Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH LABORATORIUM KEPERAWATAN

ANAK
PERAWATAN BAYI BERDASARKAN NEONATUS
ESENSIAL

Disusun oleh:

Nama : Lucky Herta Vio Handaru


NIM : 19121101
Prodi : D3 Keperawatan/ Semester 4

POLTEKKES BHAKTI MULIA SUKOHARJO


TAHUN PELAJARAN
2020/2021
Perawatan Bayi Berdasarkan Neonatus Esensial

A. CARA MEMPERTAHANKAN STATUS PERNAFASAN PADA BAYI BARU


LAHIR

Resusitasi adalah bantuan yang diberikan setelah bayi lahir agar ia bisa bernapas, biasanya
dilakukan setelah tali pusat dipotong.

Bayi yang setelah lahir tidak kunjung bisa bernapas, akan mengalami kekurangan oksigen
sehingga memicu kematian.

Tujuan resusitasi bayi baru lahir juga termasuk mencegah angka kematian dan kesakitan bayi
terkait cedera otak, jantung, dan ginjal.

Resusitasi termasuk dalam pemeriksaan bayi baru lahir yang membantu bayi bernapas normal
dan memperkuat degup jantung.

Pada dasarnya, bayi juga mengambil oksigen selama di dalam rahim. Namun, ia tidak
menghirup secara langsung, melainkan diambil dari aliran darah ibu melalui plasenta.

Namun, setelah bayi lahir, dokter akan memotong plasenta sehingga pasokan oksigen ke bayi
akan terhenti. Kemudian bayi akan mengambil oksigen dari udara untuk bernapas.

Sebagian bayi mungkin membutuhkan pertolongan untuk bernapas dengan normal.  Pasalnya,
tidak semua bayi mungkin bisa mengambil napas dari udara setelah lahir secara spontan.

Pada saat inilah,  resusitasi pada bayi yang baru lahir dibutuhkan untuk membantu si kecil
bernapas dengan lancar.

Kondisi yang membuat bayi membutuhkan resusitasi 


Tidak ada tanda yang dapat menunjukkan mana bayi yang membutuhkan resusitasi setelah
lahir dan mana yang tidak.

Hal ini membuat resusitasi tetap harus dipersiapkan pada setiap kelahiran si kecil.

Dikutip dari Hospital Care for Children, ada kondisi yang membuat bayi membutuhkan
resusitasi, yaitu:

 bayi lahir prematur,


 ibu mengalami preeklampsia,
 ketuban pecah dini (KPD),
 cairan amnion tidak bening,
 lahir setelah menjalani persalinan yang lama, dan
 lahir dari ibu yang menerima obat penenang selama tahap akhir persalinan.
Berdasarkan jurnal dari American Academy of Pediatrics (AAP), bayi baru lahir yang
membutuhkan resusitasi umumnya dinilai dengan empat kondisi berikut ini:

 Apakah bayi lahir pada usia kandungan cukup bulan?


 Apakah cairan ketuban bersih dari mekonium dan tanda infeksi?
 Apakah bayi bernapas atau menangis sesaat setelah lahir?
 Apakah bayi memiliki kerja otot yang baik?
Jika jawaban dari keempat pertanyaan tersebut adalah ‘tidak’, bayi membutuhkan resusitasi.

Bagaimana cara melakukan resusitasi bayi


Resusitasi dilakukan petugas kesehatan sesuai dengan kondisi si kecil. Terdapat empat
tindakan yang bisa dilakukan secara berurutan selama resusitasi bayi. 

Bayi mungkin hanya perlu menerima satu atau lebih dari empat tindakan ini. 

Pengambilan keputusan untuk maju melakukan setiap tindakan resusitasi ditentukan oleh
penilaian dari tiga tanda vital, yaitu pernapasan, detak jantung, dan warna kulit bayi.

Berikut langkah resusitasi bayi yang dilakukan oleh dokter:

Langkah awal

Sebagai langkah awal, ada beberapa hal yang dilakukan oleh dokter, yaitu:

 Memberikan kehangatan pada bayi.


 Memosisikan bayi dengan baik menghadap ke atas.
 Memastikan kepala bayi sedikit ke atas untuk membantu membuka jalan napas.
 Meletakkan lipatan kain di bawah bahu bayi untuk mempertahankan posisi ini. 
 Membersihkan saluran napas bayi jika diperlukan.
Pembersihan di atas termasuk melakukan pengisapan di mulut dan kemudian di hidung untuk
menghilangkan mekonium (feses bayi yang tertelan).

Prosedur ini dilakukan menggunakan tabung isap untuk dilakukan secara bergantian di mulut
dan hidung.

Langkah berikutnya adalah merangsang bayi untuk bernapas. 

Hal ini bisa dilakukan dengan cara menyentil atau menepuk telapak kaki bayi, serta
menggosok dengan lembut punggung, kaki, dan tangan bayi. 

Dokter akan menilai pernapasan, detak jantung, dan gerakan otot bayi setiap selesai
melakukan tindakan tersebut.  Jika bayi belum bernapas, dokter akan melakukan tindakan
selanjutnya.
Ventilasi

Ini adalah salah satu tindakan resusitasi yang bertujuan untuk memasukkan udara ke paru-
paru bayi.

