Disusun oleh:
Nama : ARINI AHMAD
NIM : PO.62.24.2.21.536
LAPORAN KASUS
Disusun oleh:
Pembimbing Lapangan
Tanggal:
Di:
(Edith Safarina, S.Tr.Keb)
NIP. 19770829 200501 2 010
Pembimbing Institusi
Tanggal:
Di:
(Herlinadiyaningsih, SST., M.Kes)
NIP. 19800807 200501 2 003
LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan,
Pembimbing Institusi,
Mengetahui,
A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO), setiap tahun terdapat
13.778 kematian ibu, atau setiap 2 jam terdapat 2 ibu hamil atau ibu nifas yang
meninggal karena berbagai faktor penyebabnya. Penyebab langsung yang
berkaitan dengan kematian ibu adalah komplikasi pada kehamilan, persalinan
dan nifas yang tidak tertangani dengan baik dan tepat waktu (Seniorita, 2017).
Salah satu keberhasilan pencegahan kematian ibu terletak pada
keberhasilan asuhan pada masa nifas karena sekitar 60% kematian ibu terjadi
setelah melahirkan dan hampir dari 50% dari kematian pada masa nifas terjadi
pada 24 jam pertama setelah persalinan,di antaranya disebabkan oleh
komplikasi masa nifas. Keberhasilan asuhan nifas terlaksana apabila ibu nifas
dan keluarga memiliki pengetahuan dasar yang baik tentang masa nifas dan
tanda bahaya yang mungkin terjadi serta mendapatkan akses terhadap
pelayanan posnatal sehingga mereka bisa melalui masa nifas dengan baik dan
1
dan benar serta anak mendapatkan kekebalan tubuh secara alami. Diperlukan
suatu upaya untuk meningkatkan produksi ASI semasa nifas salah satunya
adalah dengan perawatan payudara sehingga hak- hak bayi untuk mendapatkan
asi dari ibunya terpenuhi (Elvira dkk, 2017).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, pemberi asuhan merumuskan masalah yaitu
“Bagaimana Asuhan Kebidanan Fisiologi Holistik Ibu Nifas dan
M e n y u s u i pada Ny. Y usia 27 tahun P1A0 6 Jam Post Partum?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Mampu menerapkan teori, konsep dan prinsip kebidanan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dan menyusui secara
holistik.
b. Mampu mengintegrasikan kebijakan pemerintah dalam membentuk
asuhan kebidanan pada ibu nifas dan menyusui secara holistik.
c. Mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dan menyusui
secara holistik dengan pendekatan manajemen asuhan kebidanan dan
melakukan dokumentasi secara SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada ibu
nifas dan menyusui dengan pendekatan holistik.
b. Mampu melakukan analisa data dengan berpikir kritis pada asuhan nifas
dan menyusui.
c. Mampu melakukan perencanaan asuhan nifas dan menyusui dengan
pendekatan holistik.
d. Mampu melakukan implementasi asuhan nifas dan menyusui dengan
pendekatan holistic berdasarkan evidence based midwifery.
e. Mampu melakukan evaluasi asuhan nifas dan menyusui dengan
pendekatan holistik.
f. Melakukan pendokumentasian asuhan nifas dan menyusui dengan
metode SOAP
D. Manfaat
1. Klien
Diharapkan dapat memberikan wawasan dan informasi pada ibu nifas
memberikan asuhan secara holistic berdasarkan evidencebased midwifery.
2. Mahasiswa
Diharapkan dapat memberikan wawasan dan informasi pada informasi
pada memberikan holistic berdasarkan evidence based midwifery.
3. Lahan Praktik
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pelayanan di lahan praktik
untuk meningkatkan pelayanan serta asuhan yang baik pada ibu nifas
dengan memberikan asuhan secara holistic berdasarkan evidencebased
midwifery.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
d. Kebersihan Diri
Bidan harus bijaksana dalam memberikan motivasi ibu untuk
melakukan personal hygiene secara mandiri dan bantuan dari keluarga.
Ada beberapa langkah dalam perawatan diri ibu post partum, antara
lain:
1) Jaga kebersihan seluruh tubuh ibu untuk mencegah infeksi dan
alergi kulit pada bayi.
2) Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air, yaitu dari
daerah depan ke belakang, baru setelah itu anus.
3) Mengganti pembalut minimal 2 kali dalam sehari.
4) Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali selesai
membersihkan daerah kemaluan.
5) Jika mempunyai luka episiotomi, hindari untuk menyentuh daerah
luka agar terhindar dari infeksi sekunder.
e. Istirahat
Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang cukup
untuk memulihkan kembali keadaan fisik. Kurang istirahat pada ibu
post partum akan mengakibatkan beberapa kerugian, misalnya:
1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.
2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan.
3) Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi
dan diri sendiri.
4) Bidan harus menyampaikan kepada pasien dan keluarga agar
ibu kembali melakukan kegiatan-kegiatan rumah tangga secara
perlahan dan bertahap. Namun harus tetap melakukan istirahat
minimal 8 jam sehari siang dan malam.
f. Seksual
Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu
darah merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua jarinya
ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Tetapi banyak budaya dan agama
yang melarang sampai masa waktu tertentu misalnya 40 hari atau 6
minggu setelah melahirkan. Namun keputusan itu tergantung pada
pasangan yang bersangkutan.
g. Latihan/Senam Nifas
Agar pemulihan organ-organ ibu cepat dan maksimal,hendaknya
ibu melakukan senam nifas sejak awal (ibu yang menjalani persalinan
normal). Berikut ini ada beberapa contoh gerakan yang dapat
dilakukan saat senam nifas:
1) Tidur telentang, tangan di samping badan. Tekuk salah satu
kaki, kemudian gerakkan ke atas mendekati perut. Lakukan
gerakan ini sebanyak 15 kali secara bergantian untuk kaki
kanan dan kaki kiri. Setelah itu, rileks selama 10 hitungan.
2) Berbaring telentang, tangan di atas perut, kedua kaki ditekuk.
Kerutkan otot bokong dan perut bersamaan dengan mengangkat
kepala, mata memandang ke perut selama 5 kali hitungan.
Lakukan gerakan ini sebanyak 15 kali. Rileks selama 10 hitungan.
3) Tidur telentang, tangan di samping badan, angkat bokong sambil
mengerutkan otot anus selama 5 hitungan. Lakukan gerakan ini
sebanyak 15 kali. Rileks selama 10 hitungan.
4) Tidur telentang, tangan di samping badan. Angkat kaki kiri
lurus ke atas sambil menahan otot perut. Lakukan gerakan
sebanyak 15 kali hitungan, bergantian dengan kaki kanan. Rileks
selama 10 hitungan.
5) Tidur telentang, letakan kedua tangan di bawah kepala,
kemudian bangun tanpa mengubah posisi kedua kaki (kaki tetap
lurus). Lakukan gerakan sebanyak 15 kali hitungan, kemudian
rileks selama 10 hitungan sambil menarik napas panjang lewat
hidung, keluarkan lewat mulut.
6) Posisi badan nungging, perut dan paha membentuk sudu 90
derajat. Gerakan perut ke atas sambil otot perut dan anus
dikerutkan sekuat mungkin, tahan selama 5 hitungan. Lakukan
gerakan ini sebanyak 15 kali, kemudian rileks selama 10 hitungan.
2) Usia 3 hari
Lambung bayi sudah agak besar, yaitu sebesar biji kenari. Satu kali
menyusu, ASI yang bisa ditambung sekitar 22-27 ml.
3) Usia 1 minggu
Lambung bayi sudah sebesar buah apricot. Satu kali menyusu,
lambungnya bisa menampung 45-60 ml ASI atau kira-kira 1,5-2
gelas ASI per hari. Biasanya di usia ini kebutuhan ASI meningkat
karena bayi mengalami growth spurt.
4) Usia 1 bulan
Saat ini ukuran lambung bayi sebesar telur ayam. Satu kali
menyusu, ia bisa menampung ASI sebanyak 80-150 ml. Frekuensi
menyusu bayi juga semakin meningkat antara 2-3 jam sekali.
