagioklas, nama batuannya adalah granit
• jika orthoklas < plagioklas, nama batuannya adalah granodiorit.
- ukuran afanitik
• jika orthoklas > plagioklas, nama batuannya adalah ryolit
• jika orthoklas < plagioklas, nama batuannya adalah dasit

2.7.2. Tahap Penamaan Batuan Beku Intermedier.


Cirri-cirinya:
• kandungan SiO2 < 60%
• plagioklas melimpah
• mineral mafik mulai hadir
• kwarsa < 10%
• orthoklas hadir
• biotit dan hornblende mulai banyak > 10%
Nama batuannya: 
• jika orthoklas > plagioklas, nama batuannya adalah syeanit
• jika orthoklas < plagioklas, nama batuannya adalah diorit

2.7.3. Tahap Penamaan Batuan Beku Basa.


Cirri-cirinya:
• kandungan SiO2 45-52%
• berwarna gelap
• plagioklas melimpah
• piroksin melimpah
• kwarsa hadir dalam jumlah tertentu
• olivine mulai hadir
• orthoklas sangat jarang hadir

Nama batuannya: 
• jika ukuran butirnya fanerik, maka nama batuannya adalah gabro
• jika ukuran butirnya afaniatik, maka nama batuannya adalah basalt
• jika terdapat tekstur khusus, maka nama batuannya adalah diabasik
2.7.4. Tahap Penamaan Batuan Beku Ultra Basa.
Cirri-cirinya:
• kandungan SiO2 <45%
• pembentuk batuannya adalah olivine, piroksin dan serpentin.

Nama batuannya: 
• jika yang dominan olivine, maka nama batuannya adalah dunit
• jika yang dominan piroksin, maka nama batuannya adalah piroksinit
• jika yang dominan serpentin, maka nama batuannya adalah serpentinit
• jika yang dominan piroksin dan olivin, maka nama batuannya adalah peridotit

BAB III
BATUAN METAMORF

3.1. Tinjauan Umum Batuan Metamorf 


Batuan metamorf merupakan batuan hasil malihan dari batuan yang telah ada sebelumnya yang
ditunjukkan dengan adanya perubahan komposisi mineral, tekstur dan struktur batuan yang terjadi
pada fase padat (solid slate) akibat adanya perubahan temperatur, tekanan dan kondisi kimia di kerak
bumi (Ehlers & Blatt, 1982).
Menurut H. G. F. Winkler (1967), metamorfisme adalah proses yang mengubah mineral suatu batuan
pada fase padat karena pengaruh terhadap kondisi fisika dan kimia dalam kerak bumi, dimana
kondisi tersebut berbeda dengan sebelumnya. Proses tersebut tidak termasuk pelapukan dan
diagenesa.
Metamorfisme terjadi pada keadaan padat (padat ke padat) meliputi proses kristalisasi, reorientasi
dan pembentukan mineral-mineral baru serta terjadi dalam lingkungan yang sama sekali berbeda
dengan lingkungan batuan asalnya terbentuk.
Banyak mineral yang mempunyai batas-batas kestabilan tertentu yang jika dikenakan tekanan dan
temperatur yang melebihi batas tersebut maka akan terjadi penyesuaian dalam batuan dengan
membentuk mineral-mineral baru yang stabil. Disamping karena pengaruh tekanan dan temperatur,
metamorfisme juga dipengaruhi oleh fluida, dimana fluida (H2O) dalam jumlah bervariasi di antara
butiran mineral atau pori-pori batuan yang pada umumnya mengandung ion terlarut akan
mempercepat proses metamorfisme.
Batuan metamorf memiliki beragam karakteristik. Karakteristik ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
dalam pembentukan batuan tersebut yaitu,
• Komposisi mineral batuan asal
• Tekanan dan temperatur saat proses metamorfisme
• Pengaruh gaya tektonik, dan
• Pengaruh fluida