Tindakan ventilasi dilakukan dengan cara memasang sungkup (masker oksigen) dengan
ukuran yang sesuai dengan wajah bayi sampai menutupi dagu, mulut, dan hidung bayi.

Dokter akan menjaga posisi kepala bayi dan meremas kantung yang ada pada sungkup. Hal
ini membuat udara masuk ke paru-paru bayi sehingga bagian dadanya agak naik. 

Jika dada bayi naik setelah dilakukan 2-3 kali ventilasi, artinya tekanan ventilasi mungkin
cukup diberikan pada bayi. 

Dokter akan melanjutkan pemberian ventilasi 40 kali per menit sampai bayi menangis atau
bernapas.

Namun, jika dada bayi tidak naik, mungkin ada masalah, seperti:

 saluran napas bayi tersumbat,


 pemasangan sungkup tidak benar,
 tekanan kurang kuat, dan
 pPosisi bayi tidak benar.
Dokter akan melanjutkan ke langkah berikutnya bila tidak ada perbaikan dari kondisi bayi.

Memberi tekanan di dada bayi

Hal ini dilakukan sementara untuk meningkatkan sirkulasi dan pengiriman oksigen ke organ-
organ penting bayi. 

Tekanan dada atau pijat jantung diberikan disertai dengan ventilasi, untuk memastikan agar
sirkulasi darah yang beredar dalam tubuh bayi cukup mendapatkan oksigen.

Setelah penekanan dada dilakukan selama 30-45 detik, dokter akan menilai detak jantung
bayi. 

Jika detak jantung bayi kurang dari 60 kali per menit penekanan dada harus dilanjutkan
(setelah pemberian suntikan epinefrin).

Pemberian epinefrin

Pemberian epinefrin dilakukan ketika ventilasi dan penekanan dada tidak bekerja dengan baik.

Tolak ukurnya adalah ketika ventilasi dan penekanan dada lebih dari 45 detik tidak mendapat
respon dari bayi.

Kondisi ini juga ditandai dengan detak jantung bayi tetap kurang dari 60 kali per menit dan
tidak ada peningkatan.
Tidak semua bayi perlu mendapatkan resusitasi. Semuanya tergantung pada kondisi kesehatan
si kecil saat dilahirkan.

B. CARA MEMPERTAHANKAN SUHU DENGAN PENGGUNAAN INKUBATOR


Inkubator bayi merupakan salah satu dari sekian banyak alat kedokteran yang sangat dibutuhkan
ketersediaannya di rumah sakit atau puskesmas. Inkubator bayi berfungsi untuk menjaga suhu tubuh bayi
dalam batas normal terutama untuk bayi yang lahir prematur.
Bayi prematur adalah bayi yang lahir kurang dari 37 minggu dan memiliki berat badan kurang dari
2500 gram. Oleh karena itu, bayi prematur memerlukan penanganan khusus.

Inkubator sangat dibutuhkan untuk memberi kehangatan bagi bayi prematur. Bayi prematur beresiko
mengalami hipotermia (suhu tubuh yang rendah) karena pada bayi prematur keadaan jaringan lemak di
bawah kulit kurang atau masih tipis. Inkubator juga bermanfaat untuk meminimalkan resiko kontak
bayi prematur dengan orang dan lingkungan yang berpotensi menularkan penyakit karena pada bayi
prematur fungsi organnya masih belum sempurna [1, 2].

Suhu inkubator bayi dijaga dalam batas normal sekitar 33°C sampai 35°C. Selain itu,
kelembaban relatif sebesar 40% sampai 60% perlu dipertahankan juga untuk membantu stabilitas suhu
tubuh bayi [3].
Terinspirasi dari Prof. Dr. Ir. Raldi Artono Koestoer yang membuat inkubator bayi dan dapat
dipinjam secara gratis terutama oleh masyarakat kelas menengah ke bawah [4]. Rancangan inkubator
bayi ini diharapkan ke depannya dapat dimanfaatkan oleh mereka yang membutuhkan fasilitas
inkubator bayi. Penyewaan inkubator bayi di rumah sakit bisa mencapai 1,5 juta per hari dan rata-rata
bayi membutuhkan perawatan tersebut selama satu minggu [2]. Bisa dibayangkan bagaimana
tanggungan biaya tersebut sangat membebani orangtua bayi yang memiliki keuangan tidak seberapa.
Alasan kebutuhan dan pentingnya ketersediaan akan inkubator bayi inilah yang menjadi latar
belakang dirancangnya inkubator bayi yang dapat dengan otomatis mengatur atau mengontrol suhu
dan kelembaban inkubator bayi. Inkubator yang dirancang ini dapat dengan otomatis menyalakan
elemen pemanas jika suhu inkubator di bawah batas normal dan menyalakan kipas jika suhu inkubator
di atas batas normal.

METODE

Perancangan Inkubator Bayi


Inkubator bayi yang dirancang ini memiliki panjang 60 cm, lebar 40 cm, dan tinggi 30 cm.
Bahan untuk inkubator ini terbuat dari bahan acrylic dan terbagi menjadi dua bagian. Bagian bawah
digunakan untuk meletakkan komponen elektronik dan bagian atas digunakan sebagai tempat bayi.
Tempat untuk meletakkan bayi diberi alas berupa matras atau busa guna kenyamanan bayi. Pada sisi
kanan dan kiri inkubator diberi lubang untuk sirkulasi udara.