5) Usia 6 bulan
Kebutuhan ASI meningkat seiring berkembangan kapasitas
lambungnya. Satu kali menyusu, lambungnya bisa menampung
700-800 ml ASI. Bayi juga sudah mulai diperkenalkan dengan
MPASI.
6) Usia >1 tahun
Kebutuhan MPASI semakin meningkat. Sedangkan kebutuhan
ASInya menurun sekitar 550-600 ml sehari.
Gambar 2.2. Ukuran Lambung Bayi
6. ASI Eksklusif
a. Pengertian ASI eksklusif
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan
minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan.
Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini. Pada
tahun 2001 World Health Organization/Organisasi Kesehatan Dunia
menyatakan bahwa ASI eksklusif selama enam bulan pertama hidup
bayi adalah yang terbaik. Dengan demikian, ketentuan sebelumnya
(bahwa ASI eksklusif itu cukup empat bulan) sudah tidak berlaku lagi.
WHO dan UNICEF merekomendasikan langkah-langkah
berikut untuk memulai dan mencapai ASI eksklusif :
1) Menyusui dalam satu jam setelah kelahiran.
2) Menyusui secara eksklusif: hanya ASI. Artinya, tidak
ditambah makanan atau minuman lain, bahkan air putih
sekalipun.
3) Menyusui kapan pun bayi meminta (on-demand), sesering yang
bayi mau, siang dan malam.
4) Tidak menggunakan botol susu maupun empeng.
5) Mengeluarkan ASI dengan memompa atau memerah dengan
tangan, di saat tidak bersama anak.
6) Mengendalikan emosi dan pikiran agar tenang.
b. Kesalahpahaman Mengenai ASI Eksklusif
Setelah ASI eksklusif enam bulan tersebut, bukan berarti
pemberian ASI dihentikan. Seiiring dengan pengenalan makanan
kepada bayi, pemberian ASI tetap dilakukan, sebaiknya menyusui dua
tahun menurut rekomendasi WHO.
c. Mengapa umur 6 bulan adalah saat terbaik anak mulai diberikan
MPASI?
1) Pemberian makan setelah bayi berumur 6 bulan memberikan
perlindungan besar dari berbagai penyakit. Hal ini disebabkan
sistem imun bayi < 6 bulan belum sempurna. Pemberian MPASI
dini sama saja denganmembuka pintu gerbang masuknya berbagai
jenis kuman. Belum lagi jika tidak disajikan higienis. Hasil riset
terakhir dari peneliti di Indonesia menunjukkan bahwa bayi yang
mendapatkan MPASI sebelum ia berumur 6 bulan, lebih banyak
terserang diare, sembelit, batuk-pilek, dan panas dibandingkan
bayi yang hanya mendapatkan ASI eksklusif. Belum lagi
penelitian dari badan kesehatan dunia lainnya.
2) Saat bayi berumur 6 bulan ke atas, sistem pencernaannya sudah
relatif sempurna dan siap menerima MPASI. Beberapa enzim
pemecah protein seperti asam lambung, pepsin, lipase, enzim
amilase, dan sebagainya baru akan diproduksi sempurna pada saat
ia berumur 6 bulan.
3) Mengurangi risiko terkena alergi akibat pada makanan. Saat bayi
berumur < 6 bulan, sel-sel di sekitar usus belum siap untuk
kandungan dari makanan. Sehingga makanan yang masuk dapat
menyebabkan reaksi imun dan terjadi alergi.
4) Menunda pemberian MPASI hingga 6 bulan melindungi bayi dari
obesitas di kemudian hari. Proses pemecahan sari-sari makanan
yang belum sempurna. Pada beberapa kasus yang ekstrem ada
juga yang perlu tindakan bedah akibat pemberian MPASI terlalu
dini. Dan banyak sekali alasan lainnya mengapa MPASI baru
boleh diperkenalkan pada anak setelah ia berumur 6 bulan.
