OLEH :
EGI PRATAMA
C1E119030
KENDARI
2021
Sistem bikameral dan sistem unikameral, sistem yang manakah yang digunakan pada masa
orde baru dan pasca orde baru. Jelaskan berdasarkan analisis masing-masing !
Sistem pemerintahan pada masa Orde Baru dimulai sejak 23 Februari 1966 sampai 21 Mei
1998 dalam bentuk Negara Indonesia Kesatuan (NKRI), sistem pemerintahan Presidensial,
bentuk pemerintahan Republik dan UUD 1945 sebagai dasar konstitusi atau undang-undang
yang berlaku. Secara sistem, pemerintahan Orde Baru tidak memiliki perubahan berarti dari
era sebelumnya. Namun tetap ada beberapa perbedaan mendasar dilihat dari masa orde baru
yang diubah karena dianggap sebagai penyimpangan di masa orde lama. Beberapa pokok
sistem pemerintahan pada masa Orde Baru yang tercantum pada Penjelasan UUD 1945 yaitu:
Indonesia adalah negara hukum yang menganut sistem konstitusional
Kekuasaan negara tertinggi ada di tangan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Presiden adalah penyelenggara pemerintahan negara tertinggi dan berada di bawah MPR
Menteri adalah pembantu Presiden dan tidak bertanggung jawab kepada Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR)
Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR
Kekuasaan yang dimiliki Kepala Negara atau Presiden tidak tak terbatas.
Orde Baru bertujuan untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen, terbukti dari beberapa peraturan berikut yang membuat UUD 1945 menjadi
konstitusi yang sangat sakral yaitu:
Ketetapan MPR nomor I/MPR/1983 menyatakan bahwa MPR telah menetapkan untuk
mempertahankan UUD 1945 dan tidak akan merubahnya.
Ketetapan MPR nomor IV/MPR/1983 mengenai Referendum yang antara lain menyatakan
bahwa apabila MPR hendak mengubah UUD 1945 maka rakyat terlebih dulu harus
dimintai pendapat melalui referendum.
UU No. 5 tahun 1985 mengenai Referendum yang menjadi suatu pelaksanaan dari Tap
MPR sebelumnya.
Analisis saya setelah melihat sistem pemerintahan pada masa orde baru, saya melihat
Indonesia pada masa itu menggunakan sistem parlemen unikameral atau sistem pemerintahan
satu kamar yang mana hanya memiliki satu kamar pada parlemen atau lembaga legislatif dan
menganggap sebuah majelis tinggi rasanya tidak perlu. Meskipun pada saat itu lembaga
legislatif dalam hal ini DPR tidak diberi wewenang penuh untuk mencampuri segala bentuk
kebijakan yang dijalankan oleh pemerintah seperti saat ini.