Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KONSEP DAN PROSES MANAGEMEN KEPERAWATAN

Dosen Pengampu Ibu Tutik Rahayuningsh S.Kep Ns.MPH

DISUSUN OLEH
Fadilla Ahlen F (19121094)
Ivin Diyah (19121098)
Monika Fatchurrohmani (19121104)
Tiara Nada Widya A (19121117)

POLTEKKES BHAKTI MULIA SUKOHARJO


PROGAM STUDI D3 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
A. Teori Teori Managemen
Perkembangan manajemen yang sangat cepat melalui studi di perguruan
tinggi memunculkan teori-teori manajemen dari berbagai aliran. Teori-teori
itu dapat dikelompokkan ke dalam enam aliran berikut.
1. Aliran Klasik
Aliran klasik mendefinisikan manajemen sesuai dengan fungsi-
fungsi manajemen. Perhatian dan kemampuan manajemen diarahkan pada
penerapan fungsi-fungsi tersebut.
2. Aliran Perilaku
Aliran ini juga sering disebut aliran manajemen hubungan manusia.
Aliran ini memusatkan kajiannya pada aspek manusia dan perlunya
manajemen memahami manusia. Aliran ini menggunakan disiplin ilmu
psikologi dan sosiologi dalam menerapkan teori-teorinya
3. Aliran Manajemen Ilmiah
Aliran ini menggunakan ilmu matematika dan ilmu statistika untuk
mengembangkan teori-teorinya. Menurut aliran ini, pendekatan kuantitatif
merupakan sarana utama dan sangat berguna untuk menjelaskan masalah
manajemen
4. Aliran Analisis Sistem
Aliran ini memfokuskan pemikiran pada masalah yang berhubungan
dengan bidang lain dalam mengembangkan teorinya. Contohnya, bagian
kepegawaian mengatakan bahwa keberhasilan dalam memotivasi pegawai
akan meningkatkan keuntungan perusahaan. Menurut aliran ini,
memotivasi pegawai akan dilihat hubungannya dengan kesejahteraan,
penggajian, jam kerja, jaminan hari tua, dan faktor lainnya
5. Aliran Manajemen Berdasarkan Hasil
Aliran manajemen berdasarkan hasil (management by objective)
diperkenalkan pertama kali oleh Peter Drucker pada awal tahun 1950-an.
Aliran ini memfokuskan pemikiran pada hasil-hasil yang dicapai, bukan
pada interaksi kegiatan karyawan.
6. Aliran Manajemen Mutu
Aliran manajemen mutu memfokuskan pemikiran pada usaha-usaha
untuk mencapai kepuasan pelanggan (konsumen). Oleh karena itu, fokus
utama aliran manajemen mutu adalah pelanggan, sebagai pihak yang
berhak mengatakan apakah barang atau jasa yang dihasilkan bermutu atau
tidak.