7. Cara Merawat Payudara
Perawatan buah payudara dilakukan sebagai kelanjutan perawatan
pada masa hamil sampai hari ke 3 setelah melahirkan. Terbukti adanya
efek prolaktin pada payudara yang menyebabkan payudara menjadi
bengkak karena pembuluh darah membesar, serta meningkatnya suhu
tubuh atau rasa sakit. Sel-sel acini menghasilkan air susu dan mulai
berfungsi. ASI mulai mencapai ampulla mammae ini air susu disimpan
sementara, sebelum dihisap oleh bayi, oleh sebab itu dengan perawatan
payudara yang baik maka kesulitan dapat dihindari.
a. Puting susu ditutup dengan kapas minyak kelapa selama 2 menit.
b. Kedua telapak tangan diletakkan di ujung-ujung jari menghadap ke
bawah. Telapak tangan ditarik ke atas melingkari payudara, dan
sambil menganggal payudara tersebut
seperti ini telinga bayi akan berada dalam satu garis dengan
leher dan lengan bayi
e) Menjauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara
menekan pantat bayi dengan lengan ibu.
2) Posisi mulut bayi dan putting ibu
a) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas jari yang lain
menopang dibawah (bentuk C) atau dengan menjepit payudara
dengan jari telunjuk dan jari tengah (bentuk gunting),
dibelakang areola (kalang payudara)
b) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting
reflek) dengan cara menyentuh puting susu, menyentuh sisi
mulut puting susu.
c) Menunggu samapi bayi bereaksi dengan membuka
mulutnya lebar dan lidah ke bawah
d) Dengan cepat mendekatkan bayi ke payudara ibu dengan
cara menekan bahu belakang bayi bukan bagian belakang
kepala
e) Memposisikan puting susu diatas bibir atas bayi dan
berhadapan- hadapan dengan hidung bayi
f) Kemudian memasukkan puting susu ibu menelusuri langit-
langit mulut bayi
g) Mengusahakan sebagian aerola (kalang payudara) masuk ke
mulut bayi, sehingga puting susu berada diantara pertemuan
langit- langit yang keras (palatum durum) dan langit- langit
lunak (palatum molle)
h) Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan
gerakan memerah sehingga ASI akan keluar dari sinus
lactiferousyang terletak dibawah kalang payudara
i) Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan
baik, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi
j) Beberapa ibu sering meletakkan jarinya pada payudara dengan
hidung bayi dengan maksud untuk memudahkan bayi
bernafas.
Hal itu tidak perlu karena hidung bayi telah dijauhkan dari
payudara dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu.
Menganjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk
mengelus- elus bayi
3) Cara Menyendawakan Bayi dengan
a) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu
kemudian punggung ditepuk perlahan-lahan atau
b) Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian
punggungnya di tepuk perlahan-lahan.
4) Menganjurkan ibu agar menyusui bayinya setiap saat bayi
menginginkan (on demand)
A. Judul Kasus
Asuhan Kebidanan Nifas pada Ny. Y usia 27 Th P1A0 Postpartum 6 Jam di
PMB Edith Safarina, S.Tr.Keb.
B. Pelaksanaan Kasus
1. Hari/Tanggal : Sabtu/ 27 November 2021
2. Pukul : 05.00 Wib
3. Tempat : PMB Edith Safarina, S.Tr.Keb
4. Pengkaji : Arini Ahmad
C. Identitas Pasien
Nama Ibu : Ny. Y Nama Ayah : Tn. P
Umur : 27 Tahun Umur : 23 Tahun
Suku : Dayak Suku : Dayak
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan Honorer
Alamat : Ds. Hapalam Alamat : Ds. Hapalam
Pada hari Jumat tanggal 26 Nopember 2021 pukul 22.55 WIB ibu
melahirkan dengan spontan pervaginam. Pada tanggal 27 Nopember 2021 pkl.
05.00 WIB dilakukan pengkajian pada ibu nifas, ibu mengatakan senang atas
kelahiran anaknya, masih sakit pada area jahitan di perineum, perut nya
masih terasa mulas, dan bayi nya menyusu dengan kuat.