Batuan beku dan batuan sedimen terbentuk sebagai akibat adanya proses kimia fisika dan atau proses
biologis pada kondisi permukaan maupun kondisi dalam bumi. Karena bumi merupakan suatu sistem
yang dinamik, setelah terbentuk batuan dapat mengalami suatu kondisi baru yang dapat
megakibatkan perubahan tekstur, struktur maupun komposisi mineral.
Jika perubahan ini terjadi pada kondisi temperatur dan tekanan tertentu diatas kondisi terjadinya
diagenesis dan dibawah kondisi terjadinya pelelehan maka perubahan tersebut dikenal sebagai
metamorfosa.
Ciri utama metamorfosa ini adalah perubahan tersebut terjadi saat batuan tetap pada kondisi padat
sedangkan kondisi kimianya terletak dibawah zona pelapukan dan sementasi (Ehlers & Blatt, 1982).
Menurut Bucher dan Frey (1994), metamorfosa merupakan suatu proses yang mengakibatkan
perubahan komposisi mineral dan atau struktur dan atau komposisi kimia batuan.
Perubahan tersebut disebabkan oleh kondisi fisik dan atau kimia yang berbeda dengan yang
umumnya terjadi pada zona pelapukan, sementasi dan diagenesis. Perubahan temperatur dapat
terjadi oleh karena berbagai macam sebab antara lain oleh adanya pemanasan akibat intrusi
magmatik dan perubahan gradien geothermal. Panas dalam skala kecil juga bisa terjadi akibat adanya
gesekan/friksi selama terjadinya deformasi suatu massa batuan.
Pada batuan silikat batas bawah terjadinya metamorfosa umumnya pada suhu 1500 ± 500 C yang
ditandai dengan munculnya mineral-mineral mg-carpholite, glaucophane, lawsonite, paragonite,
prehnite atau stilpnomelane. Sedangkan batas atas terjadinya metamorfosa sebelum terjadinya
pelelehan adalah berkisar 6500 – 11000 C, tergantung jenis batuan asalnya (Bucher & Frey, 1994).
Aktivitas kimiawi fluida dan gas yang berada pada jaringan antar butir batuan mempunyai peranan
yang penting dalam metamorfosa. Fluida aktif yang banyak berperan adalah air beserta karbon
dioksida , asam hidroklorik dan hidroflourik. Umumnya fluida dan gas tersebut bertindak sebagai
katalis atau solven serta bersifat membantu reaksi kimia dan penyetimbangan mekanis. Oleh (Huang,
1962).
Batuan metamorf dibagikan menjadi tiga kategori berdasarkan pada wujudnya di lapangan : batuan
metamorf senduh, batuan metamorf dinamik, batuan metamorf rantau. Kawasan batuan metamorf
rantau telah dibagi menjadi tiga kategori bergantung kepada kedudukan tektonik sejagat, yaitu
kawasan perisai Pracambria, jaluran orogeni Fanerozoik, dan dasar lautan.
Kajian terhadap batuan yang dilaut dari dasar lautan, dan baru-baru ini pula dalam proyek
pengeboran laut dalam menunjukkan kehadiran batuan metamorf, kebanyakan adalah batuan beku
dan batuan metamorf. Bataun dari dasar lautan adalah muda secara perbandingan geologinya, yang
paling tua dijumpai berasal dari zaman Jura.
Batuan berkomposisi kegranitan hampir tidak dijumpai dari dasar lautan dan ini sangat berlawanan
dengan kelimpahan dan pentingnya batuan ini di kawaasan perisai dan jaluran orogeni. Komposisi
batuan dasar lautan, dan struktur serta metamorfismenya, dapat dijelaskan dengan melihat dari
sudut pertumbuhannya melalui penghamparan dari pematangan tengah laut.

3.1.1. Tipe Metamorfosa


Batuan metamorf atau batuan malihan adalah batuan yang terbentuk akibat proses perubahan
temperatur dan atau tekanan dari batuan yang telah ada sebelumnya. Akibat bertambahnya
temperatur dan/atau tekanan, batuan sebelumnya akan berubah tektur dan strukturnya sehingga
membentuk batuan baru dengan tekstur dan struktur yang baru pula.

Tabel. 3.1. Batuan metamorf berdasarkan derajat metamorfosa

Contoh batuan metamorf tersebut adalah sebagai berikut, yaitu :


• Batusabak atau slate yang merupakan perubahan batulempung
• Batumarmer yang merupakan perubahan dari batugamping
• Batukuarsit yang merupakan perubahan dari batupasir

Tabel. 3.2.Nama batuan, tekstur, derajat metamorfosa dan asal batuan.

Apabila semua batuan-batuan yang sebelumnya terpanaskan dan meleleh maka akan membentuk
magma yang kemudian mengalami proses pendinginan kembali dan menjadi batuan-batuan baru
lagi. Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi, metamorfosa dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu metamorfosa lokal dan metamorfosa regional.

3.1.1.1. Tipe metamorfiosa lokal


Metamorfosa lokal merupakan proses metamorfosa yang terjadi pada daerah yang sempit berkisar
antara beberapa meter sampai kilometer saja. Jenis metamorfosa ini dapat dibedakan menjadi :

1. Metamorfosa kontak / thermal


Tipe metamorfosa ini faktor yang paling berpengaruh adalah pada temperatur tinggi, yaitu
metamorfosa yang diakibatkan oleh kenaikan temperatur yang tinggi, dan biasanya jenis ini
ditemukan pada kontak antara tubuh intrusi magma/ekstrusi dengan batuan di sekitarnya dengan
lebar 2 – 3 km. Salah satu contohnya adalah pada zona intrusi yang dapat menyebabkan
pertambahan suhu pada daerah disekitar intrusi.

Gambar 3.1. Pembentukan batuan pada intrusi magma

2. Metamorfosa dislokasi / kataklastik / dinamo / kinematik.


Jenis metamorfosa ini dijumpai pada daerah yang mengalami dislokasi. Misalnya pada daerah sesar
besar, dimana proses metamorfosa terjadi pada lokasi dimana massa batuan tersebut mengalami
penggerusan.

Gambar 3.2. Pembentukan batuan pada zona sesar


Makin dalam ke arah kerak bumi pengaruh tekanan hidrostatika semakin besar. Sedangkan tekanan
pada bagian kulit bumi yang dekat dengan permukaan saja, metamorfosa semacam ini biasanya
didapatkan di daerah sesar/patahan.
Metamorfosa pada jens ini diakibatkan oleh kenaikan tekanan. Tekanan yang berpengaruh disini ada
dua macam, yaitu: 
• hidrostatis yaitu yang mencakup ke segala arah dan
• stress yaitu yang mencakup satu arah saja. 

3.1.1.2. Tipe metamorfosa regional 


Metamorfosa regional atau disebut juga metamorfosa dinamothermal adalah merupakan
metamorfosa yang terjadi pada daaerah yang sangat luas. Metamorfosa ini dapat dibedakan menjadi :

1. Metamorfosa Regional / dinamothermal.

Gambar 3.3. pembentukan batuan pada Zona Subduksi

Metamorfosa ini terjadi pada kulit bumi bagian dalam, dimana faktor yang berpengaruh adalah
temperatur dan tekanan yang sangat tinggi akibat dari adanya proses orogenesa dan sebarannya
sangat luas.
2. Metamorfosa beban / burial.
Istilah ini diberikan oleh Combs (1961). Tetapi terjadi pada daerah geosinklin (cekungan sedimentasi
yang dasarnya terus menurun), sehingga akibat adanya pembebanan sedimen yang tebal dibagian
atas maka lapisan sedimen yang berada dibawah cekungan akan mengalami proses metamorfosa.