B. Teori Birokrasi dari Webber


Max Weber menciptakan mode l tipe ideal birokrasi yang
menjelaskan bahwa suatu birokrasi atau administrasi mempuny ai suatu
bentuk yang pasti dimana semua fungsi dijalankan dalam cara-cara yang
rasional. Tipe ideal itu menurutnya bisa dipergunakan untuk
membandingkan birokrasi antara organisasi yang satu dengan organisasi yang
lain. Menurut Max Weber bahwa tipe ideal birokrasi yang rasional
tersebut dilakukan dalam cara-cara sebagai berikut:
Pertama, individu pejabat secara personal bebas, akan tetapi
dibatasi oleh jabatannya manakala ia menjalankan tugas-tugas atau
kepentingan indi vidual dalam jabatannya. Pejabat tidak bebas
menggu nakan jabatannya untuk keperluan dan kepentingan pribadinya
termasuk keluarganya.
Kedua, jabatan-jabatan itu disusun dalam tingkatan hierarki dari
atas ke bawah dan ke samping. Konsekuensinya ada jabatan atasan da n
bawahan, dan ada pula yang menyandang kekuasaan lebih besar dan ada yang
lebih kecil.
Ketiga, tugas dan fungsi masing-masing jabatan dalam hiearki itu
secara spesifik berbeda satu sama lainnya.
Keempat, setiap pe jabat mempu nyai ko ntrak jabatan yang harus
dijalankan. Uraian tugas (job description) masing-masing pejabat
merupakan domain yang menjadi wewenang dan tanggung jawab yang
harus dijalankan sesuai dengan kontrak.
Kelima, setiap pejabat diseleksi atas dasar kualifikasi
profesionalitasnya, idealnya hal tersebut dilakukan melalui ujian yang
kompetitif.
Keenam, setiap pejabat mempunyai gaji termasuk hak untuk
menerima pensiun sesuai dengan tingkatan hierarki jabatan yang
disandangnya. Setiap pejabat bisa memutuskan untuk keluar dari
pekerjaannya dan jabatannya sesuai dengan keinginannya dan
kontraknya bisa diakhiri dalam keadaan tertentu.
Ketujuh, terdapat struktur pengembangan karier yang jelas dengan
promosi berdasarkan senioritas dan merit sesuai dengan pertimbangan
yang obyektif.
Kedelapan, setiap pejabat sama sekali tidak dibenarkan
menjalankan jabatannya dan resources instansinya untuk kepentingan
pribadi dan keluarganya.
Kesembilan, setiap pejabat berada di bawah pengendalian dan
pengawasan suatu sistem yangdijalankan secara disiplin.
Selain itu sifat yang menonjol dari konsep birokrasi Max Weber yaitu:
1. Harus ada prinsip kepastian dari hal-hal kedinasan, diatur dengan
hukum, yang biasanya diwujudkan dalam berbagai peraturan atau
ketentuan administrasi.
2. Prinsip tata jenjang kedinasan dan tingkat kewenangan, agar terjadi
keserasian kerja, keharmonisan dan rasionalitas.
3. Manajemen yang modern haruslah didasarkan pada dokumen-
dokumen tertulis.
4. Spesialisasi dalam manajemen atau organisasi harus diduk ung oleh
keahlian yang terlatih.
5. Hubungan kerja di antara orang dalam organisasi didasarkan atas prinsip
impersonal.
6. Aplikasi kelima tersebut pada organisasi pemerintahan, juga semua
terikat dengan organisasi pemerintahan yang tidak bisa menghindar
dari sentuhan aktivitas pemerintahan.
C. Teori Mc. Gregor
Teori X dan Teori Y menurut Douglas McGregor – Gaya manajemen
suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh keyakinan dan asumsi
manajemennya terhadap apa yang merupakan dorongan kerja karyawannya.
Jika manajemennya yakin bahwa sebagian dari karyawannya tidak menyukai
pekerjaannya , maka gaya manajemen akan cenderung ke gaya manajemen
otoriter. Namun jika manajemennya berasumsi sebagian besar karyawan atau
anggota timnya menyenangi pekerjaannya dan bangga ketika suatu
pekerjaannya dapat diselesai dengan baik maka gaya manajemennya akan
cenderung mengadopsi ke gaya manajemen partisipatif atau demokratik.
Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, seorang profesor manajemen di
MIT Sloan School of Management yang bernama Douglas McGregor
kemudian mengemukakan dua teori yang kontras yaitu Teori X dan Teori Y.
Teori X dan Teori Y yang pada dasarnya merupakan Teori Perilaku
(behaviour theory) ini dimuat di buku Douglas McGregor yang berjudul “The
Human Side Enterprise” di tahun 1960.
Teori X ini menyatakan bahwa pada dasarnya karyawan yang bekerja
pada suatu perusahaan secara alami tidak termotivasi dan tidak suka bekerja.
Dengan asumsi dan anggapan demikian, maka manajemen akan cenderung
menggunakan gaya otoriter dalam mengoperasikan perusahaannya. Menurut
Teori X ini, manajemen harus secara tegas melakukan intervensi untuk
menyelesaikan suatu masalah atau pekerjaan. Gaya Manajemen ini
menyimpulkan bahwa pekerja pada dasarnya :
1. Tidak suka bekerja.
2. Perlu diawasi, dipaksa, diperingatkan untuk mengerjakan pekerjaannya.
3. Membutuhkan pengarahan dalam melaksanakan tugasnya.
4. Tidak menginginkan adanya tanggung jawab.
5. Tugas yang diberikan harus diawasi setiap langkah pengerjaannya.
Menurut pengamatan Douglas McGregor, karyawan yang bertipe X ini
sebenarnya hanya minoritas, namun untuk mengendalikan sebuah perusahaan
yang memiliki jumlah karyawan yang banyak atau perusahaan manufaktur
yang berskala besar, manajemen teori X ini mungkin diperlukan.
Teori Y ini menyatakan bahwa pada dasarnya karyawan yang bekerja
pada suatu perusahaan menyenangi pekerjaannya, termotivasi, kreatif, bangga
terhadap hasil kerjanya yang baik, bekerja penuh dengan tanggung jawab dan
senang untuk menerima tantangan. Dengan asumsi dan anggapan demikian,
maka manajemen akan cenderang menggunakan gaya manajemen partisipatif.
Teori Y ini beranggapan bahwa karyawannya :
1. Bertanggung jawab penuh atas semua pekerjaannya dan memiliki
motivasi yang kuat untuk mengerjakan semua pekerjaan yang diberikan
kepadanya.
2. Hanya memerlukan sedikit bimbingan atau bahkan tidak memerlukan
bimbingan dalam menyelesaikan tugasnya.
3. Beranggapan bahwa pekerjaan adalah bagian dari hidupnya.
4. Dapat menyelesaikan tugas dan masalah dengan kreatif dan imajinatif.
Dalam organisasi atau perusahaan yang mengadopsi gaya manajemen
berdasarkan Teori Y ini, semua karyawan terlibat dalam pengambilan
keputusan dan memiliki lebih banyak tanggung jawab.
Dibawah ini adalah beberapa perbandingan dan perbedaan antara Teori
X dan Teori Y dalam suatu manajemen perusahaan atau kelompok kerja.
1. Motivasi
Teori X menganggap karyawannya tidak suka terhadap pekerjaan,
mereka bahkan berusaha untuk menghindari pekerjaan dan tidak ingin
adanya tanggung jawab. Sebaliknya, Teori Y beranggapan semua
karyawannya bekerja dengan motivasi dari dirinya sendiri dan bersedia
untuk bertanggung jawab atas pekerjaan yang dilakukannya.
2. Gaya Manajemen dan Pengendalian
Gaya Manajemen pada organisasi yang bertipe X adalah gaya
manajemen otoriter dan menggunakan sistem pengendalian terpusat.
Sedangkan organisasi yang bertipe Y mengadopsi gaya manajemen yang
partisipatif, karyawan atau anggota tim terlibat dalam pengambilan
keputusan.
3. Pengorganisasian Kerja
Manajemen yang menganggap karyawannya adalah bertipe X akan
menggunakan prinsip spesialisasi kerja untuk karyawannya dengan siklus
kerja yang sama dan terus menerus (mengerjakan pekerjaan yang sama
secara rutin). Sedangkan di Teori Y, Karyawan diberikan kebebasan yang
lebih luas dalam mengembangkan keahliannya dan diberikan kesempatan
untuk memberikan saran dan perbaikan.
4. Penilaian dan Penghargaan
Dalam memotivasi karyawan yang bertipe Teori X, Manajemen
akan menggunakan pendekatan “Kelinci dan Wortel” yaitu memberikan
penghargaan kepada karyawan yang berprestasi baik dan menghukum
mereka yang berprestasi buruk. Sedangkan bagi karyawan yang bertipe
Teori Y, Manajemen akan memberikan motivasi dengan cara melakukan
promosi jabatan dan pengembangan karir yang lebih baik bagi
karyawannya.

D. Scientific Management dari Taylor


Manajemen ilmiah, atau dalam bahasa Inggris disebut scientific
management, pertama kali dipopulerkan oleh Frederick Winslow Taylor
dalam bukunya yang berjudul Principles of Scientific Management pada
tahun 1911. Dalam bukunya itu, Taylor mendeskripsikan manajemen ilmiah
adalah “penggunaan metode ilmiah untuk menentukan cara terbaik dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan.” Beberapa penulis seperti Stephen Robbins
menganggap tahun terbitnya buku ini sebagai tahun lahirnya teori manajemen
modern.
Ide tentang penggunaan metode ilmiah muncul ketika Taylor merasa
kurang puas dengan ketidakefesienan pekerja di perusahaannya.
Ketidakefesienan itu muncul karena mereka menggunakan berbagai macam
teknik yang berbeda untuk pekerjaan yang sama, nyaris tak ada standar kerja
di sana. Selain itu, para pekerja cenderung menganggap gampang
pekerjaannya. Taylor berpendapat bahwa hasil dari para pekerja itu hanyalah
sepertiga dari yang seharusnya. Taylor kemudian, selama 20 tahun, berusaha
keras mengoreksi keadaan tersebut dengan menerapkan metode ilmiah untuk
menemukan sebuah “teknik paling baik” dalam menyelesaikan tiap-tiap
pekerjaan.

Berdasarkan pengalamannya itu, Taylor membuat sebuah pedoman


yang jelas tentang cara meningkatkan efesiensi produksi. Pedoman tersebut
adalah:
1. Kembangkanlah suatu ilmu bagi tiap-tiap unsur pekerjaan seseorang, yang
akan menggantikan metode lama yang bersifat untung-untungan.
2. Secara ilmiah, pilihlah dan kemudian latihlah, ajarilah, atau
kembangkanlah pekerja tersebut.
3. Bekerja samalah secara sungguh-sungguh dengan para pekerja untu
menjamin bahwa semua pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan prinsip-
prinsip ilmu yang telah dikembangkan tadi.
4. Bagilah pekerjaan dan tanggung jawab secara hampir merata antara
manajemen dan para pekerja. Manajemen mengambil alih semua
pekerjaan yang lebih sesuai baginya daripada bagi para pekerja.
Pedoman ini mengubah drastis pola pikir manajemen ketika itu. Jika
sebelumnya pekerja memilih sendiri pekerjaan mereka dan melatih diri
semampu mereka, Taylor mengusulkan manajemenlah yang harus
memilihkan pekerjaan dan melatihnya. Manajemen juga disarankan untuk
mengambil alih pekerjaan yang tidak sesuai dengan pekerja, terutama bagian
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengontrolan. Hal ini
berbeda dengan pemikiran sebelumnya di mana pekerjalah yang melakukan
tugas tersebut.
Manajemen ilmiah kemudian dikembangkan lebih jauh oleh pasangan
suami-istri Frank dan Lillian Gilbreth. Keduanya tertarik dengan ide Taylor
setelah mendengarkan ceramahnya pada sebuah pertemuan profesional.
Keluarga Gilbreth berhasil menciptakan mikronometer yang dapat mencatat
setiap gerakan yang dilakukan oleh pekerja dan lamanya waktu yang
dihabiskan untuk melakukan setiap gerakan tersebut. Gerakan yang sia-sia
yang luput dari pengamatan mata telanjang dapat diidentifikasi dengan alat
ini, untuk kemudian dihilangkan. Keluarga Gilbreth juga menyusun skema
klasifikasi untuk memberi nama tujuh belas gerakan tangan dasar (seperti
mencari, menggenggam, memegang) yang mereka sebut Therbligs (dari nama
keluarga mereka, Gilbreth, yang dieja terbalik dengan huruf th tetap). Skema
tersebut memungkinkan keluarga Gilbreth menganalisis cara yang lebih tepat
dari unsur-unsur setiap gerakan tangan pekerja.
Skema itu mereka dapatkan dari pengamatan mereka terhadap cara
penyusunan batu bata. Sebelumnya, Frank yang bekerja sebagai kontraktor
bangunan menemukan bahwa seorang pekerja melakukan 18 gerakan untuk
memasang batu bata untuk eksterior dan 18 gerakan juga untuk interior.
Melalui penelitian, ia menghilangkan gerakan-gerakan yang tidak perlu
sehingga gerakan yang diperlukan untuk memasang batu bata eksterior
berkurang dari 18 gerakan menjadi 5 gerakan. Sementara untuk batu bata
interior, ia mengurangi secara drastis dari 18 gerakan hingga menjadi 2
gerakan saja. Dengan menggunakan teknik-teknik Gilbreth, tukang baku
dapat lebih produktif dan berkurang kelelahannya di penghujung hari.

E. Definisi
Manajemen adalah membuat pekerjaan selesai (getting things done).
(WHO, 1999) Menejemen adalah mengungkapkan apa yang hendak
dikerjakan, dan kemudian menyelesaikannya. Dengan kata lain menejemen
menentukan tujuan nya dahulu dengan pasti (yakni menyatakan dengan rinci
apa yang hendak dituju) dan kemudian mencapainya. ( WHO, 1999 )
Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan melalui
upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan
dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat. (Gillies, 1989 ).
Dalam keperawatan, manejemen berhubungan dengan perencaan
(planing) pengoorganisasian ( organizing ), pengaturan staf ( staffing),
kepemimpinaan ( leading), dan pengendalian ( kontroling ), aktifitas –
aktifitas upaya keperawatan atau divisi departemen keperawatan dan dari sub
unit departermen. Menejemen keperawatan merupakan juga kelompok dari
perawat manejer yang mengatur organisasi atau usaha keperawatan. Pada
akhirnya manejemen keperawatan adalah proses dimana perawat menejer
menjalankan profesi mereka. (Swanburg, 2000 hal 456 ).Fungsi – Fungsi
Manajemen, secara ringkas fungsi manajemen adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan (planning), perncanaan merupakan:
a. Gambaran apa yang akan dicapai
b. Persiapan pencapaian tujuan
c. Rumusan suatu persoalan untuk dicapai
d. Persiapan tindakan – tindakan
e. Rumusan tujuan tidak harus tertulis dapat hanya dalam benak saja
f. Tiap – tiap organisasi perlu perencanaan
2. Pengorganisasian (organizing), merupakan pengaturan setelah rencana,
mengatur dan menentukan apa tugas pekerjaannya, macam, jenis, unit
kerja, alat – alat, keuangan dan fasilitas.
3. Penggerak (actuating), menggerakkan orang – orang agar mau/suka
bekerja. Ciptakan suasana bekerja bukan hanya karena perintah, tetapi
harus dengan kesadaran sendiri, termotivasi secara interval
4. Pengendalian/pengawasan (controling), merupakan fungsi pengawasan
agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan rencana, apakah orang –
orangnya, cara dan waktunya tepat. Pengendalian juga berfungsi agar
kesalahan dapat segera diperbaiki.
5. Penilaian (evaluasi), merupakan proses pengukuran dan perbandingan
hasil – hasil pekerjaan yang seharusnya dicapai. Hakekat penilaian
merupakan fase tertentu setelah selesai kegiatan, sebelum, sebagai
korektif dan pengobatan ditujukan pada fungsi organik administrasi dan
manajemen.
Adapun unsur yang dikelola sebagai sumber manajemen adalah man, money,
material, methode, machine, minute dan market.

F. Prinsip Manajemen Keperawatan


Managemen keperawatan adalah perencanaan. Perencanaan adalah
memperkirakan peristiwa-peristiwa sampai pembuatan rencana operasional.
Perencanaan juga merupakan fungsi managemen dari setiap perawat kepala
dari perawat klinis profesional sampai perawat manager, penyelia, direktur
dan administrator. Ratcliffe dan logsdon menspesifikasikan 6 tahap dalam
proses perencanaan :
1. Tahap merancang
2. Tahap delegasi
3. Tahap mendidik
4. Tahap perkembangan
5. Tahap implementasi
6. Tahap tindak lanjut (evaluasi penampilan dan umpan balik)

Prinsip – prinsip manajemen menurut Fayol adalah


1. Division of work (pembagian pekerjaan)
2. Authority dan responsibility (kewenangan dan tanggung jawab)
3. Dicipline (disiplin)
4. Unity of command (kesatuan komando)
5. Unity of direction (kesatuan arah)
6. Sub ordination of individual to generate interest (kepentingan individu
tunduk pada kepentingan umum)
7. Renumeration of personal (penghasilan pegawai)
8. Centralization (sentralisasi)
9. Scalar of hierarchy (jenjang hirarki)
10. Order (ketertiban)
11. Stability of tenure of personal (stabilitas jabatan pegawai)
12. Equity (keadilan)
13. Inisiative (prakarsa)

Managemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif.


Contoh penggunaan waktu yang efektif:
1. Eksekutif perawat kepala membuat suatu jadwal pertemuan yang
berhubungan dengan rencana managemen. Jadwal ini diikuti pada seluruh
aktivitas sampai pengaturan pertemuan, pertemuan divisi, pertemuan
profesi, perjalanan, ronde, pertemuan individu, dsb.
2. Perawat kepala dari lembaga pelayanan perawatan di rumah mempunyai
rencana pertemuan staf yang dimulai dan di akhiri pada setiap minggu.
Jadwal individual perawat ditinjau ulang pada setiap pertemuan dan di
bandingkan dengan tujuan produktivitas yang seimbang dengan anggaran.
3. Perawat kesehatan di rumah meninjau kembali jadwal setiap hari. Ini harus
tepat sehingga 5 menit sebelum menggunjungi pasien dapat ditambahkan
selama 40 jam kerja setiap minggu. Dengan cara ini jasa pelayanan
meningkat bbukan berupa materi.
Managemen keperawatan adalah pembuat keputusan. Managemen
keperawatan membutuhkan keputusan yang dibuat oleh perawat manager
pada setiap tingkatan bagian di bangsal atau unit.
Managemen keperawatan adalah suatu formulasi dan pencapaian tujuan
sosial. Perubahan sosial penting dalam hubungannya dengan kebutuhan
kesehatan. Tujuan pemenuhan seperti itu tergantung pada perawat manager.
Perawat manager mengatur dampak institusi sosial dan mengeluarkan
tanggung jawab sosialnya relatif terhadap keperawatan. 
Managemen keperawatan adalah pengorganisasian. Pengorganisasian
adalah pengidentifikasian kebutuhan organisasi dari pernyataan misi kerja
yang dilakukan dan menyesuaikan desain organisasi dan struktur untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini. 
Ada empat bentuk struktur organisasi : unit, departemen, puncak (divisi
atau tingkat eksekutif dari managemen organisasi), tingkat operasional
(meliputi semua fase pekerjaan dalam struktur organisasi)
Managemen keperawatan menunjukan fungsi, posisi atau tingkat sosial,
disiplin dan bidang studi. Managemen keperawatan adalah bagian yang aktif
dari divisi keperawatan, organisasi, dan lembaga dimana hal ini berfungsi :
1. Budaya organisasi mencerminkan nilai-nilai dan kepercayaan.
2. Managemen keperawatan adalah mengarahkan atau memimpin.
3. Divisi keperawatan yang dikelola baik memotivasi pekerja yang
memuaskan.
4. Managemen keperawatan komunikasi yang efisien.
5. Managemen keperawatan adalah pengendalian atau pengevaluasian.
(Swanburg, 2000 )

G. Kerangka Konsep Managemen Keperawatan


Kerangka konsep managemen keperawatan adalah managemen
partisipatif yang berlandaskan pada paradigma keperawatan yang terdiri atas
manusia, perawat/keperawatan, kesehatan dan lingkungan.
Manusia, dalam managemen partisipatif adalah individu,
keluarga/masyarakat yang diberikan pelayanan keperawatan melelui
pelaksanaan tugas keperawatan yang terorgaisasi, terarah, terkoordinasi dan
terintregasi dalam rentang kendali yang ditetapkan.
Perawat/keperawatan adalah tenaga keperawatan baik tingkat managerial
puncak, menengah, maupun bawah dan para pelaksana keperawatan yang
berada dalam rentang komunikasi untuk bekerja sama memberikan pelayanan
keperawatan sesuai dengan standar praktik keperawatan.
Aspek kesehatan merupakan kisaran hasil keperawatan yang berorientasi
pada beberapa dimensi pelayanan terhadap individu, keluarga dan masyarakat
melalui upaya mencegah, mempertahankan, meningkatkan dan memulihkan.
Aspek lingkungan merupakan area kewenangan dan tanggung jawab
keperawatan baik selama pasien berada dalam institusi pelayanan maupun
persiapan menjelang pulang.

H. Poses Managemen Keperawatan


Manajemen keperawatan terdiri atas beberapa komponen yang saling
berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5 elemen, yaitu input,
proses, output, control dan mekanisme umpan balik.
Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi,
personel, peralatan dan fasilitas. Proses pada umumnya merupakan kelompok
manajer dan tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai keperawatan
pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam
pelaksanaan pelayanan keperawatan. 
Elemen lain dalam pendekatan sistem adalah output atau keluaran yang
umumnya dilihat dan hasil atau kualitas pemberian asuhan keperawatan dan
pengembangan staf, serta kegiatan penelitian untuk menindaklanjuti hasil atau
keluaran. Control dalam proses manajemen keperawatan dapat dilakukan
melalui penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi  penampilan kerja
perawat, pembuatan prosedur yang sesuai standar dan akreditasi. Selain itu,
mekanisme umpan balik diperlukan untuk menyelaraskan hasil dan perbaikan
kegiatan yang akan datang. Mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui
laporan keuangan, audit keperawatan, dan survey kendali mutu, serta
penampilan kerja perawat.
Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi di lapangan berada sejajar
dengan proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen keperawatan
dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan proses keperawatan. Proses
manajemen, sebagaimana juga proses keperawatan, terdiri atas kegiatan
pengumpulan data, identifikasi masalah, pembuatan rencana, pelaksanaan
kegiatan, dan kegiatan penilaian hasil. ( Gillies, 1985 ).

I. Komponen Sistem Manajemen Keperawatan


Komponen dari Manajemen Keperawatan:
1. Input
2. Proses
3. Output
4. Kontrol
5. Feed back mechanism

INPUT
1. Informasi
2. Personal
3. Peralatan
4. Fasilitas 
PROSES
Kelompok manejemen [dari tertinggi sampai dengan perawat pelaksana] yang
mempunyai tugas dan wewenang untuk melaksanakan perencanaan,
organisasi, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan
keperawatan
OUTPUT
1. Askep (Asuhan Keperawatan)
2. Pengembangan staf sampai dengan riset
KONTROL
1. Budget
2. Prosedur
3. Evaluasi Kinerja
4. Akreditasi
FEED BACK MECHANISM
1. Laporan Financial
2. Audit Keperawatan
3. Survey Kendali Mutu
4. Kinerja 

Prinsip yang mendasari mananejemen keperawatan.


1. Berlandaskan perencanaan
2. Penggunaan waktu yang efektif
3. Melibatkan pengambilan keputusan
4. Memenuhi kebutuhan ASKEP pasien Ô kepuasan pasien sebagai tujuan
5. Terorganisir sesuai kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan

J. Prinsip-Prinsip yang Mendasari Manajemen Keperawatan


Prinsip – prinsip yang mendasari manajemen keperawatan adalah :
1. Manajemen keperawatan seyogyanya berlandaskan perencanaan karena
melalui fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko
pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang efektif dan terencana.
2. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang
efektif. Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun
perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
3. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan.
Berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan
kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan di berbergai
tingkat manajerial.
4. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus
perhatian manajer perawat dengan mempertimbangkan apa yang pasien
lihat, fikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien merupakan poin utama dari
seluruh tujuan keperawatan.
5. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan
sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.
6. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang
meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian
pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.
7. Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk
memperlihatkan penampilan kerja yang baik.
8. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasin yang efektif.
Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan
memberikan persamaan pandangan, arah dan pengertian diantara pegawai.
9. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan
perawat – perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi atau
upaya manajer untuk meningkatkan pengetahuan karyawan.
10. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi
penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian
instruksi dan menetapkan prinsip – prinsip melalui penetapan standar,
membandingkan penampilan dengan standar dan memperbaiki
kekurangan.
Berdasarkan prinsip – prinsip diatas maka para manajer dan administrator
seyogyanya bekerja bersama – sama dalamperenacanaan
danpengorganisasian serta fungsi – fungsi manajemen lainnya untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
K. Lingkup Manajemen Keperawatan
Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang
melibatkan berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan kemudian
menjadi hak yang paling mendasar bagi semua orang dan memberikan
pelayanan kesehatan yang memadai akan membutuhkan upaya perbaikan
menyeluruh sistem yang ada. Pelayanan kesehatan yang memadai ditentukan
sebagian besar oleh gambaran pelayanan keperawatan yang terdapat
didalamnya.
Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manajer keperawatan
yang efektif seyogyanya memahami hal ini dan memfasilitasi pekerjaan
perawat pelaksana. Kegiatan perawat pelaksana meliputi:
1. Menetapkan penggunakan proses keperawatan
2. Melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa
3. Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh
perawat
4. Menerima akuntabilitas untuk hasil – hasil keperawatan
5. Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan
Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para manajer
keperawatan melalui partisipasi dalam proses manajemen keperawatan
dengan melibatkan para perawat pelaksana. Berdasarkan gambaran diatas
maka lingkup manajemen keperawatan terdiri dari:
1. Manajemen operasional
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang keperawatan
yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu:
a. Manajemen puncak
b. Manajemen menengah
c. Manajemen bawah
Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen berhasil
dalam kegiatannya. Ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh orang –
orang tersebut agar penatalaksanaannya berhasil. Faktor – faktor tersebut
adalah
a. Kemampuan menerapkan pengetahuan
b. Ketrampilan kepemimpinan
c. Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin
d. Kemampuan melaksanakan fungsi manajeme
2. Manajemen asuhan keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu proses keperawatan
yang menggunakan konsep – konsep manajemen didalamnya seperti
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau
evaluasi.

L. Konsep Manajemen Keperawatan


Secara garis besar konsep terbagi lagi menjadi beberapa pengertian
diantaranya;
1. Konsep Kualiatas
Dalam konsep ini organisasi mementingkan kualitas yang mampu
memasuki pasar dan dengan demikian harus mementingkan kepuasan
pelanggan.
2. Konsep manajement
Dalam konsep manajemen bukan hanya manajer melainkan semua
personil bertugas melaksanankan manajemen menggunakan fakta dan
manajemen dengan siklus  PDCA (plan do check acet).
3. Konsep Proses
Dalam Konsep Proses siapapun yang akan melakukan tindakan lanjut
rangkaian tindakan,harus dianggap pelanggan yang harus dipuaskan.
Pengendalian proses juga lebih diutamakan agar kesalahan kualitas dapat
dihindari.
4. Konsep Standarilisasi
Dalam konsep ini semua melaksanakan pekerjaan berpangkal pada
standar seperti standar prosedur kualitas dan kompetensi 
5. Konsep Hormon Respect
Dalam konsep ini manusia sepenuhnya perlu dihormati untuk
membutuhkan motivasi.
6. Konsep Quality Assurunce
Dalam Konsep ini keikutsertaan pegawai dari kegiatan dalam gugus
kendali mutu (quality circle) 

M. Standar Pelaksanaan Managemen Keperawatan


1. Memenuhi Kriteria dan Hasil Manajemen Keperawatan
2. Memenuhi Aspek Aspek Operasional dan Fungsional Keperawatan
3. Memenuhi Mutu pelayanan Manajamen Kesehatan
4. Memenuhi Peran Dan meningkatkan Produktifitas Keperawatan

N. Tipe- Tipe Manajemen Keperawatan


Dalam setiap realitasnya bahwa manajemen dalam melaksanakan proses
manajemen keperawatannya terjadi adanya sesuatu perbedaan antaran saru
dengan lainnya ( menurut G.R Terry dikutip Maman Ukas).terbagi 6
tipe,yaitu:
1. Tipe Manajemen Pribadi (Manajementl Personal)
Dalam sistem kepemimpinan ini,segala sesuatu tindakan itu dilakukan
dengan mengadakan kontak pribadi ( secara lisan atau lansung )
2. Tipe Manajemen Non Pribadi (Non Manajement Personal).Dilaksanakan
melalui bawahan atau media non pribadi baik rencana atau perintah juga
pengawasan.
3. Tipe Manajemen Otoliter (Autoritotion Management).Biasanya bekerja
keras sungguh-sungguh teliti dan tertib
4. Tipe Manajemen Demokratis ( Democratis Management).Memenage
denagn demokratis oleh dirinya merupakan bagian dari kelompok yang
berusaha bertanggung jawab tentang pelaksanaan untuk tujuan bersama.
5. Tipe Manajemen Paternalistis (Paternalistis Management). Didirikan
oleh sesuatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan
pemimpin dan kelompok.
6. Tipe Manajemen Menurut bakat (indogenious Management) Biasanya
timbul pada orang informal yang mungkin berlatih dengan adanya sistem
kompetisi. (Sulaiman dan Sunarno,!983) dibagi menjadi 3
( Bertha,1983);
a. Otocratis
b. Demokratis 
c. Laissezfaire 

O. Standar Pelaksanaan Penetapan Tim Mankep


1. Peran Manajer 
Peran manajer dapat mempengaruhi faktor motivasi dan lingkung
( Nursalam,2002)
2. Peran Kepala Ruang
Kepala rungan disebuah ruangan keperawatan perlu melakukan
koordinasi kegiatan unit yang menjadi tanggung jawabnya dan
melakukan kegiatan evaluasi kegiatan pemberian asuhan keperawatan
kerja staf menurut ( Arwani, 2005 )
3. Lini dan staff
Otalitis ini menunjukakan kekuasaan supervisi langsung terhadap
bawahannya. Sebaliknya, kerja staff dirumah sakit umumnya
dihubungkan dengan kegiatan pengarahan atau pemberian saran.
Dibagian perawat, kepuasan ini dilaksanakan oleh paramenejer yang
bertanggung jawab terhadap pelatih dan pendidik.

P. Bentuk- Bentuk Evaluasi Manajemen Keperawatan


Evaluasi 
Tahap Akhir dari proses maenejerial adalah melakukan evaluasi seluruh
kegiatan yang telah dilaksanakan. Pada tahap ini manajemen akan
memberikan nilai seberapa jauh staff mampu melaksanakan tugasnya  dan
mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam
pelaksanaan.
1. Langkah-Langkah Evaluasi
a. Menentukan Kriteria,Standart dan pertanyaan evaluasi
b. Mengumpulkan data baru tentang klien
c. Menafsirkan data baru 
d. Membandingkan data baru dengan standar yang berlaku
e. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan
f. Melaksanakan Tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan 
2. Hasil Evaluasi
a. Tujuan tercapai ; Jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan
standar yang telah ditentukan 
b. Tujuan tercapai sebagian ; jika klien menunjukkan sebagian dari
standar dan kriteria yang telah ditetapkan
c. Tujuan tidak tercapai ; Jika klien tidak menunjukkan perubahan dan
kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.

Anda mungkin juga menyukai