Bidan melakukan anamnesa lengkap pada ibu, selanjutnya dilakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil TD: 110/70 mmHg, N: 76 x/m,
R: 20 x/m, S: 36,6’C, BB: 64 kg, TB: 156 cm, Lila: 27 cm. Pemeriksaan Fisik:
Kontraksi Uterus Baik, Uterus teraba keras, TFU 2 jari bawah pusat, Payudara:
Kolostrum (+), Pengeluaran Pervaginam: Lochea Rubra, Kandung Kemih:
Kosong, Laserasi Derajat II.
Langkah ini dilakukan identifikasi masalah yang benar terhadap diagnosa
dan masalah serta kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-
data dari hasil anamnesa yang dikumpulkan. Data yang sudah dikumpulkan
diidentifikasi sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. Bidan
mendiagnosa Ny. Y P1A0 Postpartum 6 jam. Selama masa nifas berlangsung,
ibu akan mengalami banyak perubahan, baik fisik maupun psikologi walaupun
sebenarnya sebagian bersifat fisiologis, namun jika tidak dilakukan
pendampingan melalui asuhan kebidanan maka tidak menutup kemungkinan
akan terjadinya keadaan patologis. Banyak para ibu yang tidak mengetahui
pentingnya perawatan pasca melahirkan dikarenakan para ibu tidak begitu
memahami dan tidak tahu bagaimana kebutuhan yang seharusnya diperlukan
dalam proses pemulihan alat reproduksi ke semula sebelum melahirkan. Seperti
pentingnya kebutuhan kebersihan yang sangat membantu proses pemulihan alat
genitalia, agar tidak terjadi infeksi (Nuryati dkk, 2017).
Masa nifas berlangsung selama 6 minggu. Pada masa ini terjadi
perubahan-perubahan fisiologis yaitu salah satunya adalah laktasi atau
pengeluaran air susu. Masa laktasi mempunyai tujuan yaitu untuk meningkatkan
pemberian ASI ekslusif dan meneruskan pemberian ASI sampai anak umur
72
2 tahun secara baik dan benar serta anak mendapatkan kekebalan tubuh secara
alami. Diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan produksi ASI semasa nifas
salah satunya adalah dengan perawatan payudara sehingga hak-hak bayi untuk
mendapatkan asi dari ibunya terpenuhi (Elvira dkk, 2017).
Asuhan kebidanan yang diberikan di antara nya KIE tentang nyeri perut
(involusi uterus), KIE tentang mobilisasi dini, dan KIE tentang perawatan luka
dan cara mempercepat penyembuhan pada luka. Selain itu memberikan KIE
tentang nutrisi pada masa nifas, untuk memperlancar ASI dengan konsumsi
sayur katuk.
73
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Ny. Y P1A0 PostPartum 6 Jam, ibu mengatakan senang atas kelahiran
anaknya, masih sakit pada area jahitan di perineum, perut nya masih terasa
mulas, dan bayi nya menyusu dengan kuat. pemeriksaan tanda-tanda
vital didapatkan hasil TD: 110/70 mmHg, N: 76 x/m, R: 20 x/m, S: 36,6’C,
BB: 64 kg, TB: 156 cm, Lila: 27 cm. Pemeriksaan Fisik: Kontraksi Uterus
Baik, Uterus teraba keras, TFU 2 jari bawah pusat, Payudara: Kolostrum (+),
Pengeluaran Pervaginam: Lochea Rubra, Kandung Kemih: Kosong, Laserasi
Derajat II. Asuhan kebidanan yang diberikan di antara nya KIE tentang nyeri
perut (involusi uterus), KIE tentang mobilisasi dini, dan KIE tentang
perawatan luka dan cara mempercepat penyembuhan pada luka. Selain itu
memberikan KIE tentang nutrisi pada masa nifas, untuk memperlancar ASI
dengan konsumsi sayur katuk. Pendokumentasian dilakukan dengan
menggunakan SOAP.