Blok Diagram Sistem


Perancangan inkubator bayi ini memanfaatkan sensor suhu dan kelembaban DHT11 serta
mikrokontroler DT-AVR Low Cost Micro System. Keluaran dari sensor DHT11 sudah berupa sinyal
digital sehingga tidak mebutuhkan konversi analog ke digital (Analog to Digital Converter – ADC).
Hasil dari pembacaaan sensor DHT11 kemudian dikirim ke LCD untuk ditampilkan hasilnya
pengukuran suhu dan kelembaban udara. LCD yang digunakan adalah LCD 2x16. Sedangkan driver
digunakan untuk menyalakan atau mematikan kipas dan pemanas. Pemanas digunakan untuk menjaga
suhu inkubator dalam batas 33-35°C. Kipas digunakan untuk mengatur kelembaban suhu inkubator.
Blok diagram perancangan perangkat keras ditunjukkan pada Gambar 1.
Driver Kipas

DHT1
1 Rangkaian Mikrokontroler
ATmega85
35

Driver Pemana
s

LCD

Gambar 1. Blok diagram sistem

Sensor DHT11
Sensor DHT11 merupakan salah satu sensor yang mengukur kelembaban dan suhu udara
disekitarnya. Keluaran sensor DHT11 berupa sinyal digital yang sudah terkalibrasi. Jangkauan
pengukuran temperatur dari sensor ini adalah 0-50°C dan jangkauan pengukuran kelembaban
relatif sebesar 20-90%. Sensor DHT11 membutuhkan power supply sebesar 3 sampai 5,5 Volt
DC. Keakuratan untuk kelembaban relatifnya sebesar ± 4% dan keakuratan untuk temperatur
sebesar ± 2°C [5].
Pada sensor suhu dan kelembaban DHT11, nilai kelembaban udara yang diukur adalah
kelembaban relatif.
Kelembaban relatif atau relative humidity (RH) dapat didefinisikan sebagai perbandingan dari
tekanan parsial uap air dengan tekanan jenuh (saturasi) uap air, biasanya dinyatakan dalam persen.
Kelembaban relatif merupakan ukuran derajat kejenuhan udara.

RH P 100% (1)
P
dimana:
RH = kelembaban relatif
P = tekanan uap air
P* = tekanan jenuh atau saturasi

Udara bebas akan selalu mengandung uap air. Apabila udara tersebut mengandung seluruh
uap air yang mampu dibawanya, maka dikatakan bahwa udara tersebut mengalami kondisi jenuh.
Pada temperatur yang rendah, sangat sedikit uap air yang dibutuhkan untuk membuat udara
menjadi jenuh. Sedangkan pada temperatur yang tinggi, diperlukan banyak uap air untuk
membuat udara menjadi jenuh. Jadi, jika secara tiba-tiba temperatur udara turun maka sebagian
uap air tersebut akan mengembun. Udara tidak selalu berada pada kondisi jenuh tetapi pada
umumnya berada pada keadaan dibawah titik jenuh.
Jika kelembaban relatif bernilai 100% ini berarti udara mengalami keadaan saturasi atau
keadaan jenuh. Keadaan jenuh artinya udara penuh dengan uap air. Sedangkan jika kelembaban
relatif bernilai 0% berarti udara dalam keadaan kering sempurna.

Mikrokontroler ATmega8535
Mikrokontroler AVR (Alf and Vegard’s
Risc processor) ATmega8535 yang menggunakan teknologi RISC (Reduce Instruction Set
Computing) dimana program
berjalan lebih cepat karena hanya membutuhkan satu siklus clock untuk mengeksekusi satu
instruksi program. Secara umum, AVR dapat dikelompokkan menjadi 4 kelas, yaitu kelas
ATtiny, keluarga AT90Sxx, keluarga ATmega, dan AT86RFxx.

ATmega8535 memiliki 40 pin. Mikrokontroler ATmega8535 memiliki fitur-fitur utama


bebrapa diantaranya memiliki saluran input/output (I/O) sebanyak 32 buah yaitu port A, port B, port
C, dan memiliki port D serta Analog to Digital Converter (ADC) 10 bit sebanyak 8 saluran [6, 7].
Rangkaian minimum mikrokontroler ATmega8535 dengan frekuensi osilasi 16 MHz ditunjukkan
pada Gambar 3.
Gambar 3. Rangkaian minimum
mikrokontroler ATmega8535

Interface Sensor dengan Mikrokontroler Koneksi pin sensor suhu dan kelembaban
DHT11 dengan mikrokontroler sesuai dengan Tabel 1.

Tabel 1. Koneksi sensor DHT11 dengan


mikrokontroler
Pin Sensor DHT11 Pin Mikrokontroler
VCC VCC
Gnd Gnd
Data Port B0

Interface Mikrokontroler dengan LCD


Pemrograman mikrokontroler menggunakan BASCOM-AVR sehingga pin RW (Read/Write)
dapat langsung dihubungkan dengan Ground. Port Data untuk LCD Selain itu, jika menggunakan
konfigurasi BASCOM-AVR yang digunakan adalah lebar data interface 4 bit yaitu DB4 sampai DB7.
Koneksi pin mikrokontroler dengan LCD 16x2 sesuai dengan Tabel 2.

Tabel 2. Koneksi mikrokontroler dengan LCD


Pin Mikrokontroler Pin LCD
Port C.0 RS
GND RW
Port C.2 E
No Connection DB0-DB3
Port C.4 DB4
Port C.5 DB5
Port C.6 DB6
Port C.7 DB7
Perancangan Rangkaian Penggerak Kipas dan Pemanas
Kipas dan elemen pemanas diaktifkan oleh sebuah relay 12 Volt berdasarkan keluaran dari
port mikrokontroler. Transistor berfungsi sebagai saklar untuk menyalakan atau mematikan relay
DC 12 Volt yang terhubung dengan kipas atau pemanas. Relay untuk kipas dihubungkan ke
mikrokontroler Port D0. Rangkaian penggerak kipas ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Rangkaian penggerak kipas

Relay untuk pemanas dihubungkan ke mikrokontroler Port D1. Rangkaian penggerak


pemanas ditunjukkan pada Gambar 5.
Transistor dapat dimanfaatkan sebagai skalar. Artinya transistor dapat dioerasikan pada salah
satu keadaan yaitu keadaan saturasi atau keadaan cutoff tetapi tidak di tempat-tempat sepanjang garis
beban. Jika transistor berada dalam keadaan saturasi, transistor tersebut akan seperti sebuah saklar
yang tertutup dari kolektor ke emiter. Sedangkan jika transistor dalam keadaan cutoff maka transistor
akan seperti sebuah saklar terbuka [8].
Gambar 5. Rangkaian penggerak pemanas

Pada saat pin masukan berlogika High, maka kondisi transistor dalam keadaan saturasi maka
akan menghasilkan tegangan VCE sebesar 0,2 Volt atau mendekati 0 Volt sehingga relay dapat bekerja
menyalakan kipas atau pemanas. Sebaliknya, jika pin masukan berlogika Low maka membuat
transistor bekerja pada kondisi cut off. Pada kondisi cut off akan menghasilkan tegangan V CE hampir
sama dengan VCC sehingga relay tidak bekerja untuk menyalakan kipas atau pemanas.

Gambar 6. Transistor dalam keadaan


(a) saturasi dan (b) cut off

Pemrograman mikrokontroler
Bahasa yang digunakan untuk pemrograman mikrokontroler adalah bahasa Basic dengan compiler
software berupa BASCOM-AVR. Basic Compiler (Bascom) sebagai aplikasi untuk menuliskan perintah-
perintah ke mikrokontroler dalam bahasa Basic.
Pemrograman mikrokontroler ini berisi perintah untuk membaca data dari sensor dan
menampilkannya di LCD.
Pertama dimulai dengan bagian inisialisasi berisi inisialisasi jenis
mikrokontroler yang digunakan yaitu ATmega8535, frekuensi kristal (clock) yang digunakan
yaitu sebesar 10 MHz, dan deklarasi variabel. Selain itu juga terdapat inisialisai port-port yang
digunakan untuk komunikasi sensor ke mikrokontroler, untuk komunikasi mikrokontroler ke
relay, serta konfigurasi LCD. Kemudian dilanjutkan dengan perintah untuk pengambilan
data dari sensor DHT11. Setelah data suhu dan kelembaban diperoleh maka diikuti
perintah untuk menampilkannya di layar LCD.

Mulai

Inisialisasi

Ambil data

Tampilkan di LCD

Tidak Suhu
>35°C

Ya Suhu Tidak
<33°C

Ya
Cooler Cooler Heater Heater
OFF ON ON OFF

Selesai

Gambar 7. Diagram alur pemrograman


mikrokontroler
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaturan suhu disesuaikan dengan batas normal suhu inkubator yaitu 33°C sampai
35°C dan menggunakan pemanas untuk menaikkan suhu dalam inkubator. Sedangkan
pengaturan kelembaban udara disesuaikan dengan batas normal kelembaban suhu inkubator
yaitu sekitar 40% sampai 60% dan menggunakan kipas untuk menurunkan kelembaban udara
di dalam inkubator. Hasil
pengujian sistem secara keseluruhan ditunjukkan pada Tabel 5.
Berdasarkan hasil uji sistem inkubator pada Tabel 4, terlihat bahwa sistem sudah dapat
bekerja dengan baik untuk mengatur suhu dan kelembaban dalam batas normal.

Tabel 5. Hasil pengujian sistem keseluruhan


No. Suhu RH Kondisi Kondisi
(°C) (%) Pemanas Kipas
1. 31 45 ON OFF
2. 31 46 ON OFF
3. 32 44 ON OFF
4. 34 43 ON OFF
5. 35 43 OFF OFF
6. 33 55 ON OFF
7. 35 53 OFF OFF
8. 35 52 OFF OFF
9. 35 53 OFF OFF
10. 35 55 OFF OFF
11. 35 60 OFF OFF
12. 35 61 OFF ON
13. 34 60 ON OFF
14. 35 59 OFF OFF
15 35 58 OFF OFF

Saat suhu mencapai 35°C maka pemanas akan mati dan akan menyala kembali jika
suhu berada di bawah 33°C. Saat kelembaban inkubator berada di atas 60% maka kipas akan
menyala sampai kelembaban inkubator mencapai 40%. Saat kelembaban udara inkubator
sudah mencapai 40% maka kipas akan mati. Kipas akan menyala kembali jika kelembaban
kembali berada di atas 60%.

C. CARA PENCEGAHAN INFEKSI


Bayi yang baru lahir baik melalui melahirkan normal atau caesar memiliki resiko
terkena infeksi yang sangat besar. Kondisi ini sangat berhubungan dengan kondisi
sistem kekebalan tubuh bayi yang sangat lemah. Bayi yang baru lahir hanya memiliki
sistem kekebalan tubuh termasuk untuk penyakit yang terbatas saja. Karena itu
perawatan untuk bayi yang baru lahir memang lebih rumit dibandingkan ketika bayi
sudah berusia beberapa bulan. Infeksi bisa menular ke tubuh bayi baik selama dalam
kehamilan, persalinan maupun setelah dilahirkan. (baca:  proses persalinan – proses
kehamilan)

Berikut ini adalah beberapa upaya pencegahan infeksi pada bayi baru lahir.

1. Hidung dan mulut bayi segera dibersikan setelah lahir


Segera setelah bayi lahir maka tenaga medis harus membersihkan bagian mulut dan
hidung bayi. Cara ini dilakukan dengan alat pengisap yang sangat aman untuk bayi.
Ketika bayi lahir normal dan melewati perineum maka kemungkinan bayi menghisap
berbagai cairan dan kotoran yang mungkin bisa masuk ke tubuh bayi. Bahkan tindakan
ini sangat penting untuk mengeluarkan lendir dan mekonium jika memang ada dalam
mulut dan hidung bayi. Tindakan ini juga sangat penting untuk membantu bayi agar
bisa bernafas dengan baik melalui hidung dan mulut. Jika  bayi tidak bisa bernafas
dengan baik maka dokter bisa memberikan alat bantu nafas khusus untuk bayi.

Informasi persalinan normal:

 tanda tanda akan melahirkan


 ciri ciri kontraksi akan melahirkan
 cara agar persalinan normal tidak sakit
 cara agar melahirkan normal tidak sakit
 teknik pernafasan saat melahirkan
 resiko melahirkan normal setelah caesar
 pembukaan saat melahirkan

2. Segera mengikat plasenta setelah lahir

Ketika bayi lahir maka bayi masih tali plasenta yang terhubung langsung dengan
plasenta. Setelah bayi lahir maka sistem peredaran darah beralih dari plasenta sampai
ke tubuh bayi secara mandiri. Sehingga bagian plasenta sebenarnya sudah tidak
diperlukan lagi. Kemudian tenaga medis akan menjepit bagian tali plasenta hingga
beberapa lama kemudian semua bagian itu akan dipotong dengan alat yang steril. Cara
ini bisa membantu bayi agar tidak terkena infeksi dari plasenta yang masih melekat
dengan tubuh bayi.

Informasi persalinan caesar:

 resiko melahirkan normal setelah caesar


 resiko operasi caesar
 bahaya operasi caesar
 pemulihan rahim pasca caesar

3. Bayi menerima suntikan vitamin K

Semua bayi yang baru lahir sangat penting untuk menerima suntikan vitamin K.
Suntikan ini sangat penting untuk membantu sistem pembekuan darah dalam tubuh
bayi dan juga mencegah adanya pendarahan dalam tubuh bayi. Bahkan tindakan ini
sangat penting untuk mencegah adanya infeksi bakteri atau virus yang kemungkinan
sudah masuk ke dalam darah bayi selama dalam kandungan.

Informasi gangguan kehamilan:

 kehamilan ektopik
 hamil anggur
 tanda-tanda hamil kosong
 beda hamil anggur dan hamil diluar kandungan
 hamil anggur pada wanita
 hamil yang tidak terdeteksi

4. Pemberikan vaksin hepatitis B

Penyakit hepatitis B adalah jenis penyakit infeksi yang ditularkan melalui kontak
cairan dan hubungan seksual. Kemungkinan bayi juga bisa mengalami infeksi ini
karena tertular dari ibu hamil yang terkena hepatitis B. untuk mengatasi ini maka bayi
yang  baru lahir sebaiknya langsung menerima vaksin hepatitis B. Biasanya dokter
akan mengatakan hal ini ketika bayi sudah menerima vaksin dari rumah sakit.
(baca: bahaya hepatitis bagi ibu hamil – gejala hepatitis B pada ibu hamil) 

5. Pemberian antibiotik salep ke mata bayi

Bayi yang lahir normal atau caesar kemungkinan juga bisa terkena infeksi akibat
penyakit gonore atau clamidya dari ibu hamil. Penyakit ini bisa menular ke bayi
melalui cairan mata. Karena itu bayi harus menerima antibiotik agar tidak terkena
penyakit infeksi mata pada bayi. Tindakan ini mungkin bisa tidak dilakukan jika
memang ibu sudah bebas dari infeksi penyakit seksual ini.  Antibiotik bisa
menyebabkan pandangan mata bayi kabur namun akan membaik dalam beberapa hari
setelah dilahirkan.

Informasi penyakit mata pada bayi:

 penyebab belekan pada bayi baru lahir


 obat belekan pada bayi
 obat sakit mata untuk bayi
 penyebab mata merah dan berair pada bayi
 penyakit mata pada bayi

6. Membersihkan semua cairan dalam tubuh bayi

Ketika bayi baru lahir maka ada  banyak cairan dan lendir yang melekat dalam tubuh
bayi. Terkadang lapisan lemak juga masih menempel dalam kulit bayi. Semua bahan
yang melekat dalam kulit bayi bisa menyebabkan infeksi yang berbahaya untuk bayi.
Karena itu semua kotoran ini juga harus segera dibersihkan sehingga bayi langsung
bersih. Untuk memandikan bayi biasanya tidak dilakukan kecuali dengan
pertimbangkan khusus. Memandikan bayi yang baru lahir bisa meningkatkan resiko
penurunan suhu yang menyebabkan hipotermia pada bayi baru lahir.(baca:  cara
merawat bayi baru lahir)

7. Semua perlengkapan dan ruangan persalinan yang steril

Ketika Anda melahirkan di sebuah rumah sakit maka semua alat dan ruang persalinan
harus sangat steril. Infeksi bisa terjadi dimana saja termasuk dari alat yang digunakan
atau bahkan kain-kain yang berada dalam ruang persalinan. Karena itu biasanya rumah
sakit menerapkan suhu yang rendah untuk mencegah perkembangan bakteri atau
infeksi pada bayi baru lahir. Jika Anda tidak mendapatkan fasilitas ini maka segera
bicarakan dengan dokter. (baca: tips memilih rumah sakit bersalin)

Informasi bayi prematur dan sungsang

 ciri ciri bayi lahir prematur


 penyebab bayi lahir prematur
 cara mencegah bayi lahir prematur
 resiko bayi lahir prematur 7 bulan
 penyebab bayi sungsang
 ciri bayi sungsang
 cara agar bayi tidak sungsang
 bahaya melahirkan bayi sungsang

8. Tenaga medis harus menggunakan sarung tangan dan steril

Tenaga medis yang terlibat dalam persalinan harus menggunakan sarung tangan yang
steril. Semua orang harus mencuci tangan dengan cairan antiseptik sehingga bayi tidak
tertular infeksi ketika diperiksa atau disentuh. Pemeriksaan yang berhubungan dengan
jalur lahir harus dilakukan ketika diperlukan dan semua alat harus steril.

9. Pemeriksaan infeksi B Strep pada ibu hamil

Infeksi B strep untuk bayi yang baru lahir adalah kasus yang paling sering terjadi.
Sebenarnya infeksi ini akan dimulai semenjak bayi baru lahir hingga berusia kurang
lebih 1 minggu. Untuk itu ibu hamil harus bisa melakukan pengujian ketika kehamilan
berumur 35 sampai 37 minggu. Jika memang ibu hamil terkena infeksi maka bisa
menerima antibiotik yang sangat aman untuk ibu dan bayi dalam rahim. infeksi B strep
sering tidak menyebabkan gejala apapun sehingga banyak ibu hamil yang tidak
menyadari ketika terkena infeksi ini. Dan jika tidak dicegah maka bayi bisa terkena
infeksi dengan cepat.

10. Menerima antibiotik selama persalinan

Jika ibu dinyatakan terkena infeksi B Strep maka ibu harus menerima antibiotik selama
proses persalinan. Antibiotik akan diberikan melalui cairan IV dan sangat aman untuk
bayi dan ibu. Dokter bisa memberikan antibiotik ini jika memang ibu terkena infeksi
dan obat yang diberikan setelah pengujian tidak berhasil membunuh bakteri yang ada
dalam tubuh ibu. 

11. Persalinan caesar

Ketika ibu menderita beberapa infeksi penyakit menular seksual maka kemungkinan
dokter bisa memberikan alternatif persalinan caesar. Persalinan normal akan membuat
bayi melewati jalan lahir dan kemungkian  bayi akan terkena infeksi dari bakteri atau
sumber penyakit lain pada ibu. Namun pertimbangan ini juga bisa dilakukan jika ibu
mengalami kondisi seperti preeklampsia atau bayi besar dalam kandungan.

Informasi persalinan caesar:


 resiko melahirkan normal setelah caesar
 resiko operasi caesar
 bahaya operasi caesar
 pemulihan rahim pasca caesar

12. Bayi menerima vaksin lengkap sesuai jadwal


Kemudian ketika semua cara untuk mencegah infeksi sudah dilakukan sejak proses
persalinan hingga bayi lahir, maka bayi juga harus menerima vaksin secara rutin sesuai
jadwal. Bayi yang sudah menerima berbagai vaksin atau imunisasi bisa terhindari dari
bahaya bayi tidak imunisasi. Cara ini juga sangat penting untuk mencegah berbagai
penyakit pada bayi hingga tumbuh menjadi anak-anak.

D. CARA PEMBERIAN ASI


Cara Memberikan ASI Eksklusif yang Tepat

Air susu ibu atau ASI eksklusif adalah asupan terbaik bagi buah hati untuk pertumbuhan
fisik dan intelektualnya. Karena itulah para tenaga kesehatan selalu menyarankan
pemberian ASI eksklusif kepada ibu yang baru melahirkan. Pemberian ASI eksklusif harus
berlangsung selama enam bulan sejak bayi lahir tanpa tambahan asupan lain, termasuk air
putih. Ada pengecualian untuk vitamin, mineral, atau obat-obatan bila bayi memang
memerlukannya dalam kurun enam bulan itu.
Tapi periode enam bulan saja tidak cukup. Memberikan ASI eksklusif haruslah tepat untuk
mendapatkan hasil yang optimal bagi bayi. Cara terbaik memberikan ASI eksklusif adalah
dengan teknik latch on. Latch on adalah posisi ketika bayi menyusu dengan mulut melekat
pada payudara ibu. Teknik ini membantu bayi menerima ASI secara memadai.

 Menerapkan Posisi Latch On pada Bayi

American Pregnancy Association memberikan panduan menerapkan posisi latch on pada


bayi dalam proses menyusui.

 Pastikan posisi ibu nyaman, misalnya duduk di kursi dengan bantalan empuk dan
kursi kecil di depan untuk menaruh kaki.
 Bila perlu dan ada, gunakan bantal khusus menyusui bagi bayi.
 Pastikan posisi perut bayi dan ibu menempel berhadap-hadapan.
 Jangan mengarahkan tubuh ke bayi, melainkan biarkan bayi yang menyandar ke
tubuh ibu.
 Jaga agar telinga, bahu, dan panggul bayi sejajar agar bayi bisa menelan ASI lebih
mudah.
 Hidung bayi harus berada di depan putting ibu.
 Ibu mungkin harus menahan payudara untuk membantu memandu mulut bayi
mengarah ke puting. Pegang payudara dalam posisi jari membentuk huruf C atau U.
Pastikan jari jauh dari putting agar tidak mengganggu proses menyusui.
 Arahkan putting ke bagian atas bibir atau hidung, bukan langsung ke tengah mulut.
 Kepala bayi harus sedikit ke belakang, dagu harus mengarah ke atas.
 Jangan memaksa memasukkan puting ke mulut bayi. Rangsang saja agar mulut
bayi terbuka dengan mengoles-oleskan puting ke mulut bayi.
 Upayakan bayi menyusu dari bagian bawah areola.
 Cermati apakah bibir atas dan bawah bayi menjorok atau terlipat ke luar seperti
bibir ikan. Bila tidak demikian, ibu bisa menggunakan jari untuk membantu posisi
bibir bayi seperti itu.

Tips Menyusui dengan Teknik Latch On yang baik


Dalam pemberian ASI eksklusif dan sesudahnya, terdapat beberapa syarat untuk bisa
mengatakan teknik latch on sudah baik, yakni:

1. Bayi membuka mulut lebar-lebar


2. Bagian bawah bibir terlipat ke luar
3. Dagu bayi di bawah payudara
4. Bagian atas areola lebih banyak terlihat
5. Bentuk pipi bayi tidak kempot saat menyedot ASI
6. Tak terdengar bunyi decak dari bayi, hanya ada suara menelan
7. Bayi merasa nyaman, tidak gelisah
8. Ibu tidak merasa sakit
9. Bayi merasa kenyang setelah menyusu, tandanya antara lain lepas dari puting
dengan sendirinya atau tertidur

Bila saat memberikan ASI eksklusif tidak memenuhi kriteria latch on itu, ibu bisa
menempuh beberapa cara berikut ini:

 Berganti posisi menyusu


 Pindah ke tempat lain yang lebih sepi dan tenang
 Posisikan bayi langsung ke dada ibu dalam keadaan terbuka

Manfaat Latch On dengan Benar

Manfaat utama latch on dalam proses pemberian ASI eksklusif adalah memastikan bayi
menyerap kuantitas ASI secara maksimal. Jadi bayi tidak akan terus-terusan rewel karena
masih merasa lapar dan haus. Selain itu, teknik latch on membantu menguatkan ikatan
yang terjalin antara ibu dan sang buah hati selama menyusui. Manfaatkan kursus bagi ibu
hamil yang tersedia di rumah sakit untuk mencari tahu lebih lanjut apa itu latch on dan
bagaimana cara terbaik memberikan ASI eksklusif. Setiap ibu memiliki preferensi sendiri
dalam hal posisi pemberian ASI, entah itu sambil duduk atau berbaring. Yang pasti, ibu
harus memastikan melakukan teknik latch on dengan benar agar bisa mendapatkan
manfaatnya.

E. CARA MEMERAH ASI DAN PENYIMPANAN ASI


Memerah ASI dapat menggunakan cara manual (menggunakan tangan) ataupun
mekanis (menggunakan pompa air susu yang dijual di pasaran). Sebelum mulai
memerah ASI, cucilah kedua tangan Anda dan pastikan peralatan (pompa, cangkir
bermulut lebar untuk menampung ASI sementara, botol kaca untuk menyimpan ASI)
telah dalam keadaan steril.
Manual:
1. Kompreslah kedua payudara dengan air hangat (+15 menit)
2. Pijatlah payudara secara ringan ke arah bawah dan lakukan gerakan melingkar ke
arah puting susu
3. Tempatkan tangan di tepi areola (area sekitar puting susu yang berwarna lebih
gelap)salah satu payudara, posisi ibu jari berlawanan dengan jari telunjuk
4. Tekan tangan ke arah dada, tekan ibu jari dan telunjuk secara lembut dan
bersamaan pada tepi areola. Ulangi secara teratur dan putarlah jari secara perlahan di
sekeliling payudara agar tekanan mengenai seluruh saluran air susu dan seluruh ASI
bisa dikeluarkan
5. Letakkan cangkir bermulut lebar di bawah payudara yang diperah untuk
menampung air susu yang menetes
6. Teruskan dengan memerah payudara yang sebelahnya. Jika diperlukan, setelah
memerah payudara kedua, dapat kembali ke payudara pertama lagi. Hal ini dapat
dilakukan bila payudara masih terasa berat dan penuh dengan air susu. Pijatlah
payudara di antara waktu-waktu pemerahan
7. Jangan meremas payudara atau menggosok dan menekan puting dengan kasar agar
tidak melukai jaringan payudara
8. Biasanya diperlukan waktu sekitar 30 menit untuk memerah kedua payudara, dan
mungkin dibutuhkan waktu yang lebih lama bila Anda belum terbiasa. Oleh karena itu,
bersabarlah dan tidak usah frustrasi bila air susu tidak mengalir deras
9. Mengalirnya air susu dipengaruhi oleh hormon oksitosin yang dapat muncul bila
ibu merasa rileks. Melihat benda-benda yang mengingatkan ibu pada bayinya atau
menelpon rumah untuk mendengarkan suara bayi dapat membantu ibu lebih rileks dan
mempermudah keluarnya air susu
Menggunakan Pompa:
Perhatikanlah instruksi penggunaan yang terlampir saat membeli pompa air susu.
Bersihkanlah pompa sebelum dan sesudah penggunaan, atau disterilkan sesuai instruksi
penggunaan.
1. Basahilah bagian dalam cup tabung yang ditempelkan pada payudara dengan air
hangat. Tekan pompa, tempelkan cup tersebut ke payudara dengan benar, kemudian
lepaskan tekanan pada pompa agar payudara menempel dengan erat
2. Tekan pompa dengan tangan sampai air susu mengalir. Saat aliran telah berubah
menjadi tetesan, lepaskan cup dengan hati-hati, dan bersihkan payudara dengan kain
kering
3. Pindahkan pompa ke payudara sebelahnya dan lakukan prosedur yang sama. Anda
dapat melakukannya berulang-ulang secara bergantian pada kedua payudara
Setelah selesai memerah ASI, bersihkanlah payudara dengan lap bersih sebelum
kembali berpakaian. Pindahkanlah ASI perah dari wadah sementara ke dalam botol
kaca atau botol khusus ASI dan tutuplah dengan rapat.
Untuk cara penyimpanan ASI, sebelumnya pastikan kedua tangan Anda dalam keadaan
steril. Cucilah tangan dengan sabun dan simpan ASI perah dalam freezer. Jangan lupa
untuk mengingat beberapa hal ini sebelum menyimpan ASI ke dalam freezer:
 Berikanlah label pada botol bertuliskan tanggal dan jam ASI diperah, agar ASI
dapat digunakan sebelum kandungannya rusak.
 ASI yang baru saja diperah, atau sering disebut ASI perah (ASIP) segar, dapat
bertahan sekitar 6-8 jam dalam suhu ruangan (19 – 25oC).
 Bila ASI masih berupa kolostrum, yaitu ASI kental berwarna kekuningan yang
keluar pada hari-hari pertama setelah persalinan, dapat bertahan dalam suhu ruang
hingga 12 jam.
 Dalam cooler box (4-15oC) yang dijaga tetap tertutup, ASIP bisa bertahan 24 jam.
Bila ASIP segar disimpan dalam kulkas bersuhu 0-4o C, ASIP dapat bertahan
selama 5-8 hari.
 ASIP yang disimpan dalam freezer akan bertahan lebih lama; freezer pada kulkas 1
pintu memberikan waktu simpan hingga 2 minggu, sedangkan dalam freezer kulkas
2 pintu, ASIP bisa bertahan hingga 6 bulan.
 Simpanlah botol ASIP pada kulkas bagian dalam paling belakang, yang suhunya
paling dingin. Jangan menyimpan ASIP di bagian pintu kulkas, karena suhunya
kurang stabil.
 Wadah yang digunakan untuk menyimpan ASIP sebaiknya yang terbuat dari kaca,
agar lemak dari ASI tidak mudah tertinggal menempel pada dinding wadah.
 Isilah botol-botol itu dengan ASI sejumlah yang akan habis dalam satu kali minum
oleh bayi, sebab ASIP yang telah dihangatkan, tidak boleh dibekukan kembali.
 ASI tidak boleh direbus.
 Untuk menghangatkannya, isilah sebuah mangkok dengan air panas, dan letakkan
botol kaca berisi ASIP di dalamnya.
 ASIP beku juga dapat disimpan dalam kulkas biasa dulu selama 24 jam agar
mencair, sebelum dihangatkan dan diberikan pada bayi menggunakan sendok.
 Gunakanlah ASIP dimulai dari botol yang tanggal pemerahannya lebih awal.

Anda mungkin juga menyukai