Gambar. 3.4. Cekungan sedimentasi

3.1.2. Struktur Batuan Metamorf


Struktur batuan metamorf adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran, bentuk atau
orientasi unit poligranular batuan tersebut (Jackson, 1970). Pembahasan mengenai struktur juga
meliputi susunan bagian massa batuan termasuk hubungan geometrik antar bagian serta bentuk dan
kenampakan internal bagian-bagian tersebut (Bucher & Frey, 1994). Secara umum struktur batuan
metamorf dapat dibedakan menjadi struktur foliasi dan nonfoliasi.

3.1.2.1. Struktur Foliasi


Yaitu struktur pada batuan metamorf yang ditunjukkan oleh adanya penjajaran mineral-mineral
penyusun batuan metamorf. Struktur ini mencakup :

1. Struktur Skistosa (Schistosity)


Terbentuk adanya susunan parallel mineral-mineral pipih, prismatik atau lentikular (umumnya mika
atau klorit) yang berukuran butir sedang sampai kasar. Batuannya disebut schist (sekis). Jadi,
struktur skistosa ini adalah suatu struktur dimana mineral pipih (biotit, muskovit, felspar) lebih
dominan dibandingkan mineral butiran/prismatik.
Karena banyaknya mineral pipih ini maka pada batuan terlihat adanya kesan sejajar dan penjajaran
mineral pipih yang berbutir, keadaan ini disebut ”segregation bending”. Struktur biasanya dihasilkan
oleh proses metamorfosa regional, bisa juga metamorfosa kontak bila magmanya mempunya
kekuatan injeksi yang maksimal (Turner, 1954).

2. Struktur Gneisik (Gnessic)


Suatu struktur dimana jumlah mineral yang granular / berbutir relatif lebih banyak dari mineral
pipih. Sehingga kenampakan kesejajaran adalah dari mineral yang granular. Terbentuk oleh adanya
perselingan lapisan penjajaran mineral yang mempunyai bentuk berbeda, umumnya antara mineral-
mineral granular (feldspar dan kuarsa) dengan mineral-mineral tabular atau prismatik (mineral
ferromagnesium). Penjajaran mineral ini umumnya tidak menerus melainkan terputus-putus.
Batuannya disebut gneiss.

Gambar. 3.5. Batuan dengan Struktur Gneisik

3. Struktur Slaty cleavage


Dalam struktur ini hampir sama dengan struktur skistosa, hanya mineral-mineralnya berukuran dan
kesan kesejajaran mineralnya halus sekali (dari mineral lempung). Umumnya ditemukan pada
batuan metamorf berbutir sangat halus (mikrokristalin) yang dicirikan oleh adanya bidang-bidang
belah planar yang sangat rapat, teratur dan sejajar. Batuannya disebut slate (batusabak).

4. Struktur Phyllitic
Struktur ini hampir mirip dengan slaty cleavage, hanya mineralnya dan kesan kesejajarannya sudah
mulai agak kasar, terlihat rekristalisasi yang lebih besar dan mulai terlihat pemisahan mineral pipih
dengan mineral granular. Batuannya disebut phyllite (filit)

Gambar. 3.6. Foliasi pada batuan metamorf

3.1.2.2. Struktur non-Foliasi


Struktur non-folisi adalah struktur pada batuan metamorf dimana tidak terlihat adanya penjajaran
mineral penyusun batuan metamorf. Yang termasuk dalam struktur foliasi adalah sebagai berikut.

1. Struktur Hornfelsik
Dicirikan oleh adanya butiran-butitan mineral yang seragam. Terbentuk akibat adanya metamorfosa
thermal dan yang dibentuk oleh mozaic mineral-mineral equidimensional dan equigranular dan
umumnya berbentuk polygonal. Batuannya disebut hornfels (batutanduk).
Gambar. 3.7. Struktur-struktur pada batuan metamorf
2. Struktur Kataklastik
Struktur kataklastik adalah struktur yang berkembang oleh adanya penghancuran terhadap batuan
asal yang mengalami metamorfosa dinamo. Terbentuk oleh pecahan/fragmen batuan atau mineral
berukuran kasar dan umumnya membentuk kenampakan breksiasi. Struktur kataklastik ini terjadi
akibat metamorfosa kataklastik. Batuannya disebut cataclasite (kataklasit).

3. Struktur Milonitik
Struktur ini hampir sama dengan struktur pilonitik, hanya butirannya lebih halus lagi, serta
dibedakan oleh adanya liniasi dari belahan permukaan yang berbentuk paralel, dimana struktur ini
dihasilkan oleh adanya penggerusan mekanik pada metamorfosa kataklastik. Ciri struktur ini adalah
mineralnya berbutir halus menunjukkan kenampakan goresan-goresan searah dan belum terjadi
rekristalisasi mineral-mineral primer. Batuannya disebut mylonite (milonit).

4. Struktur Pilonitik
Struktur ini menyerupai milonit tetapi butirannya lebih kasar dan strukturnya mendekati tipe
struktur pada filit (pilonit = filit – milonit) tetapi umumnya telah terjadi rekristalisasi. Ciri-ciri
lainnya adalah kenampakan kilap sutera pada batuan yang mempunyai struktur ini. Batuannya
disebut phyllonite (filonit)

5. Struktur Flaser
Seperti struktur kataklastik dimana struktur batuan asal berbentuk lensa yang tertanam pada massa
dasar milonit.

6. Struktur Augen
Seperti struktur falser, hanya lensa-lensanya terdiri dari butir-butir felspar dalam massa dasar yang
lebih halus.

7. Struktur Granulose
Struktur ini hampir sama dengan struktur hornfelsik, hanya butirannya mempunyai ukuran yang
tidak sama besar.

8. Struktur Liniasi
Adalah struktur yang diperlihatkan oleh kumpulan mineral yang berbentuk seperti jarum (fibrous).

Tabel 3.3. Struktur pada batuan metamorf


FOLIASI NON-FOLIASI
Komposisi kompleks banyak terdapat berbagai jenis mineral Komposisi sederhana, hanya terdapat
beberapa mineral. Seperti kalsit atau kwarsa
Banyak mineral baru yang terbentuk akibat dari pengaruh P atau T Tidak terbentuk mineral baru
dengan perubahan T dan atau P
Tekstur yang berlapis-lapis 
Tekstur granular dan equi-dimensi

Banyak batuan dengan beragam komposisi,


Beberapa batu dengan komposisi yang sederhana

Struktur skistosa, Gnessic, Milonitik, Slaty cleavage dan struktur Phyllitic Struktur hornfelsik
kataklastik, milonitik, pilonitik, augen, granulose dan struktur liniasi.

3.1.3. Tekstur Batuan Metamorf


Tekstur merupakan kenampakan batuan yang berdasarkan pada ukuran, bentuk dan orientasi butir
mineral individual penyusun batuan metamorf (Jackson, 1970). Penamaan tekstur batuan metamorf
umumnya menggunakan awalan blasto atau akhiran blastic yang ditambahkan pada istilah dasarnya.
Penamaan tekstur tersebut akan dibahas pada bagian berikut ini.

I. Tekstur berdasarkan ketahanan terhadap proses metamorfosa


Berdasarkan ketahanannya terhadap proses metamorfosa ini tekstur batuan metamorf dapat
dibedakan menjadi :

1. Relict/Palimset/Sisa
Tekstur ini merupakan tekstur batuan metamorf yang masih menunjukkan sisa tekstur batuan
asalnya atau tekstur batuan asalnya masih tampak pada batuan metamorf tersebut. Awalan blasto
digunakan untuk penamaan tekstur batuan metamorf ini.
Contohnya adalah blastoporfiritik yaitu batuan metamorf yang tekstur porfiritik batuan beku asalnya
masih bisa dikenali. Batuan yang mempunyai kondisi seperti ini sering disebut batuan metabeku atau
metasedimen. Dibedakan atas : 
• Blastopsefitik, tekstur dengan ukuran butir lebih besar dari pasir(gravel).
• Blastopsemit, tekstur dengan ukuran butir pasir
• .Bastopelitik, tekstur dengan ukuran butir lempung.
• Blastoporfiritik, tekstur sisa dari batuan asal yang porfiritik.

2. Kristaloblastik
Tekstur kristloblastik adalah merupakan tekstur batuan metamorf yang terbentuk oleh sebab adanya
proses metamorfosa itu sendiri. Batuan dengan tekstur ini sudah mengalami rekristalisasi sehingga
tekstur asalnya tidak tampak. 
Penamaan pada tekstur ini dengan menggunakan akhiran blastik dapat dibedakan atas, sebagai
berikut ini :
• Lapidoblastik, terdiri dari mineral-mineral tabular/pipih yang relatif terorientasi, seperti mineral
mika group (muskovit, biotit).
• Nematoblastik, terdiri dari mineral-mineral prismatik yang relatif terorientasi, seperti mineral
plagioklas, K-felspar, piroksin.
• Granoblastik, terdiri dari mineral-mineral granular (equidimensional) yang relatif terorientasi,
seperti mineral kwarsa. Biasanya memperlihatkan batas-batas sutura (tidak teratur) dengan bentuk
mineral yang anhedral.
• Porfiriblastik, tekstur yang memperlihatkan beberapa mineral dengan ukuran yang lebih besar
dikelilingi oleh mineral yang lebih kecil.

II. Tekstur berdasarkan ukuran butir 


Berdasarkan ukuran butirnya, tekstur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi :
• Fanerit, bila butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata
• Afanit, Bila butiran kristal tidak dapat dibedakan dengan mata

III. Tekstur berdasarkan bentuk individu kristal


Berdasarkan bentuk individu kristal pada batuan metamorf dapat dibedakan menjadi :
• Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan kristal itu sendiri
• Subhedral, bila kristal dibatasi sebagian oleh bidang permukaannya sendiri dan sebagian oleh
bidang permukaan kristal disekitarnya.
• Anhedral, bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan kristal lain disekitarnya.

Pengertian bentuk kristal ini sama dengan yang dipergunakan pada batuan beku. Berdasarkan bentuk
kristal tersebut maka tekstur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi :
• Idioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh Kristal berbentuk euhedral
• Xenoblastik/Hypidioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal berbentuk anhedral.

IV. Tekstur berdasarkan bentuk mineral


Berdasarkan bentuk mineralnya tekstur batuan pada batuan metamorf, teksturnya dapat dibedakan
menjadi :
• Lepidoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk tabular
• Nematoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk prismatik
• Granoblastik, yaitu apabila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional, batas
mineralnya bersifat sutured (tidak teratur) dan umumnya kristalnya berbentuk anhedral.
• Granuloblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional, batas
mineralnya bersifat unsutured (lebih teratur) dan umumnya kristalnya berbentuk anhedral.

Selain tekstur yang telah disebutkan diatas terdapat beberapa tekstur khusus lainnya yang umumnya
akan tampak pada pengamatan petrografi, yaitu:
• Porfiroblastik, apabila terdapat beberapa mineral yangh ukurannya lebih besar tersebut sering
disebut sebagai porphyroblastis.
• Poikiloblastik/Sieve Texture mrupakan tekstur porfiroblastik dengan porphyroblasts tampak
melingkupi beberapa kristal yang lebih kecil.
• Mortar teksture, apabila fragmen mineral yang lebih besar terdapat pada massa dasar material yang
berasal dari kirstal yang sama yang terkena pemecahan (crushing).
• Decussate texture yaitu tekstur kristaloblastik batuan polimeneralik yang tidak menunjukkan
keteraturan orientasi.
• Sacaroidal Texture yaitu tekstur yang kenampakannya seperti gula pasir.

Batuan mineral yang hanya terdiri dari satu tekstur saja, sering disebut bertekstur homeoblastik,
sedangkan batuan yang mempunyai lebih dari satu tekstur disebut bertekstur heteroblastik.
• Tekstur heteroblastik, bila batuan metamorf mempunyai lebih dari satu tekstur, seperti
lepidoblastik dan granuloblastik.
• Tekstur homeoblastik, bila batuan metamorf hanya mempunyai satu tekstur saja.
Gambar. 3.8. Tekstur pada batuan metamorf

3.1.4. Komposisi Mineral Batuan Metamorf


Mineral-mineral yang terdapat pada batuan metamorf dapat berupa mineral yang berasal dari batuan
asalnya maupun dari mineral baru yang terbentuk akibat proses metamorfisme sehingga dapat
digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut.

1. Mineral yang umumnya terdapat pada batuan beku dan batuan metamorf seperti kuarsa, felspar,
muskovit, biotit, hornblende, piroksen, olivin dan bijih besi.
2. Mineral yang umumnya terdapat pada batuan sedimen dan batuan metamorf seperti kuarsa,
muskovit, mineral-mineral lempung, kalsit dan dolomit.
3. Mineral indeks batuan metamorf seperti garnet, andalusit, kianit, silimanit, stautolit, kordierit,
epidot dan klorit.

Proses pertumbuhan mineral saat terjadinya metamorfosa pada fase padat dapat dibedakan menjadi
secretionary growth, concentrionary growth dan replacement (Ramberg, 1952 dalam Jackson, 1970).
Secretionary growth merupakan pertumbuhan kristal hasil reaksi kima fluida yang terdapat pada
batuan yang terbentuk akibat adanya tekanan pada batuan tersebut. Concentrionary growth adalah
proses pendesakan kristal oleh kristal lainnya untuk membuat ruang pertumbuhan. 
Sedangkan replacement merupakan proses penggantian mineral lama oleh mineral baru.
Kemampuan mineral untuk membuat ruang bagi pertumbuhannya tidak sama satu dengan yang
lainnya. Hal ini dapat ditunjukkan dengan oleh percobaan Becke, 1904 (Jackson, 1970). 
Percobaan ini menghasilkan Seri Kristaloblastik yang menunjukkan bahwa mineral pada seri yang
tinggi akan lebih mudah membuat ruang pertumbuhan dengan mendesak mineral pada seri yang
lebih rendah. Mineral dengan kekuatan kristaloblastik tinggi umumnya besar dan euhedral.
Tekanan merupakan faktor yang mempengaruhi stabilitas mineral pada batuan metamorf (Huang,
1962). Dalam hal ini dikenal dua golongan mineral yaitu stress mineral dan antistress mineral.
Mineral-mineral tersebut umumnya merupakan penciri batuan yang terkena deformasi sangat kuat.
seperti sekis.

1. Mineral Stress 
Mineral stress adalah suatu mineral yang stabil dalam kondisi tekanan (tahan terhadap tekanan) ,
dimana mineral dapat terbentuk pipih / tabular, prismatik, maka mineral tersebut akan tumbuh
tegak lurus terhadap arah gaya / stress.

Contoh : Mica Zeolit


Trenmolit – aktinolit Glaukovan
Hornblende Klorit
Serpentine Epidote
Sillimenite Staurolit
Klanit Antofilit
1. Mineral Antistress
Mineral antistress adalah mineral yang terbentuk dalam kondisi tekanan dan biasanya berbentuk
equidimensional.
Contoh : Kuarsa Kalsit
Felspar Kordierit
Garnet

Selain mineral stress dan mineral antistress ada juga mineral yang khas dijumpai pada batuan
metamorf, antara lain :

Contoh : Sillimenit (1) Garnet (1)


Kianit (1) Grafit (2)
Epidote (3) Klorit (3) 

Keterangan : 
(1) mineral khas dari metamorfosa regional
(2) mineral yang khas dari metamorfosa thermal
(3) mineral yang khas yang dihasilkan oleh efek larutan kimia.

3.2. Klasifikasi Batuan Metamorf


Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk sebagai akibat dari proses metamorfosa pada batuan
yang sudah ada karena perubahan temperatur (T), tekanan (P), atau Temperatur (T) dan Tekanan (P)
secara bersamaan. Klasifikasian tersebut adalah sebagai berikut, yaitu :

3.2.1. Berdasarkan komposisi kimia


Disini ditinjau terhadap unsur-unsur kimia yang terkandung didalam batuan metamorf, yang akan
mencirikan batuan asal sebelum batuan metamorf tersebut terbentuk yang dicirikan dengan
kelebihan atau kekurangan kandungan SiO2.
Berdasarkan komposisi kimianya, maka batuan metamorf terbagi menjadi lima kelompok, yaitu
sebagai berikut.

1. Calcic Metamophic Rock


Adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan yang bersifat kalsik (kaya unsur Al), umumnya
terdiri dari batu lempung dan serpih. Contoh : batu sabak dan phylitic.

2. Quartz Feldpathic Rock


Adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan yang kaya akan unsur kuarsa dan felspar, batuan
asal umumnya terdiri dari batu pasir, batuan beku basa dan lain-lain. Contoh : gneiss.

3. Calcareous Metamorphic Rock


Adalah batuan metamorf yang berasal dari batu gamping dan dolomit. Contoh : marmer
(batugamping termetamorfosakan secara kontak maupun regional).

4. Basic Metamorphic Rock


Adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan beku basa, semi basa dan menengah. Serta tufa
atau batuan sedimen yang bersifat napalan dengan kandungan unsur-unsur K, Al, Fe, dan Mg.

5. Magnesian Metamorphic Rock


Adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan yang kaya akan unsur Mg. Contoh : serpentinit,
skiss, klorite.

3.2.2. Berdasarkan asosiasi di lapangan


Dipakai kriteria lapangan dan asosiasi mineral serta tekstur yang berhubungan dengan alam, dan
penyebab tekanan dan temperatur. Misalnya pada suatu zona sesar kita dapatkan batuan metamorf
dengan struktur kataklastik, maka dari sini kita bisa memperkirakan jenis metamorfosanya.
3.3. Hubungan antara Tekstur dan Struktur Batuan Metamorf
Facies merupakan suatu pengelompokkan mineral-mineral metamorfik berdasarkan tekanan dan
temperatur dalam pembentukannya pada batuan metamorf. Setiap facies pada batuan metamorf pada
umumnya dinamakan berdasarkan jenis batuan (kumpulan mineral), kesamaan sifat-sifat fisik atau
kimia. Dalam hubungannya, tekstur dan struktur batuan metamorf sangat dipengaruhi oleh tekanan
dan temperatur dalam proses metamorfisme. 

Gambar. 3.9. Fase batuan metamorf

Dan dalam facies metamorfisme, tekanan dan temperatur merupakan faktor dominan, dimana
semakin tinggi derajat metamorfisme (facies berkembang), struktur akan semakin berfoliasi dan
mineral-mineral metamorfik akan semakin tampak kasar dan besar. Berikut ini merupakan batuan-
batuan metamaorf, yaitu :

1. Slate
Slate merupakan batuan metamorf terbentuk dari proses metamorfosisme batuan sedimen Shale atau
Mudstone (batulempung) pada temperatur dan suhu yang rendah. Memiliki struktur foliasi (slaty
cleavage) dan tersusun atas butir-butir yang sangat halus (very fine grained).
Gambar. 3.10. Batuan Slate 

• Asal : Metamorfisme Shale dan Mudstone


• Warna : Abu-abu, hitam, hijau, merah
• Ukuran butir : Very fine grained
• Struktur : Foliasi (Slaty Cleavage)
• Komposisi : Quartz, Muscovite, Illite
• Derajat metamorfisme : Rendah
• Ciri khas : Mudah membelah menjadi lembaran tipis

2. Filit
• Asal : Metamorfisme Shale
• Warna : Merah, kehijauan
• Ukuran butir : Halus
• Stuktur : Foliated (Slaty-Schistose)
• Komposisi : Mika, kuarsa, klorit 
• Derajat M : Rendah – Intermediate
Gambar. 3.11. Batuan Filit 

Merupakan batuan yang terbentuk dari kelanjutan proses metamorfosisme dari Slate. Ciri khasnya
adalah membelah mengikuti permukaan gelombang.
3. Gneiss
Merupakan batuan yang terbentuk dari hasil metamorfosisme batuan beku dalam temperatur dan
tekanan yang tinggi. Dalam Gneiss dapat diperoleh rekristalisasi dan foliasi dari kuarsa, feldspar,
mika dan amphibole dengan ciri khas adalah kwarsa dan feldspar nampak berselang-seling dengan
lapisan tipis kaya amphibole dan mika.
Gambar. 3.12. Batuan Gneiss 
• Asal : Metamorfisme regional siltstone, shale, granit
• Warna : Abu-abu
• Ukuran butir : Medium – Coarse grained
• Struktur : Foliated (Gneissic)
• Komposisi : Kuarsa, feldspar, amphibole, mika
• Derajat metamorfisme : Tinggi

4. Sekis
Asal : Metamorfisme siltstone, shale, dan basalt
Warna : Hitam, hijau, ungu
Ukuran butir : Fine – Medium Coarse
Struktur : Foliated (Schistose) 
Komposisi : Mika, grafit, hornblende
Derajat M : Intermediate – Tinggi
Gambar. 3.13. Batuan Sekis 

Mineral pada batuan ini umumnya terpisah menjadi berkas-berkas bergelombang yang diperlihatkan
dengan kristal yang mengkilap. Ciri khas batuan ini adalah foliasi yang kadang bergelombang,
terkadang terdapat kristal garnet
5. Marmer
Terbentuk ketika batu gamping mendapat tekanan dan panas sehingga mengalami perubahan dan
rekristalisasi kalsit. Utamanya tersusun dari kalsium karbonat. Marmer bersifat padat, kompak dan
tanpa foliasi.
Gambar. 3.14. Batuan Marmer 

• Asal : Metamorfisme batu gamping, dolostone


• Warna : Bervariasi
• Ukuran butir : Medium – Coarse Grained
• Struktur : Non foliasi
• Komposisi : Kalsit atau Dolomit
• Derajat metamorfisme : Rendah – Tinggi
• Ciri khas : Tekstur berupa butiran seperti gula, terkadang terdapat fosil, bereaksi dengan HCl.

6. Kuarsit
- Asal : Metamorfisme sandstone ( - Warna : Abu-abu, kekuningan, c cokelat dan merah 
- Ukuran butir : Medium coarse
- Struktur : Non foliasi
- Derajat. M : Intermediate – tinggi 
Gambar. 3.15. Batuan Kwarsit 

Adalah suatu batuan metamorf yang keras dan kuat (lebih keras dibanding glas). Terbentuk ketika
batupasir (sandstone) mendapat tekanan dan temperatur yang tinggi. Ketika batupasir
bermetamorfosis menjadi kuarsit, butir-butir kuarsa mengalami rekristalisasi,dan biasanya tekstur
dan struktur asal pada batupasir 
terhapus oleh proses metamorfosis .
7. Milonit 
Milonit merupakan batuan metamorf kompak. Terbentuk oleh rekristalisasi dinamis mineral-mineral
pokok yang mengakibatkan pengurangan ukuran butir-butir batuan. Butir-butir batuan ini lebih
halus dan dapat dibelah seperti schistose.
Gambar. 3.16. Batuan Milonit

• Asal : Metamorfisme dinamik


• Warna : Abu-abu, kehitaman, coklat, biru
• Ukuran butir : Fine grained
• Struktur : Non foliasi
• Komposisi : Kemungkinan berbeda untuk setiap batuan
• Derajat metamorfisme : Tinggi
• Ciri khas : Dapat dibelah-belah

8. Hornfels 
Hornfels terbentuk ketika shale dan claystone mengalami metamorfosis oleh temperatur dan intrusi
beku, terbentuk di dekat dengan sumber panas seperti dapur magma, dike, sil. Hornfels bersifat
padat tanpa foliasi, warnanya abu-abu, biru kehitaman, hitam dengan ukuran butir yang fine grained
dan ciri khasnya lebih keras dari glas dan tekstur merata.
9. Serpentinit 
Serpentinit, batuan yang terdiri atas satu atau lebih mineral serpentine dimana mineral ini dibentuk
oleh proses serpentinisasi (serpentinization). Serpentinisasi adalah proses proses metamorfosis
temperatur rendah yang menyertakan tekanan dan air, sedikit silica mafic dan batuan ultramafic
teroksidasi dan ter-hidrolize dengan air menjadi serpentinit.
Gambar. 3.18. Batuan Serpentinit 

- Asal : Batuan beku basa 


- Warna : Hijau terang / gelap
- Ukuran butir : Medium grained
- Struktur : Non foliasi
- Komposisi : Serpentine
- Ciri khas : Kilap berminyak dan lebih keras dibanding kuku jari

3.4. Dasar Penamaan


Kebanyakan nama batuan metamorf didasarkan pada kenampakan struktur dan teksturnya. Untuk
memperjelas banyak dipergunakan kata tambahan yang menunjukkan ciri khusus batuan metamorf
tersebut, misalnya keberadaan mineral pencirinya (contohnya sekis, klorit) atau nama batuan beku
yang mempunyai komposisi yang sama (contohnya granite, gneiss).
Beberapa nama batuan juga berdasarkan jenis mineral penyusun utamanya (contohnya kuarsit) atau
dapat pula dinamakan berdasarkan fasies metamorfiknya (misalnya granulit). Selain batuan yang
penamaannya berdasarkan struktur, batuan metamorf lainnya yang banyak dikenal antara lain :
• Amphibolit yaitu batuan metamorf dengan besar butir sedang sampai kasar dan mineral utama
penyusunnya adalah amfibol (umumnya hornblende) dan plagioklas. Batuan ini dapat menunjukkan
schystosity bila mineral prismatiknya terorientasi.
• Eclogit yaitu batuan metamorf dengan besar butir sedang sampai kasar dan mineral penyusun
utamanya adalah piroksen ompasit (diopsid kaya sodium dan aluminium) dan garnet kaya pyrope.
• Granulit, yaitu tekstur batuan metamorf dengan tekstur granoblastik yang tersusun oleh mineral
utama kuarsa dan felspar serta sedikit piroksen dan garnet. Kuarsa dan garnet yang pipih kadang
dapat menunjukkan struktur gneissic.
• Serpentinit, yaitu batuan metamorf dengan komposisi mineralnya hampir semuanya berupa mineral
kelompok serpentin. Kadang dijumpai mineral tambahan seperti klorit, talk dan karbonat yang
umumnya berwarna hijau.
• Marmer, yaitu batuan metamorf dengan komposisi mineral karbonat (kalsit atau dolomit) dan
umumnya bertekstur granoblastik.
• Skarn, yaitu marmer yang tidak murni karena mengandung mineral calc-silikat seperti garnet,
epidot. Umumnya terjadi karena perubahan komposisi batuan disekitar kontak dengan batuan beku.
• Kuarsit, yaitu batuan metamorf yang mengandung lebih dari 80% kuarsa.
• Soapstone, yaitu batuan metamorf dengan komposisi mineral utama talk.
• Rodingit, yaitu batuan metamorf dengan komposisi calc-silikat yang terjadi akibat alterasi
metasomatik batuan beku basa didekat batuan beku ultrabasa yang mengalami serpentinitasi.

Penamaan batuan metamorf lainnya dapat didasarkan pada :


• Berdasarkan tekstur dan struktur.
Contoh : batusabak / slate, filit, gneiss, skiss, granulit.
• Berdasarkan komposisi mineral penyusun yang dominan.
Contoh : kwarsit, aphiboit, marmer.
• Berdasarkan jenis batuan asal dengan menambahkan kata ”meta” didepannya. Contoh : meta
batupasir, meta batugamping
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan 
4.1.1. Batuan Beku
• Petrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang batuan, baik keterdapatannya maupun cara
terbentuknya dipermukaan bumi yang mencakup mengenai cara terjadinya, komposisi, klasifikasi
batuan serta hubungannya dengan proses-proses dan sejarah geologinya.
• Ukuran butir batuan beku adalah fanerik dan afaniatik.
• Secara individu bentuk butir mineral batuan beku adalah euhedral, subhedral dan anhedral
• Berdasarkan tempat pembentukan magma, maka batuan beku dibedakan atas dua yaitu :
Batuan beku vulkanik (ekstruksif), yaitu batuan yang terbentuk dari hasil pembekuan magma yang
membeku di permukaan (di luar)
Batuan beku plutonik (intrusive), yaitu batuan yang terbentuk dari hasil pembekuan magma yang
membeku di dalam. 
• Klasifikasi batuan beku berdasarkan kimiawinya dapa dilihat dari kandungan SiO2-nya. Maka
batuan beku dapat diklasifikasikan atas :
Kandungan SiO2 > 60 % adalah batuan beku asam
Kandungan SiO2 52 - 60 % adalah batuan beku intermedier
Kandungan SiO2 45 – 52 % adalah batuan beku basa
Kandungan SiO2 < 45 % adalah batuan beku ultrabasa
• Struktur batuan beku adalah sebagai barikut massiv, xenolit, scoria, vesikuler dan amikdoloidal.
• Penamaan batuan beku dapat dilakukan berdasarkan tekstur dan komposisi mineral atau
(streckeisen, 1974) yang berdasarkan atas kehadiran mineral kwarsa, plagioklas dan orthoklas.
4.1.2. Batuan Metamorf
• Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari batuan asal yang telah mengalami metamorfosa
• Berdasarkan atas proses pembentukannya batuan metamorf dibedakan menjadi: 
Metamorfosa Regional (dominan tekanan)
Metamorfosa Beban (dominan tekanan)
Metamorfosa Termal (dominan temperatur)
Metamorfosa Kataklastik (dominan temperatur)
• Tekstur batuan metamorf adalah tekstur Kristaloblastik, Palimset dan tekstur lain seperti tekstur
Heteroblastik dan Homeoblastik.
• Struktur batuan metamorf adalah Foliasi dan Non-foliasi
• Bentuk individu batuan metamorf adalah Idioblastik, Hypioblastik dan Xenoblastik.
• Berdasarkan komposisi kimianya, maka batuan metamorf terbagi menjadi lima kelompok, yaitu
sebagai berikut.
Calcic Metamophic Rock
Contoh : batu sabak dan phylitic.
Quartz Feldpathic Rock
Contoh : gneiss.
Calcareous Metamorphic Rock
Contoh : marmer (batugamping termetamorfosakan secara kontak maupun regional).
Basic Metamorphic Rock
Adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan beku basa, semi basa dan menengah. Serta tufa
atau batuan sedimen yang bersifat napalan dengan kandungan unsur-unsur K, Al, Fe, dan Mg.
Magnesian Metamorphic Rock
Adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan yang kaya akan unsur Mg. Contoh : serpentinit,
skiss, klorite.

• Jenis-jenis batuan metamorf adalah sebagai berikut


Batuslate merupakan batuan metamorf terbentuk dari proses metamorfosisme batuan sedimen Shale
atau Mudstone (batulempung) pada temperatur dan suhu yang rendah. 
Batufilit merupakan batuan yang terbentuk dari kelanjutan proses metamorfosisme dari Slate. Ciri
khasnya adalah membelah mengikuti permukaan gelombang.
Batugneis merupakan batuan yang terbentuk dari hasil metamorfosisme batuan beku dalam
temperatur dan tekanan yang tinggi.
Batusekis adalah mineral pada batuan ini umumnya terpisah menjadi berkas-berkas bergelombang
yang diperlihatkan dengan kristal yang mengkilap. Ciri khas batuan ini adalah foliasi yang kadang
bergelombang, terkadang terdapat kristal garnet
Batumarmer terbentuk ketika batu gamping mendapat tekanan dan panas sehingga mengalami
perubahan dan rekristalisasi kalsit. Utamanya tersusun dari kalsium karbonat. Marmer bersifat
padat, kompak dan tanpa foliasi.
Batukwarsit terbentuk ketika batupasir (sandstone) mendapat tekanan dan temperatur yang tinggi.
Ketika batupasir bermetamorfosis menjadi kuarsit, butir-butir kuarsa mengalami rekristalisasi,dan
biasanya tekstur dan struktur asal pada batupasir terhapus oleh proses metamorphosis 
Batumilonit merupakan batuan metamorf kompak. Terbentuk oleh rekristalisasi dinamis mineral-
mineral pokok yang mengakibatkan pengurangan ukuran butir-butir batuan. Butir-butir batuan ini
lebih halus dan dapat dibelah seperti schistose.
• Penamaan batuan metamorf adalah:
Berdasarkan Tekstur/Struktur
Berdasarkan komposisi mineral yang dominan 
Berdasarkan jenis batuan asal dengan menambahkan kata ”meta” didepannya, contoh : meta
batupasir, dll 
4.2. Saran
• Untuk mempelajari batuan sebaiknya jangan hanya dilaboratorium tetapi perlu diadakannya
praktek lapangan agar praktikan dapat mengetahui jenis-jenis dari batuan tersebut di lingkungan
asalnya
• Untuk lebih memahami tata cara pendeskripsian sebaiknya dilakukan ujian teori setiap sebelum dan
sesudah melakukan pendeskripsian 
• Asisten diharapkan mau memberi contoh dalam menjaga kebersihan laboratorium petrologi
• Hendaknya fasilitas yang mendukung kelancaran praktikum, misalnya buku-buku yang
berhubungan dengan praktikum diperbanyak.

http://harahapyahoo5555.blogspot.com/2010/01/laporan-petrologi-batuan-beku-dan_23.html

Anda mungkin juga menyukai