2. Saran
a. Klien
Diharapkan ibu dan suami dapat melaksanakan segala anjuran yang
diberikan dan dapat mengaplikasikan nya sebagai upaya untuk
mengurangi nyeri luka di perineum, dan memperlancar ASI.
b. Mahasiswa
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian dan literatur untuk
meningkatkan dan mengembangkan mutu pembelajaran dalam asuhan
kebidanan berdasarkan evidence based midwifery pada masa nifas.
c. Lahan Praktik
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk dapat
meningkatkan mutu pelayanan asuhan kebidanan berdasarkan evidence
based midwifery pada masa nifas.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, F. M., & Alifah, M. (2018). Pengaruh Pemberian Putih Telur Terhadap
Lama Penyembuhan Luka Perineum. Jurnal Keperawatan, 11(2), 14–
21.
Djama, N. (2018). Pengaruh Konsumsi Daun Kacang Panjang Terhadap
Peningkatan Produksi Asi Pada Ibu Menyusui. Jurnal Riset Kesehatan,
7(1),5. https://doi.org/10.31983/jrk.v7i1.3133
Fakhrina, D., & Yuswardi. (2018). Pemenuhan Hak Pasien Atas Informasi
OlehPerawat Patients Right of Information Fulfillment By the Nurse.
JIM FKep,3(3), 1–5.
Fitri, E. Y., Aprina, A., & Setiawati, S. (2020). Pengaruh Senam Kegel
terhadap Penyembuhan Luka pada Ibu Post Partum. Jurnal Ilmiah
Keperawatan Sai Betik, 15(2), 179.
https://doi.org/10.26630/jkep.v15i2.1844
Herlina, Virgia, V., & Wardani, R. (2018). Hubungan Teknik Vulva Hygiene
Dengan Penyembuhan Luka Perinium Pada Ibu Post Partum. Jurnal
Kebidanan, 4(I), 5–10.
Indra Gunawan, T. A. (2017). Tinggi Fundus Uteri Pada Post Partum yang
Melaksanakan Senam Nifas. Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik,
11(2),183–188.
Kasanah, U., & Alika, S. (2020). Efektifitas Mobilisasi Dini Dalam Mempercepat
Involusi Uteri Ibu Post Partum. Community of Publising in Nursing,
8(April), 11–16.
https://ocs.unud.ac.id/index.php/coping/article/view/58924
Paju, W., & Dwiantoro, L. (2018). Upaya Meningkatkan Komunikasi Efektif
Perawat. Keperawatan, 10(1), 28–36.
http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/Keperawatan/article/view/6
5/46
Pitriani, R., & Andriyani, R. (2021). Penerapan Pendokumentasian Asuhan
Kebidanan Dengan Metode S-O-a-P Pada Praktik Bidan Mandiri.
Jurnal Kebidanan Malahayati, 7(3), 544–547.
https://doi.org/10.33024/jkm.v7i3.3641
Triananinsi, N., Andryani, Z. Y., & Basri, F. (2020). Hubungan Pemberian
Sayur Daun Katuk Terhadap Kelancaran ASI Pada Ibu Multipara Di
Puskesmas Caile The Correlation of Giving Sauropus Androgynus
LeavesTo The Smoothness of Breast Milk In Multiparous Mother At
Caile Community Health Centers. Journal of Healthcare, 6(1), 12–
20.
Fitriahadi, E & Utami, I . 2018. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas
Beserta Daftar Tilik. Yogyakarta : UNISA
Mariati, 2018, ‘Perawatan Diri Berbasis Budaya Selama Masa Nifas Pada Ibu
postpartum. Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. 6, No. I, hh. 48 – 56
Mustika,D.N & Nurjanah, S. 2018. Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Nifas.Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Seniorita, D. 2017, ‘Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum Tentang
Kebutuhan Dasar Selama Masa Nifas Di Rumah Bersalin
Srikaban Binjai Tahun 2016’ , Jurnal Ilmiah Kohesi, Vol. 1, No. 1,
hh. 32 – 42.
Siregar, D 2017, ‘Hubungan Pengetahuan Ibu Post Partum Dengan Teknik
Menyusui Yang Benar di Klinik Mariana Medan, Jurnal
JUMANTIK, Vol. 2, No.2, hh. 115 – 125
Sukma, F. 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta :
Fak
Wahyuni, E.D.,2018. Bahan Ajar Kebidanan Asuhan Kebidanan Nifas
dan
Menyusui. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia